• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. KARAKTERISTIK PETANI, USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN DAN KESEJAHTERAAN

3) Penggunaan Lahan kering Untuk Ternak

4. 5. Cabe Jagung Kacang Tomat Ubi pohon 11.735 17.505 6.840 7.680 6.605 28,30 34,76 13,58 15,25 13,11 Kelapa *) Pinang Pisang Kopi *) Lain-lain 23.150 6.200 18.105 12.580 2.600 36,96 9,90 28,91 20,08 4,15 JUMLAH 50.365 100 - 62.635 100

Keterangan *) di antaranya 14.285 m² kebun peremajaan tahun 2005 -2007.

3) Penggunaan Lahan kering Untuk Ternak

Lahan kering berupa padang rumput yang dimanfaatkan secara bersama-sama oleh 4 penggembala seluas 135 hektar, posisinya di sebelah Selatan desa. Kesinambungan usaha ternak sangat tergantung pada pemanfaatan dan keberadaan padang rumput sebagai areal penyediaan rumput pakan ternak. Teknis penaganan ternak yakni pada pagi hari melepaskan ternak ke areal tersebut dan menjemputnya pada sore hari untuk dimasukkan ke kandang yang letaknya di atas tanah negara juga. Penggembala tidak melakukan pengkaplingan lahan padang rumput, namun ketersediaan rumput sebagai pakan ternak tetap mencukupi sepanjang tahun di atas lahan dimaksud.

Pola penggembalaan secara tradisional ini, semua ternak dikurung dalam kandang pada malam hari, oleh sebab itu responden ini menggunakan lahan hutan (tanah negara) seluas 1,5 hektar untuk kandang. Penggunaan lahan untuk kandang ternak juga dimanfaatkan secara bersama-sama keempat responden, bahkan di atas lahan ini tersedia juga rumput sebagai cadangan pakan ternak pada saat induk yang baru melahirkan dan ternak jantan menjelang penjaulan.

Satu hal yang dapat diperhatikan bahwa ketersediaan lahan subur tersebut tidak diusahakan jenis tanaman apapun maupun bididaya tanaman rumput untuk persediaan pakan ternak pada waktu tertentu. Dengan demikian belum timbul pengembangan usahatani dalam penyediaan rumput pakan ternak, karena belum tumbuh perencanaan kepada usaha lain seperti penggemukan lembu. Dapat diartikan bahwa penggembala ini belum tumbuh usaha pengembangan ekonomi petani dari sektor peternakan yang tentunya memerlukan SDM dan teknologi.

5.2.2 Permasalahan Usahatani

Petani lahan kering Gampong Lampisang Dayah identik dengan pertanian subsisten yang selalu bermasalah sekitar terbatasnya sarana pendukung sektor pertanian, belum mengenal teknologi pertanian yang tepatguna, belum terbuka pasar yang lebih luas melainkan di tingkat desa. Petani desa ini kehidupannya masih sederhana, belum mampu menghidupkan keluarga secara layak dan sejahtera, karena rendahnya pendapatan dari hasil pekerjaan pertanian. Petani belum terbuka akses kepada penyedia modal dan pengetahuan petani relatif rendah sehingga rendahnya pengetahuan tentang cara pengolahan tanah yang benar.

Penggunaan lahan kering pada kegiatan pertanian termasuk strategis, namun bisa terkendala bahkan bermasalah jika petani belum mampu membangun jejaring kerja komunitasnya untuk bisa mengakses partisipasi pihak luar dalam rangka menyakini institusi formal dan informal. Hubungan vertikal tersebut belum menunjukkan kemajuan di kalangan petani lahan kering, kecuali apa yang dilakukan oleh empat kepala keluarga penggembala. Oleh sebab itu kajian evaluasi permasalahan di sini khusus terhadap usahatani kebun dan ladang, tidak termasuk sektor penggembalaan. Permasalahan-permasalahan yang menonjol pada petani lahan kering Gampong Lampisang Dayah, di antaranya yakni persoalam modal usaha, sarana pendukung aktivitas petani, sumber daya manusia dan network petani terhadap institusi luar desa.

1) Permodalan

Persoalan permodalan di sini adalah menyangkut ketersediaan modal yang dimiliki petani maupun investasi pihak lain, seperti swasta maupun Pemerintahan Kabupaten Aceh Besar. Ketidakmampuan akses kepada sumber modal mengakibatkan lambannya pertumbuhan sektor perkebunan yang dilakukan secara intensifikasi, termasuk rencana peremajaan kebun yaitu penggantian kepada tumbuhan baru seperti pohon kopi Robusta dan kelapa hibrida. Oleh sebab itu maka ketersediaan modal usaha bagi petani lahan kering sektor kebun masih sulit mereka peroleh, sehingga konsentrasi petani lebih memprioritaskan pekerjaan terhadap lahan ladang yang tidak memerlukan modal besar. Jadi fungsi kebun hanyalah mengambil panen dari tanaman tua seperti kelapa, kopi yang telah berusia tua.

Berdasarkan hasil survei diketahui lebih banyak kepala keluarga petani yang mengemukakan bahwa pendapatan sektor pertanian pada setiap musim tanam habis dipergunakan untuk kebutuhan keluarga sehingga tidak memliki

50

kelebihan atau tidak mampu menyimpan keuntungan untuk permodalan kembali di sektor pertanian pada musim tanam berikutnya. Dari sektor kebun diketahui tidak semua petani memiliki lahan tersebut, artinya hanya sebagian kecil petani yang memiliki surplus pendapatan bulanan karena adanya tambahan pendapatan hasil kebun.

