• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Tinjauan Tentang Impelementasi Kurikulum 2013 1. Pengertian Implementasi Kurikulum

2) Penilaian Proyek

Penilaian proyek merupakan salah satu penilaian yang digunakan untuk menilai kompetensi Keterampilan siswa. Penilaian proyek pada dasarnya

71

menggunakan instrument lembar penilaian dokumen laporan proyek. Selanjutnya, Kunandar (2013:279) menyatakan bahwa penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang meliputi pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, dan penyajian data yang harus diselesaikan siswa (individu/kelompok) dalam waktu atau periode tertentu”.

Tugas-tugas yang dilakukan siswa tersebut umumnya merupakan tugas penelitian sederhana berkaitan dengan materi pembelajaran yang dapat dikerjakan secara individu maupun kelompok dengan tahapan pelaksanaan meliputi perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data,penyajian data dan pada akhirnya menyusun laporan berupa laporan proyek dari penelitian sederhana yang telah dikerjakan.Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan penilaian proyek guru dapat mengamati pengetahuan, pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan dari siswa secara jelas.

Dalam penilaian proyek dibutuhkan perencanaan yang matang sebelum melakukan penilaian agar pelaksanaan instrumen proyek dapat terlaksana dengan baik. Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus dipenuhi dalam merencanakan penilaian proyek menurut Kunandar (2013:282):

a) Menentukan kompetensi yang sesuai untuk dinilai melalui proyek.

b) Penilaian proyek mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan proyek.

72

d) Menentukan kriteria yang menunjukan capaian indikator pada setiap tahapan pengerjaan proyek

e) Merencanakan apakah tugas bersifat kelompok atau individual.

f) Merencanakan teknik-teknik dalam penilaian individual untuk tugas yang dikerjakan secara kelompok.

g) Menyusun tugas sesuai dengan rubik penilaian.

Setelah langkah-langkah tesebut terpenuhi, maka untuk selanjutnya harus diperhatikan beberapa langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan penilaian proyek, seperti berikut ini (Kunandar, 2013:282) :

a) Menyampaiakan rubik pemilaian sebelum pelaksanaan penilaian kepada siswa.

b) Memberikan pemahaman kepada siswa tentang kriterian penilaian. c) Menyampaikan tugas disampaiakan kepada siswa.

d) Memberikan pemahaman yang sama kepada siswa tentang tugas yang harus dikerjakan.

e) Melakukan penilaian selama perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan proyek.

f) Memonitor pekerjaan proyek siswa dan memberikan umpan balik pada setiap tahapan pengerjaan proyek.

g) Membandingkan kinerja siswa dengan rubik penilaian.

h) Memetakan kemampuan siswa terhadap pencapaian kompetensi minimal. i) Mencatat hasil penilaian.

j) Memberikan umpan balik terhadap laporan yang disusun siswa.

Untuk Instrumen penilaian proyek menurut Kunandar (2013:280) menyebutkan bahwa “….guru dapat menggunakan instrumen penilaian proyek siswa dengan menggunakan alat atau instrument penilaian berupa lembar penilaian proyek berua daftar cek (check list) dan Skala Penilaian (Rating Scale).” Berikut contoh format lembar penilaian proyek dengan daftar cek (check list) dan Skala Penilaian (Rating Scale) seperti yang dikatakan Kunandar (2013:280-281)

73

Tabel 6. Contoh Format Penilaian Proyek dengan Menggunakan Daftar Cek (check list)

Sekolah :……….. Tahun Pelajaran :……….. Nama Siswa :………. Kelas/Semester :……….

NO Aspek Yang Dinilai Kategori

Baik Tidak Baik

1 ……… V 2. ………. V 3. ………. V Dst ………. V Skor Perolehan ………. Skor Maksimal ………. Keterangan: Baik Skornya =1 Tidak Baik Skornya =0

Nilai= X 100

Tabel 7. Contoh Format Penilaian Proyek dengan Menggunakan Skala (Rating Scale)

NO Aspek Yang Dinilai Kategori

SB B C K 1. ……… V 2. ………. V 3. ………. V Dst ………. V Skor Perolehan ………. Skor Maksimal ………. Keterangan:

Sangat Baik Skornya = 4 Baik Skornya = 3 Cukup Skornya = 2 Kurang Baik Skornya = 1

74 3) Penilaian Tertulis

Penilaian tertulis diperoleh berdasarkan hasil tes tertulis siswa. Dalam penilaian tertulis instrumen utamanya adalah menggunakan tes tertulis yang dikerjakan oleh siswa. Kemdikbud dalam Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Semester II SD Kelas IV menyatakan bahwa penjelasan mengenai tes tertulis sebagai berikut (2013:80).

Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut siswa mampu mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa. Pada tes tertulis berbentuk esai, siswa berkesempatan memberikan jawabannya sendiri yang berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai yang sama. Misalnya, siswa tertentu melihat fenomena kemiskinan dari sisi pandang kebiasaan malas bekerja, rendahnya keterampilan, atau kelangkaan sumberdaya alam. Masing-masing sisi pandang ini akan melahirkan jawaban berbeda, namun tetap terbuka memiliki kebenarann yang sama, asalkan analisisnya benar. Tes tertulis berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola jawaban, yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau jawaban terbatas (restricted-(extended-response). Hal ini sangat tergantung pada bobot soal yang diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru untuk dapat mengukur hasil belajar siswa pada tingkatan yang lebih tinggi atau kompleks.

75

Penilaian tertulis harus tetap dilakukan meskipun sebenarnya asumsi digunakannya penilaian autentik karena ketidakpuasan dengan kompetensi lulusan yang diukur melalui penilaian tertulis. Untuk itu penilaian tertulis hendaknya perlu dikerjakan secara matang mulai dari bentuk soalnya, kisi-kisi dan tujuan yang akan dicapai setelah melakukan tes tertulis seuai dengan kebutuhan dan perkembangan siswa.

Menurut Kunandar (2013:171) “syarat tes tertulis yang bermutu adalah bahwa soal harus shahih (valid), dan andal. Sahih maksudnya bahwa setiap alat ukur hanya mengukur satu dimensi atau aspek saja. Andal maksudnya bahwa setiap alat ukur harus dapat memberikan hasil pengukura yang tepat, cermat, dan ajeg”. Untuk menyusun soal yang sahih juga handal maka penulis atau pembuat soal hendaknya dapat merumuskan kisi-kisi soal. “Kisi-kisi soal adalah suatu format atau matriks yang memuat informasi yang dapat dijadikan pedoman untuk menulis soal atau merakit soal menjadi tes”. (Kunandar, 2013: 172). Selanjutnya Kunandar menjelaskan bahwa kisi-kisi merupakan langkah penting yang harus dilakukan sebelum penulisan soal. Tanpa adanya indikator dala kisi-kisi tidak dapat diketahui arah dan tujuan setiap soal. Hal ini bisa berakibat soal yang disusun tidak bisa mengukur apa yang ingin diukur. Dengan demikian, informasi yang didapat melalui penilaian tidak akurat atau valid (tidak memberikan informasi yang objektif tentang pencapaian kompetensi tertentu siswa).Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa, selain kisi-kisi sebagai syarat agar soal menjadi sahih dan handal, kisi-kisi juga penting agar suatu soal dapat terarah berdasarkan indikator dan dapat

76

mengukur apa yang ingin diukur dari siswa dan pada akhirnya soal-soal yang dihasilkan dapat dijadikan salah satu alat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Menurut Kunandar (2013:172) Kisi-kisi yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu:

a) Mewakili isi silabus atau kurikulum atau materi yang telah diajarkan secara tepat dan proporsional. Artinya, indikator soal yang ada di kisi-kisi harus mewakili secara representatif dan proporsional dari isi materi atau kompetensi tertentu, seperti KI dan KD.

b) Komponen-komponennya diuraikan secara rinci, jelas, dan mudah dipahami. Artnya, komponen-komponen yang ada di kisi-kisi harus inforatif, sehingga tidak menimbulkan multi tafsir si pembuat soal.

c) Soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan. Artinya, indikator soal yang terdapat dalam kisi-kisi soal dapat dibuatkan soalnya. Oleh karena itu, indikator harus jelas, focus dan mengukur suatu kompetensi tertentu.

d) Indikator dalamm kisi-kisi menggunakan kata kerja operasioanl yang bisa diukur. Artinya, indikator tersebut menannyakan komptensi tertentu secara jelas dan spesifik.

e) Mudah dibuatkan soalnya, artinya dari kisi-kisi yang ada bisa dibuatkan soal yang sesuai dengan indikator yang ada di kisi-kisi tersebut. Jangan menyusun indikator soal yang ketika dirumusan menjadi suatu soal penulis soal mengalami kesulitan.

77

f) Sebaran butir soal dilihat dari taksonomi relatif proporsional dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Misalnya, kemampuan ingatan atau hafalan 10%, pemahaman 15%, kemampuan aplikatif 15%, kemampuan analisis 20%, kemampuan sintesis 20%, dan kemampuan evaluasi 20% (presentase kemampuan disesuaikan dengan jenjang pendidikan, artinya antara SD dan SMA tentu berbeda persentasenya).