• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUDIDAYA BIOFARMAKA (UKBB)

6.1 Analisis Risiko Pasca Panen

6.1.3 Penilaian Risiko Produksi Pada Kegiatan Diversifikas

Perhitungan risiko yang telah dilakukan diatas menjelaskan risiko yang dihadapi pada masing-masing komoditi yang diusahakan. Kebun UKBB telah melakukan penggabungan beberapa komoditi dalam menjalankan usahanya yang

55 sering disebut juga dengan diversifikasi. Risiko yang dihadapi dengan pengusahaan komoditi secara diversifikasi disebut risiko portofolio (risk portofolio). Pada pengusahaan diversifikasi, risiko yang dihadapi tidak tunggal tetapi gabungan atau portofolio. Nilai perbandingan risiko produksi yang dilakukan berdasarkan return yaitu hasil produksi simplisia itu sendiri. Nilai koefisien korelasi yang digunakan pada kegiatan portofolio ini adalah positif satu (+) yang diartikan bahwa kombinasi komoditi tersebut dilakukan secara bersamaan. Dalam melakukan perbandingan terhadap risiko spesialisasi dan portofolio maka ukuran risiko yang dilakukan dengan menghitung variance gabungan dari beberapa kegiatan komoditi.

Perhitungan risiko portofolio yang dilakukan mencakup gabungan dua komoditi dan tiga komoditi berdasarkan produksi simplisia. Risiko portofolio dari kombinasi dua komoditi yang dihitung adalah diversifikasi simplisia temulawak dengan pegagan, simplisia temulawak dengan mahkota dewa, dan simplisia pegagan dan mahkota dewa. Risiko portofolio untuk tiga komoditi yaitu diversifikasi simplisia temulawak, simplisia pegagan, dan simplisia mahkota dewa. Untuk mengukur risiko portofolio dapat dilakukan dengan menghitung

variance gabungan dari beberapa kegiatan atau komoditi. Perhitungan risiko

portofolio pada simplisia temulawak, simplisia pegagan, dan simplisia mahkota dewa pada kebun UKBB dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Penilaian Risiko Portofolio Komoditi Simplisia Temulawak, Simplisia Pegagan, dan Simplisia Mahkota Dewa pada Kebun UKBB. Komoditi Expected Return (Kg) Variance (Kg) Standard Deviation (Kg) Coefficient Variation S.T+S.P 11,150000 0,453264 0,673249 0,060381 S.T+S.MD 12,530000 1,550866 0,719211 0,057399 S.P+S.MD 11,936667 3,464669 1,861362 0,155937 S.T+S.P+S.MD 13,012013 3,353087 1,831144 0,140727

Keterangan : S.T = Simplisia Temulawak

S. P = Simplisia Pegagan

S. MD = Simplisia Mahkota Dewa

1) Risiko Portofolio Simplisia Temulawak dengan Simplisia Pegagan

Berdasarkan hasil perhitungan risiko pada Tabel 9 diatas, didapatkan nilai coefficient variation untuk dua komoditi simplisia temulawak dengan simplisia

56 pegagan adalah 0,060381. Nilai coefficient variation untuk dua komoditi ini berada diantara nilai coefficient variation untuk risiko tunggal pada simplisia temulawak dan simplisia pegagan yaitu antara 0,086096 dan 0,170637

Berdasarkan keadaan dilapangan atau di Kebun UKBB sendiri, simplisia temulawak dengan simplisia pegagan lebih rentan terhadap risiko yang ada. Simplisia temulawak dipengaruhi pada proses pencucian yang terlalu lama. Proses pencucian simplisia lama disebakan oleh bak pencucian yang tidak memadai sehingga kandungan yang ada didalam simplissia temulawak tersebut akan cepat hilang karena terlalu lama didalam air. Simplisia pegagan berisiko pada saat pengeringan yang dilakukan oleh kebun UKBB langsung dibawah sinar matahari. Keadaan ini akan mempercepat penguapan zat-zat yang terkandung dalam simplisia pegagan karena simplisia pegagan berasal dari daun dan tipis.

Mengusahakan dua simplisia ini, mampu mengurangi risiko pada pasca panen tanaman obat ini. Hal ini akan lebih menguntungkan pihak kebun daripada mengusahakan hanya satu simplisia saja. Walaupun kebun telah melakukan usaha diversifikasi antara simplisia temulawak dengan simplisia pegagan, namun tidak dapat menghilangkan risiko atau membuat risiko menjadi nol.

