• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

3.7. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diolah dengan tahapan sebagai berikut :

a. Data umur dikumpulkan menggunakan kuisioner dan dikelompokkan menjadi risiko ringan dan risiko tinggi.

b. Data paritas dikumpulkan menggunakan kuisioner dan dikelompokkan menjadi risiko ringan dan risiko tinggi.

c. Data jarak kelahiran dikumpulkan menggunakan kuisioner dan dikelompokkan menjadi berisiko dan tidak berisiko.

d. Data konsumsi tablet Fe dikumpulkan menggunakan kuisioner dan dikelompokkan menjadi baik dan kurang.

e. Data konsumsi pangan yang dikumpulkan dengan formulir food recall 24 jam yang dilakukan kemudian dihitung zat gizinya meliputi zat besi, asam folat, dan vitamin B12 menggunakan Program Nutri Survey berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang dinyatakan dalam miligram untuk zat besi, microgram untuk asam folat, dan milligram untuk vitamin B12.

Selanjutnya dihitung rata-rata zat gizi tersebut kemudian dihitung kecukupan gizinya dengan menggunakan rumus :

Kecukupan Gizi = jumlah konsumsi zat gizi x 100%

AKG

Kemudian hasilnya disesuaikan dengan kriteria kecukupan gizi yang telah ditentukan, yaitu baik dan kurang.

f. Data pemeriksaan ANC dikumpulkan menggunakan kuisioner dan dikelompokkan menjadi baik dan kurang.

g. Data kadar haemoglobin diperoleh dengan melakukan tes darah dengan menggunakan alat Haemometer Sahli.

3.7.2 Analisis Data

Langkah-langkah dalam teknik analisis data adalah sebagai berikut : a. Analisis Univariat

Analisa data dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan presentasi tiap variabel yang akan diteliti.

b. Analisis Bivariat

Analisa ini digunakan untuk melihat hubungan karakteristik ibu hamil dengan kejadian anemia menggunakan uji chi square melalui distibusi frekuensi dan proporsi dengan α : 0,05 kemudian dibandingkan dengan teori yang ada.

c. Analisis Multivariat

Analisis multivariat adalah analisis multi variabel dalam satu atau lebih hubungan. Analisis ini berhubungan dengan semua teknik statistik yang secara simultan menganalisis sejumlah pengukuran pada individu atau objek. Analisis multivariat dilakukan dengan menggunakan uji regresi logistik. Uji regresi logistik ganda digunakan untuk melihat pengaruh satu atau beberapa variabel independen tehadap upaya pencegahan anemia pada ibu hamil.

Dalam uji regresi logistik ganda ini digunakan metode seleksi Backward LR.

Model persamaan regresi logistik ganda yang dapat digunakan untuk peramalan probabilitas individu untuk upaya pencegahan anemia pada ibu hamil yaitu : (Sastroasmoro, 2002)

Dimana : p = Probabilitas ibu hamil yang anemia

βi =0,1,2,……, n adalah parameter model regresi logistik.

Xi= 1,2,3,..., n adalah variabel bebas yang diperhatikan.

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis

Puskesmas Pijorkoling terletak di wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara, dengan luas bangunan ± 340 m2 dan luas tananh ± 1500 m2. Jarak Puskesmas Pijorkoling ke kota Padangsidimpuan 7 km. Letak Puskesmas Pijorkoling ini berdampingan dengan kantor Dinas Kesehatan Kota Padangsidimpuan. Wilayah Puskesmas Pijorkoling mempunyai batas sebagai berikut :

Sebelah Utara : Desa Pudun Jae Kecamatan Sebelah Selatan : Desa Hutatonga

Sebelah Timur : Kecamatan Siais Sebelah Barat : Desa Manunggang Jae

Puskesmas Pijorkoling merupakan salah satu dari Sembilan Puskesmas yang ada di Kota Padangsidimpuan. Terletak di wilayah kecamatan Padangsidimpuan Tenggara yang terdiri dari 13 desa/kelurahan yaitu : Sihitang, Palopat, Purbatua, Salambue, Sigulang, Pijorkoling, Hutakoje, Huta Limbong, Huta Lombang, Huta Padang, Manunggang Julu, Goti, dan Manegen.

