• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan sikap toleransi dan kemampuan kognitif penjumlahan pecahan kelas V SD Kanisius Klepu Sleman - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan sikap toleransi dan kemampuan kognitif penjumlahan pecahan kelas V SD Kanisius Klepu Sleman - USD Repository"

Copied!
351
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN SIKAP TOLERANSI DAN KEMAMPUAN

KOGNITIF PENJUMLAHAN PECAHAN KELAS V SD KANISIUS KLEPU SLEMAN

Skripsi

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh : ALOISIA RANI MEITA P

101134066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN SIKAP TOLERANSI DAN KEMAMPUAN

KOGNITIF PENJUMLAHAN PECAHAN KELAS V SD KANISIUS KLEPU SLEMAN

Skripsi

DiajukanUntukMelengkapi Salah SatuSyarat MemperolehGelarSarjanaPendidikan Program StudiPendidikan Guru SekolahDasar

DisusunOleh :

ALOISIA RANI MEITA P. 101134066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Juni 2014 Penulis

(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur skripsi ini saya persembahkan untuk :

 Yesus Kristus dan Bunda Maria, yang selalu memberkati dan membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

 Kedua orang tua yang telah memberi dukungan dan semangat agar saya dapat menyelesaikan kuliah ini dengan baik dan tepat waktu.

 Kakak dan adik yang selalu membantu dan memberikan semangat pula untuk saya agar selalu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

(7)

vi

MOTTO

Proses merupakan langkah awal mendapatkan

sebuah hasil yang terbaik.

Pengalaman akan berguna untuk kehidupan kita

tanpa kita sadari.

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Aloisia Rani Meita Prasetianingsih

NIM : 101134066

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul :

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN SIKAP TOLERANSI DAN KEMAMPUAN KOGNITIF PENJUMLAHAN PECAHAN KELAS V SD KANISIUS KLEPU SLEMAN.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin kepada saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 12 Juni 2014 Yang menyatakan,

(9)

viii

ABSTRAK

Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Sikap Toleransi Dan Kemampuan Kognitif Penjumlahan

Pecahan Kelas V SD Kanisius Klepu Sleman

Studi Kasus pada Peningkatan Sikap Toleransi dan Kemampuan Kognitif Siswa Kelas V SD Kanisius Klepu Tahun Ajaran 2013/1014

Aloisia Rani Meita P. UniversitasSanata Dharma

2014

Latar belakang masalah penelitian ini kurangnya sikap toleransi dan pemahaman mengenai pecahan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan sikap toleransi dan kemampuan kognitif mata pelajaran matematika materi penjumlahan pecahan siswa kelas V SD Kanisius Klepu semester genap tahun ajaran 2013/2014.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang menggunakan model Kemmis dan Taggart. Penelitian ini dilakukan dua siklus, setiap siklus terdiri tiga tahap yaitu perencanaan, tindakan dan pengamatan, serta refleksi. Model Kemmis dan Taggart mempunyai ciri khas menggabungkan tindakan dan pengamatan menjadi satu tahapan. Teknik pengumpulan data menggunakan pengamatan, kuesioner, penilaian diri, dan tes.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan modelpembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan sikap toleransi dan kemampuan kognitif materi penjumlahan pecahan.Sikap toleransi siswa semula memiliki rata-rata nilai sebesar 65 termasuk kategori sedang, dan diakhir siklus rata-rata-rata-rata nilai sikap toleransi yaitu 82 termasuk kategori sangat tinggi. Peningkatan nilai rata-rata dari kondisi awal ke akhir siklus sebesar 23. Kemampuan kognitif siswa semula memiliki rata-rata nilai ulangan 67,5dan diakhir siklus rata-rata nilai ulangan siswa yaitu 86. Peningkatan nilai rata-rata kemampuan kognitif dari kondisi awal ke akhir siklus sebesar 19. Kondisi awal persentase siswa yang mencapai KKM 58%, diakhir siklus persentase siswa yang mencapai KKM 93%. Peningkatan persentase siswa yang mencapai KKM dari kondisi awal ke akhir siklus sebesar 35%.

(10)

ix

ABSTRACT

The Use Cooperative LearningModel Type STAD to Improve Tolerance and Cognitive Ability in Addtion Fraction of the Fifth Grade Students at

Kanisius Klepu Elementary School of Sleman

The case study to increase Tolerance and Cognitive Abilityof the Fifth Grade Students at Kanisius Klepu Elementary School of Sleman academic year of

2013/2014

Aloisia Rani Meita P. Universitas Sanata Dharma

2014

The background of this research problem was the lack of tolerance and understanding fractions. Therefore, this research aimed to describe the use of cooperative learning type STAD can increase tolerance and cognitive ability as mathematics material addtion fractions of the fifth grade students at Kanisius Klepu Elementary School in even semester of the academic year of 2013/2014.

This research was a classroom action research which used Kemmis and Taggart model. This research was conducted in two cycles. Each cycle is consistedof three stages: planning, action and observation, also reflection. Model Kemmis and Taggart have a characteristic combining action and observation into a single stage. The data collection technique used observations, questionnaires, self-assessment and tests.

The result of the research showed that the use ofcooperative learning model of STAD type can improve tolerance and cognitive ability of addtion fractions material. The attitude of tolerance studentsinitially has the mean score of 61 included in medium category and the last cycle, average score was 82, included in very high category. An increase in the average value of the initial conditions to the last cycle was 23. The students’ cognitive ability initially has the mean score of 67 in daily tests and the last cycle, the mean score of the students was 86. An increase in average value cognitive ability of the initially conditions to the last cycle was 19. The initial conditions the percentage of the students who reached KKM was 58% and the las tcycle, the percentage ofstudents who reached KKM was 93%. An increase in the percentage students who reached KKM of the initial conditions to the last cycle was 35 %.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan

judul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STADuntuk

Meningkatkan Sikap Toleransi dan Kemampuan Kognitif Penjumlahan Pecahan Kelas V SD Kanisius Klepu Sleman”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahawa tanpa bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Ibu Dra Haniek S.P., M.Pd., dosen pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd., dosen pembimbing II yang telah

membimbing dan memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan staf PGSD yang telah membimbing dan melayani kami. 6. Bapak A. Yance Eko Sutopo, S.Pd, Kepala SD Kanisius Klepu yang telah

mengijinkan saya untuk melakukan penelitian di SD Kanisius Klepu.

7. Bapak Sri Mantoro, S.Pd., Guru Kelas V SD Kanisius Klepu yang telah mendukung terlaksananya penelitian.

8.

Ibu Nimas Palmasari, S.Pd., Guru kelas IV SD Kanisius Klepu yang telah membantu mempersiapkan pelaksanaan penelitian.

(12)

xi

10.Maria Erika, Febrieny Wulandari, Maria Wanti, dan Fx. Candra Dwi P. sebagai sahabat yang selalu memberikan semangat dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini.

11.Semua pihak yang telah mendukung dan tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bagi Universitas Sanata Dharma.