2) Risiko Portofolio Simplisia Temulawak dengan Simplisia Mahkota Dewa Berdasarkan perhitungan yang didapat pada Tabel 9 diatas, nilai coefficient variation untuk simplisia temulawak dengan simplisia mahkota dewa didapat lebih rendah dari dua kombinasi diversifikasi simplisia temulawak dengan simplisia pegagan yaitu 0,057399. Kombinasi diversifikasi dapat meminimalkan risiko yang ada karena risiko yang dihadapi merupakan risiko gabungan dari simplisia temulawak dan simplisia mahkota dewa. Hal ini dapat dilihat dari nilai coefficient variation potofolio berada diantara nilai coefficient variation masing- masing simplisia. Hal ini berarti bahwa setiap menghasilkan satu kilogram simplisia temulawak dengan simplisia mahkota dewa akan menghadapi risiko sebesar 0,057399.

Berdasarkan informasi di lapang, risiko yang dihadapi untuk kedua simplisia tersebut adalah keadaan cuaca yang tidak menentu sehingga proses pengeringan tidak maksimal. Apabila sinar matahari tidak maksimal pada pagi hari, maka kebun akan melakukan pengeringan sampai siang. Hal ini akan akan

57 mempengaruhi kualitas simplisia itu sendiri, karena sinar matahari siang dan sore tidak baik untuk simplisia. Risiko ini sudah dikendalikan oleh manajemen kebun dengan menggunakan oven (alat pengering) untuk memaksimalkan proses pengeringan. Dahulu ketebalan perajangan tidak terlalu diperhatikan oleh tenaga kerja, sehingga mempengaruhi lamanya waktu pengeringan.

Ketika dilakukan perajangan untuk mahkota dewa, apabila tidak dilakukan dengan baik maka daging mahkota dewa akan bercampur dengan biji mahkota dewa. Hal ini akan mempengaruhi kualitas simplisia mahkota dewa. Risiko pada usaha diversifikasi ini dapat dikurangi karena proporsi produksi simplisia mahkota dewa labih banyak dari simplisia mahkota dewa.

3) Risiko Portofolio Simplisia Pegagan dengan Simplisia Mahkota Dewa

Berdasarkan Tabel 9 tersebut, dapat dilihat perbandingan risiko portofolio yang dihadapi Kebun UKBB jika mengusahakan dua komoditi dan tiga komoditi. Pada perhitungan tersebut nilai coefficient variation portofolio antara simplisia pegagan dengan simplisia mahkota dewa paling lebih tinggi dari kombinasi portofolio lainnya yaitu 0,155937.

Hal ini disebabkan karena pada proses pasca panen pada simplisia pegagan dan simplisia mahkta dewa bergantung dalam proses perajangan dan pengeringan (sinar matahari). Cuaca yang tidak menentu saat ini, mempengeruhi proses pengeringan simplisia. Sinar matahari yang tidak maksimal pada pagi hari membuat pihak kebun UKBB harus melakukan proses pengeringan sampai pada siang hari. Sementara sinar matahari yang baik untuk untuk pengeringan adalah pada jam 07.00 sampai 10.00 pagi, karena pada jam ini sinar matahari masih belum terlalu bercampur dengan polusi dan tidak terlalu terik sehingga kandungan pada simplisia tidak cepat hilang.

Di kebun UKBB, pengeringan simplisia pegagan dilakukan langsung dibawah matahari. Hal ini akan menyebabkan kandungan yang dibutuhkan dalam simplisia pegagan akan cepat hilang (menguap), karena simplisia pegagan yang berasal dari daun dan tipis sehingga apabila dikeringkan dengan sinar matahari langsung akan cepat kering. Pengeringan yang baik untuk simplisia yang berasal dari daun khususnya pegagan dinaungi dengan jaring bewarna hitam. Tujuan dinaungi dengan jaring hitam ini, adalah agar simplisia tidak langsung terkena

58 sinar matahari dan mengurangi kandungan yang dibutuhkan dalam simplisia hilang (menguap).

Keadaan cuaca (sinar matahari) yang tidak menentu juga mempengaruhi kadar air yang terkandung didalam simplisia. Menurut Badan POM, simplisia yang baik untuk dijadikan obat herbal atau jamu adalah simplisia yang memiliki kadar air dibawah 10 persen. Berdasarkan informasi dari pihak kebun UKBB untuk mengatasi keadaan cuaca yang tidak menentu ini dan dapat memenuhi simplisia dengan kadar air dibawah 10 persen, maka pihak kebun UKBB telah menggunakan oven (alat pengering) untuk mengatasi risiko yang disebabkan oleh tidak maksimalnya pengeringan dibawah sinar matahari. Kapasitas oven yang ada di UKBB masih kecil yaitu 5 kilogram.

