• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUDIDAYA BIOFARMAKA (UKBB)

6.1 Analisis Risiko Pasca Panen

6.1.1 Sumber-sumber risiko

Dalam proses pasca panen simplisia ini terdapat faktor-faktor yang dapat menimbulkan risiko. Faktor – faktor menyebabkan terjadinya risiko adalah faktor cuaca (sinar matahari), ketebalan perajangan, kelembaban udara pada ruang penyimpanan, dan peralatan yang kurang dalam proses pencucian seperti kurangnya bak pencucian simplisia. Hal ini dapat dilihat pada keterangan sebagai berikut :

a. Faktor cuaca (sinar matahari)

Sinar matahari merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas simplisia yang akan dihasilkan. Sinar matahari yang maksimal akan mempercepat proses pengeringan simplisia dan menghasilkan simplisia yang baik yaitu memiliki kadar air dibawah 10 persen. Apabila sinar matahari tidak terlalu panas maka akan menyebabkan simplisia berjamur karena pengeringan yang

47 terlalu lama (lembab) atau simplisia masih memiliki kadar air yang tinggi (diatas 10 persen).

Sinar matahari yang baik untuk proses pengeringan adalah sinar matahari pagi antara jam 07.00 sampai 10.00 WIB. Hal ini dikarenakan sinar matahari pada jam ini masih segar dan belum banyak bercampur dengan berbagai polusi. Sinar matahari siang (diatas jam 10.00 WIB) kurang baik untuk proses pengeringan, karena pada jam ini sinar matahari sudah terlalu panas yang akan menyebabkan kandungan yang terdapat pada simplisia cepat menguap (hilang). Oleh karena itu, kebun UKBB dalam meminimalisasi risiko terhadap sinar matahari ini adalah dengan menggunakan oven pengeringan sehingga pengeringan dapat optimal dan memiliki kadar air dibawah 10 persen.

Pada musim hujan, kualitas produksi simplisia berkurang karena akan menyebabkan proses pengeringan berlangsung lebih lama. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sinar matahari sehingga proses pengeringan harus dilakukan secara berulang-ulang. Musim hujan juga akan mempengaruhi kelembaban suhu ruangan penyimpanan. Di kebun UKBB karena tidak adanya suhu pengatur ruangan membuat pihak kebun tidak dapat melakukan penyimpanan terlalu lama karena suhu ruangan yang terlalu lembab akan membuat simplisia akan cepat rusak atau busuk.

Pada musim kemarau, proses pengeringan akan berlangsung lebih cepat karena sinar matahari lebih baik pada saat musim hujan. Keadaan ini akan mempengaruhi kualitas simplisia yang akan dihasilkan. Semakin kering simplisia dan serta memiliki kadar air dibawah 10 persen maka simplisia tersebut dapat dilakukan penyimpanan yang lebih lama. Secara kuantitas, produksi simplisia pada saat musim hujan dengan musim kemarau tidak terlalu mengalami perbedaan. Pengaruh musim ini lebih banyak mempengaruhi kadar air yang terdapat dalam simplisia. Kadar air dalam simplisia yang masih lembab atau tidak terlalu kering mempunyai kadar air diatas 10 persen.

b. Ketebalan perajangan pada simplisia rimpangan

Ketebalan perajangan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas simplisia. Perajangan dilakukan pada simplisia jenis rimpangan dan buah.

48 Perajangan dilakukan setelah proses pencucian. Perajangan harus menggunakan pisau yang tajam dengan ketebalan antara 5 - 7 mm.

Ketebalan perajangan sangat berpengaruh pada waktu proses pengeringan. Perajangan yang terlalu tebal akan memakan waktu yang lebih lama dalam pengeringan. Pengeringan yang terlalu lama akan berpotensi simplisia akan berjamur. Simplisia berjamur atau busuk tersebut disebabkan karena tidak maksimalnya pengeringan sehingga simplisia masih memiliki kadar air yang tinggi atau diatas 10 persen. Apabila kadar air dalam simplisia masih tinggi maka pihak kebun harus melakukan pengeringan dengan oven pengeringan. Kadar air yang tinggi atau masih diatas 10 persen yang terdapat didalam simplisia tidak baik untuk diolah menjadi obat herbal.

Begitu pula sebaliknya, perajangan yang terlalu tipis akan membuat kandungan yang terdapat simplisia akan cepat menguap. Sinar matahari yang terik akan membuat proses pengeringan akan berlangsung cepat dan apabila simplisia yang terlalu tipis dilakukan saat perajangan akan membuat penguapan kandungan yang dibutuhkan dalam simplisia tersebut akan dikhawatirkan cepat hilang atau menguap atau hilang.

c. Kekurangan peralatan yang dibutuhkan dalam proses pencucian

Salah satu peralatan yang dibutuhkan dalam proses pencucian adalah bak pencucian yang minimal dibutuhkan adalah 3 (tiga) buah. Penyediaan bak pencucian 3 buah ini adalah agar pencucian maksimal dan mikroorganisme asing dan benda-benda asing lainnya benar tidak menempel lagi simplisia. Selain itu, tujuan dengan penyediaan bak pencucian yang lebih banyak ini agar simplisia tidak terlalu lama berada didalam air dan mengurangi simplisia kehilangan kandungan yang dibutuhkan.

