• Tidak ada hasil yang ditemukan

RISĀLAH MAJMU’ SUNTINGAN TEKS, ANALISIS STRUKTUR, DAN ISI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RISĀLAH MAJMU’ SUNTINGAN TEKS, ANALISIS STRUKTUR, DAN ISI"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

SUNTINGAN TEKS, ANALISIS STRUKTUR, DAN ISI

SKRIPSI

DiajukanuntukMemenuhisebagianPersyaratan gunaMelengkapiGelarSarjanaSastraJurusanSastra Indonesia

FakultasSastradanSeniRupa UniversitasSebelasMaret

Disusunoleh

MURYANTO CATUR ATMOJO C0204047

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

SUNTINGAN TEKS, ANALISIS STRUKTUR, DAN ISI

Disusunoleh

MURYANTO CATUR ATMOJO C0204047

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing

(3)

commit to user

iii

SUNTINGAN TEKS, ANALISIS STRUKTUR, DAN ISI

Disusunoleh:

MURYANTO CATUR ATMOJO C 0204047

Telahdisetujuioleh Tim PengujiSkripsi FakultasSastradanSeniRupaUniversitasSebelasMaret

PadaTanggal: Januari

Jabatan Nama TandaTangan

Ketua Dra. ChattriSigitWidyastuti, M.Hum.

NIP 196412311994032005 …………..

Sekretaris AsepYudhaWirajaya, S.S.

NIP 197608122002121001 …………..

Penguji I Drs. Istadiyantha, M.S.

NIP195410151982111001 …………...

Penguji II Drs. SholehDasuki, M.S.

(4)

commit to user

iv Nama : MuryantoCaturAtmojo

Nim : C0204047

MenyatakandengansesungguhnyabahwaskripsiberjudulRisālahMajmu’:

SuntinganTeks, AnalisisSruktur, dan Isiadalahbetul-betulkaryasendiri,

bukanplagiatdantidakdibuatkanoleh orang lain. Hal-hal yang bukankaryasaya, dalamskripsiinidiberitandacitasi(kutipan) danditunjukkandalamdaftarpustaka.

Apabiladikemudianhariterbuktipernyataaninitidakbenar,

makasayabersediamenerimasanksiakademikberupapencabutanskripsidangelar yang diperolehdariskripsitersebut.

Surakarta, 19 Januari 2011

(5)

commit to user

v

“Allah tidakmembebaniseseorangmelainkansesuaidengankesanggupannya”

(QS. Al-Baqarah:286)

“Senyum, Sabar, danSemangatdalamMenghadapiHidup”

(6)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Karyatulisinipenulispersembahkankepada:

Orang tua ku tercinta yang telah memberikan dukungan

baik berupa doa, semangat mau pun biaya.

Mas, mbak, adik, danseluruhkeluarga.

(7)

commit to user

vii

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang senantiasa

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis menyelesaikan

skripsi yang berjudul, RisālahMajmu’: Suntingan Teks, Analisis Sruktur, dan Isi

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat guna mencapai gelar Sarjana

Sastra, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

Skripsi ini selesai berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Drs.Sudarno, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret yang telah memberikan izin untuk melakukan penyusunan

skripsi.

2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. selaku KetuaJurusan Sastra Indonesia Fakultas

Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan

kemudahan selama menjalani studi di Jurusan Sastra Indonesia.

3. Prof. Dr. H. Bani Sudardi selaku pembimbing akademik, yang telah

membimbing dari awal perkuliahan sampai terselesaikannya studi di Jurusan

Sastra Indonesia.

4. Drs. Istadiyantha, M.S. selaku pembimbing penyusunan skripsi yang dengan

penuh kesabaran dan perhatian senantiasa memberikan petunjuk dan dorongan

semangat demi terwujudnya skripsi ini.

5. Bapak Ibu dosen, yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada

(8)

commit to user

viii

Pusat Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kemudahan dalam

mendapatkan sumber data dan buku-buku referensi untuk penyelesaian skripsi.

7. Bapak dan Ibu tercinta, kakak, adik, dan seluruh keluarga atas curahan kasih

sayang yang tidak henti-hentinya kalian berikan.

8. Wiwit, Lina, Canggih, Indah, Mila, Said, Ian,Agus,Alip, Erwin, Opix, Eko,

Maya, Mami, Ana, Septi, Nisa, Ruri, Pinda, Epit, Lita, Dea, Andi, Sinta, Nina,

Sigit, Wira, dan teman-teman sastra Indonesia angkatan 2005 tak terkecuali,

terima kasih atas kekompakannya.

9. Ridho, Bang List, Hilda, Andika, Dodit, Joko, Dedi, Andry, Hedonal, Adit ,

Riza, Rini, dan kawan-kawan `04 yang telah memberikan bantuan informasi

dan semangat.

10.Amel dan rekan-rekan Sasindo `06 terima kasih atas waktu dan kerjasamanya.

11.Toni, Deswanto, Agus, Nasir, Wiro, Iken, Pian, dan Rekan-rekan SMA 3

Sukoharjo yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

Semoga amal kebaikan mereka mendapat anugerah dari Tuhan Yang Maha

Pemurah. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Untuk

itu, saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini sangat diharapkan. Akhir kata,

semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta,

(9)

commit to user

ix

JUDUL……….. i

LEMBAR PERSETUJUAN……….………. ii

LEMBAR PENGESAHAN……….... iii

LEMBAR PERNYATAAN……… iv

MOTTO………... v

PERSEMBAHAN………. vi

KATA PENGANTAR……….. vii

DAFTAR ISI………. ix

DAFTAR TABEL………. xii

DAFTAR SINGKATAN……….. .. xiii

DIAGRAM……… xiv

ABSTRAK………... xv

BAB I PENDAHULUAN………. 1

A. LatarBelakangMasalah……….. 1

B. PembatasanMasalah……… 6

C. PerumusanMasalah………..……… 7

D. TujuanPenelitian……….. 7

(10)

commit to user

x

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI……….. 10

A. TinjauanSingkatPenelitianTerdahulu……… 10

B. SuntinganTeks……….. 21

C. AnalisisStruktur……… 26

D. KerangkaBerpikir……….. 42

BAB III METODE PENELITIAN………. 44

A. Sumber Data.………. 44

B. MetodePenelitian………. 45

C. TeknikPengumpulan Data………... 49

D. TeknikPengolahan Data……… 50

E.TeknikPenarikanKesimpulan……….. 51

BAB IV SUNTINGAN TEKS………. 52

A. InventarisasiNaskah………..……... 52

B. DekripsiNaskah………. 54

C. Ikhtisar Isi Teks………. 61

D. KritikTeks………. 65

E. PengantarPenyuntingan……….. 71

F. Daftar Kata Sukar………. 90

BAB V ANALISIS DATA...……… 94

A. AnalisisStruktur………... 94

B. Analisis Isi TeksRisālahMajmu’………... 113

(11)

commit to user

xi

B. Saran………... 132

DAFTAR PUSTAKA……… 133

(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 KeadaanNaskahRisālahMajmu’ ... 56

Tabel 2 Lakuna yang TerdapatpadaTeks RM ... 67

Tabel 3 Adisiyang TerdapatpadaTeks RM ... 68

Tabel 4 Ditografiyang TerdapatpadaTeks RM ... 70

Tabel 5 Subtitusiyang TerdapatpadaTeks ... 70

Tabel 6 Transposisiyang TerdapatpadaTeks RM ... 71

Tabel 7 TulisanMelayu Yang TidakTerbacapadaTeks RM ... 71

Tabel 8 PedomanTransliterasi ... 75

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR SINGAKATAN

As : „Alaihisallam

dkk : dankawan-kawan

EYD : EjaanBahasa Indonesia Yang Disempurnakan

RM : RisālahMajmu’

KBBI : KamusBesarBahasa Indonesia

No : Nomor

p x l : panjang kali lebar

saw : shala `lāhu ‘alaihiwasallam

(14)

commit to user

xiv DIAGRAM

(15)

commit to user

xv ABSTRAK

MuryantoCaturAtmojo. C0204047. 2011. RisālahMajmu’: SuntinganTeks,

AnalisisSruktur, dan Isi. SkripsiJurusanSastra Indonesia

FakultasSastradanSeniRupaUniversitasSebelasMaret Surakarta.

Penelitianiniberjudul,RisālahMajmu’: SuntinganTeks, AnalisisSrukturdan

Isi. TeksRisālahMajmu’ (selanjutnyadisingkat RM)

merupakannaskahMelayuyaitunaskah yang ditulisdenganmenggunakanhuruf Arab MelayudanberbahasaMelayu.Teks RMmerupakankaryasastra yang berbentuksastrakitabkarenaisinyamengenai agama islamkhususnyadalambidangtasawuf.

Permasalahanpenelitianiniadalah, (1) bagaimanakahsuntinganteks RM? (2) bagaimanakahstrukturteks RM? (3) Bagaimanakah ajaran tasawuf yang terkandung dalam teks RM?

