• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemertahanan Bahasa Melayu Di Kota Tanjung balai Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemertahanan Bahasa Melayu Di Kota Tanjung balai Chapter III VI"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitinan

Dalam penelitian ini digunakan dua macam pendekatan, yaitu pendekatan teoretis dan pendekatan metodologis. Pendekatan teoretis yang digunakan adalah pendekatan sosiolinguistik, sedangkan pendekatan metodologi yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan sosiolinguistik untuk mengkaji bahasa secara teoritis sehingga hasil-hasil dari penelitian ini ilmiah.

Pendekatan sosiolinguistik mengkaji bahasa dalam penggunaannya pada masyarakat sosial, dengan tujuan untuk meneliti konvensi pemakaian bahasa yang berhubungan dengan aspek-aspek lain dari tingkah laku sosial masyarakat yang ada di Kota Tanjungbalai. Adapun pendekatan yang kedua adalah pendekatan deskriftif kuantitatif dan kualitatif adalah pendekatan yang bermaksud untuk memahami fenomena kebahasaan yang ditemukan dalam penelitian, pendekatan ini dilakukan agar data yang terkumpul dapat diukur dan dideskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa dan tabel jika memang dibutuhkan.

(2)

pengumpulan data adalah berupa kuesioner, daftar tanyaan yang di susun sesuai tujuan penelitian, alat rekam, camera, buku catatan.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat peneliti untuk mengambil data penelitian yang diteliti, setelah data tersebut terkumpul maka kemudian dianalisis. Lokasi atau daerah tempat penelitian ini yaitu di daerah Kota Tanjungbalai. Secara geografis Kota Tanjungbalai merupakan salah satu daerah yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Kota Tanjungbalai menempati area seluas 6.052 Ha yang terdiri dari 6 Kecamatan dan 31 Kelurahan Definitif.

(3)
(4)

3.3 Data dan Sumber Data

Dalam sebuah penelitian data dan sumberdata merupakan hal yang sangat penting di pertimbangkan sebab jika data yang di himpun adalah data yang tidak palid maka hasil penelitian nya akan dinyatakan gagal begitu juga jika sumber data yang dipilih salah akan menghasilkan data yang salah pula.

3.3.1 Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari hasil kuesioner yang telah disebarkan kepada responden yang kemudian data tersebut akan di klasifikasikan sesuai kebutuhan penelitian untuk di analisis dan diambil kesimpulan dalam bentuk rincian persentase, kemudian data berikutnya berupa rekaman yang diambil dari hasil observasi, hasil rekaman ini akan di sajikan dalam bentuk percakapan pada setiap ranah yang telah ditentukan sebelumnya.

3.3.2 Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari Responden dan pengamatan langsung pada masyarakat bahasa yang diteliti. Dalam pengumpulan data ada interaksi langung dengan responden atau masyarakat yang diteliti. Beberapa pertanyaan sudah dipersiapkan untuk mendapatkan data yang peneliti inginkan yaitu berupa kuesioner dan beberapa pertanyaan yang telah dipersiapkan jika sewaktu-waktu diperlukan, adapun isi dari kuisoner yang disebarkan oleh peneliti sudah disusun dengan baik dan sesuai dengan tujuan penelitian.

(5)

atau kuesioner yang nantinya peneliti sebarkan mudah dimengerti oleh responden agar responden tidak kesulitan dalam menjawab sehingga data yang di inginkan peneliti dapat terkumpul dengan mudah untuk diolah dan dianalisis.

Sumber data dibedakan atas (a) sumber data primer yakni responden yang disurvei dengan menggunakan kuesioner dan masyarakat setempat dengan menggunakan alat rekam maka fenomena kebahasaan yang ada pada masyarakat Kota Tanjungbalai lebih mudah dianalisis dan bila perlu sesekali diwawancarai apabila diperlukan untuk melengkapi data (b) sumber data sekunder yakni data yang diperoleh dari dokumen seperti laporan-laporan, disertasi, buku-buku, jurnal, teks yang relevan serta dapat menunjang penelitian ini.

3.4 Instrumen Penelitian

Menurut Nawawi (1992: 69), dalam pengumpulan data diperlukan alat (instrumen) yang tepat agar data yang berhubungan dengan masalah dan tujuan penelitian dapat dikumpulkan secara tepat.

(6)

dengan masalah penelitian serta buku catatan bila mana sewaktu-waktu perlu untuk dicatat.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan demi kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode Survei. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan) (Sugiono, 2013:6). Untuk menjaga kealamiahan data yang diperoleh maka penelitian mengumpulkan data yang dibutuhkan melalui teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan yang terdiri dari dua teknik, kemudian jika data sudah terkumpul maka di analisis secara deskriftif kuantitaif dan kualitatif, adapun dua teknik pengumpulan data tersebut sebagai berikut: 3.5.1 Kuesioner

Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan deskriftif kuantitatif, kueisoner merupakan salah-satu alat yang penting untuk pengambilan data, oleh karena itu peneliti harus mampu membuat kueisoner dengan baik (Sarwono, 2006:28) agar responden mudah mengerti dan tidak salah menjawab saat dalam mengumpulan data. Kuesioner adalah instrumen pengumpulan data melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis, 2008: 66).

(7)

masalah kesatu pada penelitian ini yaitu apakah bahasa Melayu masih bertahan atau tidak pada masyarakat Melayu di Kota Tanjungbalai.

Kuesioner atau daftar pertanyaannya terlebih dahulu sudah dipersiapkan sebelum mengadakan penelitian dan disusun secara terstruktur dengan bentuk pertanyaan pilihan berganda (multiple choice questions) dan pertanyaan terbuka (open question). Adapun daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden atau yang disebut kuesioner sebagai berikut (Terlampir).

3.5.2 Observasi

Nawawi (1995: 94) mengatakan metode observasi adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui pengamatan dan mencatat gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian yang pelaksananya langsung pada tempat suatu peristiwa, Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mendengarkan, merekam serta bercakap-cakap disertai dengan mencatat.

(8)

Koentjaraningrat (1997: 162) mengatakan wawancara dalam suatu penelitian bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia serta pendiriannya dalam suatu masyarakat yang sekaligus merupakan pembantu utama metode observasi. Dari pernyataan tersebut bisa disimpulkan bahwa wawancara adalah suatu proses tanya jawab antara peneliti dan subjek penelitian dan merupakan salah-satu cara untuk menggali informasi demi mendapatkan data yang dibutuhkan untuk melengkapi data yang dianggap masih kurang lengkap.

Hasil dari observasi ini adalah berupa rekaman dan catatan fenomena kebahasaan yang terjadi pada masyarakan sesuai dengan ranah atau domain yang telah ditentukan oleh peneliti dianalisis dengan pendekatan metodologi kualitatif untuk menjawab rumusan masalah kedua dan ketiga pada penelitian ini yaitu pada ranah apa saja bahasa Melayu di Kota Tanjungbalai digunakan dan faktor – faktor apakah yang menunjang dan menghambat upaya-upaya pemertahanan bahasa Melayu di Kota Tanjungbalai.

3.6 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat penutur asli bahasa Melayu Tanjungbalai yang bertempat tinggal di Kota Tanjungbalai dan hanya beberapa di antara mereka yang diambil sebagai sampel penelitian dengan mempertimbangkan usia, status keluarga, mobilitas responden, jenis kelamin, pendidikan, tempat lahir, pekerjaan, identitas responden, status suku dan lama tinggal responden di Kota Tanjungbalai.

(9)

Sei Mulajadi, (2) Kecamatan Tanjungbalai Selatan, di Kelurahan Pantai Burung, dan (3) Kecamatan Teluk Nibung, di Kelurahan Kapias Pulau Buaya. Ketiga kecamatan tersebut merupakan daerah yang dipilih secara acak dan dianggap mewakili sampel, alasan memilih daerah tersebut dikarenakan daerah tersebut dihuni oleh mayoritas masyarakat Melayu asli Kota Tanjungbalai.

Adapun populasinya diambil sebanyak 99 dari populasi tersebut peneliti mengambil semua populasi menjadi sampel yang di sebut sebagai total sampling, total sampling atau sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel yang apabila semua anggota populasi dijadikan sampel (Sugiono, 2013:85), ini dikarenakan seluruh total sampling dianggap mampu menjawab rumusan masalah penelitian.

Ada dua jenis pengelompokan sampel yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah satu yaitu yang pertama dikelompokkan sesuai umur sedangkan kedua dikelompokkan sesuai ranah atau domain yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, responden dibagi menjadi tiga kelompok sesuai umur yaitu kelompok muda, kelompok dewasa dan kelompok orang tua. Umur 15 – 20 tahun dikelompokkan sebagai kelompok muda atau remaja sebanyak 30 orang, umur 21 – 40 tahun dikelompokkan sebagai kelompok dewasa Sebanyak 35 orang, umur 41 – 80 tahun dikelompokkan sebagai kelompok orang tua sebanyak 34 orang. Hasil dari sampel ini dianalisis dengan menggunakan metodologi deskriftif kuantitatif.

(10)

keluarga, ranah tetangga, ranah transaksi, ranah peribadatan, ranah pekerjaan, dan ranah sekolah. hasil sampel ini dianalisis dengan menggunakan metodologi kualitatif.