Air yang digunakan untuk pencucian sebaiknya adalah air yang mengalir dan bersih. Tujuan dari penggunaan air yang mengalir ini adalah untuk mempercepat proses pencucian. Penggunaan air yang mengalir ini juga mencegah simplisia bercampur dengan bahan lain atau mencegah benda-benda asing menempel kembali pada saat proses pencucian.

Pada kebun UKBB, bak pencucian digunakan hanya satu buah Hal ini menyebabkan pencucian yang kurang maksimal sehingga simplisia basah masih

49 bercampur dengan benda asing lainnya. Pencucian yang hanya menggunakan satu bak pencucian ini berlangsung lama. Pada saat pencucian dilakukan dalam kapasitas yang banyak, pihak kebun UKBB menumpuk simplisia basah tersebut dalam satu bak pencucian. Sehingga ketika dilakukan pencucian, simplisia yang berada paling bawah bak akan lebih lama terendam didalam air dan membuat mikroorganisme lainya akan cepat menempel pada simplisia tersebut.

d. Kelembaban udara di ruang penyimpanan

Ruangan penyimpanan yang baik adalah memiliki pengatur suhu ruangan sehingga simplisia disimpan tidak cepat rusak atau busuk karena suhu ruangan dapat diatur sesuai dengan simplisia yang disimpan. Suhu ruangan yang baik untuk penyimpanan adalah tidak lebih dari 30oc7. Selain itu, dengan adanya pengatur suhu ruangan dapat menjaga kualitas simplisia pada saat proses penyimpanan. Dengan adanya suhu pengatur ruangan akan mencegah organisme- organisme pengganggu lain yang dapat mempengaruhi kualitas simplisia pada saat proses penyimpanan.

Di kebun UKBB sendiri, ruangan penyimpanan tidak memiliki pengatur suhu ruangan penyimpanan. Sehingga ketika suatu komoditi setelah dilakukan pengolahan pasca panen dan tidak dipasarkan karena tidak ada permintaan, simplisia tersebut rusak (busuk/berjamur). Tidak adanya suhu pengatur ruangan penyimpanan, kebun UKBB tidak dapat melakukan penyimpanan terlalu lama karena dikahwatirkan kualitas simplisia akan menurun atau simplisia tersebut rusak/busuk.

Besar kecilnya peluang dipengaruhi oleh kajadian internal dan eksternal. Dalam penelitian ini, peluang yang didapat adalah sama karena setiap kejadian memiliki peluang yang sama untuk terjadi. Dalam perhitungan peluang menggunakan data atau pengalaman beberapa waktu sebelumnya (time series). Pengukuran peluang pada penelitian ini menggunakan data produksi simplisia temulawak, simplisia pegagan, dan simplisia mahkota dewa. Peluang suatu kejadian dapat dilihat pada kondisi tertinggi, normal, dan rendah seperti yang terlihat pada Tabel 6. Pendekatan yang dilakukan untuk kondisi normal, digunakan pendekatan dengan mengambil rata-rata rendemen 10 kejadian.

7

50 Tabel 6. Peluang pada Simplisia Temulawak, Simplisia Pegagan, dan Simplisia Mahkota Dewa dengan Kondisi Tinggi, Normal, dan Rendah.

Komoditi Kondisi Return (kg) Peluang

Temulawak Tertinggi 0,1377 0,333 Normal 0,1075 0,333 Rendah 0,1071 0,333 Pegagan Tertinggi 0,1173 0,333 Normal 0,1032 0,333 Rendah 0,0992 0,333 Mahkota Dewa Tertinggi 0,1428 0,333 Normal 0,1333 0,333 Rendah 0,1234 0,333

Pada Tabel 6 memperlihatkan peluang yang diperoleh pada kondisi pada setiap simplisia temulawak, simplisia pegagan, dan simplisia mahkota dewa. Kondisi tertinggi, normal, dan rendah dihitung dari proporsi rendemen pada beberapa kali produksi mencapai tertinggi, normal, dan rendah selama kegiatan pasca panen pada setiap simplisia. Rendemen yang digunakan merupakan rendemen dengan memanfaatkan sinar matahari pada proses pengeringannya. Kondisi tertinggi merupakan kondisi atau tingkat produksi yang paling maksimal yang diperoleh oleh kebun selama menjalankan kegiatannya (dua belas bulan). Kondisi rendah merupakan kondisi atau tingkat produksi yang paling minimal yang pernah diperoleh oleh kebun selama menjalankan kegiatannya.

