• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUDIDAYA BIOFARMAKA (UKBB)

5.4 Unit Usaha

5.4.2 Teknik dan Teknologi pada Kebun

Pada kebun, proses produksi dibagi menjadi dua bagian yaitu proses budidaya dan proses pasca panen. Proses budidaya pada tanaman biofarmaka terdiri dari :

a. Persiapan lahan

Persiapan lahan yang dilakukan berupa pembersihan lahan dari berbagai tanaman pengganggu dan pembuatan bedengan untuk tanaman temulawak dan pegagan. Setelah itu, dilakukan pemupukan lahan dengan memberikan pupuk kandang.

b. Pembibitan

Pembibitan dilakukan di tempat terpisah dari lahan untuk budidaya. Pembibitan tanaman biofarmaka dilakukan di polibag yang berukuran kecil dan diletakkan di di lahan yang dilindungi dengan jaring yang berwarna hitam. Luas areal pembibitan ini 350 m2. Setelah bibit telah siap dipindahkan, maka bibit dikelurkan dari polibag.

c. Penanaman

Setelah bibit siap untuk di pindahkan ke lahan yang lebih besar, bibit dikeluarkan dari polibag. Umur temulawak yang sudah siap untuk dipindahkan adalah tiga minggu dan telah tumbuh tunas. Umur pegagan yang sudah siap untuk dipindahkan adalah dua minggu sedangkan bibit mahkota dewa yang siap untuk

Input Proses Budidaya Proses Pasca panen Pemasaran (Distribusi

42 dipindahkan adalah 1,5 bulan. Setelah dipindahkan, tanaman harus tetap diperhatikan dan dilakukan perawatan terhadap tanaman tersebut.

d. Pemeliharaan

Pemeliharaan untuk tanaman biofarmaka berupa penyiangan atau pemisahaan tanaman dari gulam-gulam pengganggu. Penyiraman dilakukan apabila tanah terlalu kering karena panas yang berkepanjangan. Saat ini, kebun UKBB mulai mencoba memberikan pemupukan pada saat pemeliharaan dengan tujuan agar tanaman tumbuh subur dan berkembang dengan baik.

e. Panen

Panen terhadap tanaman biofarmaka dilakukan secara manual. Untuk tanaman rimpang khususnya temulawak dipanen pada umur sembilan bulan atau pada musim kemarau. Pemanenan temulawak dilakukan dengan cara mencabut tanaman tersebut dari tanah dengan cangkul berbentuk garpu .Setelah temulawak dicabut dari tanah maka dilakuakan penyortiran yang dilakukan dengan cara pemisahan tanah dari tanaman temulawak tersebut. Pemanen untuk pegagan (daun) dilakukan setelah tanaman berumur 3 bulan. Pegagan dipanen dengan hanya memangkas daun pegagan dengan menggunakan sabit atau pisau.

Panen untuk jenis tanaman buah khususnya mahkota dewa hanya dengan memetik buah mahkota dewa tersebut dari pohonnya. Mahkota dewa yang telah bisa dipanen adalah yang telah berwarna merah dan tidak busuk. Setelah tanaman biofarmaka dipanen, maka tanaman biofarmaka harus melalui proses pasca panen sebelum dilakukan pengolahan untuk dijadikan obat herbal. Proses pasca panen pada tanaman biofarmaka pada kebun terdiri dari :

a. Sortasi

Tanaman biofarmaka yang telah dipanen atau disebut simplisia harus dilakukan sortasi terlebih dahulu. Sortasi ini dilakukan untuk memisahkan benda asing yang terdapat pada simplisia seperti tanah pada tanaman rimpang, batu, dan memisahkan antara tanaman yang busuk atau jelek.

b. Pencucian

Setelah simplisia disortasi maka akan dilakukan pencucian. Pencucian yang dilakukan pada kebun UKKB hanya menggunakan air mengalair dan satu bak penampungan. Menurut Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya

43 Temulawak4, pencucian dilakukan secara bertahap pada bak pencucian yang bertingkat dan pada air yang mengalir. Minimal banyak bak pencucian yang disediakan untuk pencucian sebanyak tiga bak. Tidak berbeda jauh dengan tanaman rimpang (temulawak), simplisia yang berasal daun juga harus dilakukan pencucian. Simplisia yang berasal dari buah (mahkota dewa) jarang dilakukan pencucian karena ummnya setelah dilakukan sortasi langsung dilakukan perajangan.