Metode yang

digunakandalampenelitianiniadalahmetodekualitatifdeskriptif.Sumber data yang digunakanadalahteks RM yang terdapatdalamnaskahanekakarangan yang tersimpandiPerpustakaan Banda Aceh yang terletak di Jalan Sultan Alaidin Mahmud SyahNomor12 KecamatanBaiturahman Banda Aceh 23241.Teks RMmerupakansalahsatudaritujuhteks yang terkumpuldalamnaskahanekakaranganDalambentukfotodigitalnya,

naskahtersebuttersimpandalamkatalogonline Manuskrip-ManuskripPeninggalan Aceh dengannomorinventarisasi07_00006 . Katalogonline tersebutdapatdiaksesmelaluisitus internet http://acehms.dl.uni-leipzig.de.Metodepenyuntinganteks yang digunakanadalahmetodeedisistandaryaituberusahamenerbitkanteksdenganmembet ulkankesalahan-kesalahankecildanketidakajegan.Metodepengkajianteks yang digunakandalampenelitianiniadalahmetodestrukturaldananalisisisi.Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pustaka. Teknikpengolahan data terdiridaritigatahap, yaitudeskripsi, analisis, danevaluasi.

Berdasarkanpenelitiantersebutdapatdisimpulkanbeberapahal.Pertama, dalampenyuntinganterhadapteksRMdiketemukankesalahansalintulisberupa,

(16)

commit to user

xvi

yaituuraiandalamteksmenggunakanbahasa Arab diikutidenganterjemahandalambahasaMelayu.

PusatpenyajianRMmenggunakanmetode orang pertama.Teks RMmemilikitigabuahgayabahasa, yaitu (1) kosakata yang digunakanbanyakmenyerapunsur-unsurbahasa Arab, (2) ungkapan-ungkapankhusus, dan (3) kata penghubung yang digunakandalamteks, yaitu kata

dan,makadanbagiuntukmengawalikalimat. Ketiga, isikaryasastrakitab yang

adadalamteks RMmengenaisyaratmasukdalamtarekatsyattariyah.Isi teks RM,banyakmenjelaskansyaratberzikir,

(17)

RISĀLAH MAJMU:

SUNTINGAN TEKS, ANALISIS STRUKTUR, DAN ISI

Muryanto Catur Atmojo1 Drs. Istadiyantha, M.S.2

ABSTRAK

2011. Skripsi Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini berjudul, Risālah Majmu: Suntingan Teks, Analisis Sruktur dan Isi. Teks Risālah Majmu’ (selanjutnya disingkat RM) merupakan naskah Melayu yaitu naskah yang ditulis dengan menggunakan huruf Arab Melayu dan berbahasa Melayu. Teks RM merupakan karya sastra yang berbentuk sastra kitab karena isinya mengenai agama islam khususnya dalam bidang tasawuf. Permasalahan penelitian ini adalah, (1) bagaimanakah suntingan teks RM? (2) bagaimanakah struktur teks RM? (3) Bagaimanakah ajaran tasawuf yang terkandung dalam teks RM?

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah teks RM yang terdapat dalam naskah aneka karangan yang tersimpan di Perpustakaan Banda Aceh yang terletak di Jalan Sultan Alaidin Mahmud Syah Nomor 12 Kecamatan Baiturahman Banda Aceh 23241. Teks RM merupakan salah satu dari tujuh teks yang terkumpul dalam naskah aneka karangan Dalam bentuk foto digitalnya, naskah tersebut tersimpan dalam katalog online

Manuskrip-Manuskrip Peninggalan Aceh dengan nomor

inventarisasi 07_00006 . Katalog online tersebut dapat diakses melalui situs internet http://acehms.dl.uni-leipzig.de. Metode penyuntingan teks yang digunakan adalah metode edisi standar yaitu berusaha menerbitkan teks dengan membetulkan kesalahan-kesalahan kecil dan ketidakajegan. Metode pengkajian teks yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode struktural dan

1

Mahasiswa Jurusan Sastra Indonesia dengan NIM C0204047

2

Dosen Pembimbing

analisis isi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pustaka. Teknik pengolahan data terdiri dari tiga tahap, yaitu deskripsi, analisis, dan evaluasi.

(18)

commit to user

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Peninggalan sejarah masa lampau di Indonesia tidak dapat dipisahkan

dengan keanekaragaman budaya yang dimilikinya. Sebagai bangsa besar yang

terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, ataupun agama telah mewariskan

berbagai bukti sejarah yang berisi informasi penting pada kala itu, diantaranya

ialah candi, bangunan kuno, prasasti, atau karya sastra. Salah satu karya sastra

masa lampau di Indonesia adalah naskah yang ditulis dalam berbagai macam

bahasa. Dalam hal ini, Siti Baroroh Baried, et.al. menyimpulkan bahwa nilai-nilai

luhur dan pengalaman-pengalaman jiwa yang diwariskan oleh generasi

sebelumnya yang tertuang ke dalam karya sastra dapat berfungsi sebagai sebuah

pedoman dan filter yang tangguh bagi kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia

(Siti Baroroh Baried, et.al. 1985:82 – 86).

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa naskah adalah karya

sastra lama yang memiliki syarat dan imajinasi sebagai pembentuk karya sastra.

Istilah naskah adalah kata serapan dari bahasa Arab, dalam filologi kata ini

merupakan padanan dari kata Inggris manuscript (tulisan tangan) atau kata

Belanda handscrift (tulisan tangan). Dapat dikatakan bahwa naskah adalah tempat

teks-teks ditulis, berbentuk konkret, nyata, dapat dipegang dan diraba (Bani

Sudardi, 2003:10). Robson berpendapat bahwa naskah merupakan warisan rohani

(19)

commit to user moyang (Robson, 1978:5).

Naskah Melayu adalah salah satu wujud karya sastra masa lampau yang

ditulis oleh pujangga-pujangga kerajaan di Nusantara dengan aksara Arab Melayu

dan bahasa Melayu yang berisi beragam informasi misalnya masalah sosial,

politik, ekonomi, agama, kebudayaan, bahasa, dan sastra pada zamannya. “Karena

naskah berasal dari masa lampau dengan konvensi yang jauh berbeda dengan saat

ini, untuk memahami informasi yang ada di dalamnya, naskah perlu digarap

sedemikian rupa” (Bani Sudardi, 2003:1). Filologi berperan penting sebagai studi

ilmu yang berhubungan dengan naskah.

Djamaris berpendapat filologi adalah suatu ilmu yang objek penelitianya

naskah-naskah lama (Edwar Djamaris, 2002:3). Bani Sudardi memiliki pandangan

tersendiri tentang filologi, filologi menurutnya adalah suatu disiplin ilmu

pengetahuan yang bertujuan memahami kebudayaan suatu bangsa melalui

teks-teks tertulis di dalam naskah klasik (Bani Sudardi, 2003:7). Jadi, Filologi adalah

disiplin ilmu sastra yang berusaha mengkaji naskah-naskah dengan memilki

tujuan dasar ingin menyelidiki kebudayaan suatu bangsa berdasarkan dengan

naskah sebagai objek kajianya.

Studi tentang teks yang terdapat dalam naskah didasari oleh adanya

informasi tentang hasil budaya manusia pada masa lampau yang tersimpan di

dalamnya. Oleh karena itu, pengetahuan dan penelitian filologi secara lengkap

sangat dibutuhkan, mengingat meneliti peninggalan masa lampau yang berupa

tulisan bukan sekedar membacanya akan tetapi juga untuk mengetahui berbagai

(20)

commit to user

sastra modern. Salah satu jenis naskah Melayu dalam filologi adalah sastra kitab.

Sastra kitab merupakan jenis karangan keagamaan yang khas ilmiah dalam

metode penyampaian isinya, yang disusun untuk murid pondok pesantren dan

anggota tarekat sufi (Braginsky, 1998:275). Yock Fang mengartikan bahwa sastra

kitab mencangkup satu bidang yang luas sekali, termasuk didalamnya ilmu kalam,

ilmu fikih dan ilmu tasawuf. Jenis sastra ini biasanya disadur dan diterjemahkan

dari bahasa arab oleh orang Melayu yang tinggal di Mekah dan Madinah, Hal-hal

yang diuraikan meliputi semua segi dari Islam semisal ALqur’an, tafsir, tajwid,

hadst, arkan al-islam, fikh dan usul-al fikh. Adapun sastra kitab yang merupakan

risalah pendek yang membahas satu perkara saja, misalnya ilmu sufi, tasawuf,

dzikir, rawatib, primbon dan sebagainya. Kumpulan doa dan Azimat juga

dianggap sebagai sastra kitab (Liaw Yock Fang, 1991: 286). Dari pengertian ini,

peneliti memilih sebuah teks yang berjudul Risālah Majmu’ yang selanjutnya

disingkat menjadi RM. Berdasarkan inventarisasi naskah yang telah dilakukan

dengan menggunakan studi katalog, dapat dinyatakan bahwa Risālah Majmu’

termasuk naskah tunggal. Katalog-katalog yang diteliti antara lain: Katalogus

Koleksi Naskah Melayu Museum Pusat (Amir Sutaarga, et.al. 1972), Katalog

Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 3A (Behrend, dan Titik Pudjihastuti, 1977),

Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 4 (Behrend. T. E. 1998), Katalog

Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 5A (Edi S. Ekadjati, dan Undang A. Darsa,

1999) Katalog Induk Naskah-naskah Nusantara Jilid 4 (Behrend, 1998),

Katalogus Naskah Bima II (Sri Wulan Rujiati Mulyadi, dan H.S. Maryam R.

