• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN

C. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk melihat hubungan atau tidak pada variabel bebas dengan variabel terikat. Pengujian hipotesis pertama, kedua, ketiga digunakan rumus Product Moment dari Pearson (Arikunto, 2000: 225), sebagai berikut:

rxy = ∑ ∑ ∑ [ ∑ ∑ ][ ∑ ∑ ] Keterangan:

N : Jumlah responden

∑XY : Jumlah hasil perkalian nilai variabel X dengan variabel Y

∑X : Jumlah nilai dari variabel X

∑Y : Jumlah nilai dari variabel Y

∑X2 : Jumlah kuadrat nilai variabel X

∑Y2 : Jumlah kuadrat nilai variabel Y

Uji koefisien korelasi Pearson dilakukan untuk menguji ketiga hipotesis yang menyatakan hubungan positif yang signifikan antara pembelajaran kontekstual dengan keterampilan berkomunikasi, hubungan positif yang signifikan antara pembelajaran kontekstual dengan integritas pribadi, hubungan positif yang signifikan antara pembelajaran kontekstual dengan minat belajar siswa.

Nilai dibandingkan dengan pada taraf signifikan 5%. Apabila rhitung lebih besar atau sama dengan rtabel maka H0 ditolak, dan sebaliknya. Koefisien korelasi yang diperoleh lalu diintepretasikan. Berikut ini disajikan tabel tentang korelasi dan kekuatan hubungan menurut Siregar (2013:251) sebagai berikut:

Tabel 3.19

Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan

No Nilai Korelasi Tingkat Hubungan

1 0,00 – 0,199 Sangat Lemah

2 0,20 – 0,399 Lemah

3 0,40 – 0,599 Cukup

4 0,60 – 0,799 Kuat

1) Penarikan Kesimpulan

a) Jika nilai Sig. (1-tailed) < α = 0,01, maka H ditolak dan H diterima. Artinya, ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dan keterampilan berkomunikasi. Sebaliknya, jika nilai Sig. (1-tailed) > α = 0,01, maka H diterima dan H ditolak. Artinya tidak ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dan keterampilan berkomunikasi. b) Jika nilai Sig. (1-tailed) < α = 0,01, maka H ditolak dan H

diterima. Artinya, ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dan integritas pribadi. Sebaliknya, jika nilai Sig. (1-tailed) > α = 0,01, maka H diterima dan H ditolak. Artinya tidak ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dan integritas pribadi.

c) Jika nilai Sig. (1-tailed) < α = 0,01, maka H ditolak dan H diterima. Artinya, ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dan minat belajar. Sebaliknya, jika

nilai Sig. (1-tailed) > α = 0,01, maka H diterima dan H ditolak. Artinya tidak ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dan minat belajar.

96

BAB IV

GAMBARAN UMUM

Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Wonosari dan SMAN 2 Playen pada bulan Januari 2016 di Kabupaten Gunungkidul, berikut ini adalah gambaran umum tentang SMAN 1 Wonosari dan SMAN 2 Playen:

A. SMAN 1 Wonosari

1. Alamat Sekolah

Jalan Brigjen Katamso No.04, Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Sejarah Sekolah

Pada kelaharian SMA 1 Wonosari bernama SMA Persiapan Wonosari. Didirikan pada tahun 1962 oleh tokoh-tokoh pecinta pendidikan yang disponsori oleh guru-guru SPG Negeri Wonosari dan guru-guru SMP Wonosari. SPG Negeri Wonosari sudah tidak ada, sekarang digunakan unuk kantor BAPPEDA Gunungkidul. Sedangkan SMP Wonosari namanya kemudian menjadi SLTP Wonosari. Mayor Sumidia, Komandan Kodim 0730 Gunungkidul memberikan penjaman barak yakni bangunan semi permanen untuk kegiatan belajar-mengajar, yang bertempat di Jalan Kenanga, Purbosari, Wonosari. Barak tersebut terdiri dari tiga ruang,yaitu 1 untuk kantor dan 2 ruangan untuk kelas I-A dan I-B. Dengan penegrian dan sudah menempati

