• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Bahasa Melayu Di Ranah Tetangga/Luar Rumah

4.5 Penggunaan Bahasa Melayu pada Domain/Ranah

4.5.2 Penggunaan Bahasa Melayu Di Ranah Tetangga/Luar Rumah

Untuk mengetahui pemertahanan bahasa di ranah tetangga atau yang sering disebut dengan ranah luar rumah maka dalam kuesioner sudah dipersiapkan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pemertahanan bahasa Melayu responden di ranah luar rumah, untuk pertanyaan pada kelompok remaja di dalam kuesioner terdapat pada

pertanyaan nomor : 25, 26, 27, 28, 29, 30 sedangkan pada kelompok dewasa dan orang tua terdapat pada pertanyaan nomor : 26, 27, 28.

Untuk lebih jelas hasil dari jawaban responden mengenai pemertahanan bahasa di ranah luar rumah sudah disajikan pada table di bawah ini.

Tabel 4.33 Penggunaan Bahasa Pada Kelompok Remaja

No Jenis Responden Berdasarkan Kelompok Persentase (%)* 1 Kelompok Remaja

Bahasa Melayu Bahasa Indonesia Bahasa Batak Bahasa daerah lain

70,70% 29,29%

0% 0%

* Persentase dihitung dari jumlah frekuensi pada tiap kategori dibagi jumlah seluruh frekuensi pada tiap kategori dan hubungan peran

Tabel 4.33 merupakan pemaparan tentang penggunaan bahasa Melayu di ranah tetangga atau ranah luar rumah pada kelompok remaja, ternyata terjadi penurunan persentase bahasa Melayu pada kelompok remaja di ranah luar rumah jika dibandingkan dengan ranah rumah ini terjadi karena terjadinya interaksi dengan berbagai macam orang selain orang melayu di luar rumah atau terjadinya penurunan bahasa ini dikarenakan rasa toleransi berbahasa sebab hadirnya orang ke tiga,

Pada tabel 4.33 tersebut diatas terdapat persentase bahasa Melayu 70,70%, persentase bahasa Indonesia 29,29%, sedangkan persentase bahasa Batak dan bahasa daerah lainnya 0%, ini membuktikan bahwa terjadi pergeseran bahasa pada ranah luar rumah sebab pada ranah ruma persentase kelompok remaja masih sangat tinggi yaitu

96,96% sedangkan di luar rumah menjadi 70,70% ini berarti terjadi penurunan pememrtahanan bahasah sebesar 26,26%.

Maka dapat disimpulkan bahwa pada kelompok remaja sebagian besar menggunakan bahasa Melayu di ranah luar rumah, dan bahasa Melayu di nyatakan sudah terpengaruh bahasa lain di ranah luar rumah untuk kelompok remaja karena sudah terpengaruh rasa toleransi berbahasa, rasa toleransi ini biasanya terlatih setelah duduk di bangku sekolah.

Melalui observasi yang dilakukan oleh peneliti di lapangan diperoleh tuturan di ranah luar rumah, berikut contoh tuturan yang diperoleh di lapangan.

Data 10

Anak : ini berapo

Berapa harganya

Ayah : yang biaso-biaso sajo nya Yang biasa-biasa saja Anak :iya Berapo ?

Iya berapa ? Ayah : 29

Anak : Kok tak LCD itu Kenapa tidak LCD itu Ayah : Mahal kali harganyo itu

Percakapan di atas adalah percakapan antar suku di ranah luar rumah, seorang anak berkomunikasi dengan seorang ayah membahas tentang harga Televisi dengan jenis LCD, Anak menayakan harga televisi yang mereka bahasa namun Ayah justru tidak memberitahu harga televisi tersebut, kemudian justru Ayah memberutahu ukuran besar dari televisi tersebut, kemudian Anak menayakan dengan membandingkan dengan televisi yang lebih canggih yaitu LCD namun Ayah agaknya mengeluh karna harganya terlalu mahal.

Percakapan di atas menunjukkan bahwa Ayah dan Anak menggunakan campur kode karena mereka sedang di luar rumah membahasa tentang sebuah prodak elektronik yang menimbulkan instilah atau nama baru seperti kata LCD.