(21)

commit to user

Maleische en Minangkabausche Handshriften in de Leidensche Universiteis

Bibliotheek (Ronkel, 1921), Catalogus van de Maleische en sudaneesche

Handschriften der Leidsche Universits-Bibliotheek.(Juynboll, 1899), Malay

Manuscripts a Bibliographical Guide (Howard, 1966), dan Direktori Edisi

Naskah Nusantara (Edi S. Ekadjati, 2000). Dari katalog-katalog tersebut, Risālah

Majmu’ tidak tercantum di dalam salah satu katalog tersebut.

Teks RM adalah salah satu teks dalam naskah aneka karangan dengan

kondisi masih baik dan jelas dibaca. Aneka karangan tersebut berisi

1. Teks Ilmu Tukang: menjelaskan ilmu pertukangan pada masa Nabi

Ibrahim (hal.1-20).

2. Teks Risālah Majmu’ : menjelaskan adab mendekatkan diri kepada Tuhan

dalam ilmu tasawuf menurut tarekat Syattariah (hal. 34-49).

3. Teks Syamsul Ma’rifah ilā Hadhrati `Sy-syarī’ah: menjelaskan tata cara

bertarekat dalam tarekat Qadiriyah Syattariyah(hal. 50-79).

4. Teks Tuhfatu`I- Ahbab: menjelaskan tarekat Syattariyah (hal. 79-95).

5. Bab Sakaratu `I-Maut (hal. 95-98).

6. Teks Kasyful `l-Muntazar. (hal. 99-107).

7. Adab bersahabat dengan Allah: menjelaskan tata cara untuk mendekatkan

diri kepada Allah (hal.107-112).

8. Hal Syair, Syarah Doa Husni `l-Basr, dan catatan-catatan lain yang tidak

(22)

commit to user

Sultan Alaidin Mahmudsyah Nomor 12 Kecamatan Baiturahman Banda Aceh

2324, dengan keterangan nomor inventaris 07_00006. Teks RM yang tertulis di

dalam naskah masih dapat dibaca dengan jelas, sehingga naskah ini masih layak

untuk dikaji. Berdasarkan deskripsi naskah yang dilampirkan, isi singkat dari teks

bagaimana syarat seseorang masuk dalam tarekat Syattariah, dengan melakukan

berbagai tahapan amalan seperti salat, zikir dan puasa dengan di bimbing oleh

seorang kiai (guru).

Teks RM ini tergolong dalam karya sastra kitab karena di dalamnya berisi

tentang ajaran Islam, yaitu ilmu tasawuf dengan aliran tarekat Syattariah sebagai

kandungan teks tersebut. Ada sejumlah alasan yang menarik bagi peneliti dalam

mengkaji naskah RM dibandingkan dengan teks-teks lain yang terdapat dalam

satu naskah aneka karangan. Teks ini mengemukakan masalah berbagai syarat

dalam menjalani kehidupan sufi di tarekat Syattariah, antara lain syarat untuk

masuk ke dalam tarekat, syarat salik berkhalwat, syarat menjalankan khalwat,

syarat baiat dan talkin dan syarat sempurna berkhalwat. Hal yang menarik dalam

teks yang berisi syarat masuk dalam tarekat Syattariah ini adalah apabila

seseorang melanggar pantangan yang dilarangkan maka dia akan kembali ke

derajat awam. Teks ini selain menarik untuk dikaji dan diteliti juga disebabkan

teks ini berisi pendidikan, khususnya pendidikan keagamaan yang menyangkut

moral manusia. Artinya bahwa teks ini apabila dimengerti dan diambil

(23)

commit to user objek penelitian adalah sebagai berikut.

1. Perlu adanya upaya penyelamatan naskah sebagai peninggalan masa

lampau yang kondisi fisiknya tidak mungkin bertahan lama.

2. Bentuk tulisan yang tidak mudah dipahami oleh generasi sekarang karena

menggunakan huruf Arab Melayu atau bahasa Melayu.

3. Sampai saat penelitian ini dilakukan, penulis belum menjumpai penelitian

atau hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lain terhadap teks ini.

4. Teks ini merupakan satu kesatuan utuh, diawali dengan bacaan basmalah

dan diakhiri kata tamat atau tamma yang merupakan salah satu ciri struktur

sastra kitab.

5. Tulisan pada naskah masih cukup jelas.

6. Mengungkapkan isi kandungan teks yang membahas ajaran tasawuf di

dalam tarekat Syattariyah.

Melalui latar belakang tersebut, maka diharapkan penelitian ini dapat

menambah wawasan dan pengetahuan mengenai ajaran tasawuf di dalam tarekat

Syattariyah seperti yang telah disebutkan dalam teks. Dengan demikian, penelitian

ini diberi sebuah judul Risālah Majmu’:SuntinganTeks, Analisis Struktur dan Isi.

B. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada suntingan teks, analisis struktur dan analisis

(24)

commit to user

Inventarisasi naskah, pedoman transliterasi, ikhtisar isi teks, kritik teks,

dan suntingan teks.

2. Analisis Struktur teks RM, dalam analisis struktur dibatasi pada

struktur sastra kitab yaitu struktur penyajian teks dan gaya pengisahan.

3. Menjelaskan isi ajaran beribadah kepada Allah SWT di tarekat

Syattariyah dalam teks RM.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah

diuraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana suntingan teksRisālah Majmu’?

2. Bagaimana struktur sastra kitab dalam teks Risālah Majmu’?

3. Bagaimana isi ajaran tasawuf Syattariyah dalam teks Risālah Majmu’?

D. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian pasti mempunyai tujuan yang diharapkan dapat menjangkau

hal yang hendak dicapai dari penelitian itu. Tujuan yang akan dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menyediakan suntingan teks yang baik dan benar.

2. Mendeskripsikan Struktur teks Risālah Majmu’

(25)

commit to user

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis

maupun praktis. Manfaat teoretis penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penelitian ini diharapkan mampu memperkaya hasil penelitian filologi,

sastra dan dunia penelitian pada umumnya.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lain, baik di bidang filologi

maupun peneliti ilmu lain, dalam hal ini ilmu agama islam

3. Mengetahui dan mempelajari struktur teks, serta isi dari teks Risālah

Majmu’.

Manfaat praktis yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut.

a. Memberikan informasi tentang keberadaan teks RM.

b. Membantu melestarikan peninggalan budaya pada masa lalu yang berupa

naskah.

c. Membuka wawasan dan sudut pandang pada dunia sastra khususnya sastra

lama dalam hal ini adalah memperkenalkan keberadaan teks RM sebagai

salah satu hasil karya sastra lama yang sarat dengan nilai ajaran agama

Islam.

d. Menambah pengetahuan bagi para pembaca sastra kitab terhadap teks RM

yang membahas mengenai jalan salik untuk mencapai insan kamil di

(26)

commit to user

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut

Bab pertama pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah,

pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab kedua landasan teori. Bab ini berisi hakikat filologi, suntingan teks,

sastra kitab dan struktur sastra kitab, isi karya sastra, dan tasawuf.

Bab ketiga metode penelitian. Bab ini berisi sumber data, metode

penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan penarikan simpulan.

Bab keempat suntingan naskah teks Risālah Majmu’. Bab ini berisi

tentang inventarisasi naskah, deskripsi naskah, ikhtisar teks, kritik teks, pedoman

penyuntingan, dan suntingan teks.

Bab kelima analisis teks Risālah Majmu’. Bab ini berisi analisis struktur

RM dan analisis isi teks RM.

Bab VI penutup. Bab ini berisi simpulan dan saran yang berkaitan dengan

(27)

commit to user 10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A.

Tinjauan Singkat terhadap Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terhadap teks yang membahas masalah tarekat sudah

banyak dilakukan. Dari beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan, penulis

hanya menyampaikan lima judul penelitan. Kelima penelitian tersebut tentu saja

berkaitan dengan penelitian penulis yang kiranya layak untuk disampaikan dalam

tulisan ini.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Oman Fathurahman (2008) yang

berjudul Tarekat Syattariyah di Minangkabau. Penelitian ini berasal dari disertasinya

di FIB (Fakultas Ilmu Budaya), Universitas Indonesia yang berjudul Tarekat

Syattariyah di Dunia Melayu-Indonesia di Sumatera Barat. Dalam kajiannya,

terdapat 13 judul naskah sebagai acuan disertasinya. Naskah-naskah yang berasal dari

Minangkabau (Sumatera Barat) tersebut memaparkan bidang keagamaan khususnya

mengenai tasawuf dalam hal ini mengenai tarekat Syattariyah. Naskah-naskah

Syattariyah yang menjadi sumber primer dalam penelitian ini berjumlah 10 judul

yang ditulis oleh tiga ulama Syattariyah di Sumatera Barat, yakni Imam Maulana

Abdul manaf Amin (1922-2006), H.K. Deram (w.2000), dan Tuanku Bagindo Abbas

(28)

commit to user 11

yaitu al-Simth al-Majīd karangan Syekh Akhmad al-Qushashi dan ithāf al-Dhakī bi

sharh al-tuhfah al-Mursalah ilā Rūh al-Nabi, karangan Ibrahim al-Kurani.