lokasi sendiri maka diangkatlah kepala sekolah secara definitif yani bapak FX. Doeliman seorang guru geografi SMA Teladan Yogyakarta. Tahun 1967, bapak FX. Doeliman meninggal dunia kekosongan jabatan diisi oleh bapak Drs. A. Soelista. Nama SMA Filial Teladan Yogyakarta dengan kelas jauh di Wonosari oleh pemerintah diubah menjadi SMA Negeri 270 Wonosari. Beberapa tahun kemudian, nama SMA 270 Wonosari diubah lagi menjadi SMA Negeri Wonosari dan berdasarkan keputusan Mendikbud RI Nomor 79/SK/B.III tanggal 30 Juli 1964 nama SMA Negeri Wonosari diubah menjadi SMA 1 Wonosari.

3. Visi dan Misi Sekolah a. Visi SMAN 1 Wonosari

SMA Negeri 1 Wonosari terpercaya untuk mewujudkan lulusan yang membanggakan dan menyadari sebagai bagian masyarakat internasional yang beradab dan bermartabat.

b. Indikator visi

1) Berjati diri (praiseworthy charracters)

2) Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (technology and science mastery)

3) Fasih berbahasa asing (fluency in speaking foreign languages) 4) Estetis dan berbudaya mutu (esthetic and quality oriented) 5) Sehat dan tangguh (health and tough)

7) Enjoy dengan perubahan (welcome the changes) 8) Performance sempurna (Perfect performances) 9) Layanan excelent (Excelent services)

10)Citra publik positif (positive public images) c. Misi Sekolah

1) Melaksanakan pendidikan, pembimbingan, dan pelatihan secara efektif untuk mengembangkan daya fikir, daya kalbu, dan daya fisik secara optimal sehingga siswa menjadi insan yang berjati diri Indonesia dan sadar sebagai bagian masyarakat internasional.

2) Melibatkan para siswa dalam proses pemecahan masalah sehingga siswa siap menghadapi perubahan di tingkat lokal, nasional, regional dan internasional.

3) Melaksanakan program peduli lingkungan secara efektif untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang pentingnya kelestarian dan pemeliharaan lingkungan hidup.

4) Meningkatkan kapasitas sumberdaya insani dan non insani sekolah sehingga mampu memberikan layanan berstandar internasional.

5) Meningkatkan pencitraan publik sebagai sekolah berstandar internasional yang siap menghantarkan siswa menghadapi era global.

4. Fasilitas yang dimiliki oleh SMAN 1 Wonosari, yaitu sebagai berikut: Tabel 4.1

Daftar Fasilitas Sekolah

No Fasilitas No Fasilitas

1 Ruang Kelas 8 Koperasi

2 Ruang Guru 9 Ruang UKK

3 Ruang Kepala Sekolah 10 Toilet

4 Ruang UKS 11 Tempat Baca Koran

5 Mushola 12 Tempat Parkir

6 Perpustakaan 13 Tempat Sampah

7 Kantin 5. Daftar Guru

SMAN 1 Wonosari memiliki jumlah guru sebanyak 57 guru.

B. SMAN 2 Playen

1. Alamat Sekolah

Jalan Jogja Wonosari, Km. 4, Playen, Logandeng, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Sejarah Sekolah

SMA 2 Playen merupakan sekolah alih fungsi dari SPG 1 Wonosari yang batal dialih fungsikan menjadi PGSD. Mulai tahun 1991/1992 menerima siswa baru tanggal 17 Juni 1992 sebanyak 2 kelas. Kepala sekolah dijabat oleh Bp. Sumaryadi ( Kepala SMA 1 Wonosari ) dengan jumlah guru tetap 8 orang dan tata usaha 12 orang. Pada Tanggal 1 Januari 1991 ada 5 guru beralih fungsi sebagai dosen UT, pada 1 april tambah 1 TU. Pada Tanggal 13 April 1992 ada tambahan guru masuk 4

guru, tanggal 27 Juli 1992 ada tambahan guru dan TU sebanyak 2 dan jumlah kelas 4, kelas I ada 2 kelas, kelas II ada 2 kelas.

