• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANCAMAN (THREATHS) 1. Pemda Kabupaten Aceh Besar belum

6.2 Strategi Pengembangan Pertanian Lahan Kering

Perumusan rancangan strategi pemberdayaan petani lahan kering dibahas melalui forum FGD bersama petani lahan kering itu sendiri dengan melibatkan stakeholders dari instansi teknis terkait (unsur Bappeda, BPMD, Dinas Pertanian) Kabupaten Aceh Besar. Semua hasil kuisioner yang telah dikumpulkan, telah teridentifikasi permasalahan sesuai prioritas kepentingan untuk dibicarakan dalam forum. Peserta FGD memberi taggapan persetujuan atau mengajukan sanggahan terhadap masing-masing permasalahan yang telah terungkap. Beberapa permasalahan yang dirasakan penting/mendesak untuk dicari strategi pemecahannya, yang dirumuskan dalam matriks SWOT.

Pada saat pelaksanaan diskusi berlangsung, mempertimbangkan unsur-unsur masalah yang paling mendesak (objektif) yang akan dimasukkan ke dalam matriks analisis SWOT. Adapun dalam kesepakatan FGD ditemukan 5 unsur masalah yang dianggap perlu penanganan secara strategis untuk ditingkatkan atau dimaksimalkan fungsinya. Adapun dari faktor internal munculnya masalah berasal dari unsur kelemahan di lingkungan petani lahan kering, sehingga perlu penekanan terhadap unsur tersebut dengan memanfaatkan peluang yang ada di luar lingkungan petani. Permasalahan atau kelemahan yang harus ditekankan meliputi :

ƒ Belum mencukupi modal untuk pengembangan usahatani ladang dan kebun. ƒ Keterbatasan pengetahuan petani tentang usaha pertanian dan ternak. ƒ Belum menggunakan peralatan teknologi pertanian dalam kegiatan usahatani.

Sedangkan mengenai faktor eksternal, munculnya masalah ialah dari unsur ancaman di luar komunitas pertanian, justru ancaman tersebut harus dihidari dengan cara memaksimalkan unsur kekuatan yang ada dari dalam lingkungan pertanian. Permasalahan atau ancaman yang harus dihindarkan adalah :

ƒ Pemda Kabupaten Aceh Besar belum melakukan pengawasan terhadap Penenyelenggaraan Musrenbangdes.

ƒ Belum terealisasi bantuan permodalan usahatani dari Pengusaha lokal.

Dari 10 strategi yang telah dianalisis dalam matrik anlisis SWOT, semuanya berpotensi untuk mencapai tujuan peningkatan kesejahteraan petani yang tentunya harus disusun dalam rancangan program. Seluruh strategi dimaksud berhasil dianalisis kembali sehingga dapat dirumuskan 20 rancangan program terhadap pengembangan petani lahan kering Gampong Lampisang Dayah.

76

6.2.1 Membentuk kelembagaan (kelompok tani) berbasis potensi lahan kering, bersama program BRR Aceh-Nias.

Pemanfaatan kekuatan yang ada di lingkungan petani lahan kering, dengan mengandalkan peluang di luar komunitas ini, bisa dirancang tiga strategi. Di antara tiga strategi dalam matriks analisis SWOT dimaksud, diseleksi untuk diambil satu alternatif yang tergolong sangat strategis dalam upaya memperbaiki dan mempersatukan kegiatan para petani lahan kering yang selama ini masih mengerjakan usahatani yang belum terorganisasi. Adapun harapan dari strategi ini adalah dapat menguatkan hubungan dan norma-norma horizontal, dan network vertikal petani lahan kering dalam kegiatan pembangunan sektor pertanian.

Strategi yang terpilih yaitu, membentuk kelembagaan (kelompok tani) bersama program BRR Aceh-Nias, berbasis potensi lahan kering. Guna terujud pembentukan organisasi pemberdayaan ekonomi tersebut tentunya diperlukan suatu rancangan program pelaksanaan kegiatan. Program yang paling muah diterima dan dijalankan adalah ;

1) Pembentukan kelompok pertanian lahan kering. 2) Pembentukan Lembaga Adat Seuneubok.

