Sosial Ekonomi Masyarakat Periode
STRATEGI PEMBANGUNAN AGROINDUSTRI PANGAN
Skenario Normatif Pembangunan Agroindustri Pangan
Visi Pembangunan Agroindustri Pangan
Strategi pembangunan agroindustri pangan (agroindustri minyak nabati di Propinsi Jambi) disintesis dalam bentuk skenario normatif. Skenario normatif pada hakekatnya adalah rencana jangka panjang (planifikasi) yang disintesis berdasarkan harapan (visi pembangunan agroindustri pangan) yang ingin dicapai pada masa mendatang dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia (analisis situasional dan struktural) dalam perspektif masa depan (analisis prospektif). Dalam hal ini, visi pembangunan agroindustri pangan adalah ter- wujudnya agroindustri pangan yang berdaya saing global, desentralistik dan ber- kelanjutan.
Agroindustri pangan yang berdaya saing global memiliki ciri berorientasi pasar, serta mengandalkan produktivitas dan nilai tambah melalui pemanfaatan modal (investment-driven) dan teknologi (innovation-driven); tidak hanya meng- andalkan kelimpahan faktor endowment seperti sumber daya alam dan tenaga kerja tidak terdidik (factor-driven). Agroindustri pangan yang desentralistik di- maksudkan sebagai agroindustri pangan berbasis pada pemanfaatan dan pening- katan daya saing komoditas pertanian unggulan yang menjadi basis ekonomi suatu wilayah (local specific products). Dalam hal ini komoditas unggulan dalam suatu wilayah KSP.
Agar pembangunan agroindustri pangan yang berdaya saing global dan de- sentralistik tersebut dapat berkelanjutan (sustainable), maka pembangunan agro- industri pangan harus berorientasi pada kepentingan jangka panjang dengan cara menggunakan teknologi ramah lingkungan dan mengupayakan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup. Di samping itu, agar memiliki daya saing global berkelanjutan, agroindustri pangan yang dibangun harus memiliki kemam- puan merespons perubahan pasar dengan cepat dan efisien, serta secara terus- menerus melakukan inovasi teknologi.
Faktor Pendukung Pembangunan Agroindustri Pangan
Dari hasil analisis struktural diketahui terdapat enam faktor kunci (key fac- tors) penentu keberhasilan pembangunan agroindustri pangan. Keenam faktor ter- sebut terdiri dari: karakteristik usaha, jaringan usaha dan status teknologi yang merupakan faktor-faktor mikro, serta infrastruktur, penyelenggaraan pemerintahan dan sosial ekonomi masyarakat yang merupakan faktor-faktor makro.
Dari hasil analisis prospektif dengan menggunakan skenario ekploratif diketahui bahwa keberhasilan pembangunan agroindustri pangan berdaya saing, desentralistik dan berkelanjutan tergantung pada : (1) kemampuan sistem memba- ngun usahatani komersial yang modern, berskala besar, efisien, inovatif dan ber- kelanjutan; (2) kemampuan sistem membangun perusahaan pengolahan yang me- miliki lingkup dan skala ekonomi yang memungkinkan pertumbuhan produk dan pasar yang stabil dan berkelanjutan, serta responsif terhadap perubahan.
Pembangunan usahatani komersial modern, berskala besar, efisien, inova- tif dan berkelanjutan dilakukan melalui (1) pewilayahan komoditas unggulan dalam bentuk KSP yang sesuai dengan kondisi agroekologi wilayah dan (2) didu- kung oleh infrastruktur wilayah, (3) suprastruktur kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan agroindustri pangan dan (4) adanya penyelenggara pe- merintahan yang dapat berperan sebagai fasilitator dan katalisator pembangunan agroindustri pangan (Gambar 64, Bagian a).