c. Perajangan

Perajangan hanya dilakukan pada simplisia yang berasal dari rimpangan (temulawak) dan buah (mahkota dewa). Perajangan dilakukan untuk mempercepat pengeringan dilakukan dengan membujur. Perajangan dilakukan dengan alat mesin perajang atau secara manual dengan arah rajangan yang seragam ketebalan 5-7 mm atau sesuai keinginan pasar. Ukuran ketebalan perajangan sangat berpengaruh pada kualitas bahan simplisia. Jika terlalu tipis akan mengurangi kandungan bahan aktifnya dan jika terlalu tebal akan mempersulit proses pengeringannya5. Di kebun UKKB perajangan hanya menggunakan pisau yang tajam.

d. Pengeringan

Pengeringan merupakan proses yang sangat penting dalam pembuatan simplisia , karena selain memperpanjang daya simpan juga menentukan kualitas simplisia6. Pengeringan yang dilakukan pada kebun UKKB dengan dua tahap. Tahap pertama, pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari. Tahap kedua, pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan oven. Proses pengeringan melalui dua tahap ini bertujuan untuk mendapat kualitas yang sesuai dengan standarisasi yang diberikan oleh Badan POM yaitu simplisia yang baik untuk bahan obat adalah yang memiliki kadar air sama atau dibawah 10 persen.

e. Pengemasan

Setelah pengeringan, maka harus segera dilakukan pengemasan untuk menghindari penyerapan uap air kembali. Pengemasan dilakukan dengan kantong

4

Standar Operasional Prosedur (SOP) Budidaya Temulawak (6 Juni 2011)

5

Loc. cit 6

44 yang bersih dan tertutup rapat. Isi dari setiap kemasannya jangan terlalu padat agar simplisia tidak terlalu hancur.

5.4.3 Pemasaran

Strategi pemasaran yang diterapkan oleh kebun UKKB adalah menjual produk yang berkualitas dan sesuai dengan permintaan pelanggan guna memberikan kepuasan kepada pelanggan dan konsumen.

a. Product (Produk)

Produk yang dihasilkan oleh kebun UKKB ini berupa simplisia kering maupun basah dari semua tanaman yang ada. Temulawak, Pegagan, dan mahkota Dewa juga diproduksi dan dipasarkan dalam bentuk simplisia basah dan simplisia kering. Simplisia yang dihasilkan merupakan bahan baku yang siap dilolah menjadi jamu. Bagi perusahaan industri, simplisia menjadi bahan baku untuk memproduksi obat herbal.

b. Price (Harga)

Kebun UKKB melakukan kegiatan pemasaran sendiri, sehingga dapat menentukan kebijakan harga simplisia yang dihasilkan. Harga simplisia basah lebih murah dari harga simplisia kering. Kebijakan ini dikeluarkan karena simplisia kering mengalami proses yang lebih panjang dari simplisia basah. Simplisia basah setelah panen dan pencucian dapat dilakukan pemasaran, sedangkan simplisia kering setelah pencucian harus dilakukan pengeringan dan pengukuran kadar air didalam simplisia tersebut. Selain itu, simplisia kering dapat lebih tahan lama dari simplisia basah.

Harga untuk setiap simplisa berbeda-beda. Harga simplisia basah temulawak adalah Rp 10.000,- per kilogram dan harga simplisia kering temulawak adalah Rp 45.000,- per kilogram. Harga simplisia basah pegagan adalah Rp 10.000,- per kilogram dan harga simplisia kering pegagan adalah Rp 65.000,- per kilogram. Sedangkan harga simplisia basah mahkota dewa adalah Rp 20.000,- per kilogram dan harga simplisia kering mahkota dewa adalah Rp 30.000,- per kilogram.

c. Place (Distribusi)

Distribusi untuk simplisia dari kebun UKKB ini masih terbatas. Simplisia didistribusikan ke PT Biofarmaka Indonesia dan laboratorium layanan yang masih

45 satu instansi dengan kebun UKBB yaitu Pusat Stusi Biofarmaka IPB, begitu juga dengan ketiga komoditi tersebut (temulawak, pegagan, dan mahkota dewa). Selain itu, simplisia juga didistribusikan ke Kios Herbal Biofarindo yang berada di Botani Square. Kebun ini juga melayani permintaan dari luar misalnya menerima pesanan dari mahasiswa IPB yang akan melakukan penelitian mengenai tanaman biofarmaka.

d. Promotion (Promosi)

Saat ini, promosi yang dilakukan oleh kebun UKKB hanya melalui personal atau langsung. Hal ini dikarenakan distribusi utama simplisia untuk kebun UKKB adalah PT Biofarmaka Indonesia dan laboratorium layananan yang masih berada dibawah naungan Pusat Studi Biofarmaka IPB.

46

VI

ANALISIS RISIKO DAN MANAJEMEN RISIKO

Dokumen terkait