Rancangan program tersebut dianggap efektif sebab permasalahan petani lahan kering Gampong Lampisang Dayah adalah keterbatasan SDM dalam penggarapan lahan sempit dan perlunya pengawasan terhadap petani yang akan melakukan peremajaan kebun.

6.2.2 Memanfaatkan potensi lahan kering dalam menggalang kerjasama usahatani bersama program BRR.

Dengan adanya kekuatan di lingkungan petani lahan kering dan dengan memanfaatkan peluang di sekitar lingkungannya, berhasil memunculkan strategi kedua. pemilihan strategi ini dari matriks analisis SWOT, diharapkan menjadi suatu alternatif pemecahan masalah dalam menyakinkan donatur terhadap pengembangan petani. Dengan argumentasi bahwa sangat strategis terhadap program BRR karena tersedia lahan kering yang luas dan terjangkau transportasi. Harapan dari strategi ini adalah dapat merubah pola pertanian subsisten yang serba tradisional dan perbaikan kualitas jalan pada tahap berikutnya.

Strategi yang terpilih yaitu, memanfaatkan keberadaan jalan lingkar dalam menggalang kerjasama usahatani bersama program BRR. Strategi ini diambil untuk memperkuat dua program dari strategi sebelumnya seperti telah dijelaskan di atas.

1) Kerjasama BRR dengan kelompok pertanian lahan kering. 2) Kerjasama BRR dengan Lembaga Adat Seuneubok.

Rancangan program tersebut dianggap efektif sebab termasuk permasalahan petani lahan kering Gampong Lampisang Dayah selama ini adalah kuatnya kerjasama tetapi belum muncul dorongan untuk perngorganisasian komunitasnya, agar mampu akses terhadap institusi luas komunitas.

6.2.3 Memanfaatkan jasa pendamping teknis dalam rangka intensifikasi lahan kering.

Berdasarkan kekuatan yang ada di lingkungan petani lahan kering dan dengan memanfaatkan peluang di luar komunitas ini, berhasil memunculkan strategi. Di antara tiga strategi dalam matriks analisis SWOT dimaksud, dapat dipilih satu alternatif dengan argumentasi bahwa sangat strategis dalam upaya memperbaiki kemampuan dan pengetahuan para petani lahan kering yang selama ini masih mengerjakan usahatani secara subsisten. adapun harapan dari strategi ini adalah dapat merubah pola pertanian subsisten yang serba tradisional dalam penggarapan lahan, pembibitan, pemeliharaan dan sebagainya ke arah penggunaan peralatan teknologi pertanian dan peningkatan produksi usahatani.

Strategi yang terpilih yaitu, memanfaatkan jasa pendamping teknis dalam rangka intensifikasi lahan kering. Yang dicirikan di atas akan bisa terujud dengan cara mengaplikasikan dalam sebuah rancangan program pelaksanaan kegiatan. Program yang paling tepat adalah ;

1) Pendampingan PPL Pertanian dalam penggunaan lahan intensifikasi. 2) Peyuluhan PPL Pertanian terhadap peremajaan kebun.

Rancangan program tersebut dianggap efektif sebab permasalahan petani lahan kering Gampong Lampisang Dayah adalah keterbatasan SDM dalam penggarapan lahan sempit dan perlunya pengawasan terhadap petani yag akan melakukan peremajaan kebun.

6.2.4 Memanfaatkan perkembangan pasar dengan membentuk koperasi simpan-pinjam sebagai sarana perekonomian petani lahan kering.

