• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jambi pada tahun 1998-2002

PERAN AGROINDUSTRI PANGAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DI PROPINSI JAMB

Visi, Misi dan Arah Kebijakan Pembangunan Ekonomi Propinsi Jambi Visi pembangunan ekonomi Propinsi Jambi berbasis pada upaya mewu- judkan sistem ekonomi kerakyatan. Visi ini menggambarkan komitmen pemerin- tah untuk mengembangkan ekonomi daerah dengan mengutamakan kekuatan eko- nomi rakyat yang sesuai dengan potensi daerah. Visi ekonomi kerakyatan diwu- judkan dalam serangkaian misi untuk menciptakan ekonomi wilayah yang kuat melalui sinergi antar pelaku ekonomi (Pemprop Jambi, 2001).

Visi ekonomi kerakyatan dalam pembangunan di Propinsi Jambi digali dari nilai-nilai budaya lokal yang tercermin dari seloko adat masyarakat Jambi. Nilai-nilai ini berfungsi sebagai semangat atau jiwa dalam pelaksanaan aktivitas pembangunan. Nilai-nilai budaya yang melandasi visi ekonomi kerakyatan di antaranya adalah kemakmuran, optimalisasi, profesionalisme dan kemitraan (Pemprop. Jambi, 2001). Kemakmuran mengandung makna bahwa segenap pro- ses pembangunan harus bermuara pada peningkatan kemakmuran seluruh rakyat. Proses tersebut dilakukan dengan cara mendayagunakan seluruh potensi sumber daya seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan bersama (optimal) dan didukung

oleh pelaku pembangunan yang sesuai dengan keahliannya (profesionalisme) dan dilaksanakan dalam semangat kebersamaan yang dilandasi asas kemitraan.

Arah kebijakan pembangunan ekonomi regional Propinsi Jambi masih mengandalkan imbas pertumbuhan (spill over effect) dari kegiatan ekonomi Singapura-Batam-Johor (SIBAJO) sebagai pusat pemasaran kawasan segi tiga pertumbuhan Indonesia, Malaysia and Singapore - Growth Triangle (IMS-GT). Posisi geografis Propinsi Jambi yang berhadapan langsung dengan pusat pema- saran IMS-GT tersebut diharapkan menjadi salah satu keunggulan komparatif (comparative advantage) Propinsi Jambi dibandingkan dengan beberapa wilayah propinsi lainnya di Sumatera (Pemprop. Jambi, 2001).

Strategi dan Kebijakan Pembangunan Agroindustri di Propinsi Jambi Perekonomian Propinsi Jambi masih didominasi oleh sektor primer (Bap- peda, 2000a). Hal ini terlihat distribusi persentase PDRB Propinsi Jambi yang masih didominasi oleh sektor pertanian (Tabel 6) dan persentase tenaga kerja pada sektor pertanian mencapai 68,4% (BPS Propinsi Jambi, 2002). Sektor sekunder dan tersier, sudah berkembang, tetapi masih memiliki kaitan yang erat dengan sektor primer, karena sebagian besar (Tabel 7) dari industri yang ada di Propinsi Jambi adalah industri pengolahan hasil pertanian dan kehutanan (ISIC 31, 33, 34 dan 35). Hal ini menunjukkan secara faktual peran sektor pertanian sebagai penggerak (prime mover) pembangunan ekonomi di Propinsi Jambi. Sejalan dengan hal itu, arah kebijakan pembangunan sektor pertanian Propinsi Jambi dalam jangka menengah (2001-2005) ditujukan pada upaya untuk :

1. Meningkatkan pemanfaatan sumber daya pertanian secara optimal dengan mengembangkan komoditi unggulan dan meningkatkan nilai tambah produk. 2. Mendorong pertumbuhan sentra-sentra produksi.

3. Meningkatkan mutu SDM pedesaan.

4. Mengembangkan terminal agribisnis dan kelembagaan pertanian di pedesaan. 5. Meningkatkan daya saing pertanian melalui penerapan IPTEK.