Yogyakarta, 12 Juni 2014 Penulis

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ...vii

ABSTRAK ...viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ...xii

DAFTAR TABEL ...xvi

DAFTAR GAMBAR ...xviii

DAFTAR LAMPIRAN ...xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Pemecahan Masalah ... 7

E. Batasan Pengertian ... 8

F. Tujuan Penelitian ... 9

G. Manfaat Hasil Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...11

A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) ...11

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ...11

2. Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ...12

3. Persiapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ...15

(14)

xiii

5. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ...19

6. Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ...20

B. Ranah Kemampuan yang Dicapai Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran ... ...21

1. Ranah Kognitif ...21

2. Ranah Afektif ...24

3. Ranah Psikomotorik ...25

C. Hakikat Toleransi ...25

1. Pengertian Sikap Toleransi ...25

2. Karakteristik Sikap Toleransi ...26

D. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ...27

1. Hakikat Pembelajaran Matematika ...27

2. Karakteristik Matematika ... 28

3. Tujuan Matematika ...30

4. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika ...31

5. Pecahan ...32

E. Hasil Penelitian yang Relevan ...35

F. Kerangka Berpikir ...38

G. Hipotesis Tindakan ...40

BAB III METODE PENELITIAN ...41

A. Jenis Penelitian ...41

B. Setting Penelitian ...44

1. Waktu Penelitian ...44

2. Subjek Penelitian ...44

3. Objek Penelitian ...44

4. Tempat Penelitian ...44

C. Rencana Penelitian ...45

1. Persiapan ...45

2. Rencana Tindakan Setiap Siklus ...46

3. Pengamatan ...55

(15)

xiv

D. Teknik Pengumpulan Data ...57

1. Variabel Indikator Keberhasilan ...57

2. Pengumpulan Data ...59

E. Instrumen Penelitian ...63

1. Instrumen Sikap Toleransi ...63

2. Instrumen Kemampuan Kognitif ...68

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penilaian ...71

1. Validitas ...71

2. Reliabilitas ...77

G. Teknik Analisis Data ...78

1. Analisis Data Sikap Toleransi ...78

2. Analisis Data Kemampuan Kognitif ...81

H. Kriteria Keberhasilan ...82

1. Kriteria Keberhasilan Sikap Toleransi ...82

2. Kriteria Keberhasilan Kemampuan Kognitif ... 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 84

A. Data Kondisi Awal ...84

1. Sikap Toleransi Siswa ...84

2. Kemampuan Kognitif Siswa ...86

B. Deskripsi Pelaksanaan Setiap Siklus ...87

1. Siklus I ...88

2. Siklus II ...98

C. Hasil Penelitian ...107

1. Siklus I ...107

2. Siklus II ...110

D. Pembahasan...112

1. Peningkatan Sikap Toleransi Siswa ...113

2. Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa ...117

BAB V PENUTUP ...123

A. Kesimpulan ...123

(16)

xv

C. Saran ...124

DAFTAR PUSTAKA ...126

LAMPIRAN ...129

(17)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Data Kondisi Awal Materi Penjumlahan Pecahan ... 3

Tabel 2.1 Perhitungan Skor Perkembangan ... 13

Tabel 2.2 Tingkat Penghargaan Kelompok ... 16

Tabel 2.3 Contoh Pembagian Siswa ke dalam Tim ... 17

Tabel 2.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kurikulum 2006 ... 32

Tabel 3.1 Pengumpulan Data dan Instrumen ... 57

Tabel 3.2 Pemberian Skor Pengamatan ... 64

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pengamatan Sikap Toleransi ... 64

Tabel 3.4 Pengukuran Skala Likert ... 65

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Kuesioner Sikap Toleransi ... 66

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Penilaian Diri Sikap Toleransi ... 67

Tabel 3.7 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 68

Tabel 3.8 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 69

Tabel 3.9 Penskoran Soal Uraian Objektif ... 70

Tabel 3.10 Rincian Penskoran Soal Evaluasi ... 71

Tabel 3.11 Pedoman PAP II ... 73

Tabel 3.12 Koefisien Reliabilitas ... 77

Tabel 3.13 Perhitungan PAP II ... 78

Tabel 3.14 Kategori Sikap Toleransi Siswa ... 79

Tabel 3.15 Kriteria Keberhasilan Sikap Toleransi ... 82

Tabel 3.16 Kriteria Keberhasilan Kemampuan Kognitif ... 83

Tabel 4.1 Data Kondisi Awal Sikap Toleransi Siswa ... 85

Tabel 4.2 Rekap Nilai Ulangan Matematika Materi Penjumlahan Berbagai Bentuk Pecahan pada Tahun 2011/2012 dan 2012/2013... 86

Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 88

Tabel 4.4 Hasil Sikap Toleransi dan Kemampuan Kognitif Siklus I ... 97

Tabel 4.5 Hasil Sikap Toleransi dan Kemampuan Kognitif Siklus II ... 105

Tabel 4.6 Sikap Toleransi Siswa Siklus I ... 107

(18)

xvii

Tabel 4.8 Sikap Toleransi Siswa Siklus II ... 110

Tabel 4.9 Kemampuan Kognitif Siswa Siklus II ... 111

Tabel 4.10 Rata-rata Sikap Toleransi Siswa ... 113

Tabel 4.11 Rekapitulasi Nilai Ulangan Siswa Kelas V ... 118

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pecahan... 33

Gambar 2.2 Langkah Pertama Operasi Hitung Pecahan dengan Media Kertas .. 34

Gambar 2.3 Langkah Kedua Operasi Hitung Pecahan dengan Media Kertas .... 34

Gambar 2.4 Bagan Literatur Map Penelitian-penelitian Relevan ... 37

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 42

Gambar 4.1 Peningkatan Sikap Toleransi Siswa ... 114

Gambar 4.2 Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa... 118

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ...129

Lampiran 2 a RPP Siklus I ...138

b RPP Siklus II ...156

Lampiran 3 a Penlaian Pertemuan Pertama dan Pertemuan Kedua Siklus I dan Siklus II ...173

b Penilaian Pertemuan Ketiga Siklus I dan Siklus II ...178

Lampiran 4 a Rangkuman Materi Siklus I ...181

b Rangkuman Materi Sikus II ...185

Lampiran 5 a Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan 1 ...189

b Kunci Jawaban LKS Siklus I Pertemuan 1 ...193

c Lembar Soal Pre Tes dan Kuis Siklus I Pertemuan 1 ...195

d Kunci Jawaban Pre Tes dan Kuis Siklus I Pertemuan 1 ...196

Lampiran 6 a Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I Pertemuan 2 ...197

b Kunci Jawaban LKS Siklus I Pertemuan 2 ...200

c Lembar Soal Pre Tes dan Kuis Siklus I Pertemuan 2 ...203

d Kunci Jawaban Pre Tes dan Kuis Siklus I Pertemuan 2 ...204

Lampiran 7 a Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Pertemuan 1 ...205

b Kunci Jawaban LKS Siklus II Pertemuan 1 ...209

c Lembar Soal Pre Tes dan Kuis Siklus II Pertemuan 1...212

d Kunci Jawaban Pre Tes dan Kuis Siklus II Pertemuan 1 ...213

Lampiran 8 a Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II Pertemuan 2 ...215

b Kunci Jawaban LKS Siklus II Pertemuan 2 ...220

c Lembar Soal Pre Tes dan Kuis Siklus II Pertemuan 2...223

d Kunci Jawaban Pre Tes dan Kuis Siklus II Pertemuan 2 ...224

Lampiran 9 Soal Evaluasi Siklus I ...226

Lampiran 10 Soal Evaluasi Siklus II ...231

Lampiran 11 Kunci Jawaban Soal Evaluasi ...238

Lampiran 12 Pembagian Kelompok STAD ...243

(21)

xx

Lampiran 14 a Lembar Pengamatan Sikap Toleransi siswa ...247

b Lembar Kuesioner Sikap Toleransi siswa ...249

c Lembar Penilaian diri Sikap Toleransi siswa ...252

Lampiran 15 a Kisi-Kisi Soal Evaluasi Uji Validasi Siklus I ...254

b Data Uji Validasi Soal Siklus I ...255

c Rekap Hasil Penghitungan Uji Validasi Siklus I ...258

Lampiran 16 a Kisi-Kisi Soal Evaluasi Uji Validasi Siklus II ...260

b Data Uji Validasi Soal Siklus II ...261

c Rekap Hasil Penghitungan Uji Validasi Siklus II ...264

Lampiran 17 a Data Uji Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus I ...266

b Hasil Perhitungan SPSS Uji Reliabilitas Soal Siklus I ...269

Lampiran 18 a Data Uji Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus II ... 270