Dengan memperhaikan peluang yang ada di luar komunitas petani lahan kering lalu berusaha menekan kelemahan di lingkungannya, maka berhasil dirancang tiga strategi. Di antara tiga strategi dalam matriks analisis SWOT dimaksud, dapat dipilih satu alternatif dengan argumentasi bahwa sangat strategis dalam upaya

78 menanggulangi permasalahn kesulitan modal para petani lahan kering. Dengan dibentuknya koperasi simpan-pinjam maka bisa menghimpun dana dari petani yang terjadi surplus pendapatan setiap bulan, dianggap bisa disalurkan kepada petani yang mengalami kesulitan memperoleh modal. Adapun harapan dari strategi ini adalah mau merubah pola penyimpanan uang, yakni menyimpan pada koperasi sehingga dapat membantu sesama komunitasnya.

Strategi yang terpilih yaitu, mengakomudir keuntungan petani ke dalam sebuah koperasi simpan-pinjam sebagai persediaan modal bagi petani lahan kering, yang dicirikan di atas akan bisa terujud dengan cara mengaplikasikannya ke dalam sebuah rancangan program pelaksanaan kegiatan. Program yang paling tepat tersebut adalah ;

1) Mendirikan sebuah Koperasi simpan-pinjam yang berbadan hukum. 2) Melibatkan donatur dalam koperasi.

Rancangan program tersebut dianggap efektif sebab permasalahan petani lahan kering Gampong Lampisang Dayah adalah tidak tersedia modal yang cukup dalam kegiatan usahatani di lahan luas maupun di lahan sempit. Sehubungan dengan perjanjian dengan pengusaha lokal tentang bantuan pada tahun 2006, sampai saat ini belum adanya realisasi terhadap pembangunan infrastruktur petani lahan kering desa ini.

6.2.5 Memanfaatkan jasa pendamping teknis sebagai pemandu kegiatan usahatani.

Strategi yang dimunculkan dari penekanan kelemahan komunitas dengan memanfaatkan peluang yang ada di sekitar lingkungan petani lahan kering, merupakan sebuah strategi yang dapat mendukung kegiatan strategi lain yakni terhadap pendampingan dan penyuluhan yang dilaksanakan PPL Pertanian. Dengan demikian strategi ini dapat memunculkan rancangan program meneruskan dan mengembangkan kegiatan pendampingan teknis. Program yang dapat ditawarkan dari strategi ini meliputi ;

1) Pelibatan pendamping teknis dalam kegiatan kelompok pertanian lahan kering . 2) Pelibatan pendamping teknis dalam lembaga adat Seuneubok.

Rancangan program tersebut penting dimunculkan dengan tujuan adanya kelanjutan peran PPL terhadap kegiatan usahatani dalam bentuk kelompok peertanian yang akan dibentuk.

6.2.6 Memamfaatkan program BRR untuk memperkenalkan dan menerapkan peralatan teknologi sederhana.

Mengingat bahwa petani lahan kering ini masih melekat dengan pola subsisten, maka satu-satunya cara merubah karakteristiknya adalah dengan penerapan teknologi. Aplikasi teknologi perlu diterapkan dalam upaya pengolahan tanah pertanian maupun dalan pengolahan hasil pertanian. Petani tidak akan mampu mengenal dan mengaplikasikan teknologi pertanian jika tidak ada pihak lain yang berpartisipasi dalam kegiatan pertanian dimaksud. Oleh sebab itu, bersamaan dengan program BRR perlu dirancang program bagi petani untuk memperkenalkan teknologi sederhana (ramah lngkungan) sehingga akan memudahkan pekerjaan dan bermanfaat dalam pengolahan bahan baku hasil pertanian.

Maksud penerapan teknologi sederhana ini yakni dalam upaya mengangkat pusat-pusat pertumbuhan produksi di tingkat komunitas keluarga petani lahan kering. Berkaitan dengan rancangan program ini maka perl partisipasi instansi terkait seperti BPM Provinsi NAD yang memiliki proyek Teknologi Tepat Guna (TTG). Rancangan program yang ditawarkan meliputi :

1) Pengenalan dan penerapan alat pengolah minyak kelapa. 2) Pengenalan dan penerapan alat pengolah sabut kelapa.