3.7 Variabel dan Fokus Penelitian

Vaiabel dan Fokus yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah sosiolinguistik dengan indikator sebagai berikut :

a. Penggunaan Bahasa

Penggunaan bahasa adalah kebiasaan berkomunikasi seorang penutur dalam peristiwa bahasa yang berhubungan dengan peran yaitu status hak dan kewajiban seseorang dalam lembaga sosial budaya bermasyarakat, hubungan peran ini seperti status yang sudah menikah dan yang belum menikah akan berbeda perannya di dalam masyarakat kemudian tempat yaitu yang berhubungan dengan lokasi sebuah peristiwa bahasa atau dimana komunikasi itu terjadi, dalam penelitian ini tempat atau lokasi peristiwa bahasa yang digunakan yaitu di dalam rumah dan diluar rumah dan, peristiwa bahasa merupakan bentuk suatu keberlangsungan komunikasi terjadi dalam penelitian ini menggunakan peristiwa bahasa yaitu bercengkrama dan bercakap-cakap.

b. Identitas sosial

Identitas sosial berhubungan dengan usia, tempat lahir, jenis kelamin, dan pendidikan responden ini juga perlu diperhatikan sebab untuk mendapatkan data yang akurat maka identitas sosial juga harus di perhatikan secara seksama.

c. Ranah Penggunaan Bahasa

(11)

masyarakat yang heterogen. Adapun ranah dalam penelitian ini dibagi menjadi enam ranah antara lain adalah ranah keluarga, ranah tetangga, ranah transaksi, ranah peribadatan, ranah pekerjaan dan ranah sekolah.

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah merupakan salah satu yang perlu di perhatikan dalam sebuah penelitian sebab analisis data merupakan cara terakhir untuk menyimpulkan sebuah penelitian, jika cara menganalisisnya salah maka hasil dari sebuah penelitian akan gagal. Adapun teknik yang digunakan peneliti dalam menganalisis data adalah dengan menghitung persentasi mengikuti pola perhitungan Muhajjir (dalam Damanik, 2009:15) yaitu perhitungan yang didasarkan pada jumlah jawaban yang masuk. Moleong (2001: 103-104) menyatakan bahwa proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber.

Selanjutnya data dari yang diperoleh dari lapangan disajikan dalam bentuk uraian deskriptif Kuantitatif yang dalam pemaparannya didukung oleh tabel data dan angka-angka. Proses analisis data dalam penelitian ini diawali dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yakni hasil data kuisoner, dan hasil observasi. dengan cara deskriptif kuantitatif, data dan informasi yang diperoleh dari lapangan yang sesuai dengan masalah penelitian, diseleksi kemudian dideskripsikan secara kuantitatif.

(12)

1) Identifikasi data. Pada tahap ini penulis mengidentifikasi data sesuai dengan jenisnya.

2) Klasifikasi data. Pada tahap ini penulis mengklasifikasi data yang diperoleh dari responden.

3) Analisis data dan melakukan penghitungan untuk diambil kesimpulan rata-rata. Pada tahap ini penulis menganalisis data yang sudah diidentifikasi dan yang sudah diklasifikasi sesuai dengan jenis data. Interpretasi pada tahap ini, dilakukan guna menjawab rumusan masalah yang ada pada penelitian ini. Teknik analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah sesuai dengan kebutuhan untuk menjawab tiga rumusan masalah yang ada pada bab I penelitian ini, di atas sudah dijelaskan bahwa untuk menjawab rumusan masalah kesatu menggunakan metode penelitian kuantitatif, adapun intrumen yang digunakan untuk menghimpun data yaitu dengan menggunakan kuesioner yang mana dalam kuesioner tersebut sudah di sesuaikan dengan teori yang di kemukakan oleh Fisman yaitu dengan menggunakan teori ranah, untuk mengetahui bertahan nya sebuah bahasa atau tidak maka dalam penelitian ini dibagi menjadi enam ranah, hasil kuesioner yang telah disesuaikan menurut teori Fisman akan di analisi dan menghasilkan jawaban yang berbentuk persentase, untuk mengetahui persentase dari setiap ranah dari hasil kuesioner yang disebar maka digunakan Rumus yang di kemukakan oleh Sudjana (2001-129)

(13)

f : Jumlah Responden

n : Jumlah Responden Seluruhnya

Seluruh hasil data disajikan dengan berbentuk tabel agar mudah dianalisis, maka untuk tafsiran datanya digunakan padoman penafsiran data dengan perincian sebagai berikut pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.2 Hubungan Antara Nilai Persentase dengan Tafsiran

Persentase Tafsiran

0% Tidak Satupun Responden

1-26% Sebagian Kecil Responden

27-49% Hampir Setengah Responden

50% Setengahnya

51-75% Sebagian Besar

76-99% hampir Seluruhnya

100% Seluruhnya

Sumber : Arikunto dalam (Minarso, 2007: 17).

(14)

3.9 Teknik Penyajian Hasil

(15)

3.11 Kerangka Kerja Penelitian

Bagan 3.1 Kerangka Kerja Penelitian

Bahasa Gejala Internal

Bahasa

Gejala Eksternal Bahasa

Budaya lokal

Sosial

Gejala sosial Unsur Budaya

PEMERTAHANAN BAHASA MELAYU DI KOTA TANJUNGBALAI

Metode Kuantitatif, Metode Kualitatif (Kuesioner, Merekam,Catat, Wawancara)

Data

TEMUAN

(16)
(17)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Pengantar

Penelitian ini merupakan pemaparan mengenai pemertahanan bahasa Melayu di Kota Tanjungbalai. Pemaparan pertama diawali dengan mendeskripsikan kondisi pemertahanan bahasa Melayu di Kota Tanjungbalai, dalam hal ini identitas responden pengguna bahasa Melayu menurut kelompok umur, penggunaan bahasa berdasarkan domain atau ranah, hubungan peran dan peristiwa bahasa, sikap bahasa, pemilihan bahasa menjadi bahasan dalam kajian ini. pemaparan kedua dilanjutkan dengan faktor yang menunjang dan menghambat pemertahanan bahasa Melayu di Kota Tanjungbalai.

4.2 Identitas responden

(18)

Tabel 4.1 Persentse Dan Tafsiran

Persentase Tafsiran

0% Tidak Satupun Responden

1-26% Sebagian Kecil Responden

27-49% Hampir Setengah Responden

50% Setengahnya

51-75% Sebagian Besar

76-99% Hampir Seluruhnya

100% Seluruhnya

Arikunto dalam (Minarso, 2007: 17). 4.2.1 Jenis Kelamin

Berdasarkan hasil data kuesioner yang telah disebar kepada responden maka diperolehlah data mengenai rincian identitas responden berdasarkan jenis kelamin yang telah di sajikan dalam bentuk tabel pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sosial Responden Pada Kelompok Remaja No Jenis kelamin berdasarkan

kelompok

Frekuensi (f) Persentase (%) 1 Kelompok remaja

Laki-laki Perempuan

15 15

(19)

Table 4.2 di atas menjelaskan distribusi frekuensi sosial responden berdasarkan jenis kelamin responden pada kelompok remaja, ternyata frekuensi responden jenis kelamin perempuan dengan responden jenis kelamin laki-laki tidak memiliki perbedaan yaitu responden jenis kelamin laki-laki dan responden jenis kelamin perempuan yaitu seimbang.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Sosial Responden Pada Kelompok Dewasa No Jenis kelamin berdasarkan

Tabel 4.3 di atas merupakan penjelasan mengenai distribusi frekuensi sosial responden berdasarkan jenis kelamin pada kelompok dewasa, ternyata frekuensi responden jenis kelamin laki-laki dan perempuan pada kelompok dewasa yang lebih banyak adalah responden jenis kelamin perempuan di banding responden jenis kelamin laki-laki selisih perbedaan nya yaitu 5 responden jenis kelamin perempuan lebih banyak dibanding responden jenis kelamin laki-laki pada kelompok dewasa. Maka dapat disimpulkan bahwa persentase responden penelitian pada kelompok dewasa sebagian besar adalah berjenis kelamin perempuan dan persentase responden penelitian hampir setengahnya adalah berjenis kelamin laki-laki.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sosial Responden Pada Kelompok Orang Tua No Jenis kelamin berdasarkan

kelompok

Frekuensi (f) Persentase (%) 1 Kelompok orang tua

(20)

Table 4.4 di atas menjelaskan tentang distribusi frekuensi sosial responden jenis kelamin pada kelompok orang tua, ternyata frekuensi responden yang ada pada kelompok orang tua sama dengan frekuensi responden yang ada pada kelompok remaja yaitu responden berjenis kelamin laki-laki sedikit lebih banyak dibanding responden berjenis kelamin perempuan yang selisihnya adalah 2 responden. Pada kelompok ini persentase responden yang berjenis kelamin laki-laki kembali sedikit lebih banyak dibanding persentase responden yang berjenis kelamin perempuan. Maka dapat disimpulkan bahwa persentase responden penelitian pada kelompok orang tua sebagian besar adalah berjenis kelamin laki-laki dan persentase responden penelitian hampir setengahnya adalah berjenis kelamin perempuan.

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sosial Responden Pada seluruh Responden Penelitian

(21)

dan persentase responden penelitian hampir setengahnya adalah berjenis kelamin perempuan.