Dapat diambil suatu kesimpulan Keterdiaan modal untuk keberlanjutan usahatani mengalami kendala dalam pekerjaan pengelolaan lahan kering. Sehubungan dengan keadaan persediaan modal sendiri dan akses ke pihak penyedia modal maka dapat diambil dua opsi menyangkut ketersediaan modal bagi petani lahan kering. Pertama adalah tidak memiliki modal sendiri yang cukup untuk meningkatkan usahatani, kedua memiliki modal sendiri untuk kegiatan perkebunan dan ladang. Dengan ketersediaan modal dapat dibedakan kepada kekurangan modal dengan kecukupan modal untuk usaha tani kebun dan ladang, sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 11.

Tabel 11 Ketersediaan Modal Untuk usahatani Ladang dan Kebun

KECUKUPAN MODAL KEKURANGAN MODAL

JUMLAH KELUARGA PERSENTASE JUMLAH KELUARGA PERSENTASE

7 KK 41,18 % 10 KK 58,82 %

2) Infrastruktur

Kebun dan ladang yang menjadi sasaran usahatani di Gampong Lampisang Dayah terletak di sebelah Selatan persawahan dan sebelah Utara pemukiman warga. Untuk menjangkau dan kelancaran aktivitas petani lahan kering dimaksud tentunya dibutuhkan infrastruktur pendukung kegiatan khusunya jalan sebagai sarana transpotasi terhadap pengankutan hasil panen. Dukungan infrastruktur ini turut berpengaruh terhadap kegiatan pertanian. Sejak Februari 2007 telah dibangun jalan yang dapat dilalui kendaraan roda empat merupakan jalan hasil gagasan petani lahan kering bersama swadaya warga desa. Pembangunan jalan bersama warga desa secara partisipatif sejarak 500 meter, tetapi jalan ini belum bisa mengakses ke seluruh lahan kering karena tertunda kelanjutan pembangunan jalan sepanjang 800 meter.

Menyangkut rencana lanjutan jalan tersebut, telah dilakukan survei bersama tokoh masyarakat dan pemilik lahan kering, tetapi masih terhalang dengan lahan warga yang belum bersedia dibebaskan secara sukarela, sehingga tertunda pelaksanaannya. Menyinggung masalah kelanjutan jalan, Keuchik Gampong Lampisang Dayah bersama warga sedang mencari alternatif penyelesaian dan pembebasan lahan warga yang belum bersedia melepaskan kepemilikannya.

Dengan tersedianya infrastuktur jalan dimaksud berarti telah menambah suatu fasilitas pendukung terhadap kegiatan petani lahan kering, di samping membutuhkan ketersediaan fasilitas lain seperti penampungan air tanah dalam bentuk kolam dan penggalian sumur pada lokasi tertentu. Secara umum fasilitas transportasi terhadap petani lahan kering sudah mendukung tetapi belum maksimal karena jalan dimaksud belum selesai 100 persen. Masalah keberadaan jalan dan infrastruktur lainnya bagi petani bisa dikatakan sudah mendukung, namun perlu perbaikan infrastruktur sumber mata air.

Berdasarkan pertanyaan terhadap petani kebun dan ladang tentang manfaat apa yang dapat dirasakan dari infastruktur tersebut, mereka menyebutkan paling mendukung kegiatannya terutama pada saat pengangkutan panen telah meringankan biaya/tenaga dan mempercepat pekerjaan. Penyelesaian jalan sepanjang 500 meter (38,63 %) mempunyai peranan penting sebagai fasilitas dalam kegiatan penggarapan hampir 100 persen lahan petani, apalagi jika terselesaikan 100 persen jalan dimaksud, maka manfaatnya akan lebih besar lagi. Kepala keluarga yang belum menikmati keuntungan jalan tersebut, disebabkan letak lahannya pada posisi rencana kelanjutan pembangunan jalan selanjutnya. Katagori mamfaat infrastruktur jalan para petani dapat disebut mendukung kegiatan usahatani sedangkan katagori yang satu lagi adalah tidak mendukung usahatani sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 12.

Tabel 12 Mamfaat jalan Terhadap Kegiatan Usahatani Kebun dan Ladang

MENDUKUNG KEGIATAN USAHATANI TIDAK MENDUKUNG KEGIATAN USAHATANI

JUMLAH KELUARGA PERSENTASE JUMLAH KELUARGA PERSENTASE

16 KK 94,12 % 1 KK 5,88 %

52

3) Teknologi

Bagi petani yang membuka kebun secara perorangan selama 3 tahun terakhir telah menggunakan bibit hibrida, seperti kopi Robusta dan kelapa hibrida. Berdasarkan pertanyaan sejauhmana petani mengenal dan sejauhmana telah menggunakan peralatan teknologi sederhana dalam aktivitas pertanian, para petani lahan kering masih merasakan asing dalam kegiatan usahataninya. Bahwa mendominasi petani menjelaskan belum mengenal sama sekali dengan peralatan dan teknis penggarapan lahan secara moderen.

Oleh sebah itu lebih banyak dan umumnya lahan kering dikerjakan dari awal sampai pengolahan hasil dilaksanakan secara tradisional, tanpa pemakaian peralatan teknologi. Katagori tingkat penerapan peralatan teknologi sederhana dikalangan petani, bisa diketahui dengan menanyakan apakah menggunakan perlatan baru dalam pekerjaan pertanian kebun dan ladang dari pengolahan tanah sampai penanganan panen. Dari berbagai jawaban dapat dikelompokkan; menggunakan teknologi pertanian dan tidak menggunakan teknologi pertanian, seperti disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Penerapan Teknologi dalam Kegiatan Pertanian Kebun/ Ladanng

MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PERTANIAN TIDAK MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PERTANIAN

JUMLAH KELUARGA PERSENTASE JUMLAH KELUARGA PERSENTASE

4 KK 23,53 %) 13 KK -76,47%

Dokumen terkait