Puskesmas Pijorkoling sebagai salah satu fasilitas kesehatan di Kota Padangsidimpuan yang mulai Januari 2004 yang sebelumnya adalah Pustu Pijorkoling. Puskesmas Pijorkoling merupakan puskesmas induk yang terdiri dari 5

(lima) unit Puskesmas Pembantu yaitu : Pustu Sihitang, Pustu Palopat, Pustu Perumnas Pijorkoling, Pustu Goti.

4.1.2 Demografi

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pijorkoling tahun 2012 adalah 24.822 jiwa dengan 5.107 KK yang terdiri dari pria 11.881 jiwa, wanita 12.941 jiwa.

Sebagian besar penduduk berada pada kelompok anak – anak dan remaja.

Mata pencaharian penduduk adalah bertani dan berkebun, wiraswasta, PNS, ABRI. Penduduk wilayah Puskesmas Pijorkoling berada pada tingkat social ekonomi menengah kebawah.

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur, Paritas dan Jarak Kelahiran Pada penelitian ini, karakteristik responden yang dilihat meliputi umur ibu, paritas dan jarak kelahiran ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling. Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkan bahwa berdasarkan umur ibu, proporsi umur responden tertinggi pada kelompok 20-35 tahun sebesar 85,9%. Berdasarkan paritas, proporsi paritas yang paling banyak yaitu 1-3 anak sebesar 78,1%, proporsi jarak kelahiran yang paling yaitu ≥ 2 tahun sebesar 79,7%, secara jelas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Ibu Hamil Berdasarkan Umur, Paritas dan Jarak Kelahiran di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota

Padangsidimpuan

No Karakteristik Responden Jumlah (n) Persentase (%) 1 Umur

20-35 tahun

< 20 tahun dan > 35 tahun

55

Berdasarkaan hasil penelitian konsumsi tablet Fe terlihat bahwa sebanyak 30 orang (46,9%) yang mengkonsumsi tablet Fe secara teratur 1 x 1 hari dan sebanyak 34 orang (53,1%) mengkonsumsi tablet Fe secara tidak teratur 1 x 1 hari dan ibu sama sekali tidak mengkonsumsi tablet Fe, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Konsumsi Tablet Fe pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan

Konsumsi Tablet Fe Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 30 46,9

Kurang 34 53,1

Jumlah 64 100,0

4.4 Pola Makan

Berdasarkan distribusi frekuensi pola makan dari hasil penelitian diperoleh bahwa sebanyak 28 orang (43,8%) yang baik dan sebanyak 36 orang (56,2%) kurang seperti pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pola Makan pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan

Pola Makan Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 28 43,8

Kurang 36 56,2

Jumlah 64 100,0

Pola makanan yang diperoleh dengan menggunakan formulir Food Recall 24 jam yang dilakukan meliputi zat besi, asam folat dan vitamin B12. Hasil penelitian

diperoleh bahwa lebih banyak zat besi dengan kategori kurang sebanyak 35 orang (54,7%), asam folat dengan kategori kurang sebanyak 33 orang (51,6%) dan vitamin B12 dengan kategori baik sebanyak 33 orang (51,6%), dapat dilihat pada tabel 4.4 :

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pola Makan (Zat Besi, Asam Folat dan Vitamin B12) pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling

Kota Padangsidimpuan

4.5 Pemeriksaan ANC

Pada Tabel 4.5 diperoleh bahwa distribusi frekuensi pemeriksaan ANC adalah sebanyak 26 orang (40,6%) yang baik sesuai dengan usia kehamilan dan sebanyak 38 orang (59,4%) yang kurang yaitu tidak sesuai dengan usia kehamilan, secara jelas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pemeriksaan ANC pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan

Pemeriksaan ANC Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 26 40,6

Kurang 38 59,4

Jumlah 64 100,0

4.6 Anemia

Kejadian anemia diperoleh bahwa sebanyak 23 orang (35,9%) ibu tidak mengalami anemia dan sebanyak 41 orang (64,1%) ibu mengalami anemia, secara jelas dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan

Anemia Jumlah (n) Persentase (%)

Tidak 23 35,9

Ya 41 64,1

Jumlah 64 100,0

4.6.1 Hubungan Umur dengan Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan

Hasil uji chi square menunjukkan nilai p=0,355> α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur dengan anemia pada ibu hamil. Tabel

silang antara umur dengan anemia menunjukkan bahwa dari 55 responden yang berumur 20-35 tahun, ada 34 orang (61,8%) yang mengalami anemia. Sedangkan, dari 9 responden yang berumur <20 dan >35 tahun terdapat 7 orang (77,8%) yang mengalami anemia.