4.2.2 Agama

Berdasarkan kuesioner yang telah disebar kepada responden diperoleh data mengenai identitas persentase responden menurut agama yang telah di sajikan dalam bentuk tabel pada table di bawah ini.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Sosial Agama Pada Kelompok Remaja

No Jenis Responden Berdasarkan Agama

Table 4.6 di atas menjelaskan distribusi frekuensi sosial responden berdasarkan Agama pada kelompok remaja, ternyata frekuensi jenis agama yang di anut oleh kelompok remaja adalah seluruhnya Islam, Jadi dapat disimpulkan bahwa persentase agama pada kelompok remaja seluruhnya beragama Islam.

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Sosial Agama Pada Kelompok Dewasa No Jenis Responden Berdasarkan

(22)

Table 4.7 di atas menjelaskan distribusi frekuensi sosial responden berdasarkan Agama pada kelompok dewasa, ternyata pada kelompok dewasa jenis agama yang di anut oleh seluruh responden adalah beragama Islam. Agama islam memang identik dengan masyarakat Melayu dan agama Islam merupakan salah satu identitas Melayu sehingga tidak heran jika agama Islam menjadi agama mayoritas responden pada penelitian ini. Dapat disimpulkan bahwa persentase agama pada kelompok dewasa seluruhnya agama Islam.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Sosial Agama Pada Kelompok Orang Tua No Jenis Responden Berdasarkan

Agama

Table 4.8 di atas menjelaskan distribusi frekuensi sosial responden berdasarkan Agama pada kelompok orang tua, ternyata pada kelompok orang tua frekuensi responden yang memeluk agama Islam adalah seluruh nya. Maka dapat disimpulkan bahwa persentase responden penelitian pada kelompok orang tua seluruhnya beragama Islam, sedangkan agama yang lain tidak ada.

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Sosial Agama Pada Seluruh Responden. No Jenis Responden Berdasarkan

(23)

Pada tabel 4.9 merupakan pemaparan mengenai distribusi frekuensi responden berdasarkan agama pada seluruh responden penelitian ini. Ternyata dari keseluruhan total responden yang terdiri dari kelompok remaja, kelmpok dewasa dan kelompok orang tua terdapat persentase Agama Islam 100% ini membuktikan bahwa agama Islam merupakan agama yang di peluk seluruh masyarakat Melayu. Agama Islam memang identik dengan masyarakat Melayu dan agama Islam merupakan salah satu syarat untuk menjadi orang Melayu. dapat disimpulkan bahwa persentase responden penelitian pada seluruh responden seluruhnya beragama Islam

4.2.3 Pendidikan

Berangkat dari hasil kuesioner yang telah disebar kepada responden diketahui bahwa indentitas sosial responden menurut pendidikan responden terdiri dari beberapa level pendidikan. Tampak pada tabel di bawah ini telah di sajikan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok remaja, kelompok dewasa dan kelompok orang tua.

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Sosial Pendidikan pada Kelompok Remaja

No Jenis Responden berdasarkan

(24)

dengan jenis pendidikan yang lain ini di kerenakan responden pada kelompok remaja pada umum nya berumur 17-20 tahun yang notabenenya masih duduk di bangku SMA/sederajat, ada juga responden pada kelompok remaja ini yang masih berpendidikan SD dan SMP ini dikarenakan responden tersebut putus sekolah atau tidak melanjutkan pendidikan sampai kejenjang SMA/sederjat. Pada kelompok remaja persentase pendidikan SMA sederajat merupakan pendidikan yang mendominasi sebanyak 73,33%. Maka dapat disimpulkan bahwa persentase responden penelitian pada kelompok remaja sebahagian besar adalah berpendidikan SMA sederajat.

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Sosial Pendidikan Pada Kelompok Dewasa

No Jenis Responden berdasarkan

(25)

tamatan atau sedang duduk di jenjang pendidikan PT. Maka dapat disimpulkan bahwa persentase responden penelitian pada kelompok dewasa hampir setengah respondennya adalah berpendidikan SMA sederajat.

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Sosial Pendidikan Pada Kelompok Orang Tua

No Jenis Responden berdasarkan

(26)

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Sosial Pendidikan Pada Seluruh Responden

Tabel 4.13 di atas menunujkkan distribusi frekuensi sosial responden berdasarkan pendidikan pada seluruh responden penelitian, ternyata dari keseluruhan responden jenis pendidikan SMA/sederajat merupakan pendidikan yang mendominasi yaitu sebanyak 49 responden. total seluruh responden persentase pendidikan di tingkat SD 19,19%, persentase pendidikan di tingkat SMP 20,20%, persentase pendidikan di tingkat SMA 49,49%, sedangkan persentase pendidikan di tingkat perguruan tinggi 11,11%. Dari hasil persentasi seluruh responden menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan responden adalah pada tingkatan SMA sebanyak 49,49%. Maka dapat disimpulkan bahwa persentase responden penelitian pada seluruh responden hampir setengah responden adalah berpendidikan SMA sederajat.

4.2.4 Pekerjaan

(27)

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Sosial Pekerjaan Pada Kelompok Remaja

Table 4.14 di atas menjelaskan tentang frekuesi sosial responden berdasarkan jenis pekerjaan pada kelompok remaja, pada kelompok remaja didominasi oleh pekerjaan sebagai pelajar karena pada umum nya kelompok remaja ini masih duduk di bangku SMA sedangkan selebihnya bekerja sebagai ibu rumah tangga, nelayan dan wiraswasta, dapat disimpulkan bahwa persentase responden penelitian pada kelompok remaja sebahagian besar adalah bekerja sebagai pelajar yautu sebesar 60%.

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Sosial Pekerjaan Pada Kelompok Dewasa

No Jenis Responden berdasarkan

(28)

frekuensi pekerjaan yang paling banyak berikutnya adalah nelayan. Pada kelompok ini persentase pekerjaan didominasi sebagai ibu rumah tangga sebanyak 40% yang mana merupakan responden berjenis kelamin perempuan sedangkan persentase pekerjaan sebagai nelayan sebanyak 25,71% yang mana merupakan berjenis kelamin laki-laki, sedangkan sisanya wiraswasta dan PNS terdiri dari kedua jenis kelamin.

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Sosial Pekerjaan Pada Kelompok Orang Tua

No Jenis Responden berdasarkan

Table 4.16 di atas menjelaskan tentang frekuesi sosial responden berdasarkan jenis pekerjaan pada kelompok orang tua, Pada kelompok responden orang tua ini ternyata terjadi penyerataan pekerjaan, dari beberapa pilihan jenis kerja yang ada dalam kuesioner ternyata hampir jenis pekerjaan di geluti oleh kelompok orang tua ini terbukti dengan melihat tabel 4.15 di atas yaitu jenis pekerjaan nelayan tidak berbeda selisih jauh dari pekerjaan wiraswasta kemudian jenis pekerjaan PNS tidak berbeda selisih jauh pula dengan jenis pekerjaan ibu rumah tangga.

(29)

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Sosial Pekerjaan Pada Seluruh Responden

Table 4.17 di atas menjelaskan tentang frekuesi sosial responden berdasarkan jenis pekerjaan pada seluruh responden yang terdiri dari kelompok remaja, kelompok dewasa dan kelompok orang tua, dari keseluruhan total responden ini terdapat 21,21% persentase pekerjaan sebagai pelajar sedangkan persentase responden yang bekerja sebagai nelayan 24,24%, persentase pekerjaan sebagai ibu rumah tangga 22,22%, persentase pekerjaan sebagai wiraswasta 20,20% dan persentase pekerjaan sebagai PNS sebanyak 12,12%. Dari hasil persentase seluruh responden menunjukkan bahwa mayoritas pekerjaan yang digeluti oleh seluruh responden adalah pekerjaan sebagai nelayan dan ibu rumah tangga.

Dari 51 responden yang berjenis kelamin laki-laki terdapat 47,05% yang bekerja sebagai nelayan dan yang lain nya bekerja sebagai pelajar, wirasawasta dan dari 48 responden yang berjenis kelamin perempuan terdapat 45,83% yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan yang lainnya bekerja sebagai pelajar, wirasawasta, dan PNS.

(30)

4.3 Latar Belakang Kebahasaan

Kota Tanjungbalai merupakan Kota yang di huni oleh masyarakat yang multi etnis, bahasa, suku dan budaya diantaranya adalah suku Batak toba, Melayu, tionghoa, jawa, minangkabau, mandailing, aceh dan lain lain. Kondisi ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa di Kota Tanjugbalai terdiri dari beberapa bahasa seperti bahasa Batak toba, bahasa mandailing, bahasa jawa, bahasa tionghoa, bahasa minang, bahasa aceh dan lain-lain, namun dari banyak ragamnya bahasa yang ada di Kota Tanjungbalai tersebut hanya pengguna bahasa Melayu Tanjungbalai saja yang diteliti dalam penelitian ini.

Untuk mengetahui latar belakang kebahasaan responden maka disebarlah kuesioner yang di dalam kuesioner tersebut berisi beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan latar belakang kebahasaan. Jawaban yang diberikan oleh responden atas pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner mengenai latar belakang kebahasaan ditabulasi kedalam tiga kelompok. Kelompok pertama berhubungan dengan pemerolehan bahasa pertama responden, kelompok kedua berhubungan dengan kemampuan bahasa daerah (bahasa Melayu) responden, dan kelompok yang ketiga berhubungan dengan bahasa daerah lain yang diketahui oleh responden.

