• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

D. Teknik Pengumpulan Data

2. Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan data kuantitatif dan data kualitatif yang berhubungan dengan sikap toleransi dan kemampuan kognitif siswa mengenai materi penjumlahan pecahan. Data kuantitatif digunakan untuk menghitung skor sikap toleransi dan kemampuan kognitif siswa di setiap siklus. Data kualitatif digunakan untuk memperoleh hasil informasi yang memberi gambaran mengenai sikap toleransi dan kemampuan kognitif siswa di setiap siklus.

Pengumpulan data untuk mengetahui sikap toleransi siswa menggunakan teknik non tes berupa pengamatan, kuesioner, dan penilaian diri. Pengamatan dilakukan ketika proses pembelajaran berlangsung di setiap siklus. Kuesioner diberikan kepada siswa di setiap akhir siklus. Penilaian diri diberikan kepada siswa di setiap akhir kegiatan pembelajaran.

Pengumpulan data untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif siswa dilakukan dengan melakukan tes evaluasi. Tes evaluasi ini dilakukan pada pertemuan ketiga di setiap akhir siklus I dan siklus II. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Teknik Pengumpulan Data Sikap Toleransi 1) Pengamatan

Pengamatan salah satu penilaian non tes dengan melihat tingkah laku siswa yang mencerminkan aspek yang ingin diamati. Pengamatan yang digunakan oleh peneliti yaitu pengamatan terstruktur. Pengamatan terstruktur yaitu pengamatan yang sudah mendaftar berbagai faktor yang diamati secara sistematis dan diatur menurut kategorinya (Putra, 2013: 139). Peneliti menyusun alat pengamatan menggunakan lembar pengamatan yang terdiri dari indikator-indikator tentang

sikap toleransi menurut Suyadi, Zubaedi, dan Samani&Hariyanto dengan bantuan daftar check-list. Daftar cek pada dasarnya berisi tentang daftar tingkah laku yang menjadi fokus pengamatan untuk mengecek apakah masing-masing tingkah laku dalam daftar ditemukan atau tidak ditemukan selama pengamatan berlangsung (Supratiknya, 2012: 43). Hasil pengamatan dinyatakan dengan memberikan tanda cek () pada masing-masing tingkah laku.

Pengamatan dilakukan sebelum melakukan penelitian untuk mengetahui kondisi awal siswa kelas V SD Kanisius Klepu dan selama proses kegiatan pembelajaran matematika pada pertemuan pertama dan kedua di setiap siklus. Dalam pengisian lembar pengamatan pada siklus I dan siklus II, peneliti dibantu oleh guru kelas V SD Kanisius Klepu dan teman sejawat.

2) Kuesioner

Kuesioner yaitu sebuah daftar pertanyaan yang diisi oleh responden secara tertulis untuk memperoleh data mengenai latar belakang responden sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar siswa (Putra, 2013: 150). Kuesioner memiliki kelebihan seperti responden dapat menjawab dengan bebas tanpa dipengaruhi responden lain, waktu pengisian yang relatif lama sehingga objektivitas dapat terjamin, data yang terkumpul lebih mudah karena setiap item homogen, dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari jumlah responden yang cukup besar (Arifin, 2009:166). Jenis kuesioner yang dibuat oleh peneliti merupakan kuesioner tertutup dengan menggunakan kisi-kisi saat proses penyusunan soal kuesioner. Kuesioner tertutup digunakan untuk mengumpulkan data berupa fakta dan jawabannya sudah disediakan sehingga responden tinggal

memilih dengan memberi tanda centang, silang, lingkar atau menghitamkan (Supratiknya, 2012: 40).

Kuesioner digunakan untuk mengetahui sikap toleransi siswa saat proses pembelajaran berlangsung yang disusun menggunakan lima indikator sikap toleransi menurut Suyadi, Zubaedi, dan Samani&Hariyanto. Kuesioner ini diberikan sebanyak tiga kali yaitu sebelum melakukan tindakan, pertemuan ketiga siklus I dan, pertemuan ketiga siklus II setelah mengerjakan soal evaluasi.

3) Penilaian Diri

Penilaian diri merupakan suatu teknik penilaian yang meminta responden untuk menilai dirinya sendiri yang berhubungan dengan proses dan tingkat ketercapaian kompetensi yang sedang dipelajari dalam mata pelajaran tertentu yang dapat digunakan untuk mengukur kompotensi kognitif, afektif, dan psikomotorik (Suwandi, 2010: 114).

Melalui penilaian diri ini, siswa mendapatkan keuntungan seperti dapat menumbuhkan rasa percaya diri karena siswa diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sediri, siswa dapat menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya karena ketika melakukan penilaian siswa harus intropeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiilikinya, dapat mendorong, membiasakan, dan melatih siswa untuk berbuat jujur karena siswa dituntut melakukan penilaian yang objektif dan jujur (Suwandi, 2010: 114).

Penilaian diri ini, dilakukan oleh siswa kelas V SD Kanisius Klepu pada pertemuan I dan pertemuan II di setiap siklusnya setelah mengerjakan kuis yang dikerjakan secara individu. Penilian diri ini untuk menilai sikap toleransi siswa

selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Penilaian diri ini berisi sepuluh pernyataan yang dikembangkan dari lima indikator sikap toleransi menurut Suyadi, Zubaedi, dan Samani&Hariyanto, setiap indikator dikembangkan menjadi dua pernyataan.

b. Teknik Pengumpulan Data Kemampuan Kognitif

Teknik pengumpulan data kemampuan kognitif siswa kelas V SD Kanisius Klepu dengan menggunakan suatu tes. Tes yaitu alat untuk mengukur kemampuan setiap siswa dalam aspek kognitif atau dalam pemahaman suatu materi pembelajaran (Sanjaya, 2009: 99).

Tes digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman atau kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran matematika materi penjumlahan pecahan. Melalui tes juga berguna untuk melihat ketercapaian indikator di setiap siklusnya. Tes ini diberikan kepada siswa kelas V SD Kanisius Klepu Minggir berupa ulangan yang dilakukan pada pertemuan ketiga di siklus I dan siklus II.

Jenis tes yang digunakan yaitu tes objektif berbentuk pilihan ganda dan uraian. Pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa yang lebih kompleks dan berkaitan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi (Majid, 2013: 346). Uraian adalah bentuk pertanyaan yang menuntut siswa untuk menguraikan, mengorganisasikan, dan menyatakan jawaban dengan menggunakan kata-katanya sendiri (Arifin, 2009: 138).

Dekdipbud menyebut kedua bentuk uraian di atas dengan istilah bentuk uraian objektif (BUO) dan bentuk uraian non-objektif (BUNO). Bentuk uraian objektif (BUO) dan bentuk uraian non-objektif (BUNO) ini memiliki perbedaan pada pemberian skor (Arifin, 2009: 126). Penskoran bentuk BUO hanya

dimungkinkan dua kategori yaitu benar dan salah. Jika benar maka mendapatkan skor 1 (satu) dan skor 0 (nol) jika salah (Arifin, 2009: 126). Penskoran dalam bentuk BUNO, skor dijabarkan dalam rentang, besaran rentang ditetapkan oleh kompleksitas jawaban seperti 0 sampai 2,0 sampai 4,0 sampai 6,0 sampai 8, dan lainnya dan skor minimal harus 0 (nol) karena siswa tidak menjawab pun akan memperoleh minimal tersebut (Arifin, 2009: 127). Peneliti dalam penelitian ini menggunakan soal uraian objektif dan perskorana bentuk uraian objektif.

Dokumen terkait