Tabel 4.7 Hubungan Umur dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan

Umur

Anemia

Tidak Ya Total p

n % n % n %

20-35 tahun 21 38,2 34 61,8 55 100,0

0,355

<20 dan >35 tahun 2 22,2 7 77,8 9 100,0

4.6.2 Hubungan Paritas dengan Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan

Tabel silang antara paritas dengan anemia pada ibu hamil menunjukkan bahwa dari 50 responden yang paritasnya 1-3 orang anak, ada 34 orang (68,0%) yang mengalami anemia. Sedangkan, dari 14 responden yang paritasnya > 3 orang anak terdapat 7 orang (50,0%) yang mengalami anemia. Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,215 > α=0,05, dengan demikian tidak terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

Tabel 4.8 Hubungan Paritas dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan

Paritas

4.6.3 Hubungan Jarak Kelahiran dengan Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan

Hasil uji chi square menunjukkan nilai p=0,822> α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara jarak kelahiran dengan anemia pada ibu hamil.

Tabel silang antara jarak kelahiran dengan anemia menunjukkan bahwa dari 51 responden yang jarak kelahirannya ≥ 2 tahun, ada 33 orang (64,7%) yang mengalami anemia. Sedangkan, dari 13 responden jarak kelahirannya < 2 tahun terdapat 8 orang (61,5%) yang mengalami anemia.

Tabel 4.9 Hubungan Jarak Kelahiran dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan

Jarak Kelahiran

4.6.4 Hubungan Konsumsi Tablet Fe dengan Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan

Tabel silang antara konsumsi tablet Fe dengan anemia pada ibu hamil menunjukkan bahwa dari 30 responden yang mengkonsumsi Fe secara teratur, ada 13 orang (43,3%) yang mengalami anemia. Sedangkan, dari 34 responden yang tidak mengkonsumsi Fe secara teratur terdapat 28 orang (82,4%) yang mengalami anemia.

Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,001 < α=0,05, dengan demikian terdapat hubungan antara konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil

Tabel 4.10 Hubungan Konsumsi Tablet Fe dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan

Konsumsi Tablet

Hasil uji chi square menunjukkan nilai p=0,002< α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pola makan dengan anemia pada ibu hamil. Tabel silang antara pola makan dengan anemia menunjukkan bahwa dari 28 responden yang pola makan baik yaitu 12 orang (42,9%) yang mengalami anemia. Sedangkan, dari 36 responden yang pola makan kurang terdapat 29 orang (80,6%) yang mengalami anemia.

Tabel 4.11 Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan

Pola Makan Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan

Hasil uji chi square menunjukkan nilai p=0,003< α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pemeriksaan ANC dengan anemia pada ibu hamil.

Tabel silang antara pemeriksaan ANC dengan anemia menunjukkan bahwa dari 26 responden yang ANCnya baik, ada 11 orang (42,3%) yang mengalami anemia.

Sedangkan, dari 38 responden yang ANCnya kurang terdapat 30 orang (78,9%) yang mengalami anemia.

Tabel 4.12 Hubungan Pemeriksaan ANC dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan

Pemeriksaan ANC

4.6.7 Hubungan Pemeriksaan ANC dengan Konsumsi Tablet Besi pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan Hasil penelitian diperoleh bahwa dari 26 responden yang ANCnya baik, ada 8 orang (30,8%) yang konsumsi tablet besinya kurang. Sedangkan, dari 38 responden yang ANCnya kurang terdapat 26 orang (68,4%) yang konsumsi tablet besinya kurang. Berdasarkan uji chi square menunjukkan nilai p=0,003< α = 0,05 artinya terdapat hubungan antara pemeriksaan ANC dengan konsumsi tablet besi pada ibu hamil, secara jelas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.13 Hubungan Pemeriksaan ANC dengan Konsumsi Tablet Besi pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling

Kota Padangsidimpuan

Pemeriksaan ANC

Konsumsi Tablet Besi

Baik Kurang Total p

n % n % n %

Baik 18 69,2 8 30,8 26 100,0

0,003

Kurang 12 31,6 26 68,4 38 100,0

4.6.8 Hubungan Zat Besi dengan Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan

Hasil uji chi square menunjukkan nilai p=0,004< α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara zat besi dengan anemia pada ibu hamil. Tabel silang antara zat besi dengan anemia menunjukkan bahwa dari 29 responden yang zat besi baik yaitu 16 orang (55,2%) yang mengalami anemia. Sedangkan, dari 35 responden yang zat besi kurang terdapat 28 orang (80,0%) yang mengalami anemia.