(31)

4.3.1 Pemerolehan Bahasa Pertama Resonden

Untuk mengetahui pemerolehan bahasa pertama responden pada kelompok remaja ada pada pertanyaan nomor 13 sedangkan kelompok dewasa dan orang tua ada pada pertanyaan nomor 14 yang ada pada kuesioner yang telah disebar sebanyak 99 kuesioner yang terdiri atas 33 kelompok remaja, 33 kelompok dewasa, dan 33 kelompok orang tua yang menjadi responden dalam penelitian ini. Hasil dari kuesioner mengenai jawaban pertanyaan yg diajukan kepada responden yang berhubungan dengan pemerolehan bahasa pertama responden pada kelompok remaja, kelompok dewasa, dan kelompok orang tua dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel 4.18 Pemerolehan Bahasa Pertama Pada Kelompok Remaja

No Jenis Responden berdasarkan kelompok

Frekuensi (f) Persentase (%) 1 Kelompok remaja

Bahasa daerah Bahasa Indonesia

30 -

100% 0%

Table 4.18 di atas menunjukkan pemerolehan bahasa pertama responden pada kelompok remaja, ternyata pada kelompok remaja seluruhnya sudah menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pertama, ini menunjukkan bahwa seluruh kelompok remaja adalah keturunan orang Melayu yang masih menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa yang diajarkan oleh ayah dan ibunya kepada mereka saat mereka masih keci.

(32)

pemerolehan bahasa bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama adalah 0%. Pada kelompok ini persentase pemerolehan bahasa daerah merupakan pemerolehan bahasa yang mendominasi yaitu sebesar 100%, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh responden remaja memperoleh bahasa daerah sebagai bahasa pertama.

Tabel 4.19 Pemerolehan Bahasa Pertama Pada Kelompok Dewasa

No Jenis Responden berdasarkan kelompok

Frekuensi (f) Persentase (%) 1 Kelompok dewasa

Bahasa daerah Bahasa Indonesia

35 -

100% 0%

Table 4.19 di atas menunjukkan pemerolehan bahasa pertama responden pada kelompok dewasa, ternyata pada kelompok ini juga seluruhnya menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pertama, ini membuktikan bahwa pada kelompok dewasa di saat masa kecil belajar bahasa Melayu yang diajarkan oleh Ayah, Ibu atau keluarganya.

(33)

Tabel 4.20 Pemerolehan Bahasa Pertama Pada Kelompok Orang Tua

Table 4.20 di atas menunjukkan pemerolehan bahasa pertama responden pada kelompok orang tua, pada kelompok ini persentase pemerolehan bahasa daerah sebagai bahasa pertama sebanyak 100% ini menunjukkan bahwa kelompok orang tua di besarkan di lingkungan masyarakat dan keluarga Melayu sehingga kelompok orang tua mendapatkan bahasa pertama yaitu bahasa Melayu sewaktu masih kecil dari keluarga atau Ayah dan Ibunya.

Pada kelompok ini persentase pemerolehan bahasa pertama sebanyak 100% ini dapat disimpulkan bahwa bahasa bahasa daerah merupakan bahasa yang seluruhnya responden orang tua dapatkan sebagai bahasa pertama.

Tabel 4.21 Pemerolehan Bahasa Pertama Pada Seluruh Responden

No Jenis Responden berdasarkan

(34)

100%. Jadi dapat disimpulkan bahwa seluruh responden memperoleh bahasa daerah sebagai bahasa pertama.

4.3.2 Kemampuan Bahasa Daerah Lain Responden

Pertanyaan yang ada dalam kuesioner yang berkaitan dengan kemampuan berbahasa daerah lain responden ada pada pertanyaan nomor 14 untuk kelompok remaja dan pertanyaan nomor 15 untuk kelompok dewasa dan orang tua. Hasil kuesioner yang telah disebarkan kepada responden dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.22 Kemampauan Berbahasa Daerah Lain Responden

No Jenis Responden berdasarkan kelompok

Kemampuan Berbahasa Daerah Lain Bisa (%) Tidak (%) Sedikit (%)

1 Kelompok remaja 0% 100% 0%

2 Kelompok dewasa 6,06% 81,81% 15,15%

3 Kelompok orang tua 21,21% 60,06% 18,18%

4 Total seluruh responden 8,08% 80,80% 11,11%

(35)

Untuk total keseluruhan kemampuan responden barbahasa daerah lain persentase kemampuan berbahasa daerah yang lain 8,08% bisa yaitu terdiri dari bahasa Batak Toba dan bahasa Batak Mandailing, persentase kemampuan berbahasa daerah yang lain 80,80% tidak bisa, dan persentase kemampuan berbahasa daerah yang lain 11,11% sedikit-sedikit mampu berbahasa daerah lain yaitu bahasa Batak Toba dan bahasa Batak Mandailing. Maka dapat disimpulkan bahwa hampir seluruhnya responden tidak bisa berbahasa daerah lain.

4.3.3 Kemampuan Bahasa Melayu Responden

Untuk mengetahui kemampuan bahasa Melayu responden dalam kuesioner sudah ada pertanyaan yang telah di jawab responden mengenai kemampuan berbahasa Melayu responden pertanyaan terkait adalah pertanyaan nomor 12, 15, dan 16 untuk remaja dan pertanyaan 13, 16 dan 17 untuk dewasa dan orang tua, maka diperolehlah hasil kemampuan berbahasa Melayu responden yang telah disajikan pada table di bawah ini.

Tabel 4.23 Kemampauan Berbahasa Melayu Pada Kelompok Remaja

No Jenis Responden

(36)

berbicara 100% bisa padahal sebenarnya kelompok remaja merupakan kelompok yang memiliki pemertahanan yang sangat kecil dikarenakan kelompok remaja masih dikontaminasi oleh bahasa nasional yang mereka dapatkan sehari-hari di sekolah, untuk persentase mampu membaca bahasa daerah sebanyak 87,87% bisa dan 12,12% sedikit-sedikit, ini menunjukkan bahwa sebenarnya lebih mudah melafalkan bahasa dari pada membaca bahasa tertentu, selanjutnya untuk persentase menulis pada kelompok remaja 87,87% bisa dan 12,12% sedikit-sedikit persentase ini tidak berbeda dengan persentase membaca bahasa daerah, hasil persentase pada kelompok remaja ini membuktikan bahwa membaca dan menulis dengan bahasa daerah agak sedikit lebih sulit dibanding berbicara dengan bahasa Melayu. Maka dapat disimpulkan bahwa untuk kelompok remaja seluruhnya bisa berbicara sedangkan untuk membaca dan menulis hampir seluruh nya.

Tabel 4.24 Kemampauan Berbahasa Melayu Pada Kelompok Dewasa

No Jenis Responden

(37)

yang terjadi pada kelompok remaja yang memiliki persentase 0% tidak bisa dan 12,12% sedikit-sedikit. Untuk persentase yang pandai menulis 54,54% bisa, 6,06% tidak bisa dan 39,39% sedikit-sedikit. Maka dapat disimpulkan bahwa pada kelompok dewasa seluruhnya bisa berbahasa Melayu sedangkan untuk membaca dan menulis hanya sebagian besar.

Tabel 4.25 Kemampauan Berbahasa Melayu Pada Kelompok Orang Tua

No Jenis Responden

Table 4.25 di atas merupakan pemaparan dari kemampuan berbahasa Melayu responden persentase pada kelompok orang tua yang dapat berbicara 100% bisa, Untuk persentase membaca 78,78% bisa, 3,03% tidak bisa dan 18,18% sedikit-sedikit, pada kelompok ini tampaknya jelas bahwa membaca cenderung lebih sulit dibanding berbicara dengan menggunakan bahasa Melayu.

(38)

Tabel 4.26 Kemampauan Berbahasa Melayu Pada Seluruh Responden

Table 4.26 di atas merupakan pemaparan dari kemampuan berbahasa Melayu responden pada seluruh kelompok responden yang terdiri dari kelompok remaja, kelompok dewasa dan kelompok orang tua. Jika dilihat dari total keseluruhan responden maka persentase yang bisa berbicara sebanyak 100% bisa, untuk persentase mampu membaca bahasa Melayu 74,74% bisa, 5,05% tidak bisa, dan 20,20% sedikit-sedikit ini menunjukkan bahwa sebahagian responden memiliki kesulitan dalam membaca menggunakan bahasa Melayu.

Selanjutnya persentase untuk menulis 71,71% bisa, 3,03% tidak bisa, dan 25,25% sedikit-sedikit. Pada tabel 4.25 dapat di ambil kesimpulan bahwa persentase responden yang bisa berbicara seluruh nya pandai berbahasa Melayu, kemudian untuk menulis dan membaca ada beberapa responden memiliki kesulitan menggunakan bahasa Melayu saat membaca dan menulis.

4.4 Penggunaan Bahasa Menurut Kelompok Umur

(39)

kelompok umur pasti terjadi perbedaan fungsi dan pemakaian bahasa itu sendiri dalam berinteraksi, perbedaan penggunaan bahasa ini yang akan membedakan pula pemertahanan bahasa pada tiap kelompok umur.