Keadaan cuaca yang tidak menentu ini, juga akan sangat berpengaruh terhadap proses pengeringan pada simplisia temulawak dan simplisia mahkota dewa. Ketika pertama kali melakukan proses pasca panen panen mahkota dewa di kebun UKBB, ketebalan perajangan tidak terlalu diperhatikan. Ketika perajangan terlalu tebal dan pengeringan dengan sinar matahari tidak maksimal serta dilakukan penyimpanan dalam jangka waktu yang panjang, maka simplisia rusak atau berjamur. Hal ini terjadi juga karena ruangan penyimpanan di kebun UKBB sendiri tidak ada pengaturan suhu ruangan.

Selain itu, risiko dalam proses pasca panen simplisia di kebun UKBB ini adalah masih kurangnya bak pencucian simplisia dan proses pencucian yang terlalu lama. Standar tempat pencucian (bak pencucian) yang baik untuk pencucian simplisia adalah tiga bak. Di kebun UKBB tempat pencucian simplisia hanya satu buah bak pencucian simplisia sehingga pencucian simplisia basah kurang bersih dan simplisia masih bercampur dengan tanah atau benda asing lainnya. Bak pencucian hanya satu dan biasanya dilakukan hanya satu orang pekerja menyebabkan proses pencucian lama dan kemungkinan besar kandungan yang terdapat didalam simplisia basah, larut dengan air pencucian yang disebabkan oleh terlalu lama terendam di dalam air.

4) Risiko Portofolio Simplisia Temulawak, Simplisia Pegagan, dan Simplisia Mahkota Dewa.

Perhitungan risiko portofolio yang dilakukan untuk tiga komoditi yaitu simplisia temulawak, simplisia pegagan, dan simplisia mahkota dewa.

59 Perhitungan ekspected return tiga komoditi merupakan gabungan ekspected return dari ketiga komoditi yang dikalikan dengan fraksi atau bobot berdasarkan luas lahan dari masing-masing komoditi. Perbandingan risiko portofolio dengan risiko spesialisasi dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel. 10 Perbandingan Risiko Spesialisasi, Risiko Protofolio Dua Komoditi, dan Risiko Portofolio Tiga Komoditi.

Komoditi Expected

Return (Kg)

Standard

Deviation (Kg) Coefficient Variation

Temulawak 11.743333 1,011050 0,086096 Pegagan 10,556667 1,818424 0,170637 Mahkota Dewa 13,316667 2,021835 0,152301 S.T+S.P 11,150000 0,673249 0,060381 S.T+S.MD 12.530000 0,719211 0,057399 S.P+S.MD 11,936667 1,861362 0,155937 S.T+S.P+S.MD 13,012013 1,831144 0,140727

Berdasarkan hasil penilaian risiko portofolio untuk tiga komoditi (simplisia temulawak + simplisia pegagan + simplisia mahkota dewa) yang dilihat dari nilai coefficien variation sebesar 0,140727 lebih rendah dari nilai coefficien variation dari risiko portofolio dengan dua komoditi antara simplisia pegagan dengan simplisia mahkota dewa, yaitu 0,152301. Jadi, dengan mengusahakan dua atau tiga komoditi langsung dapat mengurangi risiko yang akan muncul daripada mengusahakan hanya satu komoditi.

Melakukan usaha diversifikasi komoditi tidak membuat risiko menjadi nol karena risiko tidak dapat dihilangkan. Kebun UKBB telah melakukan usaha diversifikasi, namun kebun UKBB akan tetap akan menghadapi risiko pasca panen simplisia dan hanya akan mengurangi risiko yang akan muncul. Hal ini dapat dilihat dari hasil perbandingan nilai risiko yang dihasilkan dari variance, standard deviation, coefficient variation yang tidak sama dengan nol. Dengan adanya usaha diversifikasi, maka kegagalan pada sah satu kegiatan pasca panen disatu komoditi masih dapat ditutupi dengan kegiatan pasca panen komoditi yang lain. Oleh karena itu, kegiatan diversifikasi merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko sekaligus untuk melindungi dari fluktuasi produksi simplisia pada kebun UKBB.