b Hasil Perhitungan SPSS Uji Reliabilitas Soal Siklus II ...272

Lampiran 19 a Instrumen Validasi Perangkat Pembelajaran ... 273

b Isian Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ...276

c Rangkuman Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ...279

Lampiran 20 a Instrumen Validasi Lembar Pengamatan ...280

b Isian Hasil Validasi Lembar Pengamatan...281

c Rangkuman Hasil Validasi Lembar Pengamatan ...282

Lampiran 21 a Instrumen Validasi Lembar Kuesioner ...283

b Isian Hasil Validasi Lembar Kuesioner ...285

c Rangkuman Hasil Validasi Lembar Kuesioner ...287

Lampiran 22 a Instrumen Validasi Lembar Penilian Diri ...288

b Isian Hasil Validasi Lembar Penilian Diri...289

c Rangkuman Hasil Validasi Lembar Penilian Diri ...290

Lampiran 23 a Instrumen Validasi Soal Evaluasi ...291

b Isian Hasil Validasi Soal Evaluasi ...292

c Rangkuman Hasil Validasi Soal Evaluasi ...293

(22)

xxi

c Data Hasil Pengamatan Sikap Toleransi Siswa Siklus I

Pertemuan 2 ...296 d Data Hasil Pengamatan Sikap Toleransi Siswa Siklus II

Pertemuan 1 ...297 e Data Hasil Pengamatan Sikap Toleransi Siswa Siklus I

Pertemuan 2 ...298 Lampiran 25 Skor Hasil Pengamatan Sikap Toleransi Siswa ...299 Lampiran 26 a Data Kondisi Awal Hasil Kuesioner Sikap Toleransi ...300

b Data Hasil Kuesioner Sikap Toleransi Siswa Siklus I...301 c Data Hasil Kuesioner Sikap Toleransi Siswa Siklus II ...302 Lampiran 27 Skor Hasil Kuesioner Sikap Toleransi Siswa ...303 Lampiran 28 a Data Hasil Penilaian Diri Sikap Toleransi Kondisi Awal ...304

b Data Hasil Penilaian Diri Sikap Toleransi Siklus I Pertemu

an Pertama ...305 c Data Hasil Penilaian Diri Sikap Toleransi Siklus I Pertemu-

an Kedua ...306 d Data Hasil Penilaian Diri Sikap Toleransi Siklus II Perte-

muan Pertama ...307 e Data Hasil Penilaian Diri Sikap Toleransi Siklus II Pertemu

an Kedua ...308

Lampiran 29 Hasil Akhir Penilaian Diri Sikap Toleransi ...309 Lampiran 30 a Nilai Ulangan Siswa Kelas V Tahun Ajaran 2011/2012 ...310

b Nilai Ulangan Siswa Kelas V Tahun Ajaran 2012/2013 ...311 Lampiran 31 a Hasil Penilaian Kemampuan Kognitif Siklus I ...312

b Hasil Penilaian Kemampuan Kognitif Siklus II ...315 Lampiran 32 a Poin Perkembangan Siswa Siklus I ...318

(23)

1

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan diuraikan tujuh hal yaitu latar belakang masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, pemecahan masalah, batasan pengertian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran matematika menjadi mata pelajaran yang penting dalam perannya mengembangkan potensi anak. Hal ini sesuai dengan kurikulum yang diterapkan di Indonesia dimana mata pelajaran matematika telah diberikan sejak sekolah dasar. Kompetensi yang harus dikuasai anak di sekolah dasar yaitu berkaitan dengan bilangan, pengukuran, dan pengolahan data yang tercantum dalam standar kompetensi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

(24)

Kegiatan belajar mengajar pada mata pelajaran matematika harus dipersiapkan dengan sungguh-sungguh oleh guru. Guru juga harus cerdas dan kreatif dalam membantu siswa memahami konsep matematika yang dapat dilakukan dengan menggunakan hal-hal yang sering dijumpai siswa setiap harinya. Guru juga hendaknya memilih berbagai variasi pendekatan, strategi, metode yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan situasi kelas. Guru dalam memilih baik atau tidaknya model pembelajaran akan tergantung tujuan pembelajaran, kesesuaian materi ajar, tingkat kecerdasan siswa, kemampuan guru serta memaksimalkan sumber belajar yang ada (Daryanto dan Rahardjo, 2012 :240). Hal ini perlu supaya siswa dapat memahami materi dengan baik dan tidak mengalami kesulitan yang besar. Materi mata pelajaran matematika bersifat abstrak untuk siswa di sekolah dasar karena perkembangan kognitif siswa usia sekolah dasar berada pada tahap operasional konkrit atau masih membutuhkan hal-hal yang nyata atau konkrit.

(25)

2012/2013 yang menunjukkan lebih dari lima siswa tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) di setiap tahun ajaran. Nilai mata pelajaran matetmatika dua tahun terakhir yang dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Data Kondisi Awal Mata Pelajaran Matematika Materi Pecahan Kelas V SD Kanisius Klepu

Tahun Sumber : daftar nilai siswa kelas V SD Kanisius Klepu Sleman

Data kondisi awal Tabel 1.1, nilai rata-rata materi pecahan di dua tahun terakhir di SD Kanisius memiliki tingkat ketuntasan yang masih kategori rendah. Siswa yang tidak tuntas pada tahun ajaran 2011/2012 sebanyak 51,51% dari 33 siswa. Tahun ajaran 2012/2013, siswa yang tidak tuntas 51,72% dari 29 siswa. Kriteria ketuntasan minimum (KKM) mata pelajaran matematika di SD Kanisius Klepu yaitu 60.

(26)

yang asyik berbicara. Ketika siswa diminta untuk berkelompok, siswa menentukan sendiri anggota kelompok yaitu teman bermain atau teman di sekitar tempat duduk. Siswa yang menentukan kelompok sendiri menunjukkan bahwa setiap kelompok terdiri dari anggota yang sesama gender dan beberapa kelompok beranggotakan siswa yang memiliki kemampuan kognitif yang rendah. Ketika berdiskusi, siswa yang menonjol dikelas atau siswa yang pintar di kelompok tersebut yang menguasai diskusi dan mengambil setiap keputusan. Di kelas V SD Kanisius Klepu juga terdapat satu siswa yang dikucilkan karena siswa tersebut dianggap nakal dan menyebalkan oleh siswa.

(27)

ketiga dapat menerima hal-hal berbeda dengan yang dipercayai; keempat menumbuhkan sikap bekerjasama dan bersinergi; kelima mengenali potensi diri.

Permasalahan yang terjadi di SD Kanisius Klepu diperlukan penelitian tindakan kelas karena materi penjumlahan pecahan masih menjadi kesulitan bagi siswa kelas V di SD Kanisius Klepu dan belum optimalnya sikap toleransi. Peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) untuk mengatasi permasalahan di kelas V SD

Kanisius Klepu. Siswa dituntut untuk selalu bekerjasama dengan siswa lain jika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sehingga siswa dapat saling membaur dan menghargai satu sama lain. Penelitian tindakan kelas juga dapat memberi solusi dalam memperbaiki hasil materi penjumlahan pecahan karena dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dituntut untuk memiliki tanggung jawab secara mandiri dalam memahami materi.

(28)

2010: 214). Siswa akan melakukan kegiatan pembelajaran secara kelompok dengan anggota kelompok dibentuk secara heterogen berdasarkan tingkat kemampuan dan gender sehingga siswa yang mengalami kesulitan matematika dapat dibantu oleh siswa yang telah memahami materi.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Sikap Toleransi Dan Kemampuan Kognitif

Penjumlahan Pecahan Kelas V SD Kanisius Klepu Sleman. Penelitian ini

memiliki tujuan agar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan sikap toleransi dan

kemampuan kognitif siswa materi penjumlahan pecahan. B. Pembatasan Masalah

Penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dilakukan di kelas V SD Kanisius Klepu Sleman

dengan jumlah siswa 28 pada mata pelajaran matematika semester genap dengan kompetensi dasar 5.2 Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan. Materi yang digunakan yaitu penjumlahan pecahan berpenyebut sama, penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama, penjumlahan pecahan biasa dengan pecahan campuran, dan penjumlahan pecahan campuran dengan pecahan campuran.