Penggunaan bahasa menurut kelompok umur di kelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu kelompok remaja, kelompok dewasa dan kelompok orang tua, dengan demikian akan tampak persentase pemertahanan bahasa pada tiap kelompok. Dalam sosiolinguistik faktor sosial seperti umur dianggap mempengarusi pemertanahan bahasa maka untuk itu umur di kaitkan dengan penggunaan bahasa sesuai kelompok yang telah di tentukan sebelumnya.

Adapun bahasa menurut kelompok umur anak di sajikan dalam bentuk tabel yang telah di bagi sesuai dengan kelompok umur yaitu kelompok remaja, kelompok dewasa dan kelompok orang tua, adapun tabel yang di maksud bisa di lihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.27 Penggunaan Bahasa Menurut Kelompok Umur

No Kelompok Umur Penggunaan bahasa (%)*

BM BI BB BDL ***

1 Kelompok Remaja 76,04% 23,95% - - -

2 Kelompok Dewasa 71,01% 23,58% - - 5,53%

3 Kelompok Orang Tua 77,19% 20,68% - - 0,65%

* Persentase dihitung dari jumlah frekuensi pada tiap kategori dibagi jumlah seluruh frekuensi pada tiap kategori

*** Tidak ada pilihan

(40)

dari ketiga kelompok tersebut penggunaan bahasa Melayu yang paling sering dalam kehidupan sehari-hari adalah kelompok orang tua ini dikarenakan mobilitas orang tua tidak sesibuk mobilitas kelompok dewasa sehingga penggunaan bahasa Melayu dari ketiga kelompok tersebut yang paling kecil persentasenya ada pada kelompok dewasa,

Pada tabel 4.27 di atas dapat di lihat penggunaan bahasa melayu pada kelompok remaja sebanyak 76,04%, persentase pada kelompok dewasa 71,01% dan persentase pada kelompok orang tua 77,19%. Sedangkan persentase bahasa Indonesia pada kelompok remaja 23,95%, persentase pada kelompok dewasa 23,58%, persentase pada kelompok orang tua 20,68%. Sedangkan untuk persentase pertanyaan yang tidak di jawan terdapat pada kelompok dewasa 5,53% dan persentase pada kelompok orang tua 0,65%.

Dari pemaparan persentase tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa mobilitas menjadi salah satu faktor yang menyebabkan bahasa bergeser pada kelompok dewasa, kemudian pada kelompok remaja terdapatnya persentase bahasa Indonesia 23,95% dikarenakan pendidikan yang mendorong pengguna bahasa Melayu menggunakan bahasa di Indonesia saat di lingkungan sekolah yang terkadang terbawa bawa kelingkungan luar sekolah.

4.5 Penggunaan Bahasa Melayu pada Domain/Ranah

(41)

ada empat domain/ranah yaitu ranah keluarga, tetangga (luar rumah), ranah pekerjaan (perkantoran), ranah agaman (peribatan) untuk mengetahui bahasa itu bertahan atau tidak namun dalam penelitian ini domain/ranah yang diteliti ditambahi yaitu ranah sekolah dan ranah transaksi.

Platt (dalam siregar dkk 1998:53) mengemukakan teori bahwa domain merupakan dimensi sosial, dimensi tersebut seperti umur, jenis klamin, tingkat pendidikan dan latar belakang ekonomi. Pada bab sebelumnya peneliti sudah menjelaskan bahwa dalam penelitian ini menggunakan 99 responden yang di klasifikasikan dalam bentuk tabel menjadi tiga kelompok yaitu, kelompok remaja (12-20 tahun), kelompok dewasa (21-40 Tahun), dan kelompok orang tua (41-80 tahun), seluruh hasil data disajikan dalam bentuk tabel dan diberikan penilaian sesuai pedoman tafsiran yang digunakan dengan perincian sebagai berikut :

Tabel 4.28 Persentase Dan Tafsiran

Persentase Tafsiran

0% Tidak Satupun Responden

1-26% Sebagian Kecil Responden

27-49% Hampir Setengah Responden

50% Setengahnya

(42)

76-99% Hampir Seluruhnya

100% Seluruhnya

Arikunto dalam (Minarso, 2007: 17).

Pada tabel penafsiran di atas ini tampak jelas bahwa penafsiran dari hasil persentase namun untuk mengukur kejelasan bertahannya bahasa atau tidak pada sebuah ranah maka diambil kesimpulan jika persentasi mencapai 76-100% maka bahasa tersebut dinyatakan bertahan. Jika persentasi mencapai 50-75% maka bahasa dikatakan sudah dipengaruhi bahasa lain. apabila persentasi mencapai 0-49% maka bahasa dianggap tidak bertahan.

4.5.1 Ranah Rumah

Untuk mengetahui pemertahanan bahasa di ranah rumah maka dalam kuesioner sudah dipersiapkan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pemertahanan bahasa Melayu responden di ranah rumah, untuk pertanyaan pada kelompok remaja di dalam kuesioner terdapat pada pertanyaan nomor : 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, sedangkan pada kelompok dewasa dan orang tua terdapat pada pertanyaan nomor : 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25.

(43)

Tabel 4.29 Penggunaan Bahasa Pada Kelompok Remaja

No Jenis Responden Berdasarkan Kelompok Persentase (%)* 1 Kelompok Remaja

Bahasa Melayu Bahasa Indonesia Bahasa Batak Bahasa daerah lain

96,96% 3,03%

0% 0%

* persentase dihitung dari jumlah frekuensi pada tiap kategori dibagi jumlah seluruh frekuensi pada tiap kategori dan hubungan peran

Tabel 4.29 di atas merupakan pemaparan tentang penggunaan bahasa Melayu di ranah rumah pada kelompok remaja, pada tabel tersebut persentasi bahasa Melayu mendominasi dalam penggunaan basa di kelompok remaja yaitu 96,96% dan persentasi bahasa Indonesia 3,03%, sedangkan bahasa Batak dan bahasa daerah lain 0%, persentase pada kelompok remaja ini membuktikan bahwa bahasa melayu masih bertahan di ranah rumah, tampak pada tabel 4.29 di atas persentase penggunaan bahasa Indonesia hanya sebesar 3,03% kemungkinan penggunaan bahasa Indonesia di ranah rumah pada kelompok ini dikarenakan pergeseran bahasa yang disebabkan oleh pelajaran dan kebiasaan yang didapatkan oleh kelompok remaja dari sekolah.

(44)

di kalangan remaja di ranah rumah tidak terlepas dari pengaruh orang tua yang sudah membiasakan anaknya menggunakan bahasa melayu sejak kecil.

Dari hasil persentase yang telah di paparkan maka dapat disimpulkan bahwa pada kelompok remaja hampir seluruhnya menggunakan bahasa Melayu di ranah rumah, dan bahasa Melayu dinyatakan bertahan di ranah rumah untuk kelompok remaja.

Melalui observasi yang dilakkukan oleh peneliti di lapangan kelompok remaja memang menggunakan bahasa Melayu di ranah rumah, berikut contoh tuturan yang di peroleh di lapangan.

Data 1

Anak 1 : kenapo dio ? Kenapadia ? Anak 2 : tidak tau

Tidak tahu

Anak 1 : kanapo kamu nangis ? Kenapa kau nangis ?

(45)

Data 2

Anak 1 : koncang kan dulu sikit

Besarkan dulu (suaranya) sedikit

Anak 2 : apo nang di koncangkan ? Apa yang mau di besarkan ?

Anak 1 : musik nya itu Musiknya itu

Percakapan di atas merupakan percakapan yang terjadi di ranah rumah saat duduk santai, pada saat itu sala seorang pemuda menghidupkan Mp3 Handphone namun karna suaranya tidak terlalu keras maka salah satu remaja yang ada di rumah itu menganjurkan kepada remaja yang sedang menghidupkan Mp3 Handphone itu dengan menggunakan bahasa Melayu, percakapan di atas merupakan percakapan antar suku Melayu, pada data satu tampak bahwa kedunya menggunakan bahasa Melayu saat berinteraksi.

Data 3

Anak 1 : apo itu Itu apa ?

Anak 2 : tanyo lah sama abang ini Tanya saja pad abang ini

Anak 1: apa ini bang ? Apa ini bang ?

(46)

Percakapan di atas merupakan percakapan diranah rumah saat seorang remaja penasaran dengan apa yang di isi oleh remaja lain yang ada di rumah itu. Mereka menggunakan bahasa Melayu antar sesame mereka akan tetapi saat berkomunikasi kepada peneliti si remaja yang awalnya bertanya kepada temannya menggunakan bahasa Melayu mengubah bahasanya menjadi bahasa Indonesia saat berkomunikasi dengan peneliti yaitu mengganti kata apo menjadi Apa, ini artinya terjadi alih kode yang dilakukan oleh remaja atau anak ke satu yang bertanya tersebut saat berkomunikasi kepada peneliti.

Hadiri oleh orang ke tiga pada bercakapan di atas tampak bahwa anak ke satu melakukan pengalihan kode kepada orang ketiga yaitu peneliti karna dia menganggap bahwa orang ketiga tidak menegrti bahasa Melayu Tanjungbalai sehingga anak ke satu langsung melakukan alih kode ke bahasa Indonesia saat berinteraksi dengan orang ke tiga atau peneliti.