60 6.2 Strategi Pengelolaan Risiko

Startegi pengelolaan risiko merupakan kegiatan usaha yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh risiko. Strategi pengelolaan risiko yang baik akan mampu menekan dampak dari risiko tersebut walaupun dampak dari risiko tersebut tidak mungkin hilang atau habis. Strategi pengelolaan risiko yang diterapkan diharapkan merupakan strategi yang tepat dan efektif untuk mengurangi risiko.

Startegi pengelolaan risiko atau manajemen risiko adalah cara-cara yang digunakan manajemen kebun UKBB untuk menangani berbagai risiko yang dianggap sebagai salah satu fungsi dari manajemen kebun yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengontrolan (controlling) atau POAC. Keberhasilan manajemen kebun UKBB tergantung dengan kemampuan pihak kebun dalam menggunakan sumber daya yang ada.

Dalam menajalankan usahanya, kebun UKBB menghadapi berbagai macam risiko yaitu risiko produksi pasca panen simplisia yang berfluktuatif yang dipengaruhi oleh cuaca (sinar matahari), peralatan yang pasca panen yang tidak memadai, ketebalan perajangan, dan tidak adanya pengaturan suhu ruangan. Untuk itu perlu dilakukan strategi manajemen risiko produksi yang tepat agar risiko tersebut dapat diminimalkan. Saat ini kebun UKBB telah melakukan salah satu strategi dalam memanajemen risiko yaitu dengan melakukan diversifikasi produksi beberapa komoditi.

Upaya yang dilakukan oleh pihak kebun UKKB dalam mengatasi risiko yang dihadapi adalah dengan melakukan identifikasi risiko yang akan muncul dalam proses pasca panen simplisia terlebih dahulu. Selanjutnya dilakukan evaluasi dan pengambilan tindakan untuk meminimalkan risiko. Upaya untuk meminimalkan risiko itu adalah sebagai berikut :

1. Diversifikasi

Diversifikasi merupakan strategi investasi dalam berbagai kegiatan usaha dengan tujuan untuk meminimalkan risiko. Diversifikasi dapat dilakukan jika dalam suatu perusahaan terdapat beberapa komoditi yang diusahakan.

61 Diversifikasi akan dapat menutupi risiko salah satu kegiatan usaha dengan kegiatan usaha lainnya.

Diversifikasi yang dilakukan oleh kebun UKBB adalah dengan mengusahakan tiga komoditi yaitu temulawak, pegagan, dan mahkota dewa. Diversifikasi yang akan dilakukan, diharapkan risiko yang dihadapi pihak kebun dalam pasca panen simplisia dapat diminimalkan, walaupun risiko tidak dapat dihilangkan. Analisis risiko pasca panen yang telah dilakukan adalah portofolio dengan dua komoditi yaitu simplisia temulawak dengan simplisia pegagan, simplisia temulawak dengan simplisia mahkota dewa, dan simplisia pegagan dengan simplisia mahkota dewa. Analisis risiko portofolio untuk tiga komoditi dengan mengusahakan ketiga komoditi secara bersamaan yaitu simplisia temulawak, simplisia pegagan, dan simplisia mahkota dewa. Dari hasil analisis tersebut menggambarkan bahwa dengan melakukan diversifikasi dapat mengurangi risiko yang ada.

Selain itu diversifikasi dapat mengefisienkan biaya karena peralatan dan tenaga kerja yang digunakan dapat dipakai secara bersamaan sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya pasca panen lagi untuk setiap proses pasca panen dan dapat diminimalkan. Oleh karena itu, diversifikasi merupakan alternatif yang tepat untuk meminimalkan risiko pasca panen simplisia di kebun UKBB.

2. Penggunaan Teknologi

Salah satu faktor yang berpengaruh dalam pengusahaan simplisia ini adalah penggunaan teknologi. Salah satu teknologi yang dapat digunakan dalam pasca panen simplisia ini adalah penggunaan oven dan pengatur suhu ruangan. Penggunaan oven bertujuan untuk memaksimalkan proses pengeringan simplisia sehingga dapat mencapai standar simplisia yang telah ditetapkan oleh Badan POM untuk bahan baku obat herbal atau jamu yang baik adalah simplisia yang memiliki kadar air dibawah 10 persen. Oven ini telah digunakan oleh pihak kebun UKBB, namun masih menggunakan oven dalam kapasitas yang sedikit.