Pada Tanggal 16 April 1992 memperoleh SK Pendirian sekolah dari Menteri dengan Nomor : 0519 /O/1991 tanggal 5 september 1991 tentang alih fungsi dari PGSD menjadi SMA yang kemudian dijadikan tanggal berdirinya sekolah ini. Tanggal 6 Oktober 1993 Bapak Drs. Suroto dari SMA 1 Playen menggantikan Bp. Drs. Sumarydi . Jumlah kelas I=3 kelas dan Jumlah Siswa = 275 siswa. Pada Tanggal 30 Desember 1993 masuk KTU dari SMA2 Wonosari dan kepala sekolah definitive Drs. Surachmad dari Kepala SMA Pembangunan IV Playen. Tanggal 2 Juli 1994 masuk beberapa Guru sebanyak 6 guru tetap dan tidak tetap. Pada tahun 1994/1995 jumlah siswa = 308 siswa ada tambahan 1 guru. Pada Desember 1994 Drs. Surachmad digantikan Drs. Suroto Sebagai YMT. Pada Tanggal 13 September 1995 Drs. Suroto digantikan oleh Djoko Sardjono, B.A (KS SMA 1 Wonosari) sebagai YMT.

Pada tanggal 9 November 1995 Kepala Devinitif dijabat oleh Drs. Tukiran. Pada Tahun Pelajarana 1997/1998 YMT Drs. Moch. Bachrum, M.M (KS SMA 2 Wonosari) menggantikan Drs. Tukiran dan mendapat tambahan guru baru sebanyak 4 dengan jumlah siswa 348 siswa, 9 kelas. Pada tanggal 20 Oktober 1998 Bapak Drs. Moch Bachrum digantikan oleh

Bapak Tukiyar, S.Pd dan jumlah guru 18 guru, Tata Usaha 10 orang. Pada tahun 1999 / 2000 masuk 2 guru dan tahun 2000/2001 masuk 2 guru jadi jumlah guru 22 orang, Tata Usaha 10 orang. Pada masa kepemimpinan ini dibangun gedung komputer, kantin dan kamar mandi/ WC. Jumlah kelas 12 kelas dengan jumlah siswa 474 siswa. Pada hari Sabtu 14 Juni 2003 Kepala Sekolah Drs. Pardjono menggantikan Bapak Tukiyar, S.Pd

3. Visi dan Misi Sekolah a. Visi Sekolah

Prestasi tinggi di bidang akademik, seni, dan olahraga dilandasi iman dan takwa.

b. Misi Sekolah

1. Mengoptimalkan proses pembelajaran dan layanan bimbingan konseling dengan metode, model dan langkah-langkah yang tepat 2. Mengembangkan potensi peserta didik dalam pengembangan diri

dan program keunggulan sekolah secara efektif

3. Mengoptimalkan pelaksanaan ibadah keagamaan dan mengaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari

4. Menumbuhkan pencitraan dan kultur sekolah yang berkarakter Indonesia dan berwawasan lingkungan, berbudaya dan anti narkoba

5. Mengoptimalkan kemampuan warga sekolah dalam sikap dan perilaku warga sekolah yang anti korupsi.

4. Daftar Guru

103

BAB V

PEMBAHASAN

A. Dekriptif Data

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2016 sampai dengan bulan April 2016. Responden penelitian ini adalah siswa SMA kelas XII IIS di wilayah Kabupaten Gunungkidul yang menerapkan Kurikulum 2013 dan sudah mendapatkan materi akuntansi siklus perusahaan jasa yaitu di SMAN 1 Wonosari dan SMAN 2 Playen. Jumlah responden penelitian sebanyak 218 siswa. Jumlah kuesioner yang kembali dan diisi secara lengkap oleh siswa sebanyak 198 kuesioner dikarenakan ada beberapa responden yang tidak hadir pada saat penelitian dilakukan. Berikut disajikan deskripsi data penelitian: 1. Deskripsi Data Responden