Tabel 4.14 Hubungan Zat Besi dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan

Zat Besi disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara asam folat dengan anemia pada ibu hamil. Tabel silang antara asam folat dengan anemia menunjukkan bahwa dari 31 responden yang asam folat baik yaitu 18 orang (58,1%) yang mengalami anemia.

Sedangkan, dari 33 responden yang asam folat kurang terdapat 28 orang (84,8%) yang mengalami anemia.

Tabel 4.15 Hubungan Asam Folat dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan

Asam Folat

4.6.10 Hubungan Vitamin B12 dengan Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan

Hasil uji chi square menunjukkan nilai p=0,007< α = 0,05 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara vitamin B12 dengan anemia pada ibu hamil. Tabel silang antara pola makan dengan anemia menunjukkan bahwa dari 33 responden yang vitamin B12 baik yaitu 17 orang (51,5%) yang mengalami anemia. Sedangkan, dari 31 responden yang vitamin B12 kurang terdapat 25 orang (80,6%) yang mengalami anemia.

Tabel 4.16 Hubungan Vitamin B12 dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan

Vitamin B12

Anemia

Tidak Ya Total p

n % n % n %

Baik 17 51,5 16 48,5 33 100,0

0,007

Kurang 6 19,4 25 80,6 31 100,0

4.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Kejadian Anemia

Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi anemia pada ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan dilakukan analisis multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik berganda.

Analisis multivariat dalam penelitian ini menggunakan uji logistik berganda yaitu salah satu pendekatan model statistik untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel independen (lebih dari satu) terhadap variabel dependen kategorik yang bersifat dikotomi atau binary. Variabel yang dimasukkan dalam model prediksi

regresi logistik berganda adalah variabel dengan nilai p<0,25 pada hasil uji Chi-Square yaitu paritas, konsumsi tablet Fe, pemeriksaan ANC dan pola makan.

Variabel yang terpilih dalam model akhir regresi logistik dengan metode backward seperti diujikan pada Tabel 4.17 berikut :

Tabel 4.17 Hasil Akhir Uji Regresi Logistik Berganda

Variabel B Sig. Exp B

Konsumsi Tablet Fe 1,757 0,005 5,796

Pola makan 1,655 0,007 5,233

Constant -1,082 0,034 0,339

Setelah dilakukan analisis multivariat, didapatkan hasil bahwa konsumsi tablet Fe dan pola makan, berpengaruh terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pijorkoling tahun 2013.

Hasil analisis uji regresi logistik juga menunjukkan bahwa variabel konsumsi tablet Fe dengan p (0,005) < 0,05 berpengaruh terhadap kejadian anemia. Kemudian variabel pemeriksaaan ANC dengan p (0,007) < 0,05 berpengaruh terhadap kejadian anemia. Hasil analisis uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan adalah variabel konsumsi tablet Fe yaitu pada nilai koefisien regresi B 1,757.

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik, variabel konsumsi tablet Fe diperoleh nilai Exp (B) sebesar 5,796, sehingga dapat disimpulkan bahwa ibu hamil yang mengkonsumsi tablet Fe 1x1 hari secara tidak teratur dan tidak mengkonsumsi akan mempunyai kemungkinan 5,796 kali lebih besar mengalami kejadian anemia daripada ibu yang rutin mengkonsumsi tablet Fe 1x1 hari.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa konsumsi tablet Fe dan pola makan memiliki pengaruh terhadap kejadian Anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pijorkoling tahun 2013, dengan nilai percentage correct = 76,6 artinya konsumsi tablet Fe dan pola makan menjelaskan variasi kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pijorkoling tahun 2013 sebesar 76,6%, selebihnya 23,4% dipengaruhi variabel lain yang tidak termasuk dalam variabel penelitian ini.