Data 11

Anak : Digonyo-gonyo sehinggo gonyo-gonyoan Diganggu-ganggu sehingga merasa terganggu Ibu : Yang kocian anak kakak jang, berapa bulan itu kak ?

Anak kakak kecil, berapa bulan (umur) nya kak ? Anak : Sebulan

Satu bulan

Ibu : Sebulan ! yang betul aja kakak Satu bulan ! yang benar saja kakak

Percakapan di atas merupakan percakapan antar suku yang terjadi di ranah luar rumah, percakapan diatas merupakan percakapan antar suku Melayu antara seorang anak perempuan dengan seorang ibu yang sedang menggendong anak bayi nya, saat itu

anak perempuan tersebut mencubit-cubit pipi anak bayi yang digendong oleh ibu, anak perempuan tersebut merasa geram melihat anak bayi yang di gendong oleh ibu sehingga ia mencubit anak bayi itu, melihat tingkah anak perempuan tersebut terhadap bayinya ibu memberikan teguran kepada anak perempuan itu karena bayinya merasa terganggu oleh tindakan anak perempuan itu, kemudian anak perempuan justru menanyakan umur bayi yang sedang di gendong oleh ibu dan ibu menjawab dengan singkat.

Tabel 4.34 Penggunaan Bahasa Pada Kelompok Dewasa

No Jenis Responden Berdasarkan Kelompok Persentase (%)* 1 Kelompok Dewasa

Bahasa Melayu Bahasa Indonesia Bahasa Batak Bahasa daerah lain *** 73,73% 22,22% 0% 0% 4,04%

* Persentase dihitung dari jumlah frekuensi pada tiap kategori dibagi jumlah seluruh frekuensi pada tiap kategori dan hubungan peran

*** Tidak ada pilihan

Tabel 4.34 di atas merupakan pemaparan tentang penggunaan bahasa Melayu di ranah luar rumah pada kelompok dewasa, pada tabel tersebut di atas tampak bahwa bahasa Melayu masih mendominasi walau tidak sekuat dominasi di kelompok remaja ini membuktikan bahwa mobilitas kelompok dewasa dan pergailan komunikasi kelompok dewasa lebih luas dibanding kelompok remaja sehingga terjadi penurunan persentase bahasa Melayu.

Terbangunnya komunikasi dengan berbagai kalangan jenis suku dan etnis mendorong kelompok dewasa melakukan campur kode atau alih kode, campur kode atau alih kode yang mereka lakukan biasanya terjadi saat mereka berkomunikasi dengan orang yang baru dikenal, bukan orang Melayu, dan kondisi tertentu.

Pada kelompok dewasa ini persentase bahasa Melayu 73,73%, persentase bahasa Indonesia 22,22%, selanjutnya persentase bahasa Batak dan bahasa daerah lain nya 0%, kemudian pertanyaan yang ada dalam kuesioner yang tidak di jawab oleh responden sebanyak 4,04%. Maka dapat disimpulkan bahwa pada kelompok dewasa sebagian besar menggunakan bahasa Melayu di ranah luar rumah, dan bahasa Melayu dinyatakan sudah terpengaruh bahasa lain di ranah luar rumah untuk kelompok dewasa.

Melalui observasi yang dilakukan oleh peneliti di lapangan, bahasa kelompok dewasa memang sudah terpengaruh bahasa Indonesia di ranah luar rumah, berikut contoh tuturan yang di peroleh di lapangan.

Data 12

Anak : D3 ado mak ?

(Pendidikan) Diploma III ada bu ? Ibu : D3 ado jugo minimal SMA

(Pendidikan) Diploma III ada juga (tetapi) minimal SMA Ayah : SMA tak pakek

(Pendidikan) SMA sudah tidak di pakai lagi

Percakapan di atas adalah percakapan antar sesuku di ranah luar rumah membahas tentang syarat pendidikan sebuah pekerjaan, si anak menanyakan apakah pendidikan DIII masih di pekerjaakan kemudian si ibu menjelaskan bahwa DIII juga di

pekerjakan namun pendidikan minimal adalah SMA kemudian si Ayah menimpali bahwa pendidikan SMA tidak diterima lagi sebagai syarat untuk bekerja. Percakapan di atas menunjukkan bahwa masyarakat Melayu di Tanjungbalai berbahasa Melayu saat berkomunikasi di ranah luar rumah.