a. Asal Sekolah

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Asal Sekolah

No Asal Sekolah Frekuensi

Frekuensi Relatif

1 SMAN 1 Wonosari 88 44.4%

2 SMAN 2 Playen 110 55. 6%

Jumlah 198 100%

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa jumlah siswa yang menjadi responden dalam penelitian adalah 198 siswa. Rinciannya sebagai

berikut : 88 siswa (44,4%) dari sekolah SMAN 1 Wonosari dan 110 siswa (55,6%) dari SMAN 2 Playen.

b. Status Sekolah

Tabel 5.2

Status Sekolah Asal Siswa

No Asal Sekolah Status Frekuensi Frekuensi

Relatif

1 SMAN 1 Wonosari Negeri 88 44.4%

2 SMAN 2 Playen Negeri 110 55. 6%

Jumlah 198 100%

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa jumlah siswa yang menjadi responden penelitian ini adalah 198 responden yang terdiri dari 88 siswa dari SMAN 1 Wonosari dan 110 siswa dari SMAN 2 Playen.

c. Jenis Kelamin

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

No Jenis Kelamin F FR

1 Laki-laki 65 33%

2 Perempuan 133 67%

Jumlah 198 100%

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa jumlah responden penelitian ini sebanyak 198 siswa dengan rician 65 (33%) siswa yang berjenis kelamin laki-laki dan 133 (67%) siswa berjenis kelamin perempuan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden penelitian ini adalah berjenis kelamin perempuan.

2. Deskripsi Data Penelitian

a. Tingkat Pembelajaran Kontekstual

Jumlah pernyataan kuesioner yang dinyatakan valid sebanyak 33 butir pernyataan. Dengan demikian, skor maksimum yang mungkin dicapai adalah 33x5= 165, dan skor minimum adalah 33x1= 33. Berikut tabel perhitungan dan intepretasi atas data yang diperoleh:

Tabel 5.4

Perhitungan Dan Intepretasi Penilaian Tingkat Pembelajaran Kontekstual

No Interval Skor Frekuensi Persentase Kriteria

1 140-165 48 24,2% Sangat Tinggi 2 120-139 94 47,5% Tinggi 3 107-119 44 22,2% Cukup 4 94-106 12 6,1% Rendah 5 33-93 0 - Sangat Rendah Jumlah 198 100%

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa 48 responden (24,2%) memiliki tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dengan kategori sangat tinggi, 94 responden (47,5%) memiliki tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dengan kategori tinggi, 44 responden (22,2%) memiliki tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dengan kategori cukup, 12 responden (6,1%) memiliki tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dengan kategori rendah. Dalam variabel ini diperoleh hasil perhitungan dengan skor terendah 100, dari skor tertinggi 155 sehingga didapat nilai rata-rata (mean)= 127,8, nilai tengah (median)=

127, dan nilai modus= 124. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki persepsi tentang tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual dengan kategori tinggi.

b. Keterampilan Berkomunikasi

Jumlah butir pernyataan kuesioner sebanyak 35 dan yang dinyatakan valid sebanyak 30 butir pernyataan. Dengan demikian, skor maksimum yang mungkin dicapai adalah 30x5= 150, dan skor minimum adalah 30x1= 30. Berikut tabel perhitungan dan intepretasi atas data yang diperoleh:

Tabel 5.5

Perhitungan Dan Intepretasi Penilaian Keterampilan Berkomunikasi

No Interval Skor Frekuensi Persentase Kriteria

1 127-150 57 28,8% Sangat Tinggi 2 109-126 95 48% Tinggi 3 97-108 38 19,2% Cukup 4 85-96 6 3% Rendah 5 30-84 2 1% Sangat Rendah Jumlah 198 100%

