KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
B. Penyuntingan Teks
Filologi merupakan disiplin ilmu yang diperlukan dalam upaya pelestarian terhadap peninggalan tulisan masa lampau. Selama ini, filologi dikenal sebagai ilmu yang berhubungan dengan karya masa lampau yang berupa tulisan. Penelitian filologi mempelajari kehidupan di masa lampau melalui peninggalan-peninggalan masa lampau yang masih ada. Siti Baroroh baried, et.al. berpendapat bahwa “sebagai satu
commit to user 22
disiplin, Filologi tergolong dalam ilmu-ilmu kemanusiaan yang bertujuan untuk mengungkapkan hasil budaya masa lampau yang tersimpan dalam peninggalan yang berupa karya tulisan” (Siti Baroroh Baried, et.al. 1994:4). Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa objek penelitian filologi adalah tulisan tangan (naskah) yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa masa lampau.
Naskah sebagai karya sastra masa lampau dalam menelitinya diperlukan disiplin ilmu filologi. Siti Baroroh Baried, et.al., menjelaskan bahwa “kajian filologi terhadap naskah nusantara berusaha dan bertujuan untuk menyunting dan membahas atau menganalisis atau kedua-duanya. Kajian awal tentang naskah itu terutama untuk tujuan penyuntingan” (Siti Baroroh, et.al. 1994:50). Menyunting teks dalam filologi merupakan suatu penyalinan teks yang pada akhirnya bertujuan untuk merekrontuksi teks. Hal ini bertujuan untuk membersihkan kesalahan-kesalahan yang terdapat di dalam teks. Salah satu bentuk kegiatan praktis filologi adalah membuat suntingan (edisi) suatu teks dan mengadakan perbaikan-perbaikan bagian teks yang korup (rusak). Namun, agar karya sastra klasik “terbaca/dimengerti”, pada dasarnya ada dua hal yang harus dilakukan: menyajikan dan menafsirkannya (Robson, 1994:12). Tujuan dari penyuntingan teks menurut Siti Baroroh adalah untuk menghasilkan teks yang mendekati aslinya, membersihkan kesalahan, memberikan keterangan tentang teks dan sifat isinya secara jelas. Hal tersebut dilakukan melalui kegiatan kritik teks (1994:50).
Kritik teks dalam penelitian filologi, dilakukan setelah transliterasi. Kegiatan kritik teks dilakukan untuk membantu tersedianya sebuah suntingan teks yang baik.
commit to user 23
Dengan kritik teks peneliti bekerja memurnikan teks. Kritik teks memiliki makna yaitu memberikan evaluasi terhadap teks, meneliti dan menempatkan teks pada tempatnya yang tepat. Kegiatan kritik teks bertujuan untuk menghasilkan teks yang sedekat-dekatnya dengan teks aslinya (Siti Baroroh Baried, et. al.1994:61). Kritik teks dalam penelitian filologi dilakukan dengan cara menentukan teks-teks sesuai dengan urutan umur teks sehingga tersusun perkembangan teks dari masa ke masa (Bani Sudardi, 2003:82). Kegiatan ini biasanya meliputi identifikasi kesalahan salin tulis dan alternatif perbaikannya (Sholeh Dasuk, 1992:177). Dari uraian tersebut dapat diartikan bahwa kritik teks merupakan suatu upaya perbaikan teks-teks dalam naskah dengan membersihkannya dari kesalahan-kesalahan serta membetulkannya. Pembetulan disesuaikan dengan kondisi zaman dan pengetahuan yang dimiliki peneliti. Catatan-catatan tersebut dicantumkan dalam aparat kritik sebagai wujud pertanggungjawaban ilmiah (Bani Sudardi, 2003:57).
Dalam penelitian filologi, Edwar Djamaris menyebutkan terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh dalam menyunting naskah yaitu Inventarisasi naskah, deskripsi naskah, perbandingan naskah, dasar-dasar penentuan naskah yang akan ditransliterasikan (pada naskah jamak, namun pada naskah tunggal tidak dilakukan perbandingan naskah, dan dasar-dasar penentuan naskah yang akan ditransliterasikan), singkatan naskah, dan transliterasi naskah (Edwar Djamaris, 2002:9).
Inventarisasi naskah merupakan langkah pertama dalam penelitian filologi. Langkah pertama dalam inventarisasi naskah adalah mencatat naskah yang berjudul sama atau yang berisi sama, yang termuat dalam katalogus di berbagai perpustakaan ,
commit to user 24
terutama di pusat-pusat studi Indonesia di dunia. Di samping itu perlu dicari naskah-naskah yang mungkin masih tersimpan dalam koleksi perseorangan (Siswo Sugiharto, 1994:73).
