• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI DAN KEWENANGAN PERADILAN AGAMA A. Pengertian Peradilan Agama

B. Argumentasi Empiris Kewenangan Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen dalam Lembaga Keuangan Syariah

2. Tabel Perbandingan Putusan Para Hakim Peradilan Agama dan Peradilan Umum Mengenai Penyelesaian Sengketa Perlindungan Konsumen Ekonomi

Syariah No Nomor Putusan/ Nama Pengadilan Tentang Perkara Putusan Akhir 1 259/Pdt.G/2013/PA .Bjb PA Banjarbaru

Adalah Moses Antonius melalui kuasa hukumnya Suhatno dkk (YLPKK) dinyatakan sebagai penggugat melawan PT. Bank BNI Syariah kantor cabang banjarmasin. Bahwa penggugat adalah konsumen bank BNI syariah terkait dengan utang piutang untuk pembiayaan pembelian rumah (KPR) dengan sistem syariah. tertunggaknya pembayaran aqad mudharabah ini

menyebabkan pelanggaran aqad oleh Bank BNI syariah kepada konsumennya terhadap perjanjian yang disepakati. Mengadili: (1) menyatakan mengabulkan eksepsi Tergugat. (2) menyatakan Peradilan Agama Banjarbaru tidak berwenang mengadili perkara ini. (namun perlu diperhatikan, bahwa maksud

penolakan bukan karena Peradilan Agama tidak berwenang tentang perkara, namun lebih kepada kewenangan relatifnya yang ternyata salah. Hal ini tercantum dalam eksepsi).

2 0047/Pdt.G/2012/P A.Yk

PA Yogyakarta

Antara penggugat dan tergugat terlibat dalam kesepakatan mudharabah muqayyah executing tentang kerjasama investasi bukan utang piutang. Dengan kesepakatan bagi hasil 65% untuk BPRS dan 35 % untuk nasabah BMT. Di dalam aqad, penggugat merasa perjanjian tidak sesuai dengan UUPS karena mengandung klausula baku dan sepihak sehingga

Mengadili: (2) Menyatakan Peradilan Agama berwenang untuk mengadili perkara tersebut.

78 bertentangan dengan UUPK. 3 40/Pdt.G/2012/PT A.Yk PTA Yogyakarta

Perkara ini adalah perkara dari putusan PA Yogyakarta di atas yang kemudian dibanding kepada PTA Yogyakarta. Dalam putusan banding ini PTA

Yogyakarta menguatkan sepenuhnya putusan PA Yogyakarta terkait sengketa perlindungan konsumen syariah di atas. Mengadili: (1) Menguatkan putusan Peradilan Agama Yogyakarta tanggal 05 Juli 2012 Masehi bertepatan dengan tanggal 15 Sya’ban 1433 Hijriyyah, nomor 0047/Pdt.G/2012/PA.Y k. yang dimohonkan banding; 4 0527/Pdt.G/2014/P A.Gtlo PA Gorontalo

Bahwa penggugat I dan II menyerahkan kepada YLKI Gorontalo untuk melawan tergugat Rukmin Ressa mewakili PT Bank Muamalat. Perkara ini adalah tentang isi kalusula baku yang memperlihatkan kerugian kepada nasabah atau konsumen seperti yang dinyatakan UUPK.

Selanjutnya PA Gorontalo melihat perkara ini sebagai sengketa perlindungan konsumen secara murni dan majlis hakim merujuk kepada pasal 45 UUPK dan menyetakan perkara yang dimaksud adalah

kewenangan PN, meskipun sebenarnya mereka melihat adalah prinsip2 kesyariahan di dalam aqad yang

dibangun.

Mengadili: (1) Menyatakan Peradilan Agama tidak berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini;

5 03/Pdt.G/2013/PN. MTP

PN Martapura

Perkara antara penggugat Sehatno dkk dari YLPKK (Kalimantan) melawan PT. Al Ijarah Indonesia Finance cabang Martapura.

Mengadili: (2) Menyatakan Peradilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili perkara

Selanjutnya YLKI mewakili konsumen bernama Ferry Sadli terkait utang piutang secara angsuran untuk pembelian 1 unit mobil. Dalam gugatan ini tergugat menyatakan bahwa perkara ini adalah perkara

perlindungan konsumen dalam ekonomi syariah. hal ini dilihat dari nama

perusahaan yang digugat adalah PT. Al Ijarah yang dalam prinsipnya

melaksanakan ekonomi yang berbasis syariah. sehingga di dalam

putusannya majelis hakim menyatakan perkara bukanlah kewenangan PN Martapura melainkan PA Martapura. tersebut; 6 26/PDT.SUS-BPSK/2015/PN.G RT PN Garut

Perkara ini adalah sengketa antara pihak pertama Dadang Setiawan melawan pihak kedua PT. BPRS PNM Mentari. Dimana Dadang mengajukan gugatan atas keberatannya kepada pihak kedua yang telah menyalahi aqad sebagai mana tercantum di dalam UUPK mengenai perlindungan konsumen. Bahwa kemudian majelis hakim PN Garut yang menerima gugatan penggugat menyatakan bahwa sengketa yang dimaksud bukanlah sengketa perlindungan konsumen sebagaimana Mengadili: (2) menyatakan bahwa Pengadilan Negeri Garut tidak berwenang memeriksa dan

80

dinyatakan UUPK

diselesaikan di PN, namun para hakim menyatakan kewenangan

menyelesaikannya adalah di PA Garut. Hal ini

dikarenakan bahwa aqad yang dibangun oleh para pihak adalah aqad yang berpsinsip kesyariahan. 7 47/Pdt.G/2013/PN.