Data 13

Peneliti : Bukan PPP yang kuat di sini Put (singkatan Putra)? Bukan nya (pengaruh) PPP yang kuat di sini Put ? Anak : Yang kuat di sini siapo ?

Tang kuat (pengaruh partainya) di sisni partai apa ? Orang Tua : Pengawas TPS di sini harus S1

Pengawas TPS di sini haris S1 Anak : Kapalo TPS nyo harus S1 ?

Kepala TPS nya harus S1 ?

Percakapan di tas merupakan percakapan beda suku di ranah luar rumah, percakapan di atas menunjukkan bahwa peneliti menayakan tentang pengaruh partai PPP di daerah Kota Tanjungbalai namun anak menanyakan kepada orang tua dengan menggunakan bahasa Melayu namun orang tua tersebut justru tidak menjawab pertanyaan yang di lontarkan anak dan mengalihkan pembahasan dengan membahas tentang syarat pendidikan pengawas TPS (Tempat Pemungutan Suara).

Data 14

Anak 1 : Ondak kemano kamu ? herndak kemana kalian ? Anak 2 : Ondak ka kantor lurah

Hendak ke kantor lurah Anak 1 : Nagapo i ?

Ngapain ? Anak 2 : Ado urusan sikit.

Ada urusan sedikit

Percakapan di atas merupakan percakapan antar suku di ranah luar rumah, percakapan di atas terjadi saat anak 2 sedang berjalan menuju kantor lurah tiba-tiba anak 1 menegur dan bertanya hendak kemana anak 2 lalu, anak 2 menjawab bahwa ia hendak ke kantor lurah percakapan di atas merupakan percakapan kelompok dewasa menggunakan bahasa Melayu saat berkomunikasi.

Ini membuktikan bahwa masyarakat Melayu masih menggunakan bahasa Melayu antar sesama mereka di ranah luar rumah, akan tetapi jika terjadi komunikasi dengan yang berbeda suku dengan mereka maka mereka cenderung melakukan campur kode atau ahih kode sebagai bukti toleransi dalam berbahasa.

Tabel 4.35 Penggunaan Bahasa Pada Kelompok Orang Tua

No Jenis Responden Berdasarkan Kelompok Persentase (%)* 1 Kelompok Orang Tua

Bahasa Melayu Bahasa Indonesia Bahasa Batak Bahasa daerah lain

76,76% 23,23%

0% 0%

* Persentase dihitung dari jumlah frekuensi pada tiap kategori dibagi jumlah seluruh frekuensi pada tiap kategori dan hubungan peran

Tabel 4.35 memaparkan tentang penggunaan bahasa Melayu di ranah luar rumah pada kelompok orang tua, pada tabel tersbut ternyata bahasa Melayu masih mendominasi di banding bahasa yang lain ini membuktikan bahwa kelompok orang tua masih menggunakan bahasa melayu dalam pergaulan nya sehari-hari di ranah luar rumah, persentase bahasa Melayu pada kelompok orang tua di ranah luar rumah ternyata lebih tinggi di banding kelompok dewasa, ini membuktikan bahwa mobilitas kelompok dewasa lebih besar dari pada kelompok orang tua, ini dikarenakan kelompok dewasa adalah kelompok yang masih produktif sehingga mobilitasnya lebih besar dibanding kelompok orang tua yang cenderung sudah kurang produktif.