Tabel 4.30 Penggunaan Bahasa Pada Kelompok Dewasa

No Jenis Responden Berdasarkan Kelompok Persentase (%)* 1 Kelompok Dewasa seluruh frekuensi pada tiap kategori dan hubungan peran

(47)

Tabel 4.30 di atas memaparkan tentang penggunaan bahasa Melayu di ranah rumah pada kelompok dewasa, pada tabel tersebut bahasa Melayu masih mendominasi walaupun tidak sekuat dominasi pada kelompok remaja ini dikarenakan mobilitas yang dilakukan oleh kelompok orang dewasa lebih banyak di banding kelompok yang lain, pada kelompok ini penggunaan bahasa Indonesia saat berkomunikasi biasanya dikarenakan rasa toleransi kepada lawan tutur agar komunikasi yang dugunakan berjalan dengan baik, pada tabel 4.30 persentase bahasa Melayu 67,80% dan persentase bahasa Indonesia 18,18% sedangkan persentase bahasa Batak dan persentase bahasa daerah yang lain 0%, pada tabel 4.30 terdapat tanda (***) yang menandakan bahwa pertanyaan yang ada dalam kuesioner tidak dijawab oleh responden, pada kelompok dewasa 14,01% responden tidak menjawab pertanyaan yang ada dalam kuesioner dikarenakan ketidaksesuaian pertanyaan atau lain hal sehingga responden tidak mengisi atau menjawab pertanyaan yang telah tertera dalam kuesioner. Maka dapat disimpulkan bahwa pada kelompok dewasa sebagian besar menggunakan bahasa Melayu di ranah rumah, dan bahasa Melayu dinyatakan sudah terpengaruh bahasa lain di ranah rumah untuk kelompok dewasa.

Melalui observasi yang dilakkukan oleh peneliti di lapangan kelompok remaja memang menggunakan bahasa Melayu di ranah rumah, berikut contoh tuturan yang di peroleh di lapangan.

Data 4

(48)

Tadi ibu mengatakan memasak (gulai) sop ?

Ibu : Tak jadi tadi katonyo nak boli sayur lontong ka Tanjung tak ada dapat nya sayur. Tidak jadi, (karna) tadi katanya mau membeli gulai ke Kota Tanjungbalai (ternyata) sayur yang dicari tidak ada.

Anak : Mano pula begitu bayah. Kenapa gitu

Percakapan di atas adalah percakapan percakapan di ranah rumah yang terjadi saat seorang anak menanyakan kepada ibunya tentang masakan yang telah di janjikan oleh ibunya sebelumnya, ternyata si ibu tidak memasak masakan yang telah di janjikan nya sebelumnya sehingga si anak menanyakan kepada ibunya dengan menggunakan bahasa Melayu kemudian si ibu memberikan alasan dengan menggunakan bahasa Melayu pula, si ibu memberi alasan mengapa ia tidak jadi memasak sop karna dia sudah berniat membeli sayur gulai di Kota Tanjungbalai, ternyata saat sayur gulai tersebut di beli ke Kota Tanjungbalai ternyata sayur yang di cari tidak ada.

Data 5

Ibu: Namonyo kapias pulo buayo

Nama (daerahnya) kapias pualau buaya

Anak: Pulau buayo lah Pulau buaya

Ibu: Sungai marbau namonyo Namnya sungai merbau

(49)

Percakapan di atas adalah percakapan antara seorang anak dengan ibunya di ranah rumah percakapan tersebut terjadi saat bercakap-cakap santai membahas tentang alamat daerah yang sudah diteliti percakapan di atas menggunakan bahasa Melayu, percakapan di atas menunjukkan bahwa ibu menggunakan bahasa Melayu ketika berkomunikasi dengan anaknya membahas tentang nama sebuah daerah penelitian yang baru saja disinggahi oleh peneliti siang itu.

Data 6

Peneliti : Makan lah bu (ayok) makan Bu Ibu : Ibu masih konyang

Ibu masih kenyang

Anak : Makan lah mak (ayok) makan Bu Ibu : Omak masih konnyang

Ibu masih konyang

(50)

Tabel 4.31 Penggunaan Bahasa Pada Kelompok Orang Tua

No Jenis Responden Berdasarkan Kelompok Persentase (%)* 1 Kelompok Orang Tua

* Persentase dihitung dari jumlah frekuensi pada tiap kategori dibagi jumlah seluruh frekuensi pada tiap kategori dan hubungan peran

*** Tidak ada pilihan

Tabel 4.31 di atas memaparkan penggunaan bahasa Melayu di ranah rumah pada kelompok orang tua, pada tabel tersebut di atas tampak penggunaan bahasa Melayu di ranah ruma masih tetap mendominasi walaupun tidak sebesar persentase yang ada pada kelompok remaja, ini membuktikan bahwa mobilitas orang tua lebih besar dibanding kelompok remaja dan mobilitas dewasa lebih beasr daripada kelompok orang tua ini terbukti bahwa penggunaan bahasa Indonesia cenderung lebih besar pada kelompok dewasa dibanding dengan kolompok orang tua.

(51)

Pada tabel 4.31 ini persentase bahasa Melayu masih mendominasi yaitu 82,94%, persentase bahasa Indonesia 11,36%, persentase bahasa daerah lain 0%, dan pertanyaan yang tidak dijawab oleh responden yang ada dalam kuesioner 1,89%. Maka dapat disimpulkan bahwa pada kelompok orang tua hampir seluruhnya menggunakan bahasa Melayu di ranah rumah, dan bahasa Melayu di nyatakan bertahan di ranah rumah untuk kelompok orang Tua.

Melalui observasi yang dilakkukan oleh peneliti dilapangan kelompok orang tua memang menggunakan bahasa Melayu di ranah rumah, berikut contoh tuturan yang di peroleh di lapangan.

Data 7

Anak : Udangnya Wa (Singkatan Ketua) (silahkan makan) udang nya Wa

Saya : Tak Mengapa

(sudah) nggak mengapa

Ibu : Kenapo tak di makan ? Alergi, Ahhhh mati kita, jadi apa yang di makan ? mati kita ! Kok tau aku alergi elok boli bawal aku.

Kenapa tidak di makan ? alergi, aduh matikita, jadi apa lagi yang dimakan ? mati kita! Kok tau aku alergi elok boli bawal aku

(52)

kenapa saya tidak memakan masakan udang goreng dengan menggunakan bahasa Indonesia yang bercampur dengan bahasa Melayu.

Data 8

Anak : Si Ipan tu gek mano korojo nyo ? Sudah bagaimana kabar kerja si Ipan

Ibu : Pore dio hari ini, kadang seminggu ado pore dua hari, satu hari kadang kadang be gaji dio 80

Dia libur hari ini, seminggu biasanya dia libur duahari, biasanya dia bergaji 80 ribu perharinya

Anak : Iyo Iya

Percakapan di atas adalah percakapan antar sesuku di ranah rumah, percakapan di atas terjadi saat anak menanyakan kabar pekerjaan saudaranya yang bernama Ipan kepada ibunya, kemudian ibunya menjawab pertanyaan anak tentang kabar pekerjaan Ipan bahwa Ipan sudah memiliki pekerjaan sebagai buru harian yang memiliki gaji 80 ribu perharinya, kemudian dalam seminggu biasanya Ipan libur selama dua hari, mereka menggunakan bahasa Melayu saat berkomunikasi membahas kabar kerja Ipan. Ini menunjukkan bahwa ibu dan anak menggunakan bahasa Melayu dalam berkomunikasi.

Tabel 4.32 Penggunaan Bahasa Pada Seluruh Responden

No Jenis Responden Berdasarkan Kelompok Persentase (%)* 1 Total Seluruh Responden

(53)

Bahasa Indonesia Bahasa Batak Bahasa daerah lain ***

11,19% 0% 0% 5,53%

* Persentase dihitung dari jumlah frekuensi pada tiap kategori dibagi jumlah seluruh frekuensi pada tiap kategori dan hubungan peran

*** Tidak ada pilihan

Tabel 4.32 di atas menunjukkan tentang penggunaan bahasa Melayu diranah rumah pada seluruh responden penelitian, pada tabel tersebut di atas tampak bahwa bahasa Melayu mendominasi dalam hal pemakaiaan bahasa pada masyarakat di Kota Tanjungbalai, pada tabel 4.32 ini persentase bahasa Melayu 84,57%, persentase bahasa Indonesia 11,19%, persentase bahasa Batak dan bahasa daerah lain 0% dan persentase pertanyaan yang ada dalam kuesioner yang tidak di jawab oleh responden 5,53%, persentase di atas membuktikan bahwa kebertahanan bahasa melayu di ranah rumah pada seluruh reponden masih sangat kuat sebesar 84,57%, ini menandakan bahwa bahasa melayu menjadi bahasa penghubung saat berkomunikasi di ranah rumah, dari persentase di atas maka dapat disimpulkan bahwa pada seluruh responden hampir seluruhnya menggunakan bahasa Melayu di ranah rumah, dan bahasa Melayu di nyatakan bertahan di ranah rumah.

4.5.2 Penggunaan Bahasa Melayu Di Ranah Tetangga/Luar Rumah

(54)

pertanyaan nomor : 25, 26, 27, 28, 29, 30 sedangkan pada kelompok dewasa dan orang tua terdapat pada pertanyaan nomor : 26, 27, 28.

Untuk lebih jelas hasil dari jawaban responden mengenai pemertahanan bahasa di ranah luar rumah sudah disajikan pada table di bawah ini.