(29)

melalui lima indikator yaitu menghargai siswa yang mengalami kesulitan; saling menghargai tanpa membedakan suku, gender, penampilan, budaya , kemampuan; dapat menerima hal-hal berbeda dengan yang dipercayai; menumbuhkan sikap bekerjasama dan bersinergi; mengenali potensi diri.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan sikap toleransi dan

kemampuan kognitif siswa kelas V SD Kanisius Klepu?

2. Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dalam meningkatkan sikap toleransi dan

kemampuan kognitif pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SD Kanisius Klepu?

D. Pemecahan Masalah

Berdasar permasalahan yang telah dijelaskan pada latar belakang dan rumusan masalah, peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dalam meningkatkan sikap toleransi

(30)

1. Siswa mengerjakan pre tes untuk memperoleh skor awal. 2. Guru menyampaikan materi pembelajaran.

3. Siswa diskusi kelompok dengan anggota kelompok yang heterogen terdiri dari 4 sampai 5 siswa.

4. Siswa membuat rangkuman materi. 5. Siswa mengerjakan kuis secara individu.

6. Siswa menghitung poin kemajuan secara berkelompok.

7. Guru memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok. E. Batasan Pengertian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, peneliti menguraikan batasan pengertian dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Student Team Achievement Division (STAD)

STAD adalah kegiatan pembelajaran yang mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan, gender, dan ras agar siswa terlibat serta memiliki tanggung jawab untuk saling membantu dan mendorong satu sama lain dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru.

2. Sikap Toleransi

Toleransi adalah sikap yang menghormati martabat, hak semua orang , dapat menerima dari hal yang berbeda dengan yang dilakukan diri sendiri atau hal-hal yang berbeda dengan apa yang menjadi keyakinan diri sendiri.

3. Kemampuan kognitif

(31)

4. Pecahan

Pecahan adalah bagian dari bilangan rasional yang ditulis dalam bentuk , a dan b termasuk bilangan bulat, b tidak sama dengan 0 (nol) dan bilangan a bukan kelipatan bilangan b.

F. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Untuk meningkatkan sikap toleransi dan kemampuan kognitif dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) pada siswa kelas V SD Kanisius Klepu.

2. Untuk mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan sikap

toleransi dan kemampuan kognitif pada mata pelajaran matematika siswa kelas V SD Kanisius Klepu.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) untuk mata pelajaran matematika materi penjumlahan pecahan.

2. Bagi Guru

(32)

toleransi dan kemampuan kognitif siswa mata pelajaran matematika pada materi penjumlahan bilangan pecahan.

3. Bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berhitung dalam mata pelajaran matematika khususnya pada materi penjumlahan bilangan pecahan serta memiliki pengalaman baru dalam kegiatan belajar.

4. Bagi Pihak Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas sekolah melalui nilai yang diperoleh siswa dan dapat mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) adalah salah satu upaya untuk meningkatkan sikap toleransi dan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran matematika.

5. Bagi Peneliti Lain

(33)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam bab ini akan dipaparkan empat hal yaitu kerangka teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Keempat hal tersebut akan diuraikan dalam subbab-subbab berikut.

A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD)

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

(34)

Berdasarkan uraian pengertian STAD dapat ditarik kesimpulan yaitu kegiatan pembelajaran yang mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan, jenis kelamin, dan ras agar siswa terlibat serta memiliki tanggung jawab untuk saling membantu dan mendorong satu sama lain dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru.

2. Komponen Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Komponen-komponen STAD terdiri dari presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individu, dan rekognisi tim (Slavin, 2005: 143).

Presentasi kelas yaitu pengajaran langsung seperti yang sering dilakukan atau berdiskusi tentang materi pelajaran yang dipimpin oleh guru. Guru dalam melakukan presentasi kelas harus benar-benar difokuskan pada unit STAD. Hal ini diperlukan supaya siswa menyadari harus memperhatikan penuh karena skor kuis menentukan skor tim siswa.

Tim dalam STAD terdiri dari empat sampai lima siswa yang terbagi berdasarkan kinerja akademik, jenis kelamin, ataupun ras. Tim ini memiliki fungsi utama untuk memastikan bahwa semua anggota tim sungguh-sungguh belajar dan mempersiapkan anggota tim agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.

(35)

Skor kemajuan individual diberikan kepada siswa supaya siswa dapat mencapai kinerja yang diinginkan. Setiap siswa akan memiliki skor awal yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa sebelumnya, baik hasil kuis pada pertemuan sebelumnya atau dari hasil pre tes. Setiap siswa akan mengumpulkan poin untuk tim mereka dengan melihat tingkat kenaikan skor kuis dan dibandingkan dengan skor awal. Pedoman pemberian poin kemajuan setiap siswa tercantum di Tabel 2.1 sebagai berikut.

Tabel 2.1 Perhitungan Skor Perkembangan

Skor Kuis Poin Kemajuan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 poin 10 sampai 1 poin di bawah skor awal 10 poin Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 poin Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 poin Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30 poin

Sumber : Slavin, (2005: 159)

(36)

dengan jumlah anggota kelompok. Jika setiap anggota kelompok mendapatkan poin kemajuan 30, maka jumlah poin kemajuan 150 kemudian dibagi 5 sesuai jumlah anggota kelompok. Kelompok mendapatkan rata-rata kelompok sebesar 30 dan mendapatkan penghargaan tertinggi dari guru.

Penjabaran komponen STAD juga diutarakan oleh Taniredja, dkk meliputi presentasi kelas, tim atau tahap kerja kelompok, kuis atau tahap tes individu, tahap perhitungan skor kemajuan individu, dan tahap pemberian penghargaan (2011: 74). Penjelasan masing-masing komponen sebagai berikut.

Presentasi kelas dimulai dengan guru menyampaikan indikator yang harus dicapai dan memotivasi siswa sehingga tumbuh rasa ingin tahu tentang materi yang akan dipelajari hari ini. Langkah selanjutnya, guru memberikan apersepsi untuk membantu siswa menghubungkan materi yang disajikan dengan pengetahuan yang dimiliki.

Tim atau tahap kerja kelompok dimulai dengan membentuk tim yang terdiri empat sampai lima siswa menurut kinerja akademik, jenis kelamin, ras maupun etnis. Guru pada tahap ini bertugas sebagai fasilitator dan motivator.

Kuis atau tahap tes individu diadakan pada akhir pertemuan kedua atau ketiga kira-kira 10 menit yang bertujuan untuk mengetahui yang telah dipelajari siswa secara individu selama proses kerja kelompok. Dalam kuis ini siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu ketika mengerjakan soal kuis.

(37)

memperoleh skor terbaik. Pedoman pemberian skor perkembangan individu berpedoman pada Slavin (2005: 159).

Tahap pemberian penghargaan atau rekognisi tim dilakukan dengan memberikan penghargaan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata siswa mencapai kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

Penjelasan komponen-komponen STAD menurut Slavin maupun Taniredja, dkk dapat disimpulkan komponen-komponen STAD terdiri dari presentasi kelas, tim atau kerja kelompok, kuis atau tes individu, skor kemajuan individu, dan rekognisi tim atau pemberian penghargaan.

3. Persiapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

(38)

Setelah menentukan kelompok, guru menentukan skor awal setiap siswa. Penentuan skor awal dapat diambil dari nilai ulangan sebelumnya atau setelah mengadakan kuis. Guru juga harus mengatur tempat duduk siswa. Hal ini untuk mendukung keberhasilan pembelajaran karena sebagai pencegahan timbulnya kegaduhan. Guru selanjutnya membuat lembar kerja yang dikerjakan siswa secara berkelompok.

Persiapan berikutnya guru menghitung skor kelompok dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok dengan menjumlah skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Guru kemudian memberikan predikat kepada setiap kelompok berdasarkan rata-rata skor perkembangan kelompok. Selanjutnya guru memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikat yang diperoleh masing-masing kelompok. Pedoman pemberian predikat dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut (Trianto, 2009: 72).

