• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DAFTAR PUSTAKA 66 LAMPIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.2 Sumber-Sumber Risiko

Menurut Harwood et al (1999), ada beberapa sumber risiko yang dapat mempengaruhi perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung, antara lain :

21 1. Risiko pasar yaitu pergerakan harga yang berdampak negatif terhadap perusahaan. Risiko pasar atau yang lebih dikenal dengan market risk merupakan risiko yang terjadi karena adanya pergerakan harga pada input dan output yang dihasilkan oleh perusahaan.

2. Risiko produksi yaitu risiko yang berasal dari kejadian-kejadian yang tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan dan biasanya berhubungan dengan keadaan alam seperti curah hujan yang berubah secara tidak menentu, perubahan cuaca yang tidak sesuai dengan perkiraan, serta serangan hama dan gulma.

3. Risiko institusional yaitu risiko yang terjadi karena adanya perubahan kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti kebijakan harga bibit tanaman, kebijakan harga, kebijakan penggunaan bahan kimia, maupun kebijakan ekspor dan impor.

4. Risiko sumber daya manusia yaitu risiko yang dihadapi oleh perusahaan yang berkaitan dengan prilaku manusia, maupun hal-hal yang dapat mempengaruhi perusahaan, seperti kesalahan dalam pencatatan data, kesalahan dalam memberikan pupuk, mogok kerja, ataupun meninggalnya tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya.

5. Risiko finansial yaitu risiko yang dihadapi perusahaan dalam bidang finansial, seperti perubahan modal, perubahan bunga kredit bank, maupun perubahan UMR (Upah Minimum Regional).

Menurut Kountur (2008) risiko dapat diklasifikasikan dari sudut pandang penyebab timbulnya risiko, akibat yang ditimbulkan, aktivitas yang dilakukan dan sudut pandang kejadian yang terjadi menjadi empat jenis, yaitu :

1. Risiko Dari Sudut Pandang Penyebab

Berdasarkan sudut pandang penyebab kejadian, risiko dapat dibedakan kedalam risiko keuangan dan risiko operasional. Risiko keuangan disebabkan oleh faktor-faktor keuangan seperti perunbahan harga, tingkat bunga, dan mata uang asing. Risiko operasional disebabkan oleh faktor-faktor non euangan seperti manusia, teknologi, dan alam.

22 2. Risiko Dari Sudut Pandang Akibat

Dilihat dari sudut pandang akibat dapat dibagi menjadi tiga, yaitu : a. Risiko murni versus risiko spekulatif

Risiko dianggap sebagai risiko murini jika suatu ketidakpastian terjadi, maka kejadian tersebut pasti menimbulakn kerugian, tidak ada kemungkinan akan menghasilkan keuntungan seperti barang rusak karena terbakar, barang hilang karena banjir, kerusakan mesin, dan kahancuran gudang. Risiko spekulatif yaitu risiko dimana perusahaan mengharapkan terjadinya untung dan rugi seperti dalam usaha kerugian akibat spekulatif akan merugiakan individu tertentu tetapi akan menguntungkan individu lainnya.

b. Risiko statis versus risiko dinamis

Munculnya risiko statis ini dari kondisi keseimbangan tertentu. Contonya risiko murni statis adalah ketidakpastian terjadinya sambaran petir dan angin topan. Risiko dinamis mungkin murni mungkin juga spekulatif. Contoh risiko dinamis adalah urbanisasi, perkembangan teknologi yang kompleks dan perubahan undang-undang atau peraturan pemerintah.

c. Risiko subjektif versus risiko objektif

Risiko subjektif adalah ketidakpastian secara kejiwaan yang berasal dari sikap mental atau kondisi pemikiran seseorang. Risiko objektif adalah probabilitas penyimpangan aktual yang diharapkan (dari rata-rata) sesuai pengalaman. Risiko objektif lebih mudah diamati secara akurat dibandingkan dengan risiko subjektif karena dapat diukur.