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik berganda tersebut dapat ditentukan model persamaan regresi logistik berganda yang dapat menafsirkan faktor konsumsi tablet Fe dan pola makan yang berpengaruh terhadap kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Pijorkoling tahun 2013 adalah sebagai berikut:

))

X1 : Konsumsi tablet Fe, koefisien regresi 1,757 X2 : Pola Makan, koefisien regresi 1,655

Persamaan di atas menyatakan bahwa responden yang tidak mengkonsumsi tablet Fe secara teratur dan pola makannya tidak baik memiliki probabilitas individu ibu hamil mengalami kejadian anemia sebesar 91,1%. responden yang konsumsi tablet Fe secara teratur dan pola makannya baik, memiliki probabilitas individu ibu hamil mengalami kejadian anemia sebesar 25,3%.

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Anemia dalam Kehamilan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sebagian besar ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling mengalami anemia sebesar 64,1%, ini disebabkan karena beberapa faktor yang dapat menyebabkan ibu anemia.

Dari data yang didapat di Puskesmas Pijorkoling Kota Padangsidimpuan, bahwa ibu hamil masih banyak yang jarak kehamilannya kurang dari 2 tahun, dan pemeriksaan ANC yang tidak lengkap. Ini dapatmembuat ibu hamil berisiko anemia dalam kehamilannya.

Keadaan ini sesuai dengan penelitian di Kabupaten Kampar dengan angka anemia sebesar 56,32%. Angka yang didapat pada penelitian ini juga lebih tinggi dari kejadian anemia di Provinsi Riau (48%) dan SDKI tahun 2001 sebesar 40,1%. Dan dilihat dari data Puskesmas Pijorkoling pada tahun 2011, ibu hamil yang mendapat tablet Fe hanya sekitar 50,40% dari 502 ibu hamil. Disamping itu masih ditemukan ibu yang berkunjung ke Puskesmas mengalami gejala anemia dengan tanda – tanda lemah, letih, lesu dan pucat. Hal ini juga didukung dari karakteristik responden yang dilihat meliputi umur ibu, umur kandungan, paritas dan jarak kelahiran ibu di Puskesmas Pijorkoling menunjukkan bahwa proporsi umur responden tertinggi pada kelompok 20-35 tahun sebesar 85,9%. Berdasarkan umur kandungan yang paling banyak yaitu berumur 38 minggu sebesar 17,2%. Berdasarkan paritas, proporsi

paritas yang paling banyak yaitu 1-3 anak sebesar 78,1%, proporsi jarak kelahiran yang paling yaitu ≥ 2 tahun sebesar 79,7%.

Menurut penelitian Silalahi (2007) bahwa ibu hamil di Kabupaten Dairi kebanyakan adalah mempunyai umur ≥20 tahun yaitu sebesar 95,7%, ibu hamil yang mempunyai paritas >4 adalah 18,6%, ibu hamil dengan jarak kehamilan <2 tahun adalah 40%.

Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Manuaba (1998) yang mengatakan bahwa setiap wanita hamil akan mengalami anemia dalam kehamilan karena terjadinya penurunan kadar Hb dalam darah. Anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh kurang baik bagi ibu dan janin. Adapun bahaya anemia selama kehamilan dapat terjadi abortus, partus prematur, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi, berat badan lahir rendah dan perdarahan antepartum.

Menurut Depkes (2007), anemia gizi adalah anemia yang diderita karena kekurangan gizi yang berlangsung lama dapat disebabkan karena makanan yang dikonsumsi tidak cukup banyak mengandung zat gizi, atau kesulitan pencernaan yang tidak dapat mengabsorbsi dengan baik zat-zat itu sehingga banyak zat-zat gizi yang terbuang melalui kotoran.

Upaya pencegahan dan penanggulangan anemia menurut Depkes RI (1996) dilakukan dengan intervensi terhadap penyebab langsung, penyebab tidak langsung maupun sebab mendasar. Upaya yang dilakukan pada primary prevention adalah memberikan makanan bergizi pada ibu hamil melalui perbaikan gizi, melakukan penyuluhan tentang anemia pada ibu hamil melalui kegiatan komunikasi, informasi

dan edukasi (KIE), promosi atau kampanye tentang anemia kepada masyarakat luas.