Kedua program ini punya potensi ekonomi, karena selama ini petani mengolah minyak kelapa secara tradisional dengan kualitas rendah sehingga tidak diminati konsumen. Kemudian, di Kecamatan Seulimeum sampai saat ini belum ada kegiatan pemanfaatan/pengolahan sabut kelapa.

6.2.7 Memamfaatkan lahan terlantar untuk kegiatan kelompok tani dalam rangka kemitraan dengan pengusaha lokal.

Dengan mempertibangkan kekuatan yang ada pada komunitas petani lahan kering, kemudian berusaha mengantisipasi unsur ancaman di luar lingkungannya, maka berhasil dirancang dua strategi. Di antara dua strategi yang tersusun dalam matriks analisis SWOT, dapat dipilih satu alternatif dengan argumentasi bahwa sangat strategis dalam upaya menanggulangi permasalahn kesulitan modal yang besar dari pihak institusi luar, guna peremajaan kebun petani lahan kering. Tujuan bekerjasama dengan sektor swasta adalah dapat menggunakan kembali seluruh potensi lahan kering petani yang terlantar, tentunya melalui sebuah perjanjian bagi hasil atau kesepakatan lain. Adapun harapan dari strategi ini adalah terealisasinya investasi kemitraan untuk menggarap lahan kering secara maksimal.

80 Strategi yang terpilih yaitu, memamfaatkan lahan dalam bentuk kelompok tani guna membangun suatu trust dalam rangka kemitraan dengan pengusaha. Dengan demikian, jika kerjasama bagi hasil tidak ditemui, maka perlu membuka akses (negosiasi) ke berbagai sumber penyedia modal pinjaman, merupakan suatu strategi yang sering dilakukan tetapi harus mengakses kepada sumber modal sebaiknya pada pinjaman lunak (bunga rendah). Jadi, jaringan kerja petani lahan kering (Gambar 5) harus diperketat lagi dengan membangun jejaring sosial ke berbagai institusi terkait secara vertikal. Yang dicirikan di atas akan bisa terujud dengan cara mengaplikasikannya ke dalam rancangan program pelaksanaan kegiatan. Program yang relevan adalah,

1) Kemitraan usaha perkebunan antara petani lahan kering dengan pengusaha. 2) Kerjasama petani lahan kering dengan pengusaha lokal.

Rancangan program tersebut dianggap efektif sebab permasalahan petani lahan kering Gampong Lampisang Dayah belakangan ini adalah tidak cukup tersedia modal sendiri dalam kegiatan usahatani di lahan luas maupun di lahan sempit dan perlunya merangkul investor lokal ke sektor pertanian pengembangan tersebut.

6.2.8 Meningkatkan kerjasama petani lahan kering dalam memantau penyelenggaraan musrenbangdes.

Untuk memperjuangkan hak-hak dan martabat sebagai masyarakat yang terlindungi undang-undang adalah dengan cara pendekatan terhadap pemerintahan atau tindakan advokasi. Sehubungan dengan informasi bahwa petani lahan kering belum pernah dilibatkan bahkan belum mengenal dengan musrenbangdes, maka ke depan Pemerintah Kabupaten Aceh Besar seharusnya melakukan lebih transparan. Dengan demikian untuk terlaksananya musrenbang secara transparansi pihak lembaga pertanian dapat mengajukan keberatan melalui instansi terkait yakni BPM Aceh Besar yang memfasilitasi musrenbangdes tersebut.

Strategi ini dipilih karena merupakan suatu model partisipatif dalam perencanaan daerah, sehingga sistem perencanaan pembangunan yang diharapkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 dilaksanakan secara transparan yakni pola

bottom-up planing. Oleh karena itu perlu sebuah rancangan program pelaksanaan

kegiatan. Program yang paling dibutuhkan adalah ;

1) Melakukan advokasi ke BPM Aceh Besar, pra penyelenggaraan musrenbangdes. 2) Melakukan advokasi ke Bappeda Aceh Besar, pra penyelenggaraan musrenbang.