Pada tabel 4.35 tersebut di atas tampak bahwa persentase bahasa Melayu 76,76%, persentase bahasa Indonesia 23,23%, persentase bahasa Batak dan bahasa daerah lain 0%. Penggunaan bahasa Melayu di ranah luar rumah pada kelompok orang tua ini masih didominasi oleh bahasa Melayu yang mencapai 76,76%. Maka dapat disimpulkan bahwa pada kelompok orangtua sebagian besar menggunakan bahasa Melayu di ranah luar rumah, dan bahasa Melayu di nyatakan sudah hampir seluruhnya berbahasa Melayu di ranah luar rumah untuk kelompok orang tua.

Melalui observasi yang dilakukan oleh peneliti di lapangan, bahasa kelompok orang tua memang hampir seluruhnya berbahasa melayu di ranah luar rumah, berikut contoh tuturan yang di peroleh di lapangan.

Data 15

Orang Tua : Lo apo itu ? can duit nyo ?

Anak : Tidak ini kawan ku penelitian dari Medan.

Percakapan di atas merupakan percakapan satu suku di ranah luar rumah, percakapan ini terjadi saat si anak mengajak peneliti melihat kondisi masyarakat sekutar yang akan di teliti ternyata saat di perjalanan seorang orang tua menegur si anak yang menemani peneliti, orang tua tersebut menyapa dengan menggunakan bahasa Melayu namun karna kehadiran peneliti di antara mereka sebagai orang ke tiga sehingga si anak menjawab sapaan orang tua tersebut dengan bahasa Indonesia, kondisi ini membuktikan bahwa rasa toleransi berbahasa itu masih tinggi pada masyarakat Melayu di Kota Tanjungbalai.

Data 16

Orang tua : Kau sajo lah nang mengisi nyo Kamu saja yang mengisi nya Anak : Sini lah, nama longkap nyo siapo ?

Sinilah, nama lengkapnya siapa ? Orang tua Fajar Alamsyah

Percakapan di atas adalah percakapan antar suku di ranah luar rumah yang di hadiri oleh orang ke tiga yaitu peneliti, percakapan di atas terjadi saat salah satu responden orang tua ditawarkan agar mengisi kuesioner yang telah di sediakan namun ternyata orang tua menolak mengisinya sendiri yang menawarkan agar anak yang mengisi kuesioner nya dan tanpa ada tolakan si anak langsung mengisi kuesioner yang telah disediakan, percakapan di atas menunjukkan bahwa kelompok orang tua cenderung memakai bahasa Melayu walaupun kehadiran orang ketiga di sekitarnya.

Tabel 4.36 Penggunaan Bahasa Pada Seluruh Responden

No Jenis Responden Berdasarkan Kelompok Persentase (%)* 1 Seluruh Responden Penelitian

Bahasa Melayu Bahasa Indonesia Bahasa Batak Bahasa daerah lain *** 72,97% 25,75% 0% 0% 1,01%

* Persentase dihitung dari jumlah frekuensi pada tiap kategori dibagi jumlah seluruh frekuensi pada tiap kategori dan hubungan peran

*** Tidak ada pilihan

Tabel 4.36 merupakan pemaparan mengenai penggunaan bahasa Melayu di ranah luar rumah pada seluruh responden penelitian ini, pada tabel di atas tersebut ternyata dari keseluruhan responden dalam hal penggunaan bahasa hanya sebahagian besar menggunakan bahasa Melayu di ranah luar rumah kondisi ini dikarenakan pengaruh mobilitas pengguna bahasa yang memungkinkan membuka peluang berkomunikasi dengan orang berlainan suku bahasa dengan masyarakat Melayu sehingga terjadilah campur kode dan alih konde sewaktu berkomunikasi di ranah luar rumah. ini tampak pada tabel 4.36 yang mana penggunaan bahasa Melayu persentasenya sebesar 72,97%, persentase bahasa Indonesia 25,75%, persentase bahasa Batak dan bahasa daerah lain 0%, sedangkan pertanyaan yang ada dalam kuesioner yang tidak di jawab oleh seluruh responden sebesar 1,01%, Maka dapat disimpulkan bahwa pada seluruh responden sebagian besar menggunakan bahasa Melayu di ranah luar rumah, dan bahasa Melayu di nyatakan sudah terpengaruh bahasa lain di ranah luar rumah.