3. Risiko Dari Sudut Pandang Aktivitas

Banyakanya risiko dari sudut pandang penyebab adalah sebanyak jumlah aktivitas yang ada. Segala aktivitas dapat menimbulkan berbagai macam risiko misalnya aktivitas pemberian kredit oleh bank yang dikenal dengan risiko kredit. 4. Risiko Dari Sudut Pandang Kejadian

Risiko yang dinyatakan bberdasarkan kejadian merupakan pernyataan risiko yang paling baik, misalnya terjadinya kebakaran.

3.1.3 Manajemen Risiko

Menurut Lam (2007) manajemen risiko dapat didefenisikan dalam pengertian bisnis seluas-luasnya. Manajemen risiko adalah mengelola keseluruhan

23 risiko yang dihadapi oleh perusahaan sehingga dapat mengurangi potensi risiko yang bersifat merugikan yang terkait dengan upaya untuk meningkatkan peluang keberhasilan sehingga perusahaan dapat mengoptimalkan profit. Hal ini penting untuk mengoptimalkan profit dengan mengintegrasikan manajemen risiko ke dalam proses bisnis perusahaan. Manajemen risiko meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengelolaan serta koordinasi dalam setiap pengelolaan risiko yang ada. Selain itu dapat dilakukan pengidentifikasian risiko, mengukur risiko, memikirkan mengenai konsekunsi risiko yang ada dan mengkomunikasikan keseluruhan bagian berbagai risiko yang ada sehingga dapat dicari penanganannya. Dengan adanya manajemen risiko maka akan mengurangi risiko yang ada didalam perusahaan.

Menurut Kountur (2008) manajemen risiko perusahaan adalah cara bagaimana menangani semua risiko yang ada di dalam perusahaan tanpa memilih risiko tertentu saja. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi dari manajemen. Ada beberapa fungsi manajemen yang telah diketahui yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), dan pengendaRismawatin (controling) atau dikenal dengan istilah POAC. Dengan demikian ditambahkan satu fungsi lagi yang sangat penting yaitu menangani risiko.

Ada beberapa alasan mengapa penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi manajemen yaitu manajer adalah orang yang harus bertanggungjawab atas risiko-risiko yang terjadi di unitnya. Semua manajer bertanggungjawab atas risiko di unitnya masing-masing. Itu sebabnya manajemen risiko merupakan pekerjaan yang harus dilakukan oleh setiap manajer sehingga menjadi salah satu fungsi manajemen yang tidak boleh diabaikan. Selai itu penanganan risiko sangat diperlukan karena walaupun ada unit di dalam perusahaan yang melakukan pekerjaan manajemen risiko, bukan berarti tanggung jawab risiko lepas dari setiap manajer. Manajer yang membawahi suatu unit bertanggungjawab atas risiko yang terjadi pada unitnya (Kountur, 2008).

Tujuan manajemen risiko adalah untuk mengelola risiko dengan membuat pelaku usaha sadar akan risiko, sehingga laju organisasi bisa dikendalikan.

24 Startegi pengelolaan risiko merupakan suatu proses yang berulang pada setiap periode produksi dapat dilihat pada Gambar 2.

PROSES OUTPUT Daftar Risiko

Expected Return

Strategi pengelolaan risiko Keterangan : garis proses garis output

Gambar 2. Proses Pengelolaan Risiko Sumber : Kountur (2008)

Penanganan risiko yang ada dalam perusahaan diperlukan suatu proses yang dikenal dengan istilah proses pengelolaan risiko (Siregar, 2010). Proses manajemen atau proses pengelolaan risiko dapat dimulai dengan mengidentifikasi sumber risiko krusial apa saja yang terjadi di perusahaan. Sumber risiko ini dapat terbagi menjadi tiga bagian, yaitu risiko lingkungan, risiko proses, dan risiko informasi. Tahap ini akan menghasilkan output berupa daftar risiko yang kemudian akan dilakukan pengukuran risiko atau penilaian risiko. Setelah dilakukan penilaian terhadap risiko maka dapat dilakukan penanganan risiko dengan strategi penanganan risiko yang ada.

