• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyelesaian Wanprestasi Yang Terjadi Pada Perjanjian Kredit BMT ANDA Salatiga Nomer 0152

PENYELESAIAN WANPRESTASI YANG TERJADI PADA PERJANJIAN KREDIT DI BMT ANDA SALATIGA NOMER 0152

C. Penyelesaian Wanprestasi Yang Terjadi Pada Perjanjian Kredit BMT ANDA Salatiga Nomer 0152

Penyelesaian wanprestasi yang terjadi pada perjanjian kredit BMT ANDA Salatiga nomer 0152, oleh Khoirul Huda yang melakukan wanprestasi kasusnya meninjam uang sebesar Rp 15.000.000,00 pada tangal 12 juli 2014 diangsur 2 tahun yang jaminan berupa BPKB motor setelah itu Khoirul Huda

89

tidak melakukan angsuran lagi karena motor tersebut hilang. Khoirul Huda dari awal angsuran tidak melakukan angsuran yang telah disepakati pada awal peminjaman. Maka BMT ANDA Salatiga terjadi wanprestasi yang dilakukan oleh Khoirul Huda. Bunyi klausa dengan pasal 4 tentang cidera janji yang berbunyi:

1. Kelalaian PIHAK II untuk melaksanakan kewajiban menurut perjanjian ini untuk memilih dan membayarkan barang sesuai ketentuan.

2. Apabila terdapat suatu janji, pernyataan, jaminan, atau kesepakatan menurut perjanjian ini atau berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam suatu surat, sertifikat, atau bukti-bukti lain yang perlu diadakan menurut perjanjian ini atau sehubungan dengan suatu perjanjian yang disebut dalam perjanjian ini ternyata tidak benar, tidak tepat atau menyesatkan. 3. Diputuskan oleh suatu pengadilan atau instansi pemerintah lainnya bahwa

suatu perjanjian atau dokumen yang merupakan bukti kepemilikan atas barang yang dipilih oleh PIHAK II adalah tidak syah atau dengan cara yang lain tidak dapat di berlakukan.

4. Jikalau PIHAK II melanggar atau tidak dapat memenuhi peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian ini atau tidak dapat memenuhi syarat-syarat perjanjian ini serta perjanjian-perjanjiaban lainnya yang bersangkutan dan atau syarat-syarat serta ketentuan yang ditetapkan oleh BMT ANDA Salatiga baik surat-surat atau dokumen-dokumen termasuk jaminan yang diberikan.

90

5. Jikalau PIHAK II tidak menjalankan dengan sungguh-sunggguh dan atau melanggar syar‟i hukum yang berlaku maka seluruh akad akan menjadi jatuh tempo dan seluruh kewajiban-kewajiban dan biaya-biaya yang menjadi kewajiban PIHAK II harus dibayarkan kepada PIHAK I, dan PIHAK I dapat mengambil tindakan apapun yang perlu berhubungan dengan perjanjian ini.

Penyelesaian wanprestasi yang dilakukan BMT ANDA Salatiga dalam menyikapi anggota yang wanprestasi yaitu dengan cara musyawarah secara baik-baik antara pihak BMT ANDA Salatiga dengan Khoirul Huda yang melakukan wanprestasi. BMT ANDA Salatiga melakukan pendekatan dengan cara kekeluargaan dengan memberikan kelonggaran waktu sesuai dengan kesepakatan bersama. Penyelesaian wanprestasi oleh Khoirul Huda di BMT ANDA Salatiga dengan tahap-tahap yang dilakukan oleh pihak BMT ANDA Salatiga terhadap anggota yang melakukan wanprestasi.