Klt

PN Klaten

Pihak penggugat dalam perkara ini adalah Lembaga Perlindungan Konsumen Indonesia melawan PT. Bank BRI Syariah kantor pusat Jakarta CQ. PT. Bank BRI Syariah cabang Yos Sudarso Yogyakarta. Bahwa penggugat dengan tergugat telah melakukian aqad murabahah terkait peminjaman penggugat kepada tergugat senilai Rp. 130.000.000. Namun telah terjadi tunggakan

pembayaran oleh penggugat terhadap tergugat sehingga menimbulkan persengketaan antara para pihak. Sehingga PN Klaten yang sebagai pengadilan yang menerima gugatan penggugat tersebut menyatakan bahwa PN Klaten tidak berwenang menyelesaikan sengketa karena sengketa tersebut adalah sengketa

perlindungan konsumen syariah dan harus diselesaikan di PA.

Mengadili: (1) Menyatakan Peradilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili perkara No. 47/Pdt.G/2013/PN.Klt. tersebut;

8 158/Pdt.G/2013/PN .Mlg

Perkara antara YLKI,dkk melawan PT. Bank

Mengadili: (2) Menyatakan

PN Malang Tabungan Negara Syariah cabang Malang. Bahwa penggugat telah melakukan aqad murabahah dengan pihak kedua terkait pembiayaan pembelelian satu unit rumah. Namun di tengah perjalanan

pembiayaan tersebut penggugat mengalami kemacetan pembayaran kepada pihak bank yang menyebabkan kepada pelelangan jaminan yang diberikan penggugat kepada tergugat. Penggugat merasa kebertan dan mengajukan gugatan melalui YLKI kepada PN Malang. Selanjutnya PN Malang yang menyidangkan perkara ini menyatakan bahwa sengketa tersebut bukanlah kewenangan PN Malang, akan tetapi merupakan kewenangan PA.

Peradilan Negeri tidak berwenang untuk mengadili perkara ini;

Dari delapan putusan peradilan yang telah dipaparkan di atas dapat dilihat bahwa sebenarnya dari para hakim itu sendiri telah mengetahui dan sependapat tentang kewenangan absolut Peradilan Agama untuk menyelesaikan sengketa perlindungan konsumen dalam Lembaga Keuangan Syariah (LKS) atau bisnis syariah. Bukan hanya hakim di Peradilan Agama saja yang menegaskan tentang kewenangan untuk menyelesaikan perkara ini, beberapa putusan lain justru diputuskan oleh majelis hakim di Peradilan Negeri yang dalam amar

82

putusannya menyatakan Peradilan Umum tidak berwenang untuk mengadili perkara ekonomi syariah terutama perkara perlindungan konsumen.

Dari kedelapan putusan tersebut di atas, dua putusan Peradilan Agama menyatakan Peradilan Agama berwenang menyelesaikan perkara sengketa perlindungan konsumen dalam ekonomi syariah. Satu Pengadilan Tinggi Agama menguatkan putusan Peradilan Agama yang menyatakan berwenang untuk menyelesaikan perkara sengketa perlindungan konsumen dalam ekonomi syariah. Empat putusan Peradilan Negeri yang menyatakan tidak berwenang untuk menyelesaikan perkara sengketa perlindungan konsumen dalam ekonomi syariah. Satu putusan Peradilan Agama yang menyatakan tidak berwenang untuk menyelesaikan perkara sengketa perlindungan konsumen dalam ekonomi syariah.

Putusan di atas memperlihatkan betapa sebenarnya para hakim mengetahui tentang kewenangan absolut Peradilan Agama untuk menyelesaikan perkara yang dimaksud. Namun apa yang terdapat di dalam putusan Peradilan Agama Gorontalo juga memperlihatkan bahwa memang masih ada beberapa hakim yang belum mengetahui tentang kewenangan ini secara mendalam. Tentu seharusnya hal yang semisal putusan Peradilan Agama Gorontalo ini tidak terjadi karena legalitas untuk permasalahan ini dapat dilihat kepada putusan Mahkamah Konstitusi No. 93/PUU-X/2012 seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

C. Analisis Kewenangan Peradilan Agama Menyelesaikan Sengketa Perlindungan