• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI DAN KEWENANGAN PERADILAN AGAMA A. Pengertian Peradilan Agama

E. Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen dalam Kekuasaan Kehakiman di Indonesiadi Indonesia

1. Penyelesaian Sengketa Non Litigasi

Diantara kedua cara tersebut, penyelesaian melalui jalur non litigasi cenderung lebih banyak diminati oleh masyarakat konsumen Indonesia. Hal ini karena dalam penyelesaian sengketa perlidungan konsumen melalui jalur non litigasi memiliki banyak pilihan lain dalam pelaksanaan penyelesaiannya juga tidak memakan waktu yang lebih lama dibanding penyelesaian di peradilan.

Penyelesaian non litigasi memiliki pengertian bahwa penyelesaian yang dimaksud adalah penyelesaian yang dilakukan tidak atau bukan dihadapan peradilan. Penyelesaian non litigasi ini memiliki beberapa pilihan sebagai tempat penyelesaiannya. Hal ini juga merupakan suatu ketentuan yang diakui di Indonesia, dimana konsumen yang merasa dirugikan haknya berhak untuk memilih dimana ia akan mengadukan dan menyelesaikan sengketa yang sedang ia hadapi. Diantara badan atau lembaga yang dimaksud sebagai lembaga penyelesaian sengketa perlindungan konsumen non litigasi adalah produsen

50

secara langsung, Yayasan Lembaga Konsumen Swadaya Masyarakat, Yayasan Perlindungan Konsumen Indonesia (YLKI), Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) dan penyelesaian lainnya.

a. Penyelesaian Langsung Kepada Produsen

Pelaku usaha selaku pihak yang melakukan suatu produksi barang dan/atau jasa untuk kemudian dimanfaatkan oleh konsumen memiliki andil terbesar mengenai barang dan/atau jasa yang diberikan. Pelaku usaha adalah pihak yang paling mengerti tentang barang dan/atau jasa yang diperjualbelikan. Sehingga sangat layak dan tepat apabila sebagai konsumen yang memakai dan memanfaatkan barang dan/atau jasa meminta haknya untuk sebuah barang dan/atau jasa yang berkualitas kepada pelaku usaha.

Dalam hal terjadi suatu pelanggaran hak-hak konsumen, maka konsumen bisa langsung mendatangi produsen untuk menyampaikan komplain tentang barang dan/atau jasa yang diterimanya. Hal ini tentunya beserta bukti-bukti yang dapat menjelaskan tentang kebenaran pelanggran hak yang diterimanya. Menyertakan barang dan/atau produk misalnya, kwitansi pembelian, dan keterangan saksi-saksi.

Dengan melakukan suatu protes secara langsung kepada produsen, konsumen telah membuktikan penerapan hak dan kewajiban yang dikaitkan kepadanya. Dengan begitu juga, konsumen dapat menunjukkan sikap kritiknya

kepada pelaku usaha untuk mengoptimalkan barang dan/atau jasa yang diberikannya.10

b. Penyelesaian Melalui Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat

Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat adalah lembaga non pemerintah yang terdaftar dan diakui oleh pemerintah yang mempunyai kegiatan menangani perlindunga konsumen.

Tugas Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat ini meliputi kegiatan:11

1. Menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak dan kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam mengonsumsi barang dan/atau jasa;

2. Memberikan nasehat kepada konsumen yang memerlukannya, bekerjasama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan perlindungan konsumen;

3. Membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk menerima keluhan atau pengaduan konsumen;

4. Melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap pelaksanaan perlindungan konsumen.

10

Hal inilah yang kemudian dalam UUPK dinyatakan bahwa produsen selaku yang memproduksi suatu barang dan/atau jasa harus mencantumkan kejelesan dan penjelasan tentang barang yang diproduksi, alamat produksi, informasi terkait produksi dan harus mendapatkan sertifikasi produksi dari pihak terkait. Kesemuaan ini adalah untuk menjamin konsumen untuk mendapatkan barang dan/atau jasa yang baik dan terhindar dari kerugian, dll.

11

52

c. Penyelesaian melalui Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) pertama kali didirikan di Jakarta dan merupakan sebuah lembaga yang bergerak untuk melindungi hak-hak masyarakat konsumen Indonesia. Perlindungan terhadap konsumen pada hakikatnya berarti pula bahwa dorongan terhadap produsen untuk menghasilkan barang yang terjamin mutunya. Dengan demkian konsumen tidak akan mengalihkan perhatiannya pada produk luar negeri. Kepercayaan konsumen yang diterima oleh produsen dengan sendirinya membuat produsen memperbesar volume produksinya.