Tabel 2.2 Tingkat Penghargaan Kelompok

Rata-rata tim Predikat

0 ≤ x ≤ 5 -

5 ≤ x ≤ 15 Tim Baik

15 ≤ x ≤ 25 Tim Hebat

25 ≤ x ≤ 30 Tim Super

Sumber : Trianto, (2009: 72)

Persiapan yang diperlukan guru dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dijelaskan oleh Slavin (2005: 147) yaitu : materi, dan pembagian kelompok.

(39)

sebuah kuis untuk setiap unit yang ingin diajarkan. Setiap unit harus terdiri dari tiga sampai lima instruksi.

Kedua yaitu membagi para siswa ke dalam tim. Kelompok terdiri dari empat sampai lima siswa yang terdiri dari siswa perempuan dan siswa laki-laki, seorang siswa yang berprestasi tinggi, sedang dan rendah. Level kinerja setiap tim harus setara. Pembagian tim berdasarkan prestasi dapat dilakukan seperti Tabel 2.3 berikut ini.

Tabel 2.3 Contoh Pembagian Siswa ke Dalam Tim

Pretasi Siswa Peringkat Nama Tim

Siswa berprestasi tinggi 1

2

Siswa berprestasi sedang 7

8

Siswa berprestasi rendah 24

25

(40)

Pada tabel di atas, siswa peringkat 13 sampai 17 belum mendapatkan tim, maka siswa peringkat 13 sampai 17 akan dimasukkan ke dalam kelompok A sampai F secara merata. Guru dalam menambahkan anggota tim harus melihat keseimbangan tim baik prestasi maupun jumlah jenis kelamin dari setiap tim yang akan ditambah jumlah anggotanya.

Ketiga adalah menentukan skor awal pertama. Skor awal dapat menggunakan rata-rata kuis sebelumnya atau nilai terakhir siswa dari tahun lalu. Keempat yaitu membangun tim. Sebelum guru memulai kegiatan pembelajaran menggunakan kegiatan kelompok, diperlukan latihan pembentukan tim hanya untuk memberikan kesempatan kepada anggota tim untuk saling mengenal satu sama lain.

Persiapan-persiapan yang dibutuhkan dalam menggunakan STAD yang diuraikan oleh Trianto ataupun Slavin dapat disimpulkan (1) guru mempersiapkan perangkat pembelajaran beserta materi, (2) guru mempersiapkan kelompok atau membentuk kelompok, (3) guru menentukan skor awal, (4) guru mengatur tempat duduk, (5) guru memberikan penghargaan kepada setiap kelompok.

4. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

(41)

kuis secara individu sebaga bentuk evaluasi, (5) guru memberikan penghargaan kepada prestasi tim.

Penjelasan lain langkah-langkah STAD (Fawaid dan Anam, 2009: 235) yaitu : (1) guru meminta siswa untuk mengerjakan pre test, pre test dapat berbentuk ujian atau pre test tentang unit-unit sebelumnya, (2) siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari empat orang siswa yang terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah dan kelompok tersebut juga beragam dalam hal gender dan etnis. (3) guru menyajikan konten materi pembelajaran hari ini, (4) guru membagikan lembar kerja yang telah dipersiapkan dan fokus konten yang akan dipelajari bersama. (5) guru memeriksa kelompok-kelompok untuk kemajuan pembelajaran pembelajaran. (6) siswa bersama guru mengelola kuis-kuis individu untuk setiap siswa. (7) guru memberikan skor kelompok berdasarkan pada skor-skor yang diperoleh secara perorangan.

Secara ringkas pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Suyatno (2009:53) yaitu mengajar, belajar tim, kuis dan penghargaan tim.

Langkah pembelajaran STAD menurut beberapa ahli di atas dapat disimpulkan (1) siswa mengerjakan pre tes untuk menentukan skor awal, (2) guru mempresentasikan konten yang akan dipelajari, (3) guru membagi siswa ke dalam kelompok secara heterogen, (4) siswa mnegerjakan tugas secara kelompok,(5) siswa mengerjakan kuis secara individu, (6) siswa mendapatkan penghargaan tim. 5. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

(42)

kepada kelompoknya dan posisi anggota kelompok setara, (2) Siswa bekerja sama mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, (3) Siswa aktif membantu dan memotivasi untuk berhasil bersama, (4) siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.

Kelebihan STAD juga diutarakan oleh Rusman (2010: 203) yaitu (1) siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar untuk diri sendiri dan membantu anggota kelompok, (2) siswa belajar dengan cara tutor sebaya yang lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru, (3) siswa dapat mengurangi sikap individualistis dan mau menerima kelebihan atau kelemahan orang lain.

Kelebihan STAD yang dipaparkan oleh Slavin dan Rusman dapat disimpulkan (1) setiap siswa mempunyai kontribusi di dalam kelompok, (2) siswa belajar dengan cara tutor sebaya yang lebih efektif daripada pembelajaran oleh guru, (3) siswa mempunyai tanggung jawab untuk memahami materi dan membantu anggota kelompok yang mengalami kesulitan, (4) siswa mampu bekerja sama sehingga mengurangi sikap individualistis dan menerima kelebihan atau kekurangan siswa lain.

6. Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

(43)

tidak semua guru mampu menjadi fasilitator, mediator, motivator dan evaluator dengan baik.

Kekurangan STAD menurut Rusman dan Isjoni dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan STAD memerlukan waktu yang relatif lama dan tidak semua guru dapat menjadi fasilitator, mediator, motivator dan evaluator dengan baik.

B. Ranah Kemampuan yang Dicapai Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran 1. Ranah Kognitif

a. Pengertian Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah suatu proses yang memiliki sifat menambah wawasan atau pengetahuan guna menambah hasil belajar (Harjanto, 2006: 91). Pengertian yang lain tentang ranah kognitif yaitu berhubungan dengan daya ingat mengenai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan intelektual yang terpusat melalui penilaian tes (Kuswana, 2012: 11).

Kedua pengertian tentang ranah kognitif ini dapat disimpulkan suatu proses yang berhubungan dengan daya ingat, wawasan atau pengetahuan guna menambah perolehan hasil belajar.

b. Tingkatan taksonomi Ranah Kognitif

(44)

Taksonomi ranah kognitif setelah direvisi terdiri dari mengingat, mengerti, memakai, menganalisis, menilai dan mencipta. Ulasan mengenai taksonomi Bloom yang telah direvisi (Siregar, 2010: 9) yaitu: Pertama yaitu mengingat. Tahap mengingat adalah meningkatkan ingatan tentang materi yang disajikan dalam berbagai bentuk. Kedua yaitu mengerti. Tahap mengerti adalah mampu membangun arti dari pesan pembelajaran dalam bentuk komunikasi lisan, tulisan ataupun grafis. Ketiga yaitu memakai. Tahap memakai artinya penggunaan suatu prosedur untuk mengerjakan latihan ataupun menyelesaikan suatu permasalahan. Keempat yaitu menganalisis. Tahap menganalisis adalah suatu proses memecahkan permasalahan ke dalam unsur-unsur pokoknya dan menentukan bagaimana hubungan satu sama lain. Kelima yaitu menilai. Tahap menilai adalah pembuatan pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar tertentu. Keenam adalah menciptakan. Tahap menciptakan adalah pembuatan produk baru dengan mengatur kembali unsur-unsur atau bagian ke dalam suatu pola yang belum pernah ada sebelumnya.

Penjelasan yang lain mengenai taksonomi Bloom yang telah direvisi Anderson dan Krathwohl sebagai berikut (Anderson and Krathwohl, 2010: 99).

(45)

mengingat kembali berarti proses yang mencakup aktivitas penarikan kembali informasi yang relevan dari ingatan saat didesak.

Proses kognitif yang kedua yaitu memahami. Proses memahami memiliki arti siswa mampu mengkonstruksikan makna dari materi pembelajaran dari suatu pesan-pesan atau petunjuk-petunjuk soal atau guru. Petunjuk dapat berupa komunikasi dalam bentuk lisan, tertulis, dan grafik (gambar). Siswa dapat memahami jika mampu menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya yang telah siswa miliki dengan diintegrasikan skema-skema atau kerangka kerja yang telah siswa kenali sebelumnya.