Dengan adanya upaya pembelaan diri petani melalui perwakilan atau kelembagaannya diharapkan tercapai dua hal utama. Pertama supaya musrenbangdes dlakukan secara tranparan, kedua supaya dapat dilibatkan unsur petani lahan kering dalam penyelenggaraannya, sebagaimana dimaksudkan pada dua rancangan program dalam strategi ke 10.

6.2.9 Meningkatkan SDM bidang pertanian untuk mendapat kepercayaan sektor swasta/pengusaha lokal.

Peningkatkan SDM petani lahan kering yang dapat dilakukan adalah pembinaan ketrampilan dalam pertanian, pengolahan hasil tani dan prilaku dalam interaksi sosial. Dengan demikian perlu keterlibatan berbagai elemen dalam rangka perbaikan kualitas SDM tersebut termasuk pendamping teknis, peran lembaga adat, dan donatur. Sehubungan dengan tujuan perbaikan SDM dan keterlibatan institusi yang terkait, maka rancangan programnya adalah :

1) Pemberian bimbingan teknis bidang pertanian. 2) Pemberian bimbingan teknis bidang peternakan.

Program ini diharapkan bisa berjalan sehingga dapat meyakinkan sektor swasta atau pengusaha dalam pengucuran bantuan maupun permodalan untuk kegiatan usahatani lahan kering.

6.2.10 Memanfaatkan musrenbangdes sebagai media partisipatif dalam penyampaian aspirasi petani lahan kering.

Dalam matriks analisis SWOT terdapat unsur-unsur kelemahan yang sulit dihilangkan dan unsur-unsur ancaman yang sulit dihindarkan, masing-masing ada di lingkungan usaha pertanian lahan kering. Upaya yang bisa ditempuh adalah mempengaruhi pengambil kebijakan (Pemerintah Kabupaten Aceh Bsar) terhadap pembangunan di masa yang akan datang, dengan cara berpartisipatif langsung dalam berbagai kegiatan pembangunan.

Tujuan mempengaruhi ini supaya unsur petani lahan kering dapat menyampaikan kebutuhan, tentunya melalui usulan penyusunan anggaran atau program pembangunan. Artinya, minimal komunitas ini harus bisa melakukan advokasi kepada instansi penyelenggaraan musrenbangdes, maksimal sampai pada jalur musrenbang.

Pilihan strategi di atas dengan dasar pemikiran bahwa selama ini aspirasi masyarakat petani lahan kering kurang terakomudasi dalam agenda pembangunan

82 daerah dibandingkan dengan perkembangan sektor pertanian di kecamatan lain. Akibat tidak terserap aspirasi petani akhirnya usaha sektor pertanian tidak terfasilitasi secara maksimal di antaranya tidak tersedia fasilitas khusunya untuk sarana kegiatan pertanian lahan kering. Artinya peran petani dalam perencanaan daerah mempengaruhi keberhasilan usahatani di masa yang akan datang.

Pada intinya strategi ini diambil merupakan tidak lanjut dari advokasi kelembagaan petani lahan kering terhadap Pemda Aceh Besar. Artinya strategi ini suatu model partisipatif dalam perencanaan daerah, sehingga tertampung aspirasi dan tujuan yang diharapkan bahwa pembangunan daerah memihak pada sektor pertanian, khususnya pertanian lahan kering yang masih mengalami kekurangan berbagai aspek seperti modal, teknologi dan SDM. Oleh karena itu perlu sebuah rancangan program pelaksanaan kegiatan. Program yang paling mendesak dan dibutuhkan adalah ;

1) Partisipatif petani lahan kering dalam pelaksanaan musrenbangdes. 2) Partisipatif petani lahan kering dalam pelaksanaan musrenbang.

Rancangan program tersebut selalu menjadi harapan petani lahan kering Gampong Lampisang Dayah supaya pembangunan bidang pertanian dapat dilaksanakan sesuai aspirasi dan kebutuhan masyarakat di lapisan terbawah.

Gambar 6 Kerangka Alur Program Pemberdayaan Petani Lahan kering

S T R A T E G I P R O G R A M HASIL YANG

DIHARAPKAN

Dokumen terkait