Ajaran Syattariyah di Sumatera Barat yang dikembangkan oleh Abdurauf,

mewarnai sisi kehidupan masyarakat Minangkabau. Hal tersebut dapat dilihat dari isi

naskah-naskah Melayu yang membahas tarekat Syattariyah. Teks-teks yang terdapat

pada dalam naskah-naskah Syattariyah itu masih melanjutkan apa yang sudah

dirumuskan sebelumnya, baik ulama Haramyn yang diwakili Qushashi maupun oleh

ulama Syattariyah di Aceh yang diwakili Abdurauf. Setiap tarekat memiliki tujuan

yang sama yaitu berusaha mendekatkan diri pada Tuhan, seperti halnya tarekat

Syattariyah. Ajaran yang bersifat makrifat terutama berkaitan dengan tata cara zikir,

adab dan sopan santun zikir, serta formulasi zikir banyak diulas dalam naskah Melayu

tersebut. Ajaran Abdurauf mengenai tarekat Syattariyah, lebih bersifat dinamis yaitu

menyesuaikan dengan kebudayaan masyarakat salah satu contohnya ritual Basapa.

Ritual ini dilakukan penganut tarekat Syattariyah pada bulan Safar di Tanjumg

Medan Ulakan. Akulturasi budaya lokal ini menjadi salah satu syiar tarekat

Syattariyah. Abdurauf juga memulai era baru dalam tarekat Syattariyah antara lain

dengan menghilangkan ajaran wahdatul wujud yang dianggap menyimpang dari

praktek syariat. Selain itu, kesimpulan yang dapat dikemukakan dalam kajian atas

naskah-naskah Syattariyah di Sumatra Barat adalah adanya ekspresi ajaran tarekat

Syattariyah dengan nuansa lokal. Selain dengan pengajian, ajaran tarekat Syattariyah

disampaikan melalui kesenian “salawat dulang” hal tersebut dapat dikatakan sebagai

daya tarik tersendiri bagi masyarakat awam di Sumatra Barat. Melalui penelitian yang

(29)

commit to user 12

Minangkabau, dapat digunakan penulis untuk menambah wawasan mengenai

perkembangan tarekat Syattariyah di Indonesia. Hal ini dapat diketahui dari

perjalanan berdirinya tarekat Syattariyah di Indonesia dipimpin oleh mursyid

Syattariyah yang berasal dari Aceh, yaitu Abdurauf. Melalui kepemimpinan beliau

yang lunak, perkembangan tarekat Syattariyah dapat diterima oleh semua lapisan

maasyarakat khususnya masyarakat Sumatra Barat.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Istadiyantha (2007) yang berjudul

Tarekat Syattariyah: Suntingan Teks dan Analisis Fungsi. Penelitian ini berasal dari

tesisnya di jurusan ilmu-ilmu Humaniora Fakultas Pasca Sarjana Universitas Gadjah

Mada yang berjudul Tarekat Syattariyah: Suntingan Teks dan Analisis Fungsi.

Ringkasan isi penelitian tentang tarekat Syattariyah di atas yaitu sebagai

berikut. Isi ajaran tarekat Syattariyah yang dibatasi pada kandungan naskah

Syattariyah

1. Permohonan Ratu Shafiyyatu d-Din mengajukan kepada syekh Abdurauf

Ratu Shafiyyatu d-Din mengajukan permohonan kepada syekh

Abdurauf agar dibimbing melaksanakan ajaran sufi. Permohonan ini

dikabulkan setelah syekh Abdurrauf melakukan salat istikharah terlebih

dahulu agar ia mendapat petunjuk dari Allah ketika melaksanakan ajaran

tersebut.

2. Kriteria Guru dalam Tarekat Syattariyah

Seorang guru tarekat haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu, salah

satu syaratnya adalah sudah mencapai taraf muntahī (orang sufi yang

(30)

commit to user 13 3. Zikir dalam tarekat Syattariyah

Tarekat Syattariyah mengajarkan tentang tata cara pelaksanaan zikir.

Zikir ini dilaksanakan secara jahar atau bersuara dan khafi (sir) atau dalam

hati. Zikir dalam Tarekat Syattariyah terbagi menjadi tiga macam yaitu;

(1) zikir Allah, Allah, dan lā illāha illallāh, (2) zikir Huwallāh, (3) zikir

Allah Huwa. Tujuan dari pengamalan zikir tarekat Syattariyah adalah

untuk mencapai martabat insan kamil yaitu tingkat kesempurnaan yang

lazim menurut ukuran manusia. Selain itu, Di dalam teks Syattariyah

disebutkan adab zikir bagi pengikut tarekat ini yang dibagi menjadi tiga

tataran yaitu zikir mubtadī, zikir mutawāsitah dan zikir muntahī.mubtadī,

artinya tingkat permulaan. Mutawāsitah artinya tingkat menengah.

Muntahī artinya tingkat terakhir. Tataran terakhir ini dapat dcapai oleh

seseorang yang mampu mengumpulkan dua makrifat yaitu Makrifat

Tanzaniyyah dan Makrifat Tasybiyyah.

4. Teks Syattariyah dan pengertian Makrifat

Makrifat adalah penyerahan diri kepada Tuhan yang naik setingkat

demi setingkat sehingga akhirnya sampai keapada tingkat keyakinan yang

kuat (Ramli Harun et.al, 1985:26). Teks Syattariyah membahas tentang

tingkatan makrifat yaitu

a. Makrifat Tanzaniyyah, ialah makrifat yang diperoleh dengan cara

memperhatikan/ mempelajari segala sesuatu dari segi batiniah dan

(31)

commit to user 14

b. Makrifat Tasybiyyah, ialah makrifat yang diperoleh dengan cara

mempelajari segala sesuatu dari segi lahiriahnya.

c. Himpunan Makrifat Tanziyyah dan Tasybiyyah.

Gabungan kedua makrifat ini yaitu makrifat yang diperoleh

orang-orang sufi dengan cara mempelajari segala sesuatu dari segi

lahiriah dan batiniahnya. Makrifat ini dianggap sempurna bagi

orang-orang sufi.

Dari hasil penelitian di atas dapat diperoleh keterangan bahwa tarekat

Syattariyah memiliki adab zikir tertentu bagi pengikutnya. Zikir tersebut dibagi

menjadi tiga tataran yaitu zikir mubtadi, zikir mutawasitah, dan zikir muntahi. Selain

zikir, tarekat Syattariyah juga mengajarkan tentang tata cara pelaksanaan zikir.

Tujuan dari pengamalan zikir tarekat Syattariyah adalah untuk mencapai martabat

insan kamil yaitu tingkat kesempurnaan yang lazim menurut ukuran manusia.

Sumbangan utama teks Syattariyah terhadap penelitian penulis adalah penjelasan

mengenai syarat-syarat berzikir dan pejelasan mengenai makrifat. Syarat-syarat

berzikir tersebut apabila dicocokkan dengan teks RM dapat diketahui bahwa

syarat-syarat dalam menjalankan kehidupan sufi dalam teks RM lebih condong kepada

persyaratan permulaan dalam menjalani tarekat Syattariyah, di antaranya syarat

masuk dalam tarekat Syattariyah, syarat berkhalwat, syarat berbaiat dan bertalkin

terhadap guru, dan syarat bersuluk. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa teks RM

maupun Syattariyah merupakan teks yang mengajarkan kehidupan tasawuf di tarekat

(32)

commit to user 15

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Herlian Ardivianti, FSSR (Fakultas

Sastra dan Seni Rupa), Universitas Sebelas Maret (2010) dalam skripsi yang berjudul

Tarjumānu Al-Murtafīdimin Al-‘Arabiyyati Li Adab Az-Zikri ‘alā At-Tarīlati Al

-Khalwātiyyatti : Suntingan teks, Analisis Struktur dan ajaran Tarekat Khalwatiyyah.

Penelitian ini membahas tentang ajaran tarekat Khalwatiyyah yaitu usaha manusia

mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan amalan dan latihan kerohanian.

Amalan tarekat Khalwatiyyah terletak pada pelaksanaan salat dan zikir yang tertib

dan teratur. Bagi tarekat Khalwatiyyah zikir merupakan amalan yang sifatnya wajib

‘ain (wajib bagi setiap individu).

Penulis teks Tarjumān menjelaskan adab zikir tarekat Khalwatiyyah yang

berjumlah 20 adab dengan jelas dan runtut. Adab zikir ini dibagi menjadi 3, yaitu 5

adab sebelum zikir, 12 adab saat berzikir, dan 3 adab setelah zikir.

a. 5 adab sebelum zikir, yaitu (1) tobat dari maksiat; (2) suci dari hadas

kecil dan besar; (3) berusaha membimbing hati kepada Allah;(3) minta

tolong dengan hatinya kepada syekh ketika mabuk lepas zikir dan

kaifiatnya; (5) minta tolong kepada syekhnya dalam berzikir.

b. 12 adab saat berzikir diantaranya, ialah (1) duduk di tempat suci; (2)

meletakkan dua tangan diatas kedua paha seperti duduk dalam

sembahyang dan menghadap kiblat; (3) menghilangkan bau badan

memakai wangi-wangian; (4) memilih tempat yang sunyi jika mampu;

(5) zikir berjamaah atau sendiri; (6) ikhlas; (7) memilih zikirlā illāha

illallāh; (8) menghadirkan makna zikir dengan hati sesuai dengan

(33)

commit to user 16

c. 3 adab setelah zikir, yaitu (1) diam khusyu dan menunduk saat

berzikir; (2) menetapkan nafas dari keluarnya kadar tiga nafas/lebih;

(3) menahan diri dari minum air segar samat atau setengahnya.

d. Zikir lā illāha illallāh

Zikir ini dalam tarekat Khalwatiyyah termasuk dalam salah satu

amalan zikir yang disebut Al-Asma’ As-Sab’ah, yaitu tujuh macam

zikir atau tujuh tingkatan jika harus diamalkan oleh setiap murid

tarekat Khalwatiyyah. Manfaat dari zikir lā illāha illallāh adalah agar

mendapat pahala yang sempurna dari Allah SWT.