Proses kognitif yang ketiga yaitu mengaplikasikan. Proses mengaplikasi meliputi penggunaan prosedur atau cara kerja tertentu untuk mengerjakan suatu latihan atau menyelesaikan suatu masalah. Proses kognitif yang keempat yaitu menganalisis. Proses menganalisis artinya usaha untuk mengurai suatu materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan materi secara keseluruhan. Proses kognitif yang kelima yaitu mengevaluasi. Proses mengevaluasi dapat diartikan sebagai tindakan yang membantu suatu penilaian didasarkan pada kriteria dan standar tertentu. Kriteria dapat berupa kualitas, efisiensi, dan konsistensi dimana dapat ditentukan oleh guru atau siswa. Proses kognitif yang keenam menciptakan. Proses menciptakan adalah proses membentuk sesuatu yang baru dan koheren untuk membuat prosuk yang asli. Siswa harus memiliki pola pikir kreatif pada proses mencipta ini.

(46)

yang berbeda. Taksonomi Bloom yang telah direvisi dari kedua ahli dapat disimpulkan terdiri dari mengingat, mengerti atau memahami, memakai atau menerapkan, menganalisis, menilai atau mengevaluasi dan mencipta atau menciptakan.

Tahap taksonomi Bloom penelitian ini menggunakan tahap mengingat sampai tahap menerapkan. Hal ini dikarenakan pada usia sekolah dasar (6-12 tahun) kemampuan kognitif anak sudah mampu mereaksi rangsangan intelektual dan melaksanakan tugas belajar (Yusuf, 2009: 178). Tahapan ini ditandai dengan tiga kemampuan baru yaitu mengelompokkan, menyusun, dan menghubungkan atau menghitung angka-angka atau bilangan. Kemampuan baru ini sesuai dengan kemampuan kognitif tahap mengingat, memahami, dan menerapkan. Mengingat merupakan tahap mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang, memahami merupakan tahapan untuk menyusun arti dari suatu materi atau persoalan, dan menerapkan merupakan tahapan untuk menggunakan suatu prosedur dalam menyelesaikan suatu persoalan.

2. Ranah Afektif

(47)

maksimal (Haryati, 2006: 38). Penilaian aspek afektif dapat dilakukan dengan menggunakan observasi, angket, dan wawancara.

Pengertian ranah afektif dapat ditarik kesimpulan yaitu berkaitan dengan sikap, karakter atau nilai dalam berbagai tingkah laku untuk membantu mencapai ketuntasan belajar secara maksimal. Dalam penelitian ini, peneliti selain meningkatkan kemampuan kognitif juga meningkatkan kemampuan afektif siswa khususnya pada sikap toleransi.

3. Ranah Psikomotorik

Ranah psikomotorik adalah proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan pada pengembangan proses mental melalui aspek-aspek otot dan membentuk keterampilan siswa. Pengembangannya dalam pendidikan mencakup proses yang menggerakkan otot, juga berkembang dengan pengetahuan yang berkaitan dengan keterampilan hidup (Sukardi, 2008: 76). Penjelasan yang lain mengenai ranah psikomotorik adalah sesuatu hal yang berkaitan dengan keterampilan yang bersifat manual atau motorik (Hamzah, 2006: 38).

Pengertian ranah psikomotorik menurut Sukardi dan Hamzah dapat disimpulkan bahwa ranah psikomotorik yaitu proses pengetahuan yang berkaitan dengan keterampilan yang bersifat manual atau motorik seperti aspek otot dan keterampilan siswa.

C. Hakikat Toleransi

1. Pengertian Sikap Toleransi

(48)

menghormati atau menghargai, tanggung jawab, adil, jujur dan sportif, peduli serta kewarganegaraan (Samani dan Hariyanto, 2012: 55). Berdasarkan nilai-nilai di atas maka dapat dikembangkan sikap-sikap seperti religius, jujur, disiplin, kerja keras, toleransi, jujur, berani, mandiri dan lain sebagainya (Samani dan Hariyanto, 2012 : 116). Sikap yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sikap toleransi.

Sikap toleransi adalah menghormati martabat dan hak semua orang meskipun keyakinan dan perilaku mereka berbeda dengan kita (Zubaedi, 2011: 63). Pengertian lain, sikap toleransi yaitu dapat menerima penyimpangan dari hal yang dipercayai atau praktik-praktik yang berbeda dengan yang dilakukan diri sendiri atau menerima hal-hal yang berbeda dengan apa yang menjadi keyakinan diri (Samani dan Hariyanto, 2012: 54).

Pengertian sikap toleransi dapat disimpulkan sebagai sikap yang menghormati martabat, hak semua orang, dapat menerima dari hal yang berbeda dengan yang dilakukan diri sendiri atau hal-hal yang berbeda dengan apa yang menjadi keyakinan diri sendiri.

2. Karakteristik Sikap Toleransi

(49)

Karakteristik toleransi dapat ditarik kesimpulan yaitu saling menghargai tanpa membedakan suku, gender, penampilan, budaya, keyakinan, kemampuan, dapat menghargai orang lain meskipun berbeda pandangan, saling menghargai siswa yang mengalami kesulitan, saling bekerja sama dan bersinergi bersama, mengenal potensi diri, saling mengagumi dan memahami, serta menghargai tanpa berupaya memalsukan diri menjadi orang lain

D. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar 1. Hakikat Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika adalah proses pembelajaran yang dibangun oleh guru dalam mengembangkan kreativitas untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan kemampuan membangun konsep pengetahuan baru sebagai upaya memahami materi matematika dengan baik (Susanto, 2013: 186).

Menurut Bourne dalam Fathani (2009: 19) mengatakan bahwa matematika sebagai konstruktivisme sosial yang menekankan pada knowing how, maksudnya manusia dipandang sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan lingkungannya. Sebagai contoh manusia dalam kehidupan sehari-hari melakukan transaksi jual beli dengan menggunakan uang. Mata pelajaran matematika membantu memahami menggunakan uang, hal ini ditunjukkan dengan adanya kompetensi dasar (KD) di kelas 3 yang membahas tentang penggunaan uang yaitu KD 1.5 memecahkan masalah perhitungan termasuk yang berkaitan dengan uang.

(50)

dengan lingkungannya dengan menekankan cara menyelesaikan persoalan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan kemampuan membangun konsep pengetahuan baru.

2. Karakteristik Matematika

Karakteristik Matematika yang dikemukakan oleh Fathani (2009: 59) sebagai berikut.

a. Memiliki objek kajian abstrak

Pada dasarnya matematika memiliki objek kajian yang sifatnya abstrak, meskipun tidak setiap yang abstrak adalah matematika. Ada empat objek kajian matematika, yaitu fakta, operasi, konsep, dan prinsip. (Fathani, 2009: 59)

1) Fakta

Fakta adalah konvensi dalam matematika yang biasanya diungkapkan melalui simbol-simbol tertentu, sebagai conoth simbol “5” secara umum sudah

dipahami sebagai bilangan “lima”, sebaliknya kalau seseorang mengucapkan “lima” dengan sendirinya dapat menuliskan simbol “5”. Contoh lain simbol “ + ”

secara umum sudah dipahami bahwa simbol tersebut untuk tanda menjumlahkan. 2) Operasi

Operasi adalah melakukan perhitungan, pengerjaan aljabar, dan pengerjaan

(51)

3) Konsep

Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk menggolongkan atau mengkategorikan sekumpulan objek. Misalnya menggolongkan berbagai benda ke dalam bangun ruang atau bangun datar.

4) Prinsip

Prinsip adalah hubungan diantara berbagai objek dasar matematika. Misalnya sifat distributif dan sifat asosiatif dalam perkalian bilangan matematika. Prinsip pada matematika, pertama yaitu bertumpu pada kesepakatan. Simbol-simbol dan istilah dalam matematika adalah kesepakatan bersama yang penting dan telah disepakati dalam matematika, sehingga dapat memudahkan pembahasan dan pemahaman matematika.

