• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyebaran Informasi ke Masyarakat

4.2.3. Penyebaran Informasi ke Masyarakat

Setelah proses MMD dilakukan, maka langkah yang terakhir adalah penyebaran informasi kepada masyarakat luas mengenai hasil MMD dan tindakan yang akan dilaksanakan bersama oleh masyarakat. Misalnya hasil MMD desa Sumberdadi memutuskan untuk mengajak masyarakat melaksanakan kerja bakti pembersihan selokan desa pada minggu ketiga setiap bulannya, maka tugas dari peserta MMD untuk menyebarkannya kepada masyarakat disekitarnya serta memastikan hasil tersebut dijalankan. Jika tidak dapat berjalan, maka para peserta harus melaporkan kepada kader desa agar dapat dicari tahu penyebabnya dan diambil langkah selanjutnya untuk mengatasi permasalahan yang ada.

82

Universitas Kristen Petra Hasil MMD ini disebarkan ke masyarakat luas dengan cara penyebaran dari mulut ke mulut. Dalam satu RT, warga saling memberitahu mengenai hasil MMD. Namun hasil MMD yang disebarkan hanya informasi seputar himbauan atau ajakan melakukan suatu aksi saja. Informasi lain mengenai kondisi kesehatan warga atau alasan mengapa tindakan tersebut perlu diambil tidak terlalu diperhatikan oleh masyarakat. Maka dari itu umumnya jika hasil dari MMD tidak menyulitkan dan tidak membebani, masyarakat bersedia untuk ikut melaksanakan hasil MMD tersebut. Misalnya jika hasil MMD hanya mengajak masyarakat untuk kerja bakti, maka masyarakat tidak akan keberatan untuk melaksanakan. Karena mereka juga akan mendapatkan manfaat dari hal ini dan juga merupakan wujud solidaritas sebagai warga di tempat tersebut. Hal ini dijelaskan oleh Lamini Wasito, warga desa Sumberdadi.

“Iya saya dulu pernah diberitahu pak RT bahwa akan ada kerja bakti setiap satu bulan sekali mulai sekarang untuk membersihkan selokan dan daerah-daerah yang tergenang air agar tidak dijadikan sarang nyamuk. Saya kalau diajak melakukan kerja bakti ya tidak apa-apa, lha wong saya juga tidak rugi apa-apa malah tambah sehat. Lagipula kalau saya menolak kan juga tidak mungkin, masa diajak kerja bakti sama warga sekitar tidak mau. Nanti saya dicap jelek.” (Lamini Wasito, wawancara terstruktur,

10 Agustus 2010).

Namun sayangnya karena warga tidak terlalu mengerti proses Desa Siaga dari mulai SBM sampai dengan MMD dan informasi yang disebarkan ke warga hanyalah informasi mengenai tindakan yang harus dijalankan oleh warga terkait program Desa Siaga, hal ini menyebabkan ketika hasil MMD tidak mudah dijalankan, warga banyak yang menolak atau mengabaikan hasil dari MMD tersebut. Warga tidak mendapatkan cukup informasi yang mampu memotivasi mereka untuk melaksanakan hasil keputusan tersebut. Misalnya di desa Dawuhan. Saat ini keputusan MMD adalah untuk membuat jamban di masing-masing rumah

83

Universitas Kristen Petra dan menghentikan Buang Air Besar (BAB) di sungai. Warga masyarakat enggan untuk melaksanakan hasil keputusan ini karena berbagai alasan. Ada yang merasa tidak punya lahan untuk membangun jamban, ada yang tidak bisa meninggalkan kebiasaan lama BAB di sungai, ada yang malas, ada juga yang merasa bahwa tanpa jamban pun tidak apa-apa maka dari itu tidak perlu membuat jamban.

Ibu Deni bidan desa Dawuhan menjelaskan bahwa warga desanya yang tidak bersedia membangun jamban sesungguhnya alasan utamanya adalah karena tidak mengerti kenapa harus membangun jamban. Memang membangun jamban itu cukup merepotkan karena harus menyediakan dana dan lahan. Apalagi mereka sudah terbiasa BAB di sungai dan tidak merasa ada masalah dengan hal tersebut. Ibu Deni mengaku kesulitan untuk meyakinkan warga, karena memang informasi disampaikan dari mulut ke mulut sehingga yang sampai di telinga warga hanya sepenggal saja. Hal inilah yang membuat warga akhirnya tidak ada keinginan untuk berusaha membuat jamban yang layak bagi mereka. Berikut penjelasan dari Ibu Deni.

“Masyarakat desa Dawuhan ini kalau dibilang ndak mampu bikin jamban ya tidak. Mereka benernya mampu kok. Tapi memang harus mengeluarkan uang lebih. Kan lebih ribet juga karena harus ngurusi jambannya. Mereka benernya ngerti lho mbak manfaat jamban. Tapi mereka ndak merasa itu benar-benar perlu. Jadi dianggapnya himbauan ini kalau dilaksanakan baik, kalau ndak ya ndak apa-apa. Padahal kan harusnya tidak begitu. Hasil MMD kan hasil persetujuan dari perwakilan warga yang diambil karena ada kasus tertentu. Lha kalau masyarakatnya responsnya seperti ini ya masih sulit agar hasil MMD bisa berjalan.” (Deni

Prastyawati, wawancara terstruktur, 14 Juli 2010).

Penyebaran hasil MMD di masyarakat memang paling banyak dilakukan dari mulut ke mulut. Namun untuk meningkatkan penyebaran, beberapa bidan yang cukup aktif juga mengingatkan sebgaian warga kembali pada

momen-84

Universitas Kristen Petra momen khusus oleh. Seperti di desa Sumberdadi, Ibu Puji selaku bidan desa mengingatkan warga sekaligus memotivasi warga agar melaksanakan kegiatan MMD saat kunjungan ke Posyandu. Masyarakat dijelaskan kembali, diingatkan dan diyakinkan untuk tetap melaksanakan hasil MMD. Diharapkan dengan diingatkannya lagi sebagian warga masyarakat untuk menjalankan hasil MMD, maka info ini juga dapat menyebar lagi ke masyrakat luas. Berikut penjelasannya.

“Biasanya pas kegiatan posyandu, saya kan sering kumpul dengan ibu-ibu. Biasanya saya ajak ngobrol tentang pelaksanaan hasil MMD. Saya tanyakan apakah sudah dilaksanakan di wilayahnya, bagaimana hasilnya, apa kesulitannya, dan bagaimana respons dari tetangga-tetangga. Kalau mereka memberikan informasi bahwa ada warga yang kurang senang dengan hasil tersebut, saya motivasi mereka untuk meyakinkan tetangganya tersebut. Saya jelaskan lagi ke mereka apa pentingnya membersihkan selokan setiap bulan dan saya minta mereka untuk mengingatkan warga sekitarnya juga bahwa kegiatan itu dilakukan untuk kebaikan bersama dan atas dasar keputusan bersama.” (Puji Wahyulin,

85

Universitas Kristen Petra

Dokumen terkait