Penelitian yang dilakukan oleh Herlian Ardivianti tersebut dapat digunakan

penulis untuk mengetahui bahwa zikir lā illāha illallāh merupakan amalan penting

bagi setiap tarekat apapun. Selain itu dapat disimpulkan bahwa setiap ajaran tarekat

(Sufi) adalah berusaha mendekatkan manusia pada sang Pencipta.

Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Rahma Widyastuti, FSSR (Fakultas

Sastra dan Seni Rupa), Universitaas Sebelas Maret (2005) dalam skripsi yang

berjudul Al-Kitabul Al-Maj’mū: Suntingan Teks dan Analisis Fungsi. Dalam

penelitian ini membicarakan tentang ajaran yang menjadi pokok-pokok ajaran agama

Islam, yaitu tentang akidah, syariat, dan akhlak. Dalam penelitian ini dibahas tentang

1. Mengenal Allah SWT

Bagi seorang muslim dalam usaha mengenal lebih dalam tentang

agamanya maka harus mengenal Tuhannya. Dengan demikian akan

(34)

commit to user 17

Tuhan dapat ditempuh dengan berbagai cara, salah satunya dengan

mengenal nama dan sifat Allah.

2. Selain itu, isi teks Al-Kitabul Al-Maj’mū juga membicarakan tentang

rukun iman. Rukun iman tersebut adalah iman kepada Allah, iman

kepada malaikat, iman kepada rasul, iman kepada Al Quran, iman

kepada hari kiamat, dan iman kepada Qadha dan Qadhir.

3. Syariat

Syariat adalah hukum atau undang-undang agama yang sudah pasti

ketentuannya. Di dalamnya termasuk keterangan mengenai

halal-haram, wajib dan sunah, syahadat, salat, puasa, zakat, haji, keimanan,

dan sebagainya. Hasan Shadiliy mengatakan bahwa syariat juga dapat

dikatakan sebagai peraturan yang ditetapkan Tuhan bagi manusia

berupa hukum-hukum yang disampaikan oleh rasul-Nya, yang

berhubungan dengan keyakinan, ibadah, dan muamalah (Hassan

Shadiliy dalam Istadiyantha, 2006:401). Setiap muslim yang ingin

mencapai derajat kesempurnaan iman wajib melakukan syariat Islam

dengan benar. Teks ini juga menyebutkan rukun Islam sebagai syariat

yang harus dilaksanakan setiap muslim yaitu syahadat, salat, puasa,

zakat, dan naik haji bila mampu.

Tanda orang yang memeluk agama Islam dalam teks Al-Kitabul

Al-Maj’mū di antaranya adalah (1) merendahkan diri; (2) suci

perbuatan; (3) tetap hatinya; (4) tetap kelakuanya; (5) malu akan Allah

(35)

commit to user 18

penyayang dll. Persyaratan bagi orang yang ingin memeluk agama

Islam adalah sabar akan hukum Allah, ridha, ikhlas dan menjalankan

segala perintah Allah dan nabi-Nya. Selain hal di atas, teks Al-Kitabul

Al-Maj’mūmenjabarkan salat lima waktu.

Penelitian Rahma Widyastuti tersebut dapat digunakan penulis untuk

menambah wawasan mengenai ajaran Islam terutama tentang syariat agama Islam

yang merupakan suatu aturan dalam pencapaian derajat insan kamil. Seperti halnya

pada tarekat Syattariah yang terdapat dalam teks RM, pelaksanaan syariat seperti

syahadat, salat, puasa dll, lebih ditekankan dan memiliki kaidah tersendiri menurut

aturan tarekat tersebut. Inti dari pelaksanaan syariat tersebut adalah mendekatkan diri

kepada Allah SWT untuk mencapi derajat insan kamil.

Kelima, penelitian yang dilakukan oleh Nurul Amalia Viliasari, FSSR

(Fakultas Sastra dan Seni Rupa), Universitas Sebelas Maret (2010) dalam skripsi

yang berjudul Syamsu `l-Ma’rifah Ilā Hadlrati `Sy- Syarīah : Suntingan Teks,

Analisis Struktur dan Isi. Penelitian ini membicarakan tentang ajaran tarekat

Qadiriyyah-Syattariyah. Ajaran tarekat tersebut menjabarkan tentang syarat seseorang

dalam mendekatkan diri kepada Allah, yakni dengan tobat. Membersihkan diri dari

segala dosa baik dosa besar maupun kecil adalah kriteria tobat yang sahih. Tobat

sendiri dibagi menjadi dua yaitu tobat lahir (zhāhir) dan batin. Selain tobat

dibicarakan pula mengenai suci, tajalli, tauhid, dan zikir.

1. Suci, yaitu suci zhāhir, batin, sir (takhalli) dan pakaian-pakaian suci (tahalli).

Suci dalam tarekat Qadiriyyah-Syattariyah terbagi menjadi tiga

(36)

commit to user 19

tercela dengan pengamalan sifat-sifat yang terpuji yaitu, (1) suci zhāhir,

yaitu bersuci dari hadas besar dan kecil, bersuci dari sekalian najis yang

terdapat pada badan, tempat dan pakaian yang dipakai. Pakaian zhāhir,

yaitu pakaian untuk menutupi suci yang zhāhir yaitu mengerjakan rukun

Islam, mengiktiqadkan rukun iman, mengiktiqadkan rukun syahadat, dan

mengerjakan agama empat (iman, Islam, tauhid, dan makrifat); (2) Suci

batin, yaitu menyucikan hati dari kejelekan, dengki, dendam, bakhil, kibir,

ujub, riya (pamer), dan sumah. Pakaian batin, yaitu dengan tobat kepada

Allah, berusahaa pada semua kebaikan, memerangi hawa nafsu dll; (3)

Suci sirr, yaitu yang menyucikan daya yang dimiliki kalbu untuk melihat

Tuhan agar untuk tidak mengingat sesuatu dari selain Allah. Pakaian sir,

yaitu senantiasa berzikir pada Allah.

2. Sirrullāh (tajalli)

Dalam teks Syamsu `l-Ma’rifah Ilā Hadlrati `Sy- Syarīah, dijelaskan

tentang tajalli (memperoleh kenyataan tuhan), setelah melewati takhalli dan

tahalli maka dengan memutuskan segala hubungan yang dapat merugikan

kesucian dirinya menjadi syarat untuk menerima pancaran Nur cahaya Allah

(Sirrullāh).

3. Tauhid

Tingkatan tauhid menurut tarekat Qadiriyyah-Syattariyah terbagi

menjadi tiga macam yakni, (1) tauhid awam (2) tauhid muqarrabin, dan (3)

tauhid yaqīn. Selain itu, dibicarakan pula mengenai martabat tujuh untuk

(37)

commit to user 20 4. Zikir

Zikir dalam setiap tarekat memiliki peranan penting dalam usaha

mendekatkan diri pada Allah. Macam zikir dalam tarekat

Qadiriyyah-Syattariyah adalah zikir hasanah (zikir menghasilkan pahala tanpa mengikuti

adab dan tertib), zikir derajat (zikir yang berkehendak adab dan tertib) dan

zikir sirr (Zikir dengan menghadirkan hati yang sungguh-sungguh untuk

mengingat Allah).

Secara garis besar teks Syamsu `l-Ma’rifah Ilā Hadlrati `Sy- Syarīah,

menjabarkan ajaran yang merupakan gabungan dua tarekat yaitu tarekat Qadiryyah

dan tarekat Syattariyah. Karateristik dari tarekat Qadiriyyah yang ditemukan dalam

teks Syamsu `l-Ma’rifah Ilā Hadlrati `Sy- Syarīah adalah adanya silsilah tarekat

Qadiriyyah dimulai dari Faqih Jalaluddin sampai pada Syekh Abdul Qadir Jaelani,

sedangkan karateristik tarekat Syattariyah yang ditemukan dalam teks tersebut adalah

konsep hubungan antara Tuhan dan alam.

Menurut ajaran tarekat Syattariyah, alam diciptakan oleh Allah dari nur

Muhammad. Sebelum segala sesuatu diciptakan oleh Allah, alam berada di dalam

ilmu Allah yang dinamaiA’yān tsābitah. Ia merupakan bayang-bayang dari zat Allah.

Sesudah A’yān tsābitah menjelma pada A’yān khārijiyyah (kenyataan yang diluar),

maka A’yān khārijiyyah itu merupakan bayang bagi yang memiliki

bayang-bayang, dan ia tiada lain daripada Allah sendiri. Karateristik lain yang berasal dari

tarekat Syattariyah adalah pelaksanaan zikir yang menjadi tiga tingkatan (mubtadiī,

(38)

commit to user 21

Penelitian Nurul Amalia Viliasari tersebut dapat digunakan penulis untuk

menambah wawasan mengenai adanya penggabungan dua ajaran tarekat yakni

Qadiriyah-Syattariyah. Hal ini dapat dimungkinkan bahwa penggabungan ajaran dua

tarekat yang berbeda bisa saja dilakukan dengan syarat-syarat tertentu yang intinya

bahwa ajaran kedua tarekat tersebut sama-sama berusaha mendekatkan manusia pada

Tuhan Yang Maha Esa.