Kedua yaitu konsisten dalam sistemnya. Matematika mempunyai berbagai macam sistem yang dibentuk dari beberapa teori. Suatu definisi teori harus menggunakan istilah atau konsep yang sudah disepakati terlebih dahulu, sehingga tidak terjadi perselisihan antara sistem yang satu dengan yang lain. Ketiga yaitu memiliki simbol yang kosong arti. Secara umum simbol dalam matematika tidak memiliki arti atau kosong. Simbol akan bermakna jika kita mengkaitkannya dengan konteks tertentu. Misal a - b = c tidak selalu a,b dan c adalah bilangan, tetapi selalu mengaitkan simbol tersebut dengan bilangan-bilangan yang real.

(52)

Matematika merupakan hal yang sangat simbolis, artinya simbol-simbol matematika singkat dan mudah dipahami.

Berdasarkan penjelasan karakteristik matematika menurut Fathani dan Soewandi&Sinduningrum dapat disimpulkan bahwa karakteristik matematika terdiri dari objek kajian yang abstrak, simbol, perlunya penalaran, bertumpu pada kesepakatan, konsisten dalam sistemnya, dan memerhatikan semesta pembicaraan. 3. Tujuan Matematika

Tujuan matematika secara umum yaitu siswa dapat dan terampil menggunakan matematika. Siswa yang terampil menggunakan matematika akan berguna dalam kehidupan sehari-hari (Susanto, 2013: 189).

Menurut Ibrahim dan Suparni (2008: 36) tujuan pembelajaran matematika sekolah adalah sebagai berikut.

a. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

b. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.

c. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain yang memperjelas keadaan atau masalah.

(53)

e. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

Tujuan matematika di sekolah dasar menurut Susanto dan Ibrahim&Suparni dapat disimpulkan yaitu siswa dapat terampil dalam menggunakan matematika di kehidupan sehari-hari dengan menggunakan penalaran, mampu memahami konsep, mampu mengkomunikasikan gagasan dan miliki sikap menghargai kegunaan matematika dikehidupan sehari-hari.

4. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika

Menurut Depdiknas dalam Susanto (2001: 9) kompetensi umum dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar yaitu : pertama, melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan operasi hitung campuran termasuk pecahan.

(54)

Dalam penelitian ini kompetensi yang digunakan yaitu kompetensi pertama mengenai operasi hitung penjumlahan, khususnya mengenai operasi hitung berbagai bentuk pecahan di kelas V. Standar kompetensi dan kompetensi dasar materi pecahan di kelas V tertuang dalam Tabel 2.4 sebagai berikut.

Tabel 2.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kurikulum 2006

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Bilangan

5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

5.1Mengubah pecahan ke bentuk persen dan desimal serta sebaliknya

5.2Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan

5.3Mengalikan dan membagi berbagai bentuk pecahan

5.4Menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala Pada penelitian ini, fokus peneliti pada kompetensi dasar 5.2 Menjumlahkan dan mengurangkan berbagai bentuk pecahan, pada materi penjumlahan berbagai pecahan yang terdiri dari penjumalahan pecahan berpenyebut sama, penjumlahan pecahan berpenyebut tidak sama, penjumlahan pecahan biasa dengan pecahan campuran, dan penjumlahan pecahan campuran dengan pecahan campuran.

5. Pecahan

a. Pengertian Pecahan

(55)

Gambar 2.1 Pecahan

Pengertian pecahan yang lain yaitu pecahan sebagai bagian dari bilangan rasional yang dapat ditulis dalam bentuk , a dan b termasuk bilangan bulat, b tidak sama dengan 0 (nol) dan bilangan a bukan kelipatan bilangan b (Sukayati, 2003:1).

Dari penjelasan di atas, pecahan menurut Heruman dan Sukayati dapat disimpulkan yaitu bagian dari bilangan rasional yang ditulis dalam bentuk , a dan b termasuk bilangan bulat, b tidak sama dengan 0 (nol) dan bilangan a bukan kelipatan bilangan b.

b. Operasi Hitung Penjumlahan Pecahan

Kemampuan prasyarat yang harus dikuasai siswa dalam operasi penjumlahan pecahan yaitu penguasaan konsep nilai pecahan, pecahan senilai, dan penjumlahan bilangan bulat (Heruman, 2012: 55).

Pada kegiatan pembelajaran materi penjumlahan pecahan dapat dibantu dengan media kertas. Siswa diminta untuk menyediakan dua lembar kertas, kertas pertama dilipat menjadi empat bagian yang sama dan salah satu bagian diarsir

(56)

untuk menunjukkan pecahan begitu juga pada lembar kertas kedua, seperti pada gambar 2.2 sebagai berikut.

Kertas Pertama Kertas Kedua

Gambar 2.2 Langkah Pertama Operasi Hitung Pecahan Dengan Media Kertas

Pada kertas di atas dapat ditunjukkan operasi hitung penjumlahan pecahan Kemudian siswa diminta untuk menempelkan arsiran pada kertas pertama ke kertas kedua, maka hasil penempelan dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut ini.

Kertas Pertama Kertas Kedua

dipotong dan ditempelkan pada sisi sebelah kanan arsiran kertas kedua

(57)

E. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian pertama yaitu Nuryanti, dkk melakukan penelitian tentang

“Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD dalam Peningkatan Pembelajaran Bilangan Pecahan Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Khususnya Di SD Negeri Randegan”. Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan November 2012 sampai dengan bulan Juni 2013 pada semester dua tahun ajaran 2012/2013 dan dilakukan sebanyak tiga siklus. Hasil penelitian menunjukkan penerapan model Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan pembelajaran bilangan

pecahan siswa kelas IV sekolah dasar. Awal penelitian persentase ketuntasan siswa 41,67%, setelah peneliti melaksanakan tindakan persentase ketuntasan menjadi 87,5%, siklus II menjadi 83,3% dan akhir siklus meningkat menjadi 95,83%.

Penelitian kedua dilakukan oleh Hafid dan Asikin dengan judul penelitian

“Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pecahan Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas IV SD Inpres BTN IKIP I Makassar”. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action

research) bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses

(58)

akhir siklus menjadi 74,8 berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa secara kuantitatif terjadi peningkatan rata-rata skor tes hasil belajar siswa kelas IV SD Inpres BTN IKIP I Makassar pada pokok bahasan pecahan dan daya serap siswa pada materi pelajaran menjadi lebih baik setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).

Penelitian keetiga dilakukan oleh Salim, Slamet, dan Dwijiastuti dengan judul

“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Pemahaman Konsep Pecahan”. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu. Hasil penelitian menunjukkan t hitung >t tabel (2,153>2,03). Perhitungan uji hipotesis sejalan dengan hasil rata-rata nilai kemampuan akhir kelompok eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) sebesar 76,65 lebih baik daripada perolehan

rata-rata kemampuan akhir kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran langsung sebesar 61,32. Berdasarkan hasil penelitian di atas, terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif STAD terhadap pemahaman konsep materi pecahan.

Penelitian keempat disusun oleh Wedaswari yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Untuk Meningkatakan Hasil Belajar Pkn Dan Sikap Toleransi Pada Siswa Kelas VIII B6 Di SMPN 6 Singaraja”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tinddakan kelas dengan melakukan dua siklus. Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode numbered head together dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata

(59)

persentase ketuntasan 58,6%. Untuk penilaian sikap toleransi siklus I tergolong tinggi dengan rata-rata perolehan skor 28,9. Hasil belajar pada akhir siklus 79,7 dengan persentase ketuntasan 86,2%. Untuk perolehan skor sikap toleransi akhir siklus jauh lebih tinggi dari siklus I yaitu rata-rata skor 31,8.

Berdasarkan penelitian-penelitian di atas, belum ada penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Sikap Toleransi Dan Kemampuan

Kognitif Penjumlahan Pecahan Kelas V SD Kanisius Klepu Sleman”.