3.1.4 Konsep Penangan Risiko

Menurut Kountur (2008) berdasarkan hasil dari penilaian risiko dapat diketahui stategi penanganan risiko seperti apa yang tepat untuk dilaksanakan. Ada dua strategi penanganan risiko, yaitu :

1. Preventif

Preventif dilakukan untuk menghindari terjadinya risiko. Strategi ini dilakukan apabila probabilitas risiko besar. Strategi preventif dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya : (a) membuat atau memperbaiki sistem dan

Evaluasi

Penanganan Risiko

Pengukuran Risiko

Identifikasi Risiko

25 prosedur, (b) mengembangkan sumber daya manusia, dan (c) memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.

2. Mitigasi

Startegi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah sebagai berikut :

a) Diversifikasi

Diversifikasi adalah cara menempatkan komoditi atau harta dibeberapa tempat sehingga jika salah satu terkena musibah maka tidak akan menghabiskan semua komoditi yang dimiliki. Diversifikasi merupakan salah satu cara pengalihan risiko yang paling efektif dalam mengurangi dampak risiko.

b) Penggabungan

Penggabungan ini merupakan salah satu cara penanganan risiko yang dilakukan oleh perusahaan dengan melakukan kegiatan penggabungan dengan pihak perusahaan lain. Contoh strategi ini adalah perusahaan yang melakukan merger atau dengan melakukan akuisisi.

c) Pengalihan risiko

Pengalihan risiko (transfer of risk) merupakan cara penangan risiko dengan mengalihkan dampak risiko ke pihak lain. Cara ini bertujuan untuk mengurangi kerugian yang dihadapi oelh perusahaan. Cara ini dapat dilakukan melalui aruransi, leasing, autsourcing, dan hedging.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha tanaman obat merupakan salah satu jenis usaha yang sangat berpotensi saat ini dan dimasa yang akan datang karena perubahan pola hidup masyakat yang kembali alam (back to nature), mengkonsumsi obat herbal yang minim efek samping dan lebih murah dari obat berbahan kimia. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya permintaan dari dalam negeri maupun di luar negeri setiap tahunnya. Selain itu, meningkatnya jumlah industri yang mengolah tanaman obat menjadi obat herbal atau jamu juga menjadi bukti bahwa usaha tanaman obat sangat memiliki peluang yang sangat besar.

26 Peluang usaha masih terbuka luas tersebut harus dihadapkan dengan beberapa masalah dalam menjalankan usahanya. Salah satunya adalah risiko yang dihadapi oleh perusahaan agribisnis, terutama dalam proses pasca panen tanaman obat atau yang sering disebut simplisia. Indikasi adanya risiko dalam proses pasca panen tanaman obat itu adalah faktor cuaca (sinar matahari) yang tidak menentu sehingga proses pengeringan tidak maksimal dan tidak mampu standar yang diberikan oleh Badan POM yaitu simplisia yang layak digunakan adalah yang memiliki kadar air dibawah 10 persen . Penyusutan untuk simplisia kering dari tanaman rimpang mencapai 1/8 dari total berat simplisia basah. Penyusutan simplisia kering yang berasal dari tanaman daun dapat mencapai 1/9 dari total berat simplisia basah.

Selain itu, peralatan pencucian yang kurang memadai juga akan menimbulkan risiko. Salah satu peralatan pencucian yang digunakan adalah bak pencucian yang digunakan sebanyak tiga buah. Pada kebun UKBB, bak pencucian yang digunakan hanya satu. Hal ini akan mennyebabkan hasil pencucian yang kurang maksimal dan lama sehingga menyebabkan kandungan yang dibutuhkan dalam simplisia tersebut akan berkurang. Penyimpanan yang dilakukan terlalu lama dan ruang penyimpana yang tidak memiliki pengaturan kelembaban ruangan, akan menyebabkan simplisia rusak seperti jamuran ataupun busuk.