Beberapa penelitian terdahulu di atas, sama-sama membahas tarekat, yaitu

tarekat Syattariyah, Khalwatiyyah, dan Qadiriyyah-Syattariyah. Hal ini menandakan

bahwa di Indonesia, terdapat aliran-aliran tarekat. Salah satunya adalah tarekat

Syattariyah. Penelitian terhadap teks RM yang membahas ajaran (adab dan tata-cara

ibadah) di tarekat Syattariyah. Teks Syattariyah yang diteliti oleh Istadiyantha (2007)

berbeda dengan teks RM, teks RM lebih menekankan pada berbagai syarat dalam

menjalankan ibadah di tarekat Syattariyah di antaranya adalah syarat masuk ke dalam

tarekat, syarat salik berkhalwat, syarat menjalankan khalwat, syarat baiat dan talkin

dan syarat sempurna berkhalwat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

kandungan isi pada teks RM berbeda dengan kandungan teks di atas.

B.

Penyuntingan Teks

Filologi merupakan disiplin ilmu yang diperlukan dalam upaya pelestarian

terhadap peninggalan tulisan masa lampau. Selama ini, filologi dikenal sebagai ilmu

yang berhubungan dengan karya masa lampau yang berupa tulisan. Penelitian filologi

mempelajari kehidupan di masa lampau melalui peninggalan-peninggalan masa

(39)

commit to user 22

disiplin, Filologi tergolong dalam ilmu-ilmu kemanusiaan yang bertujuan untuk

mengungkapkan hasil budaya masa lampau yang tersimpan dalam peninggalan yang

berupa karya tulisan” (Siti Baroroh Baried, et.al. 1994:4). Berdasarkan pendapat di

atas dapat ditarik kesimpulan bahwa objek penelitian filologi adalah tulisan tangan

(naskah) yang menyimpan berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil

budaya bangsa masa lampau.

Naskah sebagai karya sastra masa lampau dalam menelitinya diperlukan

disiplin ilmu filologi. Siti Baroroh Baried, et.al., menjelaskan bahwa “kajian filologi

terhadap naskah nusantara berusaha dan bertujuan untuk menyunting dan membahas

atau menganalisis atau kedua-duanya. Kajian awal tentang naskah itu terutama untuk

tujuan penyuntingan” (Siti Baroroh, et.al. 1994:50). Menyunting teks dalam filologi

merupakan suatu penyalinan teks yang pada akhirnya bertujuan untuk merekrontuksi

teks. Hal ini bertujuan untuk membersihkan kesalahan-kesalahan yang terdapat di

dalam teks. Salah satu bentuk kegiatan praktis filologi adalah membuat suntingan

(edisi) suatu teks dan mengadakan perbaikan-perbaikan bagian teks yang korup

(rusak). Namun, agar karya sastra klasik “terbaca/dimengerti”, pada dasarnya ada dua

hal yang harus dilakukan: menyajikan dan menafsirkannya (Robson, 1994:12).

Tujuan dari penyuntingan teks menurut Siti Baroroh adalah untuk menghasilkan teks

yang mendekati aslinya, membersihkan kesalahan, memberikan keterangan tentang

teks dan sifat isinya secara jelas. Hal tersebut dilakukan melalui kegiatan kritik teks

(1994:50).

Kritik teks dalam penelitian filologi, dilakukan setelah transliterasi. Kegiatan

(40)

commit to user 23

Dengan kritik teks peneliti bekerja memurnikan teks. Kritik teks memiliki makna

yaitu memberikan evaluasi terhadap teks, meneliti dan menempatkan teks pada

tempatnya yang tepat. Kegiatan kritik teks bertujuan untuk menghasilkan teks yang

sedekat-dekatnya dengan teks aslinya (Siti Baroroh Baried, et. al.1994:61). Kritik

teks dalam penelitian filologi dilakukan dengan cara menentukan teks-teks sesuai

dengan urutan umur teks sehingga tersusun perkembangan teks dari masa ke masa

(Bani Sudardi, 2003:82). Kegiatan ini biasanya meliputi identifikasi kesalahan salin

tulis dan alternatif perbaikannya (Sholeh Dasuk, 1992:177). Dari uraian tersebut

dapat diartikan bahwa kritik teks merupakan suatu upaya perbaikan teks-teks dalam

naskah dengan membersihkannya dari kesalahan-kesalahan serta membetulkannya.

Pembetulan disesuaikan dengan kondisi zaman dan pengetahuan yang dimiliki

peneliti. Catatan-catatan tersebut dicantumkan dalam aparat kritik sebagai wujud

pertanggungjawaban ilmiah (Bani Sudardi, 2003:57).

Dalam penelitian filologi, Edwar Djamaris menyebutkan terdapat beberapa

langkah yang harus ditempuh dalam menyunting naskah yaitu Inventarisasi naskah,

deskripsi naskah, perbandingan naskah, dasar-dasar penentuan naskah yang akan

ditransliterasikan (pada naskah jamak, namun pada naskah tunggal tidak dilakukan

perbandingan naskah, dan dasar-dasar penentuan naskah yang akan

ditransliterasikan), singkatan naskah, dan transliterasi naskah (Edwar Djamaris,

2002:9).

Inventarisasi naskah merupakan langkah pertama dalam penelitian filologi.

Langkah pertama dalam inventarisasi naskah adalah mencatat naskah yang berjudul

(41)

commit to user 24

terutama di pusat-pusat studi Indonesia di dunia. Di samping itu perlu dicari

naskah-naskah yang mungkin masih tersimpan dalam koleksi perseorangan (Siswo Sugiharto,

1994:73).

Langkah berikutnya adalah deskripsi naskah. Deskripsi naskah dilakukan

untuk menggambarkan keadaan naskah secara rinci. Deskripsi naskah merupakan

lingkup kerja kodikologi. Semua naskah dideskripsikan dengan pola yang sama, yaitu

nomor naskah, ukuran naskah, keadaan naskah, tulisan naskah, bahasa, kolofon dan

garis besar isi cerita. (Edwar Djamaris, 2002:11). Hal ini dilakukan untuk

mempermudah tahap penelitian selanjutnya.

Sepuluh prinsip Lichachev, berguna sekali dalam penelitian filologi. Dalam

bukunya yang berjudul “Pengantar Filologi”, Siti Baroroh et.al. (1985:57),

disebutkan bahwa sepuluh prinsip Lichachev itu adalah:

1. Tekstologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki sejarah teks

suatu karya. Salah satu di antara penerapannya yang praktis adalah

edisi ilmiah teks yang bersangkutan.

2. Penelitian teks harus didahulukan dari penyuntingannya.

3. Edisi teks harus menggambarkan sejarahnya.

4. Tidak ada kenyataan tekstologi tanpa penjelasannya.

5. Secara metodis perubahan yang diadakan secara sadar dalam sebuah

teks (perubahan, ideologis, artistik, psikologis, dan lain-lain) harus

didahulukan daripada perubahan mekanis, misalnya kekeliruan tidak

(42)

commit to user 25

6. Teks harus diteliti sebagai keseluruhan (prinsip kekompleksan pada

penelitian teks)

7. Bahan-bahan yang mengiringi sebuah teks (dalam naskah) harus

diikutsertakan dalam penelitian.

8. Perlu diteliti pemantulan sejarah teks sebuah karya dalam teks-teks

dan monumen sastra lain.

9. Pekerjaan seorang penyalin dan kegiatan skriptoria-skriptoria (sanggar

penulisan/penyalinan: biara, madrasah) tertentu harus diteliti secara

menyeluruh.

10.Rekontruksi teks tidak dapat menggantikan teks yang diturunkan

dalam naskah-naskah.

Teks Risālah Majmu’ (RM) yang dijadikan sumber data untuk penulis

merupakan naskah yang tersimpan di Museum Negeri Banda Aceh yang beralamat di

Jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah Nomor 12 Kecamatan Baiturahman Banda Aceh

2324. Pada saat melakukan studi katalog penulis menemukan adanya judul teks yang

mirip dengan dengan teks RM, yaitu Al-Kitabul Al-Maj’mu dalam Katalog Koleksi

Naskah Melayu (Amir Sutaarga). Deskripsi yang tercantum di dalam naskah Al

-Kitabul Al-Maj’mu dengan nomor naskah ML.225 disebutkan bahwa teks tersebut

berisi tentang ajaran agama Islam yang difokuskan pada akidah dan syariat. Selain

itu, isi dari teks Al-Kitabul Al-Maj’mū lebih menekankan pada keimanan. Apabila

dilihat dari jumlah halamannya naskah ini terdiri dua puluh delapan halaman dengan

tidak ada nama pengarangnya. Dibandingkan dengan naskah Al-Kitabul Al-Maj’mu,

(43)

commit to user 26

belas halaman dan lebih mengedepankan permasalahan tentang tata cara masuk

dalam tarekat Syattariyah. Dengan demikian, teks RM dapat diperlakukan sebagai

naskah tunggal. Oleh karena itu, dalam penyuntingan teks RM, metode yang

digunakan adalah metode standar. Metode standar yaitu berusaha menerbitkan teks

dengan membetulkan kesalahan-kesalahan kecil dan ketidakajegan. Di samping itu,

ejaannya disesuaikan dengan ejaan yang berlaku dalam Bahasa Indonesia, yaitu Ejaan

Yang Disempurnakan (EYD). Tulisan-tulisan yang rusak, salah atau kosong

sepanjang masih dapat direkrontuksi akan diperbaiki.