YLKI adalah oragnisasi non pemerintah dan nirlaba yang didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran kritis konsumen tentang hak dan tanggung jawabnya sehingga dapat melindungi dirinya sendiri dan lingkungannya.12

Selanjutnya dalam eksistensinya menyelesaikan perkara sengketa perlindungan konsumen, YLKI pada dasarnya melakukan tahapan-tahapan yang persis dan hampir sama dengan BPSK. Kemudian yang menjadi pembeda disini adalah kedudukannya yang non pemerintah sebagai lembaga swasta yang berdiri atas tujuan yang hampir sama dengan BPSK yaitu melindungi hak-hak konsumen.

d. Penyelesaian melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)

12

Sumber online:http://Wikipedia.org/wiki/ Yayasan_Lembaga_Konsumen_Indonesia. Diakses: Rabu, 23 September 2015, pukul 10.18 WIB.

Dalam rangka mengembangkan upaya perlindungan konsumen dibentuk Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPSK) yang berkedudukan di Ibu Kota Negara Republik Indonesia dan bertanggung jawab kepada Presiden(Pasal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2001 tentang Badan Perlindungan Konsumen Nasional).BPSK sedapat mungkin akan didirikan di setiap Kabupaten/Kota di Indonesia untuk membantu pelaksanaan fungsi dan tugasnya.13

Badan Perlindungan Konsumen Nasional mempunyai fungsi memberikan saran dan pertimbangan kepada Pemerintah dalam upaya pengembangan kepada Pemerintah dalam upaya mengembangkan perlindungan konsumen di Indonesia.

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) dan Majelis Penyelesaian Sengketa Konsumen diatur dalam UU No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dalam Pasal 1 huruf 11 dari Undang-undang tersebut menentukan bahwa yang dimaksud dengan Badan Penyelesaian Perlindungan Konsumen adalah “badan yang bertugas menangani dan menyelesaikan sengketa antara pelaku usaha dan konsumen”. Penanganan dan penyelesaian sengketa konsumen dilakukan dengan cara melalui peradilan dan non peradilan. Yang non peradilan dilakukan dengan cara mediasi, atau konsiliasi, atau arbitrase.

13

54

Untuk menangani dan menyelesaikan sengketa konsumen, badan penyelesaian sengketa konsumen membentuk majelis. Jumlah majelis tersebut haruslah ganjil dan sedikit-dikitnya tiga orang yang mewakili semua unsur pemerintah, pelaku usaha dan konsumen, serta dibantu oleh seorang panitera. Putusan majelis bersifat final dan mengikat.

Meskipun putusan badan penyelesaian sengketa konsumen bersifat final dan mengikat dan pada hakikatnya tidak dapat diajukan keberatan, namun berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 01 tahun 2006 tentang Tata Cara Pengajuan Keberatan terhadap Putusan Arbitrase Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, dapat diajukan keberatan apabila memenuhi syarat-syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 UU No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, yaitu;

1. Surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah putusan dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu.

2. Setelah putusan arbitrase badan penyelesaian sengketa diambil, ditemukan dokumen yang bersifat menentukan yang disembunyikan oleh pihak lawan.

3. Putusan diambil dari tipu muslihat, yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam pemeriksaan sengketa.

Keberatan dapat diajukan melalui kepaniteraan Pengadilan Negeri sesuai dengan prosedur pendaftaran perkara perdata, dalam tenggang waktu empat

belas hari terhitung sejak pelaku usaha atau konsumen menerima pemberitahuan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen. 14

Jalur penyelesaian yang dapat dilalui dalam menyelesaikan sengketa perlindungan konsumen yang dilakukan di luar peradilan (non litigasi) dapat dilakukan dengan beberapa cara yang diakui oleh Undang-undang. diantaranya;15

a. Mediasi

Mediasi adalah proses pengikutsertaan pihak ketiga dalam penyelesaian suatu perselisihan sebagai penasihat. Mediasi ini merupakan salah satu bentuk negosiasi antara para pihak yang bersengketa dan melibatkan pihak ketiga dengan tujuan membantu demi tercapainya penyelesaian yang bersifat kompromistis.