Masalah yang dihadapi oleh pihak BMT, jaminannya Khoirul Huda hilang yang berupa satu unit sepeda motor. Pihak BMT yang dilakukan menyelidiki tentang jaminan tersebut setelah itu diputuskan bawa jaminan hilang maka pihak BMT melaporkan ke POLDA dan dipublikan di media masa bawa ada kehilangan motor atas nama Khoirul Huda. Masalah tersebut jaminannya tidak ketemu, maka yang dilakukan pihak BMT dalam penyelesaian wanprestasi kepada Khoirul Huda dengan cara pendekatan dan kekeluargaan. Setelah itu BMT ANDA Salatiga memutuskan bahwa Khoirul Huda tidak melaksanakan kewajibannya dalam perjanjian maka pihak BMT

91

ANDA memberikan paksaan kepada Khoirul Huda dengan kesepakan pihak BMT untuk membayar setengah dari pinjaman kredit maka kedua pihak sama-sama rugi. Pembayaran yang diberikan kepada BMT ANDA Salatiga oleh Khoirul Huda langsung dibayar sebesar Rp 11.460.000,00 dan sudah menjadi kesepakatan BMT (wawancara dengan bapak Ariyadi selaku kepala Marketing BMT ANDA Salatiga, pada hari jumat 5 februari 2016 pukul 09.00 WIB).

Setiap perjanjian pasti ada resiko yang hadapi. Menurut KUH Perdata risiko adalah ialah kewajiban memikul kerugian yang disebabkan oleh suatu kejadian (peristiwa) diluar kesalahan salah satu pihak. Misalnya: barang yang diperjual-belikan musnah diperjalanan karena kapal laut yang mengangkutnya keram ditengah laut akibat serangan badai. Atau sebuah rumah yang dijaminkan terbakar habis karena kontsluiting aliran listrik. Siapakah yang (menurut hukum) harus memikul kerugian-kerugian tersebut. Inilah persoalan risiko itu. Pihak yang menderita karena barang yang menjadi objek perjanjian ditimpa oleh kejadian yang tak disengaja tersebut dan diwajibkan memikul kerugian itu tanpa adanya keharusan bagi pihak lawannya untuk mengganti kerugian itu, dinamakan pihak yang memikul risiko atas barang tersebut.

Persoalan tentang risiko itu berpokok pangkal pada terjadinya sesuatu peristiwa diluar kesalahan salah satu pihak. Peristiwa semacam itu dalam hukum perjanjian dengan suatu istilah hukum dinamakan keadaan memaksa (overmarht, force majeur). Dengan demikian maka persoalan tentang risiko

92

iyu merupakan buntut dari persoalan tentang keadaan memaksa, suatu kejadian yang tak disengaja dan tak dapat diduga (Subekti, 1995: 24-25).

Ketentuan tentang keadaan memaksa diatur dalam:

1. Pasal 1244 KUH Perdata: Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya, kerugian dan bunga. bila ia tak dapat membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau tidak tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh sesuatu hal yang tak terduga, yang tak dapat dipertanggungkan kepadanya. walaupun tidak ada itikat buruk kepadanya.

2. Pasal 1245 KUH Perdata: Tidak ada penggantian biaya, kerugian dan bunga. bila karena keadaan memaksa atau karena hal yang terjadi secara kebetulan, debitur terhalang untuk memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau melakukan suatu perbuatan yang terlarang baginya.

Ketentuan ini memberikan kelonggaran kepada debitur untuk tidak melakukan penggantian biaya, kerugian, dan bunga kepada kreditur, oleh karena sesuatu keadaan yang berada di luar kekuasaannya. Ada tiga hal yang menyebabkan debitur tidak melakukan penggantian biaya, kerugian, dan bunga, yaitu:

1. Adanya suatu hal yang tak terduga sebelumnya. 2. Terjadinya secara kebetulan.

3. Keadaan memaksa.

Yang diartikan dengan keadaan memaksa adalah sesuatu keadaan di mana debitur tidak dapat melakukan prestasinya kepada kreditur, yang

93

disebabkan adanya kejadian yang berada diluar kekuasaannya. Misalnya karena adanya gempa bumi, banjir, lahar, dan lain-lain.