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa 57 responden (28,8%) memiliki keterampilan berkomunikasi dengan kategori sangat tinggi, 95 responden (48%) memiliki keterampilan berkomunikasi dengan kategori tinggi, 38 responden (19,2%) memiliki keterampilan berkomunikasi dengan kategori cukup, 6 responden (3%) memiliki keterampilan berkomunikasi dengan kategori rendah, dan 2 responden (1%) memiliki keterampilan bekomunikasi dengan kriteria sangat rendah. Dalam variabel ini diperoleh

hasil perhitungan dengan skor terendah 62, dari skor tertinggi 148 sehingga didapat nilai rata-rata (mean)= 118,6, nilai tengah (median)= 119, dan nilai modus= 116. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki keterampilan berkomunikasi yang tinggi.

c. Integritas Pribadi

Jumlah butir pernyataan kuesioner sebanyak 26 dan yang dinyatakan valid sebanyak 21 butir pernyataan. Dengan demikian, skor maksimum yang mungkin dicapai adalah 21x5= 105, dan skor minimum adalah 21x1= 21. Berikut tabel perhitungan dan intepretasi atas data yang diperoleh:

Tabel 5.6

Perhitungan Dan Intepretasi Penilaian Integritas Pribadi

No Interval Skor Frekuensi Persentase Kriteria

1 85-100 7 3,5% Sangat Tinggi 2 73-84 60 30,3% Tinggi 3 65-72 74 37,4% Cukup 4 57-64 51 25,8% Rendah 5 20-56 6 3% Sangat Rendah Jumlah 198 100%

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa 7 responden (3,5%) memiliki integritas pribadi dengan kategori sangat tinggi, 60 responden (30,3%) memiliki integritas pribadi dengan kategori tinggi, 74 responden (37,4%) memiliki integritas pribadi dengan kategori cukup, 50 responden (25,8%) memiliki integritas pribadi dengan kategori rendah, dan 4 responden (3%)

memiliki integritas pribadi dengan kriteria sangat rendah. Dalam variabel ini diperoleh hasil perhitungan dengan skor terendah 45, dari skor tertinggi 92 sehingga didapat nilai rata-rata (mean)= 72,6, nilai tengah (median)= 71, dan nilai modus= 70. Dengan demikian, dapat disimpulkan sebagian besar responden memiliki integritas pribadi (kejujuran) dengan kriteria cukup di dalam pembelajaran.

d. Minat Belajar Siswa

Jumlah butir pernyataan kuesioner sebanyak 20 dan dinyatakan keseluruhan butir pernyataan adalah valid. Dengan demikian, skor maksimum yang mungkin dicapai adalah 20x5= 100, dan skor minimum adalah 20x1= 20.

Berikut tabel perhitungan dan intepretasi atas data yang diperoleh:

Tabel 5.7

Perhitungan Dan Intepretasi Penilaian Minat Belajar Siswa

No Interval

Skor Frekuensi Persentase Kriteria

1 85-100 32 16,2% Sangat Tinggi 2 73-84 73 36,8% Tinggi 3 65-72 62 31,3% Cukup 4 57-64 21 10,6% Rendah 5 20-56 10 5,1% Sangat Rendah Jumlah 198 100%

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa 32 responden (16,2%) memiliki minat belajar siswa dengan kategori sangat tinggi, 73 responden (36,8%) memiliki minat belajar siswa dengan kategori tinggi, 62 responden

(31,3%) memiliki minat belajar siswa dengan kategori cukup, 21 responden (10,6%) memiliki minat belajar siswa dengan kategori rendah, dan 10 responden (5,1%) memiliki minat belajar siswa dengan kriteria sangat rendah. Dalam variabel ini diperoleh hasil perhitungan dengan skor terendah 42, dari skor tertinggi 94 sehingga didapat nilai rata-rata (mean)= 73,5, nilai tengah (median)= 73,5, dan nilai modus= 74. Dengan demikian sebagian besar responden memiliki minat belajar yang tinggi.