Kebun Unit Konservasi Budidaya Biofarmaka (UKBB) merupakan salah satu kebun yang budidaya tanaman obat dan mengolah tanaman obat menjadi obat herbal. Walaupun menghadapi permasalah dalam menjalankan usahanya, kebun UKBB masih tetap menjalankan usahanya khususnya penanganan pada saat pengolahan (pasca panen) bahan baku obat herbal atau jamu pada Temulawak, Pegagan, dan Mahkota Dewa. Keadaan ini menjadi daya tarik sebagai pembelajaran dalam manajemen risiko. Analisis risiko pasca panen ini dapat dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu pada tahap pertama dilakukan identifikasi risiko apa saja yang dihadapi oleh perusahaan dalam proses pasca panen tanaman biofarmaka dan apa sumber risikonya.

Analisis selanjutnya adalah pengukuran terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Pengukuran risiko dilakukan pada kegiatan spesialisasi dan portofolio pada simplisia temulawak, pegagan, dan mahkota dewa. Selanjutnya

27 mengidentifikasi strategi manajemen risiko yang dilakukan oleh kebun UKBB. Analisis ini menggunakan analisis deskriptif melalui observasi, wawancara, dan diskusi dengan pihak perusahaan mengenai manajemen risiko yang dilaksanakan oleh perusahaan. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.

28 Keterangan: cakupan penelitian manajemen kebun UKBB

Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional

Pengolahan (pascapanen) bahan baku obat herbal pada Kebun Unit Konservasi Budidaya Biofarmaka (UKBB)

Indikasi sumber risiko :

 Kondisi cuaca (cahaya matahari)

 Proses pencucian

 Ketebalan perajangan

 Proses penyimpanan

Fluktuasi rendemen simplisia di Kebun Unit Konservasi Budidaya

Biofarmaka (UKBB)

Analisis kuantitatif : Identifikasi variance. Standar deviation, coefficient variance

Strategi manajemen risiko kebun UKBB

Penilaian risiko kegiatan spesialisasi (Temulawak, Pegagan,

dan Mahkota Dewa)

Penilaian risiko pada kegiatan diversifikasi:

 Temulawak dan Pegagan

 Temulawak dan Mahkota Dewa

29

IV

METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di salah satu unit usaha Pusat Studi Biofarmaka IPB yaitu Kebun Unit Konservasi Budidaya Biofarmaka yang berlokasi di Blok C Biofarmaka, kebun percobaan Cikabayan, Kampus IPB Dramaga, Bogor – Jawa Barat. Pemilihan kebun UKBB sebagai tempat penelitian dilakukan dengan sengaja (pruposive) karena kebun UKBB merupakan salah satu instansi yang membudidayakan tanaman obat yang ada di Indonesia khusunya di Jawa Barat dan mempertimbang adanya ketersediaan data yang mampu menjawab kebutuhan dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada 1 Mei sampai 30 Juni 2011.

Luas lahan kebun UKBB ini adalah 2,8 hektar. Jumlah tanaman obat yang dibudidayakan saat ini ada 310 jenis tanaman obat dengan komoditi utamanya yaitu temulawak, pegagan, dan mahkota dewa. Pusat Studi Biofarmaka juga memiliki kebun di Sukabumi dengan luas lahan 9000 meter persegi dan membudidayakan delapan jenis tanaman obat. Di Sukabumi, Pusat Studi Biofarmaka melakukan pembinaan terhadap dua petani tanaman obat. Bibit untuk kebun di Sukabumi masih di pasok dari kebun yang ada di Cikabayan.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan antara lain jumlah produksi, luas lahan produksi, proses pasca panen tanaman obat dan kendala yang pernah dihadapai oleh perusahaan serta cara penanggulangan dari kendala yang dihadapi oleh perusahaan. Data primer diperoleh dengan observasi dan wawancara langsung kepihak manajemen perusahaan, pembimbing lapang, dan karyawan serta data- data pendukung dari perusahaan.

Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data produktivitas tanaman obat Indonesia, proses pasca panen tanaman obat, data produksi simplisia di kebun UKBB dari Mei tahun 2009 sampai April 2010 dan peranan sektor pertanian khususnya tanaman obat terhadap PDB Indonesia diperoleh dari studi literatur berbagai buku, skripsi, internet, dan instansi terkait

30 seperti Direktorat Jendral Holtikultura, Perpustakaan Pertanian, PSESK, dan Lembaga Studi Indonesia (LSI).

4.3 Metode Pengambilan Data

Proses pengumpulan data dilakukan langsung oleh peneliti. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ada dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara, observasi, dan diskusi secara tertutup dengan pihak manajer, pembimbing lapang dan tenaga kerja untuk analisis risiko dan analisis manajemen risiko kebun. Observasi dilakukan untuk melakukan pengamatan pada kegiatan pasca panen tanaman obat pada kebun UKBB yang meliputi kegiatan panen, pencucian, penyortiran, pengeringan, dan penyimpanan. Wawancara dilakukan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko pada proses pasca panen serta pananggulan risiko yang dilakukan oleh kebun UKBB. Sumber data sekunder diperoleh dari pihak perusahaan dan kebun berupa informasi yang berupa data produksi, proses pasca panen dan data terkait yang mendukung penelitian.

4.4 Metode Analisis

4.4.1 Analisis Deskriptif

Metode deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran pada fenomena-fenomena, menerangkan hubungan, menguji hipotesis-hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang akan dipecahkan (Nasir, 2005). Analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko dan untuk menganalisis manajemen risiko yang diterapkan oleh kebun UKBB.

Analisis deskriptif dilakukan berdasarkan penilaian beberapa pengambil keputusan di kebun secara subjektif. Analisis deskriptif untuk menganalisis strategi manajemen risiko perusahaan dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan diskusi dengan manajer kebun serta tenaga kerja produksi khususnya yang menangani proses pasca panen tanamana obat.

31 4.4.2 Pengukuran Risiko

Kegiatan usaha yang dilakukan oleh pelaku bisnis dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kegiatan bisnis yang bersifat spesiaRismawatisasi (tunggal) dan bersifat diversifikasi (portofolio). Dalam menjalankan kegiatan produksi, pelaku bisnis menghadapi produktivitas yang tinggi, rendah, dan normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat tiga kejadian yang dihadapi pelaku bisnis, kemudian dari kejadian-kejadian tersebut dihitung peluang kejadiannya. Pengukuran peluang pada setiap kondisi diperoleh dari frekuensi kejadian setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung. Nilai peluang dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

P = f/t

Dimana : f = frekunsi kejadian (kondisi tinggi, normal, dan rendah).

t= periode waktu proses pasca panen pada masing-masing komoditi (simplisia temulawak, simplisia pegagan, dan simplisia mahkota dewa).

P = peluang.

Total peluang dari beberapa kejadian berjumlah satu dan secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

Penyelesaian pengambilan keputusan dalam risiko dapat dilakukan dengan menghitung expected return, yaitu jumlah dari nilai-nilai yang diharapkan terjadi peluang dari masing-masing kejadian. Rumus Expected return adalah sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995):

Dimana :

Ř = Besarnya return yang diharapkan dari setiap komoditi Pij = Peluang dari suatu kejadian

Rij = Return (produksi simplisia)

i = 1,2,3 (1=Temulawak, 2=Pegagan, 3=Mahkota Dewa)

j = 1,2,3 (1=kondisi tinggi, 2=kondisi normal, 3=kondisi rendah) m = 12 observasi

32 Penilaian untuk kedua bisnis tersebut memiliki perbedaan, yaitu :

(1) Penilaian Risiko pada Kegiatan Spesialisasi

Penilaian risiko didasarkan pada pengukuran penyimpangan (deviation) terhadap return dari suatu komoditi. Beberapa pengukuran yang dapat digunakan untuk pengukuran penyimpangan diantaranya adalah varian (variance), standar deviasi (standard deviation), dan koefisien varian (coefficient variance). Ukuran- ukuran tersebut merupakan ukuran statistik. Menurut Elton dan Gruber( 1995), penilaian risiko terhadap kegiatan spesialisasi adalah sebagai berikut :