Menurut penulis penyelesaian wanprestasi oleh BMT ANDA Salatiga tidak menerapkan ketentuan hukum perdata. Dimana debitur kehilangan jaminan/objek perjanjian dikarenakan sesuatu peristiwa diluar kesalahan debitur. Seharusnya risiko yang terjadi pada perjanjian kredit di BMT ANDA Salatiga diatas masih dipikul oleh kreditur. Namun demikian yang dilaukan BMT ANDA Salatiga tidak merupakan suatu kesalahan dalam KUH Perdata perjanjian menganut asas kebebasan berkontrak yang merupakan salah satu asas yang penting dalam hukum perjanjian. Asas ini merupakan perwujudan manusia yang bebas, pancaran hak asasi manusia. Asas kebebasan berkontrak berhubungan erat dengan isi perjanjian, yakni kebebasan untuk menentukan “apa” dan dengan “siapa” perjanjian diadakan.

94 BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti akan memaparkan beberapa kesimpulan dari penelitian sebagai berikut:

1. Penyebab wanprestasi yang terjadi pada perjanjian kredit BMT ANDA Salatiga nomer 0152.

Peneliti menyimpulkan bahwa penyebab wanprestasi yang terjadi pada di BMT ANDA Salatiga adalah kreditur memberi pinjaman kepada debitur dengan syarat tertentu yaitu berupa jaminan. Namun jaminan yang diberikan anggota hilang dan tidak melakukan kewajiban yang disepakati pada awal perjanjian. Dalam kasus ini anggota tidak mengangsur pinjaman kredit, karena anggota yang melakukan perjanjian kredit tidak mau rugi maka BMT ANDA terjadi wanprestasi.

2. Penyelesaian wanprestasi yang terjadi pada perjanjian kredit KJKS BMT ANDA Salatiga nomer 0152.

Peneliti menyimpulkan bahwa penyelesaian wanprestasi yang terjadi pada perjanjian kredit di BMT ANDA Salatiga adalah Pihak BMT melakukan menyelidiki tentang jaminan tersebut setelah itu diputuskan bawa jaminan hilang maka pihak BMT melaporkan ke POLDA dan dipublikan di media masa bawa ada kehilangan motor. Masalah tersebut jaminannya tidak ketemu, maka yang dilakukan pihak BMT dalam penyelesaian wanprestasi dengan cara pendekatan dan kekeluargaan.

95

Setelah itu BMT ANDA Salatiga memutuskan bahwa debitur tidak melaksanakan kewajibannya dalam perjanjian maka pihak BMT ANDA Salatiga memberikan paksaan kepada debitur dengan kesepakan pihak BMT ANDA Salatiga untuk membayar setengah dari pinjaman kredit maka kedua pihak sama-sama rugi.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan maka disarankan sebagai berikut:

1. Sebaiknya BMT dalam menjalankan usahanya lebih menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan perjanjian kredit agar pihak BMT tidak mengalami kerugian.

2. Sebaiknya untuk mencegah adanya wanprestasi, mungkin ada baiknya BMT ANDA Salatiga melakukan penelitian tentang bagaimana keadaan debitur. Apakah debitur mampu menyelesaikan perjanjian kredit yang dilakukan di BMT ANDA Salatiga atau tidak. Hal tersebut untuk mengurangi adanya wanprestasi yang banyak terjadi pada perbankan sekarang.

3. Diharapkan kepada pihak BMT dapat lebih selektif dalam pembuatan perjanjian kredit terhadap anggota yang mengajukan pinjaman sehingga tidak ada kerugian diantara kedua belah pihak.

4. Sebaiknya dalam pembuatan perjanjian kredit, mengeluarkan pinjaman sedikit ataupun banyak, pihak BMT dapat melibatkan notaris, dan tidak hanya membuat perjanjian/akta dibawah tangan yang berakibat merugikan BMT itu sendiri. Dan perjanjian kredit tersebut harus

96

dijelaskan terlebih dahulu kepada debitur segala sisi hukum yang ada dalam perjanjian kredit tersebut, agar debitur memahami hak dan kewajibannya serta akibat hukumnya.

Lampiran ke-1