Lembaga yang dipilih selaku pihak ketiga yang ditunjuk membantu menyelesaikan sengketa dinamakan sebagai mediator. Mediator melakukan mediasi harus mengandung unsur-unsur antara lain:

1. Merupakan sebuah proses penyelesaian sengketa berdasarkan perundingan.

2. Mediator terlibat dan diterima oleh para pihak yang bersengketa di dalam perundingan.

14

Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis; Prinsip dan …, h. 207-211. 15

56

3. Mediator bertugas membantu para pihak yang bersengketa untuk mencari penyelesaian.

4. Tujuan mediasi untuk mecapai atau menghasilkan kesepakatan yang dapat diterima pihak-pihak yang bersengketa guna mengakhiri sengketa.

Dengan demikian putusan yang diambil atau yang dicapai oleh mediasi merupakan putusan yang disepakati bersama oleh para pihak yang dapat berbentuk nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi tatanan dalam masyarakat.

b. Konsiliasi

Konsiliasi adalah usaha mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk mencapai persetujuan dan penyelesaian. Namun Undang-undang Nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa tidak memberikan suatu rumusan yang eksplisit atas pengertian dari konsiliasi. Akan tetapi rumusan itu dapat ditemukan dalam Pasal 1 angka 10 dan alinea 9 penjelasan umum, yakni konsiliasi merupakan salah satu lembaga alternatif dalam penyelesaian sengketa.

Konsiliasi ini juga dapat dikatakan sebagai perdamaian sebelum sidang peradilan (litigasi). Konsiliator yang dipercayakan harus memiliki peran yang cukup berarti, karena konsiliator berkewajiban untuk menyampaikan pendapat-pendapatnya mengenai duduk persoalannya.

Antara mediasi dan konsiliasi seringkali dipersamakan, terutama tentang prosedur dan tata cara penyelesaiannya.16

Dalam menyelesaikannya sebagai konsiliator memiliki hak dan kewenangan untuk menyampaikan pendapat secara terbuka dan tidak memihak kepada salah satu dari yang bersengketa. Selain itu, konsiliator tidak berhak mengeluarkan putusan dalam sengketa untuk dan atas nama para pihak sehingga keputusan akhir merupakan proses konsiliasi yang diambil sepenuhnya oleh para pihak dalam sengketa yang dituangkan dalam bentuk kesepakatan diantara mereka.

c. Arbitrase17

Menurut Subekti, arbitrase merupakan suatu penyelesaian atau pemutusan sengketa oleh seorang wasit atau para wasit yang berdasarkan persetujuan bahwa mereka akan tunduk atau menaati keputusan yang akan diberikan wasit atau para wasit yang mereka pilih atau yang ditunjuk.

Penyelesaian melalui arbitrase ini merupakan penyelesaian yang banyak dan disukai oleh pelaku ekonomi dalam kontrak bisnis yang bersifat nasional maupun internasional dikarenakan sifat kerahasiaannya, prosedurnya sederhana, putusannya bersifat mengikat para pihak dan bersifat final.

16

Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis...., hlm, 315. 17

58

Pemberian pendapat oleh lembaga arbitrase menyebabkan kedua belah pihak terikat padanya. Apabila tindakannya ada yang bertentangan dengan pendapat tersebut maka dianggap melanggar perjanjian sehingga terhadap pendapat yang mengikat tersebut tidak dapat diajukan upaya hukum atau perlawanan baik upaya hukum banding atau kasasi.

Perbandingan penyelesaian perlindungan konsumen antara melalui perundingan (negoisasi, mediasi,), Arbitrase, dan Litigasi.18

Proses Perundingan Arbitrase Litigasi

Yang mengatur Para pihak Arbiter Hakim

Prosedur informasi Agak formal sesuai dengan rule

Sangat formal dan teknis

Jangka waktu Segera (3-6 minggu)

Agak cepat (3-6 bulan)

Lama

(2 tahun lebih) Biaya Murah (low cost) Terkadang sangat

mahal

Sangat mahal

(expensive)

Aturan pembuktian Tidak perlu Agak informal Sangat formal dan teknis

Publikasi konfidensial Konfidensial Terbuka untuk umum

Hubungan para pihak

kooperatif Antagonis Antagonis Fokus penyelesaian For the future Masa lalu

(the past)

Masa lalu

(the past)

Metode negosiasi kompromis Sama keras pada prinsip hukum

Sama keras pada prinsip hukum Komunikasi Memperbaiki yang

sudah lalu

Jalan buntu (blocked)

Jalan buntu (blocked)

Result Win-win Win-lose Win-lose

Pemenuhan Sukarela Selalu ditolak dan mengajukan

oposisi

Ditolak dan mencari dalih Suasana emosional Bebas emosi Emosional Emosi bergejolak

18