Supaya lebih terlihat jelas bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang berjudul “Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Sikap Toleransi Dan Kemampuan Kognitif Penjumlahan Pecahan

Kelas V SD Kanisius Klepu Sleman” belum pernah dilakukan penelitian oleh peneliti yang lain, dapat dillihat pada Gambar 2.4 berikut ini.

Gambar 2.4 Bagan Literature Map Penelitian-penelitian yang Relevan Pengaruh STAD Untuk Meningkatkan Sikap Toleransi Dan Kemampuan Kognitif Penjumlahan Pecahan Kelas V SD Kanisius Klepu Sleman

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together Untuk Meningkatakna Hasil Belajar Pkn Dan Sikap Toleransi Pada Siswa Kelas VIII B6 Di SMPN

6 Singaraja.

Penerapan Model Kooperatif Tipe STAD Dalam Peningkatan Pembelajaran Bilangan Pecahan Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Khususnya di SD Negeri Randegan

(60)

F. Kerangka Berpikir

Dalam dunia pendidikan, proses pembelajaran merupakan kegiatan yang penting untuk mengembangkan kemampuan dan bakat siswa. Hal ini dikarenakan pembelajaran adalah proses dimana siswa mendapatkan pengetahuan-pengetahuan baru yang penting untuk siswa. Hasil pembelajaran yang siswa dapatkan terdiri dari penilaian kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan kognitif sangat penting untuk diukur karena melalui hasil penilaian kognitif, guru dapat melihat sejauhmana siswa memahami suatu materi ajar.

Materi ajar di sekolah dasar memiliki tingkat kesulitan yang beragam dari yang mudah dipahami oleh siswa ataupun yang sulit dipahami oleh siswa. Di sekolah dasar siswa sering mengalami kesulitan untuk memahami materi ajar pada mata pelajaran matematika. Matematika di sekolah dasar merupakan pelajaran yang terdiri dari aspek bilangan, pengukuran, dan penyajian data yang membutuhkan ketelitian, penalaran dan kesabaran dalam menyelesaikannya.

(61)

Melalui kegiatan berkelompok siswa harus secara bekerjasama menyelesaikan permasalahan. Hal ini secara tidak langsung siswa dapat mengembangkan karakter dalam diri siswa sendiri. Karakter yang dapat tumbuh dari pembelajaran berbasis kegiatan kelompok yaitu kerjasama, tanggung jawab, peduli, komunikatif atau bersahabat dan toleransi.

Sikap toleransi dapat tumbuh diantara siswa karena siswa harus menghargai segala perbedaan yang ada di kelompok mereka. Perbedaan tersebut dapat berupa perbedaan kemampuan kognitif dan perbedaan jenis kelamin. Siswa harus menerima berkelompok dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan siswa yang satu dengan siswa yang lainnya.

Oleh karena itu peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Model pembelajaran ini membentuk

(62)

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Penggunaan model kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) dapat meningkatkan sikap toleransi dan kemampuan kognitif materi penjumlahan berbagai bentuk pecahan pada siswa kelas V SD Kanisius Klepu Minggir Sleman tahun ajaran 2013/2014.

(63)

41

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III ini, peneliti menguraikan metode penelitian yang akan digunakan pada penelitian tindakan kelas ini. Penjelasan mengenai metode penelitian terdiri dari jenis penelitian, setting penelitian, rencana penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, validitas dan reliabilitas instrumen, teknik analisis data, dan kriteria keberhasilan.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas yaitu sebuah kegiatan yang mencermati sekolompok siswa yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan suatu permasalahan dalam proses pembelajaran dengan mengumpulkan berbagai data dan menganalisisnya untuk menyelesaikan permasalahan (Kunandar, 2008: 45). Penelitian tindakan kelas difokuskan pada kelas atau proses kegiatan pembelajaran yang terjadi di dalam kelas yang harus tertuju pada hal-hal yang terjadi di dalam kelas dan bukan perangkat pembelajaran seperti silabus dan materi (Kunandar, 2008: 66). Objek yang menjadi fokus dalam penelitian tindakan kelas yaitu siswa, guru, media atau alat peraga, hasil pembelajaran, sistem evaluasi, dan lingkungan (Kunandar, 2008: 66).

(64)

disaat itu juga melaksanakan observasi (Kusumah, 2009: 20). Berikut ini gambaran model penelitian model penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc. Taggart.

Siklus I

Siklus II

Gambar 3.1 Siklus PTK menurut Kemmis & Taggart Tahapan dalam penelitian tindakan kelas (Kunandar, 2008: 70) yaitu : 1. Perencanaan

Tahap pertama penelitian tindakan kelas yaitu perencanaan. Perencanaan dalam penelitian tindakan kelas yaitu mengembangkan rencana tindakan secara kritis untuk mengatasi suatu permasalahan. Rencana sebaiknya disusun berdasarkan hasil pengamatan sebagai langkah awal mengidentifikasi masalah kemudian direfleksikan atau dianalisis. Hasil pengamatan awal dijabarkan dalam

Perencanaan

Tindakan dan Pengamatan

Refleksi

Perencanaan yang telah direvisi

Tindakan Dan Pengamatan

(65)

bentuk catatan-catatan lapangan yang jelas menggambarkan proses kegiatan pembelajaran yang ingin diperbaiki atau ditingkatkan.

2. Tindakan

Tahap kedua yaitu tindakan. Tindakan adalah wujud dari rencana yang telah disusun sebelumnya untuk mengatasi sebuah permasalahan. Dalam tindakan ini guru harus memperhatikan apakah sesuai antara pelaksanaan dan perencanaan, apakah berjalan dengan lancar, apakah dapat mengelola situasi kelas dengan baik dan bagaimana hasil keseluruhan dari tindakan tersebut.

3. Pengamatan

Tahap ketiga yaitu pengamatan. Pengamatan berfungsi untuk mencermati jalannya proses pembelajaran yang dilakukan untuk memperoleh informasi serta gambaran tentang kondisi sebenarnya kegiatan pembelajaran. Objek pengamatan yaitu seluruh proses tindakan yang terkait dengan penelitian, pengaruhnya baik yang disengaja ataupun tidak disengaja, keadaan, dan kendala-kendala tindakan yang telah direncanakan dan persoalan yang timbul dalam konteks penelitian. Tahap pengamatan ini dalam penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan pengumpulan data yang berupa proses perubahan kinerja. Pada penelitian tahap pengamatan peneliti akan dibantu oleh guru kelas.

4. Refleksi

Gambar

Tabel 4.12 Rekapitulasi Hasil Penelitian ...........................................................
Gambar 2.1 Pecahan...........................................................................................
Tabel 1.1 Data Kondisi Awal Mata Pelajaran Matematika Materi
Tabel 2.2  Tingkat Penghargaan Kelompok
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian tindakan ke- las yang dilaksanakan dalam tiga siklus, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penggunaan metode drill dapat

Ini menunjukkan bahwa untuk pekerjaan yang bersifat rutin pada usaha sapi potong kontribusi wanita adalah seimbang dengan pria pada skala usaha menengah.. Pria

LAMPIRAN 1 Data Biaya Aktual Distribusi Unit Sepeda Motor Jabodetabek LAMPIRAN 2 Data Permintaan Selama 1 Bulan di Zona Jakarta Pusat LAMPIRAN 3 Data Permintaan Selama 1 Bulan

Jalan Kolonel Wahid

[r]

Demikian Pengumuman ini untuk diketahui, apabila ada peserta yang berkeberatan dari hasil proses pelelangan ini, dapat mengajukan sanggahan kepada Unit Layanan

Resiko kontinjensi pada bank umum adalah suatu keadaan yang masih diliputi oleh ketidakpastian mengenai kemungkinan diperolehnya laba atau rugi oleh suatu

Harga / nilai hasil ukur yang dibaca adalah harga yang ditulis / dicatat pada kertas, pencatat ini dilakukan secara otomatis dan terus menerus selama meter tersebut dialiri