Data yang digunakan untuk melakukan penilaian risiko ini, menggunakan data produksi selama 12 kejadian selama satu tahun dari tahun 2009 sampai 2010 dari bulan Mei – April. Data 12 kejadian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada Lampiran 1 menggambarkan produksi simplisia temulawak, simplisia pegagan, dan simplisia mahkota dewa di kebun UKBB. Pada simplisia pegagan pada bulan Juli dan simplisia mahkota dewa pada bulan September tidak ada produksi. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pihak kebun UKBB sendiri, hal ini terjadi karena pihak kebun UKBB tidak melakukan produksi terhadap simplisia pegagan dan simplisia mahkota dewa. Keadaan ini dilakukan oleh pihak kebun UKBB karena untuk meminimalkan risiko penyimpanan. Kebun UKBB tidak memiliki alat pengatur suhu ruangan untuk ruang penyimpanan. Apabila kebun UKBB tetap melakukan produksi terhadap kedua simplisia ini, akan berdampak

51 kerugian bagi kebun UKBB karena kualitas dari simplisia yang akan berkurang karena teralalu lama dilakukan penyimpanan.

Setelah melakukan pengukuran peluang dan kejadian yang terjadi maka dilakukan pengambilan keputusan yang mengandung risiko dengan menggunakan expected return. Expected return dihitung berdasarkan jumlah produksi dari nilai yang diharapkan terjadinya peluang masing-masing kejadian dari simplisia temulawak, simplisia pegagan, dan simplisia mahkota dewa. Expected return merupakan nilai yang diharapkan setelah memperhitungkan risiko yang ada. Besarnya nilai expected return yang diharapkan oleh pihak kebun UKBB dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Penilaian Expected Return Berdasarkan Produksi Simplisia Temulawak, Simplisia Pegagan, dan Simplisia Mahkota Dewa.

Komoditi Kondisi Return (kg) Peluang expected return

Temulawak Tertinggi 0,1377 0,333 11,743333 Normal 0,1075 0,333 Rendah 0,1071 0,333 Pegagan Tertinggi 0,1173 0,333 10,556667 Normal 0,1032 0,333 Rendah 0,0992 0,333 Mahkota Dewa Tertinggi 0,1428 0,333 13,316667 Normal 0,1333 0,333 Rendah 0,1234 0,333

Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa expected return berdasarkan peluang kejadian dan produksi simplisia pada masing-masing simplisia, maka diperoleh expected return tertinggi pada simplisia mahkota dewa dengan nilai 11.743333. Berdasarkan keadaaan di lapangan, karena keadaan cuaca yang tidak menentu menyembabkan proses pengeringan yang dilakukan dengan sinar matahari tidak maksimal dan pengeringan dilakukan harus dilakukan sampai sore. Keadaan ini tidak baik untuk kualitas simplisia temulawak, karena sinar matahari yang baik untuk pengeringan adalah pada pagi hari. Sinar matahari siang tidak baik untuk pengeringan karena sudah bercampur dengan berbagai polusi.

Selain itu, kurangnya bak pencucian simplisia membuat proses pencucian akan berlangsung lebih lama. Berdasarkan keadaan di lapangan, ketika simplisia

52 mahkota dewa diproduksi dalam jumlah yang banyak, akan membutuhkan waktu yang lama untuk mencuci simplisia. Hal ini akan mempercepat simplisia kehilangan kandungan yang dibutuhkan didalamnya karena akan larut dalam air.

Meminimalkan risiko yang terdapat dalam proses pasca panen maka pihak kebun harus membuat perencanaan produksi. Perencanaan produksi dilakukan pada proses pasca panen mulai dari proses penyortiran, pencucian, perajangan, pengeringan, penyortiran kering, dan pengemasan. Salah satu perencanaan produksi pada proses pasca panen yang dilakukan oleh kebun UKBB adalah dengan melakukan diversifikasi komoditi yaitu dengan portofolio dimana dalam satu luas lahan diproduksi beberapa komoditi. Hal ini dapat meningkatkan kuantitas produksi karena saling menguntungkan antara satu komoditi yang satu dengan komoditi lainnya.

Saat ini, perencanaan produksi ini sudah dilakukan oleh pihak kebun UKBB namun belum maksimal. Hal ini dikarenakan kurangnya peralatan proses pasca panen di kebun UKBB yaitu salah satunya bak pencucian yang digunakan hanya satu. Berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Badan POM bak pencucian yang baik untuk simplisia minimal ada tiga bak pencucian. Selain itu, kurang dijalankannya fungsi-fungsi manajemen kebun dengan baik juga mempengaruhi perencanaan pasca panen pada kebun UKBB.

Hal lain yang menjadi indikator keberhasilan dalam kegiatan pasca panen untuk simplisia tanaman biofarmaka, adalah terpenuhinya standar dari Badan POM yaitu simplisia yang baik untuk bahan baku oabt herbal yaitu memiliki kadar air dibawah 10 persen dan kekeringan yang maksimal sehingga tahan lama. Adanya kondisi risiko pasca panen menyebabkan tingkat randemen simplisia yang dihasilkan berbeda-beda setiap produksinya sehingga randamen simplisia dapat dikatakan berfluktuasi.

Dokumen terkait