• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penjualan Tenaga Listrik

Penjualan tenaga listrik pada lima tahun terakhir tumbuh rata-rata 7,8% per tahun sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3. 1 Penjualan Tenaga Listrik PLN (TWh)

Pada Tabel 3.1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan rata-rata penjualan listrik di Jawa Bali adalah sebesar 7,1% per tahun. Pertumbuhan ini relatif lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata di regional Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku-Papua-Nusa Tenggara.

Rendahnya pertumbuhan penjualan di Jawa Bali pada tahun 2009 disebabkan oleh terjadinya krisis finansial global. Penjualan tenaga listrik pada tahun tersebut hanya tumbuh 3,3%. Pertumbuhan di Jawa pulih kembali dari dampak krisis keuangan global mulai tahun 2010. Selanjutnya pada tahun 2012, penjualan tumbuh cukup tinggi akibat program penyambungan pelanggan yang

mencapai 3,5 juta pelanggan “go grass” . Selain itu juga karena penyelesaian

daftar tunggu yang masih ada di tahun 2011 yang berdampak pada tahun 2012 Penjualan tenaga listrik di Sumatera tumbuh jauh lebih tinggi, yaitu rata-rata 9,4% per tahun. Pertumbuhan ini tidak seimbang dengan penambahan kapasitas pembangkit yang hanya tumbuh rata-rata 5,2% per tahun. Hal ini menyebabkan terjadinya krisis daya yang kronis di banyak daerah. Pada tahun 2010, krisis daya ini diatasi dengan sewa pembangkit.

2009 2010 2011 2012 2013 2014*) Rata-Rata 2009-2013 133,1 145,7 156,3 172,2 185,7 197,3 Pertumbuhan (%) 4,3 9,4 7,3 10,2 7,8 6,3 7,8 104,1 113,4 120,8 132,1 142,1 149,9 Pertumbuhan (%) 3,3 8,9 6,5 9,3 7,6 5,5 7,1 17,6 19,7 21,5 24,2 25,8 27,9 Pertumbuhan (%) 7,2 11,6 9,3 12,6 6,4 8,2 9,4 4,7 5,1 5,7 6,4 7,0 7,8 Pertumbuhan (%) 9,7 10,3 10,1 12,9 9,6 11,8 10,5 4,6 5,1 5,6 6,4 7,3 7,8 Pertumbuhan (%) 8,8 10,7 11,0 13,7 13,3 7,7 11,5 2,2 2,4 2,7 3,1 3,6 4,0 Pertumbuhan (%) 9,7 10,7 13,0 16,1 13,8 11,4 12,7 *) Estimasi Realisasi 2014

Maluku, Papua & Nusa Tenggara Wilayah Indonesia Jawa - Bali Sumatera Kalimantan Sulawesi

28 RUPTL 2015- 2024 Penjualan tenaga listrik di Kalimantan tumbuh rata-rata 10,5% per tahun, sedangkan penambahan kapasitas pembangkit rata-rata hanya 1% per tahun. Hal ini menyebabkan pembatasan penjualan listrik dan krisis daya di banyak daerah di Kalimantan.

Penjualan tenaga listrik di Sulawesi tumbuh rata-rata 11,5% per tahun, sementara penambahan kapasitas pembangkit rata-rata hanya 2,7% per tahun. Hal ini mengakibatkan krisis penyediaan tenaga listrik yang cukup parah hingga tahun 2009 khususnya untuk daerah di Sulawesi Selatan. Pada tahun 2010, krisis daya ini diatasi dengan sewa pembangkit. Mulai akhir tahun 2012, di Sulawesi Selatan sudah tersedia daya dalam jumlah besar setelah beberapa proyek pembangkit mulai beroperasi. Proyek-proyek tersebut antara lain PLTU IPP Bosowa di Jeneponto, PLTG/U IPP Sengkang dan IPP PLTA Poso.

Hal yang sama juga terjadi di daerah Indonesia Timur lainnya, yaitu Maluku, Papua, dan Nusa Tenggara. Pada umumnya upaya penyelesaian krisis daya jangka pendek adalah dengan memasukkan sewa pembangkit.

Pertumbuhan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Indonesia Timur diperkirakan masih berpotensi untuk meningkat karena daftar tunggu yang tinggi akibat keterbatasan pasokan dan rasio elektrifikasi yang akan terus ditingkatkan.

3.1.1 Jumlah Pelanggan

Realisasi jumlah pelanggan selama tahun 2009–2013 mengalami peningkatan

dari 39,9 juta menjadi 53,7 juta atau bertambah rata-rata 3 juta tiap tahunnya. Penambahan pelanggan terbesar masih terjadi pada sektor rumah tangga, yaitu rata-rata 2,8 juta per tahun, diikuti sektor bisnis dengan rata-rata 134 ribu pelanggan per tahun, sektor publik rata-rata 70 ribu pelanggan per tahun, dan terakhir sektor industri rata-rata 1800 pelanggan per tahun. Tabel 3.2 menunjukkan perkembangan jumlah pelanggan PLN menurut sektor pelanggan dalam 5 tahun terakhir.