Tabel 6. Distribusi persentase PDRB Propinsi Jambi pada tahun 1969-2001

Sektor 1969 1979 1989 1999 2000 2001 Pertanian 55,46 54,20 35,43 27,68 28,00 27,42 Industri 14,80 8,40 17,37 17,82 17,19 17,31 Perdagangan. 11,92 13,06 19,33 17,51 17,05 17,06 Pengangkutan 4,76 5,39 7,62 10,51 10,30 10,28 Lainnyaa 13,06 18,95 20,25 26,48 27,46 27,93 Total 100,0 0 100,0 0 100,0 0 100,0 0 100,0 0 100,0 0 Sumber: BPS Propinsi Jambi, 2002.

a

Sektor-Sektor Pertambangan dan Galian, Listrik dan Air, Bangunan, Keuangan dan Jasa.

Tabel 7. Distribusi persentase PDRB Propinsi Jambi menurut Sektor Industri pada tahun1997-2001

Sub-sektor 1997 1998 1999 2000 2001

Industri Pengolahan A. Industri Migas B. Industri Tanpa Migas

1. Makanan, minuman dan tembakau 2. Barang kayu dan hasil hutan 3. Kertas

4. Barang dari karet 5. Lainnya 17,35 0,00 17,35 2,52 12,25 1,14 0,79 0,65 14,77 0,00 14,77 3,44 9,34 0,83 0,27 0,89 17,82 0,00 17,82 3,00 12,89 0,71 0,25 0,97 17,19 0,00 17,19 2,91 12,38 0,70 0,25 0,95 17,31 0,00 17,31 3,12 12,28 0,70 0,27 0,94 Sumber: BPS Propinsi Jambi, 2002.

Pembangunan industri di Propinsi Jambi dilakukan secara bertahap dan terpadu melalui peningkatan keterkaitannya dengan pertanian guna meningkatkan nilai tambah dan memperkokoh struktur ekonomi daerah (Bappeda, 2000a). Arah kebijakan pembangunan sektor industri dalam jangka menengah ditujukan pada upaya untuk mengembangkan struktur industri yang harmonis mulai yang bertum- pu pada potensi daerah, berorientasi pasar, bernilai tambah dan bersih lingkungan serta mendorong daya saing industri kecil dan menengah (Pemprop. Jambi, 2001). Dalam jangka pendek, kebijakan pembangunan industri ditekankan pada upaya penyelamatan dan pemulihan perekonomian melalui Program Pengembangan In- dustri Kecil dan Menengah (PIKM). Program PIKM bertujuan untuk meningkat- kan kemampuan IKM dalam aspek SDM, aksesibilitas pasar, modal dan kemitra- an. Terhadap industri kecil makanan olahan, program PIKM diarahkan pada upa- ya mengembangkan komoditas baru yang sesuai dengan selera pasar dan bahan baku yang tersedia serta mengembangkan pasar lokal dan regional (Nurdin, 2000).

Peran Agroindustri Pangan dalam Pembangunan Ekonomi di Propinsi Jambi

Pembangunan ekonomi memiliki empat dimensi pokok, yaitu pertumbuh-an, pengurangan kemiskinan, transformasi struktur ekonomi dan kesinambungan pembangunan (Saragih dan Krisnamurthi, 1996). Dari keempat dimensi tersebut, peran agroindustri pangan dalam pembangunan ekonomi di Propinsi Jambi dapat dilihat dari sumbangannya terhadap PDRB, pendalaman struktur ekonomi, serta penyerapan tenaga kerja. Pada tahun 2001, agroindustri pangan (ISIC 31) mem- berikan sumbangan sebesar 3,12% terhadap PDRB Propinsi Jambi (Tabel 7). Jika dikaji lebih dalam sumbangan tersebut mencakup 18,0% dari total sumbangan sektor industri terhadap PDRB. Adapun sumbangan terbesar sektor industri berasal dari sub-sektor industri pengolahan kayu dan hasil hutan (ISIC 33) yang pada tahun 2001 memberi sumbangan terhadap PDRB 12,28% atau 70,94% dari total sumbangan sektor industri.