Pengobatan penyakit infeksi dan tersedianya tablet tambah darah dalam jumlah yang sesuai. Pada secondary prevention dilakukan intervensi yang berbasis pangan melalui peningkatan konsumsi zat gizi dari makanan. Sedangkan upaya tertier prevention dilakukan intervensi yang berbasis non pangan. Sedangkan untuk mengatasi penyebab tidak langsung, perlu dilakukan usaha meningkatkan perhatian dan kasih sayang didalam keluarga terhadap wanita, terutama ibu hamil dengan cara penyediaan makanan yang sesuai dengan kebutuhan ibu hamil, mendahulukan ibu hamil pada waktu makan, memperhatikan agar pekerjaan fisik sesuai dengan kondisi ibu hamil dan merawat ibu hamil yang sakit agar cepat sembuh. Dalam jangka panjang, penanggulangan anemia dapat dilakukan secara tuntas bila penyebab mendasar terjadinya anemia ditanggulangi. Intervensi yang dapat dilakukan adalah meningkatkan pendidikan, memperbaiki upah karyawan wanita, meningkatkan status wanita di masyarakat.

Secara umum strategi operasional penanggulangan anemia diarahkan pada empat kegiatan yaitu KIE, kegiatan suplementasi, kegiatan fortifikasi dan kegiatan lain yang mendukung kemauan masyarakat dalam menanggulangi anemia secara mandiri. Kegiatan KIE diarahkan untuk mencari dukungan sosial (social support) yang bertujuan untuk meningkatkan status wanita didalam keluarga, terutama agar keluarga lebih menghargai dan memperhatikan ibu hamil. Pendekatan pimpinan (advokacy) melalui KIE yang ditujukan kepada sasaran sekunder yang mempunyai kemampuan untuk melakukan kebijakan dalam rangka menciptakan lingkungan yang

lebih mendukung dan mempercepat pelaksanaan program. KIE dalam pemberdayaan yaitu KIE yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran keluarga tentang anemia, pangan dan gizi serta dapat melakukan tindakan penanggulangan anemia secara mandiri.

5.2 Pengaruh Konsumsi Tablet Fe terhadap Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Puskesmas Pijorkoling Tahun 2013

Berdasarkaan konsumsi tablet Fe terlihat bahwa (24,7%) yang mengkonsumsi tablet Fe dan sebesar 53,1% tidak mengkonsumsi tablet Fe. Angka ini masih di bawah target pelayanan kesehatan pada tahun 2010 yaitu 90% yang berarti bahwa cakupan program suplementasi zat besi terhadap ibu hamil belum mencapai sasaran yang diharapkan. Ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling ini juga masih banyak yang mengkonsumsi tablet Fe secara tidak teratur, yaitu tidak mengkonsumsi tablet Fe 1x1 setiap hari.

Ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Pijorkoling masih kurang mengerti apa manfaat dari konsumsi tablet Fe secara teratur, ini bisa dilihat dari masih banyaknya ibu hamil trimester III yang cara mengkonsumsi tablet Fe nya tidak benar.

Ada yang mengkonsumsinya kadang-kadang, kapan ingat, dan ada pula yang mengkonsumsi 2 kali dalam sehari. Padahal tablet Fe ini seharusnya dikonsumsi 1 kali dalam sehari secara teratur, sebanyak 90 tablet.

Menurut penelitian Silalahi (2007) bahwa ibu hamil yang tidak cukup mengkonsumsi tablet besi masih rendah yaitu sebesar 62,9%. Masih tingginya angka anemia pada ibu hamil sekalipun telah disuplementasi tablet besi dalam penelitian ini

karena jumlah tablet Fe yang dikonsumsi oleh ibu hamil rata-rata hanya kurang dari 30 biji, belum dapat memenuhi kebutuhan zat besi ibu, apalagi asupan makanan yang kaya akan zat besi jumlahnya juga sangat rendah.

Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,001, dengan demikian terdapat hubungan antara konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Tidak sejalan dengan penelitian Silalahi (2007) bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kejadian anemia konsumsi tablet besi tidak cukup dengan cukup pada ibu

Hasil uji chi square diperoleh nilai p=0,001, dengan demikian terdapat hubungan antara konsumsi tablet Fe dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Tidak sejalan dengan penelitian Silalahi (2007) bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap kejadian anemia konsumsi tablet besi tidak cukup dengan cukup pada ibu