Tabel 3. 2 Perkembangan Jumlah Pelanggan [ribu pelanggan]

Jenis Pelanggan 2009 2010 2011 2012 2013 2014*) Rumah Tangga 36.897 39.109 42.348 45.991 49.887 52.905 Komersial 1.770 1.878 2.019 2.175 2.359 2.536 Publik 1.165 1.148 1.214 1.300 1.402 1.485 Industri 48 48 50 52 55 58 Total 39.880 42.182 45.631 49.519 53.703 56.985 *) Estimasi Realisasi 2014

RUPTL 2015- 2024 29

3.1.2 Rasio Elektrifikasi

Rasio elektrifikasi didefinisikan sebagai jumlah rumah tangga yang sudah berlistrik dibagi dengan jumlah rumah tangga yang ada. Perkembangan rasio

elektrifikasi secara nasional24 dari tahun ke tahun mengalami kenaikan, yaitu

dari 65.0% pada tahun 2009 menjadi 80.4% pada tahun 2013.

Pada periode tersebut kenaikan rasio elektrifikasi pada wilayah-wilayah Jawa-Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan pulau lainnya diperlihatkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3. 3 Perkembangan Rasio Elektrifikasi*) (%)

Pada Tabel tersebut terlihat bahwa terjadi pertumbuhan rasio elektrifikasi yang tidak merata pada masing-masing daerah, dengan rincian sebagai berikut:

x Sumatera: rasio elektrifikasi mengalami pertumbuhan sekitar 4,2% per tahun.

x Sulawesi: pertumbuhan rasio elektrifikasinya sekitar 4,1% per tahun. Rasio

elektrifikasi naik cukup tajam pada tahun 2010 karena adanya pembangkit sewa.

x Jawa Bali: rasio elektrifikasi mengalami pertumbuhan sekitar 3,0% per tahun.

x Kalimantan: rasio elektrifikasi mengalami kenaikan cukup signifikan sekitar

4,5% per tahun mulai tahun 2010 karena teratasinya masalah pembangkitan dengan adanya beberapa pembangkit sewa.

x Indonesia bagian timur: rasio elektrifikasi mengalami pertumbuhan 5,9% per

tahun. Kesulitan utama adalah keterbatasan kemampuan pembangkit dan situasi geografis yang tersebar.

24 Tidak termasuk PLN Batam dan PLN Tarakan

Wilayah 2009 2010 2011 2012 2013 2014 **)

RE Sumatera 62,7 65,0 71,4 76,2 81,0 84,5

RE Jawa-Bali 67,6 70,5 73,6 78,2 83,2 87,0

RE Indonesi Timur 50,6 52,6 59,0 64,6 70,5 73,9

RE Indonesia 63,5 66,2 70,5 75,3 80,4 84,0

*) Tidak termasuk PLN Batam dan PLN Tarakan **) Estimasi Realisasi 2014

30 RUPTL 2015- 2024

3.1.3 Rasio Desa Berlistrik

Desa berlistrik adalah desa yang sudah dialiri listrik oleh pelaku usaha dan atau non pelaku usaha atau telah terpasang jaringan tegangan rendah oleh PIUPTL (Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik). Sedangkan rasio desa berlistrik didefinisikan sebagai perbandingan jumlah desa berlistrik dibagi dengan jumlah desa yang ada. Data desa berlistrik secara nasional pada tahun 2011 sebesar 96% dengan data desa berlistrik sebanyak 75.477 desa dari total 78.609 desa. Data desa berlistrik diperoleh dari data potensi desa (Podes) BPS yang terakhir tahun 2011, yang dikeluarkan berkala setiap 3 tahun.

3.1.4 Pertumbuhan Beban Puncak

Pertumbuhan beban puncak sistem Jawa Bali dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 3.4. Dari Tabel tersebut dapat dilihat bahwa beban puncak

tumbuh relatif rendah, yaitu rata-rata 6,2%, dengan load factor cenderung

meningkat, hal ini dicerminkan juga oleh pertumbuhan energi yang relatif tinggi, yaitu rata-rata 7,1% (lihat Tabel 3.1). Perbaikan load factor terjadi karena adanya kebijakan pembatasan penggunaan daya pada saat beban puncak pada konsumen besar dan penerapan tarif multiguna untuk mengendalikan

pelanggan baru25.

Tabel 3. 4 Pertumbuhan Beban Puncak Sistem Jawa Bali Tahun 20092014

Informasi mengenai pertumbuhan beban puncak 5 tahun terakhir untuk sistem kelistrikan di Wilayah Sumatera dan Indonesia Timur tidak dapat disajikan seperti diatas karena sistem kelistrikan di Wilayah tersebut masih terdiri dari

beberapa subsistem yang beban puncaknya non coincident.

25

Kebijakan pembatasan beban puncak ditiadakan dengan berlakunya TDL 2010

Deskripsi Satuan 2009 2010 2011 2012 2013 2014*)

Kapasitas Pembangkit MW 22.906 23.206 26.664 30.525 32.394 33.499 Daya Mampu MW 21.784 21.596 23.865 28.722 30.095 31.206 Beban Puncak Bruto MW 17.835 18.756 20.439 22.067 23.415 25.064 Beban Puncak Netto MW 17.211 18.100 19.739 21.237 22.567 24.067 Pertumbuhan % 0,3 5,6 5,2 9,1 7,5 6,6 Faktor Beban % 77,7 79,5 77,8 78,2 79,1 79,2 *) Estimasi realisasi 2014

RUPTL 2015- 2024 31