Pembangunan perusahaan pengolahan dengan lingkup dan skala ekonomi yang memungkinkan untuk menghasilkan produk inovatif dengan kualitas prima dan berdaya saing global dilakukan melalui pemanfaatan (1) perangkat teknologi dan (2) SDM inovatif yang diperoleh melalui (3) penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan atau (4) kerjasama teknologi (Gambar 64, Bagian b). Akan tetapi, dari hasil analisis prospektif (Gambar 66) diketahui bahwa upaya mendorong perkem- bangan agroindustri pangan dengan cara meningkatkan status perangkat teknologi dan SDM melalui jalur pendidikan sampai dengan jangka waktu 20 tahun mendatang belum berhasil mendorong perkembangan agroindustri pangan sampai ke taraf innovation-driven. Hanya melalui kerjasama teknologi upaya peningkat-
an status perangkat teknologi dan SDM untuk mencapai tahap unggul (innovation- driven) dapat terwujud.
Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat delapan peubah yang menja- di kunci keberhasilan pembangunan agroindustri pangan. Empat peubah berpe- ngaruh secara langsung terhadap keberhasilan pembangunan sub-sistem usahatani dan empat perubah berikutnya berpengaruh secara langsung terhadap keberhasil- an pembangunan sub-sistem agroindustri. Rincian kedelapan peubah kunci terse- but beserta kriteria pengukuran/penilaian keberhasilannya dalam pembangunan agroindustri pangan dapat dilihat pada Tabel 58.
Tabel 58. Daftar peubah kunci keberhasilan pembangunan agroindustri pangan beserta kriteria pengukuran/penilaian
Peubah Kriteria Pengukuran/Penilaian Keberhasilan
Pembangunan Sub-Sistem Usahatani
Kemampuan sistem membangun usahatani komersial yang modern berskala besar, efisien, inovatif dan berkelanjut- an(sustainable).
1. Pewilayahan Sentra Produksi
Keberhasilan pewilayahan komoditas pertanian unggulan dalam bentuk kawasan sentra produksi yang sesuai dengan kondisi agroekologi kawasan serta memiliki skala dan lingkup ekonomi yang memungkinkan untuk memproduk- si komoditas unggulan secara efisien dan berkelanjutan. 2. Infrastruktur
Wilayah
Ketersediaan infrastruktur fisik wilayah dan infrastruktur pertanian yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan pertanian berkelanjutan.
3. Kualitas Kebijakan Pembangunan
Kesesuaian kebijakan dan program pembangunan dengan kebutuhan pembangunan pertanian berkelanjutan.
4. Kualitas Penyeleng- gara Pemerintahan
Keberhasilan transformasi fungsi penyelenggara pemerin- tahan serta kualitas pelayanan publik.
Pembangunan Sub- Sistem Agroindustri
Kemampuan sistem membangun perusahaan pengolahan yang memiliki lingkup dan skala ekonomi yang memung- kinkan pertumbuhan produk dan pasar yang stabil dan ber- kelanjutan serta responsif terhadap perubahan.
1. Status Technoware
Status technoware yang digunakan oleh perusahaan pe- ngolahan sudah sampai pada taraf teknologi tinggi (com- puterized and integrated technology).
2. Status Humanware
Status SDM yang bekerja pada perusahaan pengolahan su- dah memiliki kemampuan berinovasi untuk menciptakan produk unggulan yang berdaya saing tinggi.
3. Kerjasama Teknologi
Jalinan kerjasama teknologi antar perusahaan pengolahan sudah sampai pada taraf pengembangan created factors untuk menghasilkan produk inovatif unggulan.
4. Jaringan Kemitraan
Kemitraan usaha sudah terjalin secara sinergis, strategis dan berkelanjutan atas dasar prinsip saling membutuhkan, memperkuat dan menguntungkan.
Skenario Normatif
Skenario normatif pembangunan agroindustri pangan disintesis berdasar- kan tahapan perkembangan peubah kunci pembangunan agroindustri pangan yang dibagi dalam tiga tahap perkembangan, yaitu Factor-Driven, Investment-Driven dan Innovation-Driven. Model struktural skenario normatif pembangunan agro- industri pangan dibagi dalam dua model pembangunan, yaitu : (a) model struk- tural pembangunan sub-sistem usahatani dan (b) model struktural pembangunan perusahaan pengolahan (Gambar 68).