Variance

Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadran dari return dengan Expected Return dikalikan dengan peluang setiap kejadian. Nilai variance dapat ditulis dengan rumus (Elton dan Gruber, 1995):

σ²

= ∑pi(Ri-Ři)

2 Dimana :

Dimana :

σ2 = Variance dari return komoditi

pij = Peluang suatu kejadian setiap bulannya

Rij = Return pada masing-masing kejadian

Ři = Expected Return dari setiap komoditi

i = 1,2,3 (1=Temulawak, 2=Pegagan, 3=Mahkota Dewa)

j = 1,2,3 (1=kondisi tinggi, 2=kondisi normal, 3=kondisi rendah)

Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variane maka semakin kecil penyimpangan sehingga semakin kecil risiko yang dihadapi dalam melakukan kegiatan tersebut.

Standard Deviation

Standard Deviation dapat diukur dari akar kuadran dari nilai variance. Risiko dalam penilaian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan, sehingga semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Rumus standard deviation sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995):

33 Dimana :

σ2

= Variance atau penyimpangan dari masing-masing komoditi σ = Standars deviantion dari setiap komoditi

i = 1,2,3 (1=Temulawak, 2=Pegagan, 3=Mahkota Dewa)

Coefficient Variation

Coefficient Variation diukur dari rasio standard deviation dengan return yang diharapkan (expected return). Semakin kecil coefficient variation maka akan semakin tinggi risiko yang akan dihadapi. Rumus coefficient variation adalah (Elton dan Gruber,1995):

CV = σ/Ři

Dimana :

CV = Coefficient variation dari setiap komoditi σ = Standard deviation dari setiap komoditi Ři = Expected return dari setiap komoditi

i = 1,2,3 (1=Temulawak, 2=Pegagan, 3=Mahkota Dewa)

(2) Penilaian Risiko pada Kegiatan Diversifikasi

Kegiatan usaha diversifikasi tidak terlepas dari risiko. Risiko yang dihadapi dalam usaha diversifikasi dinamakan risiko portofolio (portofolio risk). Pengukuran untuk risiko portofolio dapat dilakukan dengan penggabungan

variance dari beberapa kegiatan usaha. Jika investasi digunakan untuk dua

komoditi maka variance gabungan dapat dituliskan sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995):

Cavariance antara kedua aktiva i dan j dihitung dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut :

Keterangan : σ2

p =Variance portofolio untuk investasi dua simplisia yang digabungkan

σij = Covariance antara investasi dua komoditi yang digabungkan

k = Fraction portofolio pada investasi komoditi i (simplisia temulawak)

34 ρij = Nilai koefisien korelasi diantara komoditi i dan j

Nilai koefisien korelasi investasi komoditi diantara i dan j (

ρ

ij) mempunyai

nilai maksimum positif satu (+1) dan minimum negatif (-1). Beberapa kemungkinan korelasi diantara dua komoditi diantaranya sebagai berikut :

1. Nilai koefisien korelasi positif satu (+1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua komoditi i dan j selalu bergerak bersama-sama.

2. Nilai koefisien korelasi negatif satu (-1) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua komoditi i dan j selalu berlawanan arah.

3. Nilai koefisien korelasi sam dengan nol (0) mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua komoditi i dan j tidak ada hubungan satu sam lain.

4. Nilai koefisien korelasi sama dengan 0,5 mempunyai arti bahwa kombinasi dari dua komoditi i dan j tidak ada hubungan sama sekali.