B. Pengujian Prasyarat Analisis Data

1. Pengujian Normalitas

a. Data Tingkat Pembelajaran Kontekstual Pada Materi Akuntansi Berdasarkan Kurikulum 2013 dengan Data Keterampilan Berkomunikasi

Tabel 5.8 Hasil Uji Normalitas

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable: chisquare

Equation Model Summary Parameter Estimates R Square F df1 df2 Sig. Constant b1 Linear .866 1271.126 1 196 .000 .024 .028 The independent variable is Mahalanobis Distance.

Tabel 5.8 menunjukkan bahwa nilai Rsquare sebesar 0,866. Berdasarkan nilai Rsquare dapat disimpulkan bahwa data tingkat pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan

kurikulum 2013 dengan data keterampilan berkomunikasi berdistribusi normal karena Rsquare yang didapatkan lebih besar dari 0,8.

b. Data Tingkat Pembelajaran Kontekstual Pada Materi Akuntansi Berdasarkan Kurikulum 2013 dengan Data Integritas Pribadi

Tebel 5.9 Hasil Uji Normalitas

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable: chisquare

Equation Model Summary Parameter Estimates R Square F df1 df2 Sig. Constant b1 Linear .866 1271.126 1 196 .000 .024 .028 The independent variable is Mahalanobis Distance.

Tabel 5.9 menunjukkan bahwa nilai Rsquare sebesar 0,866. Berdasarkan nilai Rsquare dapat disimpulkan bahwa data tingkat pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan data integritas pribadi berdistribusi normal karena Rsquare yang didapatkan lebih besar dari 0,8.

c. Data Tingkat Pembelajaran Kontekstual Pada Materi Akuntansi Berdasarkan Kurikulum 2013 dengan Data Minat Belajar Siswa

Tabel 5.10 Hasil Uji Normalitas

Model Summary and Parameter Estimates

Dependent Variable: chisquare

Equation Model Summary Parameter Estimates R Square F df1 df2 Sig. Constant b1 Linear .866 1271.126 1 196 .000 .024 .028 The independent variable is Mahalanobis Distance.

Tabel 5.10 menunjukkan bahwa nilai Rsquare sebesar 0,866. Berdasarkan nilai Rsquare dapat disimpulkan bahwa data tingkat pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan data minat belajar siswa berdistribusi normal karena Rsquare yang didapatkan lebih besar dari 0,8.

C. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan pengujian prasyarat analisis data diketahui bahwa data tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan data keterampilan berkomunikasi berdistribusi normal, data tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan data integritas pribadi berdistribusi normal, dan data tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan data minat belajar siswa juga berdistribusi normal. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini Korelasi Product Moment Pearson yang dioleh menggunakan SPSS Versi 21 for Windows.

1. Pengujian Hipotesis

a. Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi

Ho1: Tidak ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dan keterampilan berkomunikasi siswa.

Ha1: Ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dan keterampilan berkomunikasi siswa.

Tabel 5.11

Hasil Uji Korelasi Hubungan Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual Pada Materi Akuntansi Berdasarkan Kurikulum 2013 Dengan Keterampilan

Berkomunikasi Correlations kontekstual Komunikasi Kontekstual Pearson Correlation 1 +.650** Sig. (1-tailed) .000 N 198 198 Komunikasi Pearson Correlation +.650** 1 Sig. (1-tailed) .000 N 198 198 **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Dari tabel di atas dapat dilihat pada bagian pearson correlation =(+)0,650 dengan jumlah responden (N) sebanyak 198. Arah (+) bermakna semakin kontekstual pembelajaran maka semakin terampil siswa dalam berkomunikasi dan sebaliknya apabila semakin tidak kontekstual pembelajaran maka siswa semakin tidak terampil dalam berkomunikasi. Nilai pearson correlation tersebut menunjukkan bahwa hubungan

tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi dengan kategori kuat, kategori ini dapat diketahui dengan melihat pada bagian pearson correlation bagian komunikasi diketahui sebesar +650 angka ini berada pada rentan 0,60-0,799 dengan tingkat hubungan kuat. Pada tabel di atas pada bagian sig. (1-tailed) adalah sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa hubungan keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi siswa adalah signifikan (sig. (1-tailed) sebasar 0,000 < α = 0,01). Maka dapat diartikan bahwa ha1 diterima dan h01 ditolak. Dengan demikian, kesimpulan yang menyatakan bahwa hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan keterampilan berkomunikasi siswa dengan kategori kuat dapat digeneralisasikan pada populasi ini.

b. Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan integritas pribadi

Ho2: Tidak ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dan integritas siswa.