Pembangunan Pembangunan
Sub-Sistem Perusahaan Usahatani Pengolahan
Perkembangan Perkembangan Perkembangan Kawasan Status Status
Perkembangan Perkembangan Intensitas Infrastruktur Kualitas Kerjasama Wilayah Kebijakan Teknologi
Kualitas Intensitas
Penyelenggara Jaringan Pemerintahan Kemitraan
(a) Pembangunan sub-sistem usahatani b) Pembangunan perusahaan pengolahan
Gambar 68. Model struktural skenario pembangunan agroindustri pangan
Skenario Pembangunan Agroindustri Kelapa
Strategi Pembangunan Usahatani Kelapa
Strategi pembangunan usahatani kelapa dimaksudkan untuk menjadikan perkebunan kelapa sebagai usahatani komersial modern, berskala besar, efisien, inovatif dan berkelanjutan. Upaya ini tergantung pada: (1) perkembangan KSP kelapa, (2) perkembangan infrastruktur wilayah, (3) kebijakan pemerintah dalam pembangunan sub-sistem usahatani kelapa dan (4) kualitas penyelenggara peme- rintahan. Pembangunan usahatani kelapa tidak akan berhasil jika penyelenggara pemerintahan: (1) tidak memahami permasalahan dan (2) tidak memiliki visi pembangunan usahatani kelapa.
Permasalahan utama dalam pembangunan usahatani kelapa pada KSP kelapa di Propinsi Jambi saat ini adalah tidak efisiennya usahatani kelapa sebagai akibat dari menurunnya tingkat produktivitas kelapa. Penurunan produktivitas kelapa adalah akibat dari tidak dilakukannya perawatan dan peremajaan tanaman kelapa yang sudah tua sebagai akibat dari penurunan nilai tukar (term of trade) komoditas kelapa, sehingga usahatani kelapa menjadi tidak menarik. Diprediksi keadaan ini masih akan berlangsung dalam waktu 5 sampai 10 tahun yang akan datang.
Upaya untuk meningkatkan daya tarik usahatani kelapa dapat dilakukan dengan cara : (1) membangun infrastruktur guna meningkatkan akses pasar bagi komoditas kelapa; (2) membuat kebijakan yang berpihak pada usahatani kelapa, seperti penghapusan retribusi terhadap komoditas kelapa dan pemberian kredit untuk perawatan dan peremajaan tanaman kelapa. Dari hasil analisis prospektif, diketahui kedua faktor ini (infrastruktur dan kualitas kebijakan) merupakan faktor kritis dalam pembangunan sistem usahatani kelapa (Tabel 59)
Agar perkembangan usahatani kelapa dapat mencapai tahap innovation- driven dalam kurun waktu 20 tahun mendatang, maka perlu dilakukan strategi periodesasi tahapan pembangunan sistem usahatani kelapa berikut :
Tabel 59. Tahap perkembangan usahatani kelapa
Parameter Tahap Perkembangan (Tahun)
Perkembangan 5 10 15 20
Karakteristik Usahatani Factor- Driven Factor- Driven Investment- Driven Investment- Driven Perkembangan KSP Investment- Driven Investment- Driven Innovation- Driven Innovation- Driven Infrastruktur Wilayah Factor-
Driven Investment- Driven Investment- Driven Innovation- Driven Kualitas Kebijakan Factor-
Driven Investment- Driven Investment- Driven Innovation- Driven Penyelenggara Pemerintahan Investment- Driven Investment- Driven Innovation- Driven Innovation- Driven
Sumber : Hasil analisis pada Gambar 55, 61 dan 62. Periode Pertama (0 – 10 tahun)
Pada periode pertama pembangunan usahatani kelapa, dalam kurun waktu sampai 10 tahun mendatang, penyelenggara pemerintahan harus mampu : (1) membangun infrastruktur dasar guna meningkatkan akses pasar bagi komoditas kelapa yang diproduksi pada suatu KSP; (2) menghapus kebijakan yang berben- turan dengan pembangunan usahatani kelapa; dan (3) menciptakan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan usahatani kelapa. Ketiga upaya ini diha- rapkan dapat menggeser tahap perkembangan infrastruktur wilayah dan kualitas
kebijakan dari factor-driven ke investmen-driven, sehingga pada tahun ke-10, perkembangan usahatani kelapa sudah berada pada tahap investment-driven (Tabel 60).