Dominasi sub-sektor industri pengolahan kayu dan hasil hutan terhadap sektor industri merupakan salah satu isu kontraversial dalam perhitungan PDB dan PDRB (Rodenburg, et al., 1995). Perhitungan PDB/PDRB yang memasukkan sub-sektor industri pengolahan kayu dan hasil hutan mengandung paradoks dan menyebabkan biasnya hasil perhitungan. Hal ini karena peningkatan sumbangan sub-sektor industri pengolahan kayu dan hasil hutan berarti meningkatnya eks- ploitasi hutan yang berakibat pada peningkatan tingkat kerusakan lingkungan. Di sisi lain, peningkatan eksploitasi hutan menyebabkan berkurangnya ketersediaan sumber daya hutan. Hal ini mengandung pengertian apabila sektor industri masih bertumpu pada sub-sektor industri pengolahan kayu dan hasil hutan yang bersifat ekstraktif, maka suatu saat akan terjadi stagnasi dan penurunan drastis sumbangan dan laju pertumbuhan sektor industri yang disebabkan oleh semakin langkanya potensi sumber daya hutan (Bappeda, 2000a).

Koreksi terhadap sumbangan sub-sektor industri pengolahan kayu dan ha- sil hutan terhadap PDRB akan menaikkan sumbangan sub-sektor agroindustri pa- ngan dari 18,0% menjadi 62,0% terhadap total sumbangan sektor industri terha- dap PDRB Propinsi Jambi. Hal ini dapat diartikan bahwa agroindustri pangan menempati posisi strategis dalam pembangunan ekonomi di Propinsi Jambi.

Di sisi lain, pembangunan agroindustri pangan dapat membantu memper- kokoh dan memperdalam struktur ekonomi daerah Jambi, karena pembangunan agroindustri pangan memungkinkan terjalinnya keterkaitan yang kuat antara sek- tor industri dengan sektor pertanian yang merupakan basis ekonomi rakyat Jambi. Hasil sementara dari kajian terhadap agroindustri pangan yang berkembang me- nunjukkan adanya keterkaitan antara agroindustri pangan dengan pertanian primer yang diindikasikan berdasarkan penggunaan bahan baku. Agroindustri pangan yang berkembang di Propinsi Jambi adalah agroindustri yang menggunakan bahan baku hasil pertanian setempat. Agroindustri pangan skala mikro umumnya berupa industri rumah tangga yang mengolah bahan baku hasil pertanian tanaman pangan menjadi produk makanan. Demikian pula halnya dengan agroindustri pangan ska- la kecil yang berkembang umumnya adalah industri yang mengolah bahan baku hasil pertanian tanaman pangan dan perikanan, seperti industri keripik singkong, sale pisang, dodol nenas dan kerupuk ikan. Agroindustri pangan skala menengah dan besar yang ada di Propinsi Jambi adalah agroindustri yang mengolah hasil perkebunan, seperti industri pengolahan kelapa dan kelapa sawit.

Dari aspek ketenagakerjaan, pembangunan agroindustri pangan memung- kinkan peningkatan penyerapan tenaga kerja dan perluasan kesempatan berusaha di luar sektor pertanian. Mengingat 68,4% rumah tangga di Propinsi Jambi be- kerja di sektor pertanian (BPS Propinsi Jambi, 2002), serta lebih dari 75% ang- katan kerja di Propinsi Jambi yang berpendidikan tamat sekolah dasar atau kurang (Pemprop. Jambi, 2001), maka diperlukan perhatian yang lebih besar untuk membangun lapangan usaha yang mampu menyerap tenaga kerja dengan kuali- fikasi keahlian relatif rendah. Berdasarkan tingkat perkembangannya, agroin- dustri pangan merupakan salah satu lapangan usaha yang tidak terlalu memerlu- kan kualifikasi keahlian tenaga kerja tinggi (Ahza dan Wirakartakusumah, 1997; Saragih, 2000). Dengan demikian, pembangunan agroindustri pangan memung- kinkan peningkatan penyerapan tenaga kerja dan perluasan kesempatan berusaha di luar sektor pertanian.