Beberapa nilai koefisien korelasi tersebut dapat menunjukkan bagaimana risiko portofolio yang dihadapi dibandingkan dengan risiko masimg-masing komoditi atau spesialisasi. Jika terdapat tiga komoditi, yaitu komoditi 1, 2 dan 3 maka bobot untuk ketiga komoditi adalah wa, wb dan wc dengan jumlah ketiga bobot adalah satu (wa+wb+wc = 1). Besarnya expected return gabungan kombinasi tiga komoditi dapat dituliskan sebagai berikut (Diether, 2009) :

E(rp) = w1E(ra) + w2E(rb) + w3E(rc)

Dimana :

E(rp) = Expected return gabungan ketiga investasi (1, 2 dan 3) W1 = Bobot atau fraction portofolio pada investasi komoditi 1

W2 = Bobot atau fraction portofolio pada investasi komoditi 2

W3 = Bobot atau fraction portofolio pada investasi komoditi 3

E(r1) = Expected return dari investasi komoditi 1

E(r2) = Expected return dari investasi komoditi 2

E(r3) = Expected return dari investasi komoditi 3

i = 1,2,3 (1=Temulawak, 2=Pegagan, 3=Mahkota Dewa) Nilai variance gabungan ketiga komoditi dapat dituliskan sebagai berikut (Diether 2009) : σ2(r p) = w12σ2(r1) + w22σ2(r2) + w32σ2(r3) + 2w1w2 covar (r1, r2) + 2w1w3 covar (r1,r3) + 2w2w3 covar (r2, r3) Dimana : σ2

35 σ2

(r1) = Variance investasi komoditi 1

σ2(r

2) = Variance investasi komoditi 2

σ2

(r3) = Variance investasi komoditi 3

w1 = Bobot atau fraction portofolio pada investasi komoditi 1

w2 = Bobot atau fraction portofolio pada investasi komoditi 2

w3 = Bobot atau fraction portofolio pada investasi komoditi 3

covar (r1, r2) = Covariance antara investasi 1 dan 2, diperoleh

dengan rumus : ρ12σ1σ2dimana ρ12 diasumsikan nilainya +1

covar (r1, r3) = Covariance antara investasi 1 dan 3, diperoleh

dengan rumus : ρ13σ1σ3dimana ρ13 diasumsikan nilainya +1

covar (r2, r3) = Covariance antara investasi 1 dan 3, diperoleh

dengan rumus : ρ23σ2σ3dimana ρ23 diasumsikan nilainya +1

σ1 = Standar Deviation komoditi 1

σ2 = Standar Deviation komoditi 2

σ3 = Standar Deviation komoditi 3

i = 1,2,3 (1=Temulawak, 2=Pegagan, 3=Mahkota Dewa) Perhitungan fraction portofolio (untuk diversifikasi tiga komoditi) pada penelitian ini berdasarkan alokasi investasi kebun yaitu besarnya lahan yang digunakan untuk masing-masing komoditi yaitu temulawak, pegagan, dan mahkota dewa dengan total lahan 160 m2. Komposisi lahan untuk ketiga komoditi adalah 100 m2 untuk komoditi temulawak, 60 m2 untuk komoditi pegagan, dan 900 m2 komoditi mahkota dewa.

36

V

GAMBARAN UMUM KEBUN UNIT KONSERVASI

BUDIDAYA BIOFARMAKA (UKBB)

5.1 Sejarah Perusahaan

Pusat Studi Biofarmaka merupakan suatu lembaga yang meneliti dan mengembangkan tanaman biofarmaka. Pusat Studi Biofarmaka berlokasi di Taman Kencana, Bogor. Pusat Studi Biofarmaka memiliki tiga sub divisi yaitu kebun Unit Konsevasi Budidaya Biofarmaka (UKBB) sebagai tempat budidaya tanaman biofarmaka dan produksi simplisia basah dan simplisia kering, Laboratorium Pelayanan sebagai tempat penelitian dan pengembangan tanaman biofarmaka, dan PT Biofarmaka Indonesia sebagai unit yang bergerak dalam kegiatan produksi obat yang berbahan baku tanaman biofarmaka untuk

Dokumen terkait