Transliterasi naskah merupakan langkah terakhir dalam penelitian filologi.

Bani Sudardi berpendapat bahwa “transliterasi adalah proses pengalihan dari huruf ke

huruf, dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Hal tersebut bertujuan memepermudah

pembaca yang tidak memahami abjad asli teks tersebut” (Bani Sudardi, 2003:66).

Ada dua tugas pokok yang harus dilakukan oleh seorang filolog dalam melakukan

transliterasi. Pertama, menjaga kemurnian bahasa lama dalam naskah khususnya

penulisan kata dan yang kedua, menyajikan teks sesuai dengan pedoman ejaan yang

berlaku sekarang, khususnya teks yang tidak menunjukkan ciri bahasa lama yang

dikemukakan dalam tugas pokok pertama (Edwar Djamaris, 2002:19–20).

C.

Analisis Struktur

1. Sastra Kitab

Sastra kitab merupakan karya-karya keagamaan yang berbentuk kitab yang

dimasukkan ke dalam kesusastraan Melayu. Sastra kitab berbeda dengan karya-karya

(44)

commit to user 27

sastra kitab bersifat ilmiah, logis dan tidak mengandung imajinasi atau rekaan yang

bersifat fiktif melainkan ajaran agama yang jelas sumbernya, seperti Alquran dan

hadis Nabi serta diyakini sebagai sebuah kebenaran oleh pemeluknya.

Kajian terhadap sastra yang dipengaruhi ajaran Islam, R. Roollvink berpendapat

bahwa, untuk sementara waktu, kaidah yang paling baik untuk mengkaji sastra yang

dihasilkan di bawah pengaruh islam itu adalah membaginya ke dalam beberapa jenis

atau kategori. Lima jenis sastra zaman Islam antara lain: cerita Alquran, cerita Nabi

Muhammad, cerita sahabat Nabi Muhammad, cerita pahlawan Islam dan sastra kitab

(dalam Liaw Yock Fang, 1991:204).

Siti Chamamah Soeratno berpendapat bahwa “sastra kitab” adalah sastra yang

mengemukakan ajaran Islam yang bersumber pada ilmu fikih, tasawuf, ilmu kalam,

dan tarikh serta riwayat tokoh-tokoh historis (Siti Chamamah Soeratno, 1982:149).

Dalam bukunya “Memahami Karya-karya Nurudin Ar Raniri, Siti Chamamah

Soeratno berpendapat bahwa sastra kitab atau kesusastraan kitab di Indonesia

merupakan corak yang khusus, yang tersebar luas bersama penyebaran Islam, tidak

hanya di Melayu dan dalam sastra Melayu saja melainkan di daerah-daerah Indonesia

lain juga, misalnya Jawa dengan sastra Jawa yang oleh pegaud disebut atau

digolongkan pada sastra keagamaan Jawa, antara lain meliputi teks-teks yang

berhubungan dengan Islam, mistik, kumpulan doa-doa dan mantera-mantera yang

berhubungan dengan Islam, risalah-risalah Jawa tentang teologi Islam, dan

buku.-buku didaktis serta pendidikan Jawa yang berhubungan dengan etika Islam (Siti

(45)

commit to user 28

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa sastra kitab adalah

suatu jenis karya sastra yang mengemukakan ajaran Islam, mengemukakan ajaran

yang bersumber dari ilmu tasawuf, ilmu fikih, ilmu kalam dan kitab-kitab lain dalam

agama Islam. Teks RM dapat dimasukkan ke dalam sastra kitab karena kandungan isi

teks tersebut memuat ajaran Islam khususnya ilmu tasawuf.

2. Struktur Sastra Kitab

Suatu karya sastra merupakan suatu kesatuan yang utuh. Ada beberapa unsur

pembangun yang terstruktur hingga menjadi suatu karya sastra yang dapat dinikmati.

Sastra kitab memiliki struktur berbeda dengan karya sastra pada umumnya. Sulastin

Sutrisno (Sulastin Sutrisno, 1981:36) dalam menyikapi struktur sebuah karya sastra

menyatakan bahwa setiap karya sastra merupakan satu kesatuan yang didukung oleh

bagian-bagianya guna membawakan suatu kesan.

Sastra kitab sebagai salah satu ragam sastra Islam mempunyai struktur yang

berbeda dengan karya sastra Islam lainnya. Selanjutnya Chamamah (1982:152) juga

berpendapat bahwa struktur narasi sastra kitab adalah struktu penyajian teks, sama

halnya dengan struktur penceritaan dalam sastra fiksi yang berupa plot atau alur.

Struktur sastra kitab terbagi dalam empat hal yaitu:

(1). Struktur Penceritaan

Struktur penceritaan sastra kitab pada umumnya dibagi dalam

tiga hal yaitu bagian pendahuluan, isi, dan penutup. Adapun

(46)

commit to user 29 a). Pendahuluan

Pendahuluan dalam sastra kitab siasanya dimulai dengan

bacaan Bismillah, dilanjutkan dengan pujian dan salawat kepada Nabi

Muhammad saw serta doa kepada para sahabat dan keluarga Nabi

Muhammad saw, motivasi penulis dan judul

b). Isi

Isi biasanya berupa uraian panjang atau penjelasan mengenai

masalah yang menjadi topik dalam naskah tersebut.

c). Penutup

Bagian penutup atau bagian akhir ini biasanya berupa doa

kepada Allah SWT, salawat Nabi dan doa kepada keluarga dan para

sahabat Nabi Muhammad hanya saja pada bagian ini ditutup dengan

kata tamat atau kata penutup sejenis seperti Wa` l-lhu alam (Siti

Chamamah Soeratno, 1982:153)

(2). Gaya Pengisahan

Gaya pengisahan dalam sastra kitab dimulai dengan pembukaan. Siti

Chamamah Soeratno (1982:160) mengungkapkan bahwa gaya pengisahan di sini

adalah cara pandang yang khusus dalam penyampaianya ceritanya, pikiran, serta

pendapat-pendapatnya. Setiap karya sastra mempunyai gaya sendiri yang

membedakanya dengan gaya tulisan orang lain dengan mengetahui gaya

(47)

commit to user 30 (3). Pusat Pengisahan

Sebuah cerita, ajaran disampaikan oleh pencerita atau pembawa ajaran. Orang

yang menyampaikan cerita atau ajaran tersebut menjadi pusat atau titik pandang

cerita yang menyampaikan cerita atau ajaran kepada orang lain. Atau istilah

lainnya Point of viuw (Siti Chamamah Soeratno, 1982:172). Rene Wellek

(1976:222, dalam Siti Chamamah Soeratno, et.al. 1982:172), menjabarkan

bahwa pendapat dapat dituturkan oleh diri si tokoh sendiri sebagai penyampai

pikiran atau pendapatnya sendiri, dapat pula disampaikan oleh orang lain.

Pengarang dapat secara langsung menjadi pusat penyajian atau disebut sebagai

sudut pandang orang pertama. Sudut pandang orang pertama biasanya

menggunakan kata ganti: aku, saya, kami, kita dan semcamnya. Pusat

pengisahan yang demikian itu disebut pusat pengisahan metode orang pertama.

Pusat pengisahan dapat juga disampaikan orang lain, melalui tokoh yang

disebut kata ganti orang ketiga, yakni: ia, dia, mereka ataupun yang semacam itu.

Metode pusat pengisahan semacam itu disebut dengan metode orang ketiga

(omniscient author), pengarang mahatahu, sebab si penyampai (pengarang) tahu

segala-galanya tentang tokoh yang diberikan (Siti Chamamah Soeratno, et.al.

1982: 172). Metode orang ketiga ini dibagi dua cara, yakni cara romantik-ironik

dan cara objektif (Rene Weleek dalam Siti Chamamah Soeratno et.al.

1982:173). Dalam cara Romantik-Ironik ini pengarang sengaja memperbesar

peranannya, sebab apa yang disampaikan berupa “kehidupan” dan bukan “seni”.

Dalam metode objektif, pengarang membiarkan para tokohnya berbicara dengan

(48)

commit to user 31 (4) Gaya Bahasa

Gaya bahasa dalam karya sastra merupakan ciri khas tersendiri yang

membedakan antara pengarang satu dengan yang lainya. Gaya bahasa dalam

sastra kitab memiliki gaya bahasa yang khusus. Siti Chamamah Soeratno

berpendapat bahwa “sastra kitab sebagai ragam sastra Islam mempunyai gaya

bahasa yang khusus” (Siti Chamamah Soeratno,1982:211). Meninjau gaya

bahasa seorang pengarang berati meneliti segala permainan bahasanya yang

khusus, sejak dari pemilihan kata sampai pada penyusunan kalimat yang menarik

pembaca.

3. Tasawuf

Ilmu tasawuf merupakan suatu ilmu yang menekankan aspek kerohanian

dalam Islam. Ilmu ini mementingkan perasaan cinta kepada Tuhan dengan

beribadah dan berzikir kepada-Nya. Ilmu ini muncul sebagai reaksi terhadap

perkembangan intelektual pada masa keemasan Islam yang memalingkan hal-hal

yang sifatnya empirical dan material (Sangidu, 2003: 106).