Penggunaan oven dapat menjaga kualitas dan kuantitas simplisia. Penggunaan oven dapat menjaga kualitas simplisia pada saat pengeringan dan penyimpanan sehingga dapat dilakukan penyimpanan dalam waktu yang lama. Pada Lampiran 2 dapat dilihat bahwa, setelah dilakukan pengeringan dengan oven

62 dan dilakukan konversi setiap bulannya dapat dilihat bahwa hasil rendemen simplisia basah ke simplisia kering tetap. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat keberhasilan pengolahan simplisia basah ke simplisia kering setelah menggunakan oven lumayan cukup stabil dan cukup meminimalkan risiko.

Teknologi lainnya yang dapat digunakan oleh kebun UKBB dalam meminimalkan risiko di proses pasca panen simplisia adalah penggunaan pengatur suhu ruangan untuk penyimpanan. Saat ini, ruangan penyimpanan untuk simplisia di kebun UKBB masih menyatu dengan tempat peralatan produksi simplisia. Dengan penggunaan pengatur suhu ruangan, diharapkan dapat menjaga kualitas simplisia selama proses penyimpanan. Penggunaan teknologi, sebaiknya diimbangi dengan manajemen yang baik. Sehingga teknologi yang digunakan bisa tepat guna dan tepat waktu.

3. Memaksimalkan Pelaksanaan Fungsi Manajemen

Saat ini, di kebun UKBB telah menerapkan fungsi manajemen dalam menjalankan usaha, namun masih belum maksimal. Fungsi manajemen yang dapat dilakukan di kebun UKBB adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan pelaksanaan proses pasca panen (planning)

Perencanaan proses pasca panen di kebun UKBB dimulai dari pemanenan, penyortiran awal, pencucian, perajangan, pengeringan, penyortiran akhir, pengemasan, dan penyimpanan. Hal ini bertujuan agar kualitas dan kuanlitas dari simplisia yang dihasilkan tetap terjaga dan dapat ditingkatkan. Perencanaan untuk pemanen sebaiknya dilakukan lebih pagi sehingga proses pengeringan mendapatkan sinar matahari yang maksimal.

Selain itu, perencanaan untuk penambahan bak pencucian simplisia sebaiknya segera dilakukan agar proses pencucian dapat berjalan dengan baik dan tidak mempengaruhi kualitas dari simplisia itu sendiri. Tujuan penamabahan bak pencucian ini adalah agar pencucian simplisia basah dapat maksimal.

b. Pengorganisasian (organizing)

Pengorganisasian pekerja yang terlibat langsung terhadap kegiatan pasca panen dengan cara mengoptimalkan sumber daya manusia atau tenaga kerja yang dimiliki oleh kebun UKBB. Mengoptimalkan tenaga kerja dilakukan dengan cara pembagian tugas yang jelas untuk masing-masing tenaga kerja. Dengan adanya

63 pengorganisasian tenaga kerja akan menghasilkan produksi yang optimal dan maksimal.

c. Pelaksanaan (actuating)

Dalam melaksanaan suatu kegiatan, harus ada \komunikasi yang jelas dan baik agar pelaksanaan kegiatan dalam suatu usaha dapat berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan kegiatan di kebun UKBB dilakukan selalu berdasarkan arahan dari pihak atasan dari kebun mulai dari Pusat Studi Biofarmaka, Kepala Divisi Pengembangan SDA dan Budidaya Biofarmaka, Manajer Oprasional UKBB, dan Manajer Produksi UKBB. Dalam pelaksanaan kegiatan di kebun UKBB tidak hanya berjalan satu arah saja (dari atasan ke bawahan), namun informasi atau komunikasi juga bisa berasal bawah atau tenaga kerja.

Pelaksanaan kegiatan di kebun dalam proses pasca panen terdiri dari pelaksanaan penyortiran basah, pencucian, perajangan, pengeringan, penyortiran kering, pengemasan, dan penyimpanan. Atasan selalu memberikan arahan dan informasi dalam pelaksanaan kegiatan pasca panen agar berjalan sesuai dengan yang telah direncanakan dan mendapatkan hasil yang optimal. Selain itu, sebaiknya pihak kebun sendiri berlanjut atau continue dalam pencatatan setiap produksinya. Tujuannnya adalah agar dapat memberikan informasi yang jelas dan baik untuk melihat produktivitas simplisia itu sendiri dan dapat diambil tindakan dalam peningkatan produksi simplisia.

d. Pengontrolan (controling)

Agar tidak terjadi berbagai kecurangan atau kesalahn dalam pelaksanan proses pasca panen simplisia ini, maka pihak manajem kebun selalu melakukan pengawasan dalam pelaksanaan proses pasca panen dan kinerja tenaga kerja. pengontrolan sebaiknya tidak hanya dilakukan oleh pihak manajemen kebun, tapi sebaiknya dilakukan oleh tenaga kerja juga. Selain itu, pengontrolan dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Ketika pelaksanaan tidak sesuai dengan rencana, maka dapat dilakukan alternatif yang baik dan cepat agar tidak mempengaruhi prose pasca penen selanjutnya.