Langkah berikutnya adalah deskripsi naskah. Deskripsi naskah dilakukan untuk menggambarkan keadaan naskah secara rinci. Deskripsi naskah merupakan lingkup kerja kodikologi. Semua naskah dideskripsikan dengan pola yang sama, yaitu nomor naskah, ukuran naskah, keadaan naskah, tulisan naskah, bahasa, kolofon dan garis besar isi cerita. (Edwar Djamaris, 2002:11). Hal ini dilakukan untuk mempermudah tahap penelitian selanjutnya.
Sepuluh prinsip Lichachev, berguna sekali dalam penelitian filologi. Dalam bukunya yang berjudul “Pengantar Filologi”, Siti Baroroh et.al. (1985:57), disebutkan bahwa sepuluh prinsip Lichachev itu adalah:
1. Tekstologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki sejarah teks suatu karya. Salah satu di antara penerapannya yang praktis adalah edisi ilmiah teks yang bersangkutan.
2. Penelitian teks harus didahulukan dari penyuntingannya. 3. Edisi teks harus menggambarkan sejarahnya.
4. Tidak ada kenyataan tekstologi tanpa penjelasannya.
5. Secara metodis perubahan yang diadakan secara sadar dalam sebuah teks (perubahan, ideologis, artistik, psikologis, dan lain-lain) harus didahulukan daripada perubahan mekanis, misalnya kekeliruan tidak sadar oleh penyalin.
commit to user 25
6. Teks harus diteliti sebagai keseluruhan (prinsip kekompleksan pada penelitian teks)
7. Bahan-bahan yang mengiringi sebuah teks (dalam naskah) harus diikutsertakan dalam penelitian.
8. Perlu diteliti pemantulan sejarah teks sebuah karya dalam teks-teks dan monumen sastra lain.
9. Pekerjaan seorang penyalin dan kegiatan skriptoria-skriptoria (sanggar penulisan/penyalinan: biara, madrasah) tertentu harus diteliti secara menyeluruh.
10.Rekontruksi teks tidak dapat menggantikan teks yang diturunkan dalam naskah-naskah.
Teks Risālah Majmu’ (RM) yang dijadikan sumber data untuk penulis merupakan naskah yang tersimpan di Museum Negeri Banda Aceh yang beralamat di Jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah Nomor 12 Kecamatan Baiturahman Banda Aceh 2324. Pada saat melakukan studi katalog penulis menemukan adanya judul teks yang mirip dengan dengan teks RM, yaitu Al-Kitabul Al-Maj’mu dalam Katalog Koleksi
Naskah Melayu (Amir Sutaarga). Deskripsi yang tercantum di dalam naskah Al
-Kitabul Al-Maj’mu dengan nomor naskah ML.225 disebutkan bahwa teks tersebut
berisi tentang ajaran agama Islam yang difokuskan pada akidah dan syariat. Selain itu, isi dari teks Al-Kitabul Al-Maj’mū lebih menekankan pada keimanan. Apabila dilihat dari jumlah halamannya naskah ini terdiri dua puluh delapan halaman dengan tidak ada nama pengarangnya. Dibandingkan dengan naskah Al-Kitabul Al-Maj’mu, naskah Risālah Majmu’, memiliki jumlah halaman yang lebih sedikit yaitu enam
commit to user 26
belas halaman dan lebih mengedepankan permasalahan tentang tata cara masuk dalam tarekat Syattariyah. Dengan demikian, teks RM dapat diperlakukan sebagai naskah tunggal. Oleh karena itu, dalam penyuntingan teks RM, metode yang digunakan adalah metode standar. Metode standar yaitu berusaha menerbitkan teks dengan membetulkan kesalahan-kesalahan kecil dan ketidakajegan. Di samping itu, ejaannya disesuaikan dengan ejaan yang berlaku dalam Bahasa Indonesia, yaitu Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Tulisan-tulisan yang rusak, salah atau kosong sepanjang masih dapat direkrontuksi akan diperbaiki.
Transliterasi naskah merupakan langkah terakhir dalam penelitian filologi. Bani Sudardi berpendapat bahwa “transliterasi adalah proses pengalihan dari huruf ke huruf, dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Hal tersebut bertujuan memepermudah pembaca yang tidak memahami abjad asli teks tersebut” (Bani Sudardi, 2003:66). Ada dua tugas pokok yang harus dilakukan oleh seorang filolog dalam melakukan transliterasi. Pertama, menjaga kemurnian bahasa lama dalam naskah khususnya penulisan kata dan yang kedua, menyajikan teks sesuai dengan pedoman ejaan yang berlaku sekarang, khususnya teks yang tidak menunjukkan ciri bahasa lama yang dikemukakan dalam tugas pokok pertama (Edwar Djamaris, 2002:19–20).