Tasawuf mempunyai ciri-ciri terminologi tertentu yang dapat dibedakan

dengan gerakan kerohanian Islam lainnya. Ciri yang menonjol adalah adanya

syekh (guru) yang dianggap sebagai wasilah (perantara) menuju Allah, adanya

silsilah ilmu yang mendudukan guru pada tingkat tertinggi, adanya pembagian

ilmu menjadi ilmu syariat, tarekat, hakikat dan makrifat, serta adanya

latihan-latihan kerohanian tertentu (Bani Sudardi, 2003:13). Jadi, dalam tasawuf syekh

(49)

commit to user 32

Menurut Hamka jalan tasawuf adalah merenung ke dalam diri sendiri yakni

dengan membersihkan diri dan melatihnya dengan berbagai macam latihan

(riadlatun nafs), sehingga kian lama kian terbukalah selubung diri itu dan

timbullah cahayanya yang gemilang, yang dapat menembus segala hijab yang

menyelubunginya selama ini (Hamka, 1973:73). Pendapat Istadiyantha tentang

tasawuf yaitu, bahwa tasawuf diartikan suatu upaya pendekatan diri kepada Allah

secara bersungguh-sungguh berdasarkan Alquran dan hadis Nabi (Istadiyantha,

2007:50).

Asmaran berpendapat lain terhadap tasawuf. Tasawuf adalah falsafah hidup

yang di maksudkan untuk meningkatkan jiwa seorang manusia secara moral lewat

latihan-latihan praktis tertentu, kadang-kadang untuk menyatakan kondisi fana‟

dalam realitas tertinggi serta mengenal-Nya secara intuitif, tidak secara rasional,

yang membuahkan kebahagiaan rohaniah yang hakikatnya sukar diungkapkan

dengan kata-kata, sebab karakternya bercorak intuitif dan subjektif (Asmaran,

2002:43).

Adapun definisi tasawuf menurut Ahmad Amin di dalam Ensikopedi Islam,

bahwa tasawuf ialah bertekun dalam beribadah, berhubungan langsung dengan

Allah, menjauhkan diri dari kemewahan duniawi, berlaku zuhud terhadap yang

diburu oleh orang banyak (hal-hal yang bersifat duniawi), khalwat (pengasingan

diri) untuk beribadah (Sirojuddin, et.al. 2003: 75).

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa arti tasawuf

adalah suatu jalan untuk mendekat kepada Tuhan dengan cara membersihkan hati

(50)

commit to user 33

Alquran dan Hadis Nabi. Membersihkan hati dapat dicontohkan dengan hati

terbebas dari sifat syirik, riya‟, ujub, pendendam dan lain-lain. Bersih dari

anggota-anggota lahir hal ini dimaksudkan adalah menjaga segala panca indra

dari perbuatan maksiat dan dosa. Tujuan akhir dari penyucian diri adalah

tercapainya kebahagian dan keselamatan yang abadi. Seorang sufi seringkali

menghindari keramaian, bahkan terkadang hidup menyendiri merenungi makna

hidup dengan melakukan amalan agama sebagai sarana pencucian diri sebagai

wujud pendekatan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Secara garis besar aliran tasawuf dibagi menjadi dua macam yaitu:

1.Wahdatu’I-wujūd

Peletak dasar ajaran Wahdatu’I-wujūd adalah Al-Hallaj, Ajaran

ini berkembang dikalangan para sufi serta pengaruhnya sampai ke

Indonesia. Ajaran Al-Hallaj dapat dibagi menjadi tiga golongan. Pertama,

ajaran tentang hulul (Tuhan menjelma menjadi dalam diri manusia).

Kedua, Hakikat Muhammadiyyah (Nur Muhammad) sebagai asal mula

segala sesuatu. Ketiga kesatuan semua agama (Bani Sudardi, 2003:18).

Wahdatu’I-wujūd menurut Asmaran adalah suatu paham yang

mengakui hanya ada satu wujud dalam kesemestaan ini, yaitu satu wujud

Tuhan. Tuhan adalah alam dan alam adalah Tuhan, sehingga dapat

disimpulkan bahwa alam ini merupakan emanasi Tuhan (Asmaran, 2002:

174). Simuh berpandangan lain terhadap aliran wahdatu’I-wujūd, aliran

ini berpaham bahwa wujud yang hakiki itu hanyalah satu, walaupun ada

(51)

commit to user 34

aspek lahiriah, sedang aspek batin dari segala sesuatu ini adalah Allah

(Simuh, 2002:177).

Sangidu dalam bukunya yang berjudul “Wachdatul Wujud”

menjabarkan pengertian wahdatu’I-wujūd yaitu:

a. sang hamba menegetahui bahwa Allah Taala adalah hakikat

seluruh mahkluk. Akan tetapi, ia tidak menyaksikan Allah Taala

dalam ciptaan-Nya.

b. sang hamba dapat menyaksikan Allah Taala melalui mahkluknya

melalui kesaksian hati.

c. sang hamba menyaksikan Allah Taala pada mahkluk-Nya dan

menyaksikan mahkluk pada Allah Taala (Sangidu, 2003:46).

2. Wahdatu ‘sy-syuhūd

Para sufi juga mengembangkan pemahaman dzattullah. Selain

paham tasawuf Wahdatu’I-wujūd, berkembang juga paham Wahdatu ‘sy

-syuhūd. Paham Wahdatu ‘sy-syuhūd dapat diartikan bahwa diri manusia

mampu menjadi satu zat dengan Allah (Bani Sudardi, 2003:4)

4. Tarekat

Pada abad keenam sampai ketujuh di kalangan dunia sufi timbul

kelompok-kelompok yang disebut tarekat. Tarekat dapat dikatakan sebagai tempat khusus

bagi para penempuh jalan sufi (ahlussuluk) untuk mendapatkan maqam-maqam

yang makin meningkat kemuliaannya di bawah bimbingan guru (syekh) yang

(52)

commit to user 35

demikian panjang yang digali dari Alquran dan Sunah Rasul, dan sebagaian dari

karangan dari guru-guru mereka (Bani Sudardi, 2003:22).

Tarekat berati „jalan‟, yaitu bertunjuk dalam melaksanakan suatu ibadah

sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan oleh nabi dan dikerjakan

oleh sahabat dan tabi‟in, turun temurun sampai dengan guru-guru,

sambung-menyambung (Aboebakar Atjeh, 1992: 67).

Tarekat menurut istilah tasawuf adalah perjalanan seorang salik menuju

Tuhan dengan cara mensucikan diri atau perjalanan yang harus ditempuh oleh

seorang untuk dapat mendekatkan diri sedekat mungkin kepada Tuhan

(Noegarsyah, 2004: 472).

Dari pendapat-pendapat di atas dapat diperoleh simpulan bahwa tarekat

adalah suatu cara khusus yang dipakai oleh seseorang untuk mendekatkan diri

pada Allah Taala melalui tahapan-tahapan ibadah sesuai contoh Nabi Muhammad

dengan bimbingan seorang guru atau mursyid (wali). Dikalangan tarekat ini

kemudian dipercaya adanya wali-wali yang mempunyai silsilah jiwa kebatinan

sampai pada Nabi Muhammad.

Goldziher menerangkan bahwa seorang pemeluk tarekat harus melalui empat

tahapan dalam belajar tasawuf (Ignaz Goldziher, 1991:146). Empat tahapan

tersebut adalah :

a) Syariat

Syariat secara harfiah berati jalan menuju air, etika eksternal

dan normal moral islam yang di dasarkan atas Alquran dan sunah.

Gambar

Tabel 1 KeadaanNaskahRisālahMajmu’ .........................................................
    Tabel 1
Gambaran isi teks RM secara menyeluruh dipaparkan dalam ikhtisar isi teks
Tabel 2
+6

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah (1) Menyediakan suntingan teks Hifzhu `l- m n yang baik dan benar (2) Mendeskripsikan struktur sastra kitab yang terdapat dalam teks Hifzhu

Hampir Kepda Istrimu yang Halal”: Suntingan Teks, Analisis Struktur Teks, dan Isi Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret

Pada kutipan di atas pengarang teks Ketika Baik dan Buruk menguraikan tentang pemilihan saat yang baik untuk bepergian pada setiap hari, kemudian ia memberikan alasan

kebinasaan. Hal ini sesuai dengan kutipan teks berikut. Maka engkau basuh akan tanganmu dan baca olehmu kutika kala itu. Dan aku minta / peliharakan dengan dikau daripada celaka. 7 –

Inventarisasi Naskah Langkah pertama yang harus ditempuh oleh penyunting, setelah menentukan pilihannya terhadap naskah yang ingin disunting ialah menginventarisasikan sejumlah

“Tertib ini Tatkala Kamu Hendak Hampir Kepda Istrimu yang Halal”: Suntingan Teks, Analisis Struktur Teks, dan Isi Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya

Segala Puji bagi Allah SWT yang telah menciptakan manusia dengan akal dan fikiran serta memberikan rahmat dan hidaya-Nya kepada penulis sehingga dapat menuangkan

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa Naskah Serat Bustam Salatin versi Jawa merupakan naskah yang masuk ke dalam golongan religi dan etika berupa ajaran