Tabel 4.33 Penggunaan Bahasa Pada Kelompok Remaja

No Jenis Responden Berdasarkan Kelompok Persentase (%)* 1 Kelompok Remaja

Bahasa Melayu Bahasa Indonesia Bahasa Batak Bahasa daerah lain

70,70% 29,29%

0% 0%

* Persentase dihitung dari jumlah frekuensi pada tiap kategori dibagi jumlah seluruh frekuensi pada tiap kategori dan hubungan peran

Tabel 4.33 merupakan pemaparan tentang penggunaan bahasa Melayu di ranah tetangga atau ranah luar rumah pada kelompok remaja, ternyata terjadi penurunan persentase bahasa Melayu pada kelompok remaja di ranah luar rumah jika dibandingkan dengan ranah rumah ini terjadi karena terjadinya interaksi dengan berbagai macam orang selain orang melayu di luar rumah atau terjadinya penurunan bahasa ini dikarenakan rasa toleransi berbahasa sebab hadirnya orang ke tiga,

(55)

96,96% sedangkan di luar rumah menjadi 70,70% ini berarti terjadi penurunan pememrtahanan bahasah sebesar 26,26%.

Maka dapat disimpulkan bahwa pada kelompok remaja sebagian besar menggunakan bahasa Melayu di ranah luar rumah, dan bahasa Melayu di nyatakan sudah terpengaruh bahasa lain di ranah luar rumah untuk kelompok remaja karena sudah terpengaruh rasa toleransi berbahasa, rasa toleransi ini biasanya terlatih setelah duduk di bangku sekolah.

Melalui observasi yang dilakukan oleh peneliti di lapangan diperoleh tuturan di ranah luar rumah, berikut contoh tuturan yang diperoleh di lapangan.

Data 10

Anak : ini berapo

Berapa harganya

Ayah : yang biaso-biaso sajo nya Yang biasa-biasa saja

Anak :iya Berapo ? Iya berapa ?

Ayah : 29

Anak : Kok tak LCD itu Kenapa tidak LCD itu

(56)

Percakapan di atas adalah percakapan antar suku di ranah luar rumah, seorang anak berkomunikasi dengan seorang ayah membahas tentang harga Televisi dengan jenis LCD, Anak menayakan harga televisi yang mereka bahasa namun Ayah justru tidak memberitahu harga televisi tersebut, kemudian justru Ayah memberutahu ukuran besar dari televisi tersebut, kemudian Anak menayakan dengan membandingkan dengan televisi yang lebih canggih yaitu LCD namun Ayah agaknya mengeluh karna harganya terlalu mahal.

Percakapan di atas menunjukkan bahwa Ayah dan Anak menggunakan campur kode karena mereka sedang di luar rumah membahasa tentang sebuah prodak elektronik yang menimbulkan instilah atau nama baru seperti kata LCD.

Data 11

Anak : Digonyo-gonyo sehinggo gonyo-gonyoan Diganggu-ganggu sehingga merasa terganggu

Ibu : Yang kocian anak kakak jang, berapa bulan itu kak ? Anak kakak kecil, berapa bulan (umur) nya kak ? Anak : Sebulan

Satu bulan

Ibu : Sebulan ! yang betul aja kakak Satu bulan ! yang benar saja kakak

(57)

anak perempuan tersebut mencubit-cubit pipi anak bayi yang digendong oleh ibu, anak perempuan tersebut merasa geram melihat anak bayi yang di gendong oleh ibu sehingga ia mencubit anak bayi itu, melihat tingkah anak perempuan tersebut terhadap bayinya ibu memberikan teguran kepada anak perempuan itu karena bayinya merasa terganggu oleh tindakan anak perempuan itu, kemudian anak perempuan justru menanyakan umur bayi yang sedang di gendong oleh ibu dan ibu menjawab dengan singkat.

Tabel 4.34 Penggunaan Bahasa Pada Kelompok Dewasa

No Jenis Responden Berdasarkan Kelompok Persentase (%)* 1 Kelompok Dewasa

Bahasa Melayu Bahasa Indonesia Bahasa Batak Bahasa daerah lain ***

73,73% 22,22%

0% 0% 4,04%

* Persentase dihitung dari jumlah frekuensi pada tiap kategori dibagi jumlah seluruh frekuensi pada tiap kategori dan hubungan peran

*** Tidak ada pilihan

(58)

Terbangunnya komunikasi dengan berbagai kalangan jenis suku dan etnis mendorong kelompok dewasa melakukan campur kode atau alih kode, campur kode atau alih kode yang mereka lakukan biasanya terjadi saat mereka berkomunikasi dengan orang yang baru dikenal, bukan orang Melayu, dan kondisi tertentu.

Pada kelompok dewasa ini persentase bahasa Melayu 73,73%, persentase bahasa Indonesia 22,22%, selanjutnya persentase bahasa Batak dan bahasa daerah lain nya 0%, kemudian pertanyaan yang ada dalam kuesioner yang tidak di jawab oleh responden sebanyak 4,04%. Maka dapat disimpulkan bahwa pada kelompok dewasa sebagian besar menggunakan bahasa Melayu di ranah luar rumah, dan bahasa Melayu dinyatakan sudah terpengaruh bahasa lain di ranah luar rumah untuk kelompok dewasa.

Melalui observasi yang dilakukan oleh peneliti di lapangan, bahasa kelompok dewasa memang sudah terpengaruh bahasa Indonesia di ranah luar rumah, berikut contoh tuturan yang di peroleh di lapangan.

Data 12

Anak : D3 ado mak ?

(Pendidikan) Diploma III ada bu ?

Ibu : D3 ado jugo minimal SMA

(Pendidikan) Diploma III ada juga (tetapi) minimal SMA

Ayah : SMA tak pakek

(Pendidikan) SMA sudah tidak di pakai lagi

(59)

pekerjakan namun pendidikan minimal adalah SMA kemudian si Ayah menimpali bahwa pendidikan SMA tidak diterima lagi sebagai syarat untuk bekerja. Percakapan di atas menunjukkan bahwa masyarakat Melayu di Tanjungbalai berbahasa Melayu saat berkomunikasi di ranah luar rumah.

Data 13

Peneliti : Bukan PPP yang kuat di sini Put (singkatan Putra)? Bukan nya (pengaruh) PPP yang kuat di sini Put ?

Anak : Yang kuat di sini siapo ?

Tang kuat (pengaruh partainya) di sisni partai apa ?

Orang Tua : Pengawas TPS di sini harus S1 Pengawas TPS di sini haris S1

Anak : Kapalo TPS nyo harus S1 ? Kepala TPS nya harus S1 ?

Percakapan di tas merupakan percakapan beda suku di ranah luar rumah, percakapan di atas menunjukkan bahwa peneliti menayakan tentang pengaruh partai PPP di daerah Kota Tanjungbalai namun anak menanyakan kepada orang tua dengan menggunakan bahasa Melayu namun orang tua tersebut justru tidak menjawab pertanyaan yang di lontarkan anak dan mengalihkan pembahasan dengan membahas tentang syarat pendidikan pengawas TPS (Tempat Pemungutan Suara).

Data 14

Anak 1 : Ondak kemano kamu ? herndak kemana kalian ?

(60)

Hendak ke kantor lurah

Anak 1 : Nagapo i ? Ngapain ?

Anak 2 : Ado urusan sikit. Ada urusan sedikit

Percakapan di atas merupakan percakapan antar suku di ranah luar rumah, percakapan di atas terjadi saat anak 2 sedang berjalan menuju kantor lurah tiba-tiba anak 1 menegur dan bertanya hendak kemana anak 2 lalu, anak 2 menjawab bahwa ia hendak ke kantor lurah percakapan di atas merupakan percakapan kelompok dewasa menggunakan bahasa Melayu saat berkomunikasi.

Ini membuktikan bahwa masyarakat Melayu masih menggunakan bahasa Melayu antar sesama mereka di ranah luar rumah, akan tetapi jika terjadi komunikasi dengan yang berbeda suku dengan mereka maka mereka cenderung melakukan campur kode atau ahih kode sebagai bukti toleransi dalam berbahasa.

Tabel 4.35 Penggunaan Bahasa Pada Kelompok Orang Tua

No Jenis Responden Berdasarkan Kelompok Persentase (%)* 1 Kelompok Orang Tua

Bahasa Melayu Bahasa Indonesia Bahasa Batak Bahasa daerah lain

76,76% 23,23%

0% 0%

(61)

Tabel 4.35 memaparkan tentang penggunaan bahasa Melayu di ranah luar rumah pada kelompok orang tua, pada tabel tersbut ternyata bahasa Melayu masih mendominasi di banding bahasa yang lain ini membuktikan bahwa kelompok orang tua masih menggunakan bahasa melayu dalam pergaulan nya sehari-hari di ranah luar rumah, persentase bahasa Melayu pada kelompok orang tua di ranah luar rumah ternyata lebih tinggi di banding kelompok dewasa, ini membuktikan bahwa mobilitas kelompok dewasa lebih besar dari pada kelompok orang tua, ini dikarenakan kelompok dewasa adalah kelompok yang masih produktif sehingga mobilitasnya lebih besar dibanding kelompok orang tua yang cenderung sudah kurang produktif.