64

VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

1. Risiko yang dihadapi antara kegiatan usaha spesialisasi (satu komoditi) dengan kegiatan usaha diversifikasi (dua atau tiga komoditi) atau sering disebut risiko portofolio berbeda. Penilaian risiko yang didapat untuk proses pasca panen yang dilakukan secara bersamaan yaitu simplisia temulawak, simplisia pegagan, dan simplisia mahkota dewa di kebun UKBB Dramaga, lebih rendah daripada risiko spesialisasi yaitu dapat dilihat dari nilai coefficien variation dengan tiga komodoti sebesar 0,140727 lebih rendah dari nilai coefficien variation untuk usaha spesialisasi pada masing-masing komoditi. Hal ini dikarenakan dalam usaha diversifikasi, risiko yang dihadapi tidak hanya pada satu komoditi saja, namun risiko yang dihadapi terdapat pada beberapa komoditi yang diusahakan. Walupun usaha diversifikasi dapat meminimalisasikan risiko, namun tidak dapat menjadikan risiko menjadi nol. Dari perhitungan yang telah dilakukan, dapat terbukti bahwa dengan melakukan usaha diversifikasi pada kebun UKBB khususnya pada ketiga komoditi (simplisia temulawak, simplisia pegagan, dan simplisia mahkota dewa), dapat mengurangi risiko yang dihadapi oleh kebun UKBB.

2. Manajemen risiko yang dapat dilakukan oleh kebun UKKB untuk menghadapi risiko yang muncul dalam usaha pasca panen tanaman obat adalah dengan usaha diversifikasi antara simplisia temulawak, simplisia pegagan, dan simplisia mahkota dewa. Karena dengan diversifikasi, risiko yang dihadapi dapat diminimalisasi walupun risiko tidak bisa menjadi nol. Selain itu manajemen risiko yang dapat dilakukan adalah dengan penggunaan teknologi didalam proses pasca panen tanaman obat seperti penggunaan oven dan alat pengatur suhu dalam ruangan penyimpanan. Mengoptimalkan fungsi manajemen dalam kebun juga dapat mengurangi risiko risiko yang akan muncul. Mengoptimalkan fungsi manajemen yang terdiri dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengontrolan (controling) diharapkan dapat menjaga kualitas dan kuantitas

65 simplisia sebagai bahan baku obat herbal atau jamu serta dapat memenuhi kualitas standar yang telah ditetapkan yang akhirnya dapat memenuhi pasar. 7.2 Saran

1. Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dan keadaaan lapang (di kebun UKBB), maka sebaiknya kebun UKBB mengoptimalkan pelaksanaan proses pasca panen untuk usaha diversifikasi ketiga komoditi yaitu simplisia temulawak, simplisia pegagan, dan simplisia mahkota dewa tersebut. Karena dengan mengusahakan ketiga komoditi tersebut dapat mengurangi risiko yang akan dihadapi. Selain itu dengan diversifikasi dapat mengurangi biaya produksi dan pemanfaatan lahan yang ada. Selain itu, pengoptimalan fungsi manajem di kebun UKBB juga dapat meminimlisir risiko yang ada.

2. Mengoptimalkan pelaksanaan fungsi manajemen yang ada, maka akan meminimalisasi kesalahan-kesalahan dalam proses pasca panen dan akhirnya akan meminimalisis risiko yang akan muncul. Penambahan bak pencucian dalam proses pencucian sebaiknya dilakukan agar proses pencucian dapat maksimal dan agar simplisia basah tidak terlalu lama di dalam air. Selain itu, penggunaan peralatan pasca panen, sebaiknya diimbangi dengan manajemen pengunaan yang baik. Sehingga peralatan pasca panen dapat tejaga dan digunakan dalam waktu panjang.

i

ANALISIS RISIKO PASCA PANEN TANAMAN OBAT DI

KEBUN UNIT KONSERVASI BUDIDAYA BIOFARMAKA

Dokumen terkait