Ha2: Ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada mata akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dan integritas siswa.

Tabel 5.12

Hasil Uji Korelasi Hubungan Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual Pada Materi Akuntansi Berdasarkan Kurikulum 2013 Dengan Integritas Pribadi

Correlations kontekstual integritas Kontekstual Pearson Correlation 1 +.401** Sig. (1-tailed) .000 N 198 198 Integritas Pearson Correlation +.401** 1 Sig. (1-tailed) .000 N 198 198 **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Dari tabel di atas dapat dilihat pada bagian pearson correlation = (+)0,401 dengan jumlah responden (N) sebanyak 198. Arah (+) bermakna semakin kontekstual pembelajaran maka siswa semakin jujur dalam pembelajaran dan sebaliknya apabila semakin tidak kontekstual pembelajaran maka siswa semakin tidak jujur dalam pembelajaran. Nilai pearson

correlation tersebut menunjukkan bahwa hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan integritas pribadi siswa adalah positif dengan kategori cukup, kategori ini dapat diketahui dengan melihat pada bagian pearson correlation bagian integritas diketahui sebesar +401 angka ini berada pada rentan 0,400-0,599 dengan tingkat hubungan cukup. Pada tabel di atas pada bagian sig. (1-tailed) adalah sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa hubungan keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan integritas pribadi siswa adalah signifikan (sig. (1-tailed) sebasar 0,000 < α = 0,01). Maka dapat diartikan bahwa ha1 diterima dan h01 ditolak. Dengan demikian, kesimpulan yang menyatakan bahwa hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan integritas pribadi siswa dengan kategori cukup dapat digeneralisasikan pada populasi ini.

c. Hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan minat belajar siswa

Ho3: Tidak ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dan minat belajar siswa.

Ha3: Ada hubungan positif antara tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dan minat belajar siswa.

Tabel 5.13

Hasil Uji Korelasi Hubungan Tingkat Keterlaksanaan Pembelajaran Kontekstual Pada Materi Akuntansi Berdasarkan Kurikulum 2013 Dengan Minat Belajar Siswa

Correlations Kontekstual Minat Kontekstual Pearson Correlation 1 +.613** Sig. (1-tailed) .000 N 198 198 Minat Pearson Correlation +.613** 1 Sig. (1-tailed) .000 N 198 198 **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

Dari tabel di atas dapat dilihat pada bagian pearson correlation = (+)0,613 dengan jumlah responden (N) sebanyak 198. Arah (+) bermakna semakin kontekstual pembelajaran maka semakin tinggi minat siswa dalam pembelajaran dan sebaliknya apabila semakin rendah kontekstual pembelajaran

maka semakin rendah pula minat siswa dalam pembelajaran. Nilai pearson correlation tersebut menunjukkan bahwa hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan minat belajar siswa dengan kategori kuat, kategori ini dapat diketahui dengan melihat pada bagian pearson correlation bagian minat diketahui sebesar +613 angka ini berada pada rentan 0,60-0,799 dengan tingkat hubungan kuat. Pada tabel di atas pada bagian sig. (1-tailed) adalah sebesar 0,000. Nilai tersebut menunjukkan bahwa hubungan keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan minat belajar siswa adalah signifikan (sig. (1-tailed) sebasar 0,000 < α = 0,01). Maka dapat diartikan bahwa ha1 diterima dan h01 ditolak. Dengan demikan, kesimpulan yang menyatakan bahwa hubungan tingkat keterlaksanaan pembelajaran kontekstual pada materi akuntansi berdasarkan kurikulum 2013 dengan minat belajar siswa dengan kategori kuat dapat digeneralisasikan pada populasi ini.

Dokumen terkait