Pada tabel 4.35 tersebut di atas tampak bahwa persentase bahasa Melayu 76,76%, persentase bahasa Indonesia 23,23%, persentase bahasa Batak dan bahasa daerah lain 0%. Penggunaan bahasa Melayu di ranah luar rumah pada kelompok orang tua ini masih didominasi oleh bahasa Melayu yang mencapai 76,76%. Maka dapat disimpulkan bahwa pada kelompok orangtua sebagian besar menggunakan bahasa Melayu di ranah luar rumah, dan bahasa Melayu di nyatakan sudah hampir seluruhnya berbahasa Melayu di ranah luar rumah untuk kelompok orang tua.

Melalui observasi yang dilakukan oleh peneliti di lapangan, bahasa kelompok orang tua memang hampir seluruhnya berbahasa melayu di ranah luar rumah, berikut contoh tuturan yang di peroleh di lapangan.

Data 15

Orang Tua : Lo apo itu ? can duit nyo ?

(62)

Anak : Tidak ini kawan ku penelitian dari Medan.

Percakapan di atas merupakan percakapan satu suku di ranah luar rumah, percakapan ini terjadi saat si anak mengajak peneliti melihat kondisi masyarakat sekutar yang akan di teliti ternyata saat di perjalanan seorang orang tua menegur si anak yang menemani peneliti, orang tua tersebut menyapa dengan menggunakan bahasa Melayu namun karna kehadiran peneliti di antara mereka sebagai orang ke tiga sehingga si anak menjawab sapaan orang tua tersebut dengan bahasa Indonesia, kondisi ini membuktikan bahwa rasa toleransi berbahasa itu masih tinggi pada masyarakat Melayu di Kota Tanjungbalai.

Data 16

Orang tua : Kau sajo lah nang mengisi nyo Kamu saja yang mengisi nya

Anak : Sini lah, nama longkap nyo siapo ? Sinilah, nama lengkapnya siapa ?

Orang tua Fajar Alamsyah

(63)

Tabel 4.36 Penggunaan Bahasa Pada Seluruh Responden

No Jenis Responden Berdasarkan Kelompok Persentase (%)* 1 Seluruh Responden Penelitian seluruh frekuensi pada tiap kategori dan hubungan peran

*** Tidak ada pilihan

(64)

4.5.3 Penggunaan Bahasa Melayu Di Ranah Ibadah/ Keagamaan

Untuk mengetahui pemertahanan bahasa di ranah ibadah atau yang sering disebut dengan ranah keagamaan maka dalam kuesioner sudah dipersiapkan beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pemertahanan bahasa Melayu responden di ranah keagamaan, untuk pertanyaan pada kelompok remaja di dalam kuesioner terdapat pada pertanyaan nomor : 37, 38 sedangkan pada kelompok dewasa dan orang tua terdapat pada pertanyaan nomor : 29, 30, 31.

Untuk lebih jelas hasil dari jawaban responden mengenai pemertahanan bahasa di ranah keagamaan sudah disajikan pada table di bawah ini.

Tabel 4.37 Penggunaan Bahasa Pada Kelompok Remaja

No Jenis Responden Berdasarkan Kelompok Persentase (%)* 1 Kelompok Remaja

* Persentase dihitung dari jumlah frekuensi pada tiap kategori dibagi jumlah seluruh frekuensi pada tiap kategori dan hubungan peran

(65)

disimpulkan bahwa pada kelompok remaja hampir seluruhnya menggunakan bahasa Melayu di ranah keagamaan, dan bahasa Melayu di nyatakan bertahan di ranah keagamaan untuk kelompok remaja.

Melalui observasi yang dilakkukan oleh peneliti di lapangan, bahasa Melayu di kelompok remaja memang bertahan di ranah keagamaan, berikut contoh tuturan yang diperoleh di lapangan.

Data 17

Peneliti : Dek isi kan dulu kuesioner abang ini dek Anak : Apo ini bang ?

Apa ini bang ?

peneliti : isi sajo lah, ini pulpen nya. Isi saja lah, ini pena nya.

Percakapan di atas merupakan percakapan dua suku di ranah keagamaan, percakapan terjadi saat sedang hendak menunggu jadwal shalat tiba, saat itu peneliti berusaha mendekati seorang anak remaja dan menyuruhnya agar mengisi kuesioner yang telah di sediakan, kemudian anak bertanya apa tujuan dari kuesioner yang diberikan pada anak tersebut namun peneliti tidak menghiraukan dan menganjurkan agar mengisi kuesioner yang telah di sediakan.

(66)

Data 18

Peneliti : Sama siapa kau solat nya dek ? Anak : kawan aku bang

Peneliti : mano dio, suru dia dulu mengisi kuesioner abang ini Anak : dio masih di dalam bang, masih badoa

Percakapan di atas merupakan percakapan beda suku di ranah peribadatan, percakapan di atas terjadi saat setelah peribadatan selesai di mesjid, di saat salaseorang anak sedang mengisi kuesioner peneliti bertanya kepada anak dengan menggunakan bahasa Indonesia kemudian anak menjawab dengan bahasa Melayu dan ahirnya peneliti bertanya kembali dengan bahasa campur kode namun anak tetap menjawab nya dengan menggunakan bahasa Melayu. Ini membuktikan bahwa kelompok remaja tetap menggunakan bahasa Melayu pada lawan bicaranya walaupun dia tahu lawan bicaranya menggunakan campur kode di ranah Keagamaan.

Data 19

Anak 1 : Itu dio bang, heh kamu isi kan dulu ini

Itu dia bang, hey.. kamu isi kan duku (kuesioner) ini

Anak 2 : Apo ini ? Apa ini ?

Anak 1 : Punya abang ni Punya abang ini

Penelit : ini pulpennya dek.

(67)

untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan sebelumnya oleh peneliti, anak 1 menggunakan bahasa Melayu kepada anak 1 begitu juga sebaliknya, anak 1 menyuruh anak 2 mengisi kuesioner yang telah di sediakan oleh peneliti, kedua anak tersebut anak tersebut menggunakan bahasa Melayu dalam berkomunikasi sengankan peneliti tetap menggunakan bahasa Indonesia dengan menawarkan pena yang telah disediakan untuk mengisi kuesioner. Ini membuktikan bahwa kelompok remaja menggunakan bahasa melayu dalam berkomunikasi di ranah keagamaan.

Tabel 4.38 Penggunaan Bahasa pada Kelompok Dewasa

No Jenis Responden Berdasarkan Kelompok Persentase (%)* 1 Kelompok Dewasa

Bahasa Melayu Bahasa Indonesia Bahasa Batak Bahasa daerah lain

75,75% 25,25%

0% 0%

* Persentase dihitung dari jumlah frekuensi pada tiap kategori dibagi jumlah seluruh frekuensi pada tiap kategori dan hubungan peran

(68)

berkomunikasi cenderung mereka menggunakan bahasa Indonesia agar fungsi komunikasi berjalan dengan baik.

Pada tabel tersebut di atas tampak bahwa persentase bahsa Melayu merupakan bahasa yang mendominasi dalam hal pemakaiaan di kelompok dewasa sebesar 75,75%, sedangkan persentase bahasa Indonesia sebesar 25,25%, dan persentase bahasa Batak dan bahasa daerah lainnnya 0%. Maka dapat disimpulkan bahwa pada kelompok dewasa sebagian besar menggunakan bahasa Melayu di ranah keagamaan, dan bahasa Melayu dinyatakan sudah terpengaruh bahasa lain di ranah keagamaan untuk kelompok dewasa.

Melalui observasi yang dilakukan oleh peneliti di lapangan, bahasa Melayu pada kelompok dewasa memang sudah terpengaruh bahasa lain di ranah keagamaan, berikut contoh tuturan yang di peroleh di lapangan.

Data 20

Pemuda 1: Apo nang kau isi itu ?

Apa yang (sedang) kau isi itu ?

Pemuda 2: Pilihan baganda ini ku tenngok hang, kato adek ni kuesioner namo nyo Pilihan berganda ini ku lihat, kata adek ini namanya kuesioner

Pemuda 1: Dari mana ruponyo kau dek ? Dari mana rupanya adek ?

Peneliti : Dari medan Bang Dari medan Bang

Gambar

Gambar 3.1
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sosial Responden Pada Kelompok Remaja
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Sosial Responden Pada Kelompok Dewasa
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Sosial Agama Pada Kelompok Remaja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penjelasan di atas, fokus penelitian dalam penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yaitu untuk menjawab bagaimana strategi

Analisis deskriptif dilakukan untuk menjawab rumusan masalah yang tidak dihipotesiskan, dalam penelitian ini adalah rumusan masalah nomor satu, dua dan tiga, yaitu untuk

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi pengusaha UKM Muslim terhadap perbankan syariah di Kota Tanjung Balai. Teknik pengambilan sampel yaitu incidental sampling

5) Berkaitan dengan fitur semantik, hasil penelitian menunjukkan bahwa teks Hikayat Abdullah kerap dihiasi oleh tiga jenis metafora dengan fitur semantik yang merujuk

Simpulan bertujuan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan menjadi tiga hal. Berikut ini merupakan simpulan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif analisis yang bertujuan untuk mengetahui sistem fonologi terutama fonem vokal yang terdapat dalam

Pada penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu di arahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah di rumuskan

Pada bab ini akan di jelaskan secara rinci metode penelitian yang digunakan untuk menjawab tujuan penelitian berdasarkan masalah yang telah ditetapkan antara lain : desain