Tabel 60. Skenario perkembangan usahatani kelapa
Parameter Tahap Perkembangan (Tahun)
Perkembangan 5 10 15 20
Karakteristik Usahatani Factor- Driven Investment- Driven Investment- Driven Innovation- Driven Perkembangan KSP Investment- Driven Investment- Driven Innovation- Driven Innovation- Driven Infrastruktur Wilayah Investment-
Driven Investment- Driven Innovation- Driven Innovation- Driven
Kualitas Kebijakan Investment-
Driven Investment- Driven Innovation- Driven Innovation- Driven Penyelenggara Pemerintahan Investment- Driven Investment- Driven Innovation- Driven Innovation- Driven
Sumber : Hasil analisis
Periode Kedua (10 – 20 tahun)
Pada periode kedua pembangunan sistem usahatani kelapa, dalam kurun 10 sampai 20 tahun mendatang, investasi pemerintah diprioritaskan pada pengem- bangan riset untuk menghasilkan teknologi aplikatif bagi pembangunan usahatani kelapa. Di samping itu, penyelenggara pemerintahan harus mampu menciptakan kebijakan yang harmonis sesuai dengan kebutuhan pembangunan usahatani kela- pa, sehingga dalam kurun waktu 20 tahun mendatang perkembangan usahatani kelapa sudah sampai pada tahap innovation-driven (Tabel 60).
Strategi Pembangunan Perusahaan Pengolahan Kelapa
Strategi pembangunan perusahaan pengolahan kelapa bertujuan agar peru- sahaan pengolahan memiliki lingkup dan skala ekonomi yang memungkinkan untuk menghasilkan produk inovatif dengan kualitas prima dan berdaya saing global melalui pemanfaatan : (1) perangkat teknologi (technoware) dan (2) SDM (humanware) inovatif yang dihasilkan dari (3) jaringan kemitraan dan (4) kerja- sama teknologi.
Dari hasil analisis tahap perkembangan perusahaan pengolahan kelapa (Tabel 61), diketahui bahwa faktor kritis dalam pembangunan perusahaan pengo- lahan kelapa adalah status technoware dan jaringan kemitraan. Dengan demikian, upaya pengembangan perusahaan pengolahan kelapa dapat difokuskan pada peningkatan status technoware dan jaringan kemitraan.
Tabel 61. Tahap perkembangan perusahaan pengolahan kelapa
Parameter Tahap Perkembangan (Tahun)
Perkembangan 5 10 15 20
Karakteristik Perusahaan Factor- Driven Factor- Driven Investment- Driven Investment- Driven
Status Technoware Factor-
Driven Factor- Driven Investment- Driven Investment- Driven
Status Humanware Factor-
Driven Investment- Driven Investment- Driven Innovation- Driven Kerjasama Teknologi Factor-
Driven Investment- Driven Investment- Driven Innovation- Driven
Jaringan Kemitraan Factor-
Driven Factor- Driven Investment- Driven Investment- Driven
Sumber : Hasil analisis pada Gambar 56 – 60.
Pada tahap pertama pembangunan perusahaan pengolahan kelapa, yaitu dalam periode waktu sampai dengan 10 tahun mendatang, harus dilakukan upaya : 1) Peningkatan status technoware pada perusahaan pengolahan kelapa melalui
sampai pada tahap adaptasi ataupun akuisisi teknologi untuk menghasilkan pe- rangkat pengolahan yang bersifat otomatis untuk penggunaan khusus.
2) Peningkatan intensitas integrasi ke belakang perusahaan pengolahan dengan usahatani kelapa. Pada tahap ini setidaknya pembangunan perusahaan pengo- lahan sudah terintegrasi dengan pembangunan sistem usahatani, walaupun dengan pola integrasi yang masih bersifat sub-ordinatif ataupun hanya melalui koordinasi vertikal.
Kedua upaya ini diharapkan dapat menggeser perkembangan status technoware dan intensitas kemitraan dari factor-driven ke investmen-driven, sehingga pada tahun ke-10, perkembangan perusahaan pengolahan sudah berada pada tahap investment-driven (Tabel 62).
Tabel 62. Skenario perkembangan perusahaan pengolahan kelapa
Parameter Tahap Perkembangan (Tahun)
Perkembangan 5 10 15 20
Karakteristik Perusahaan Factor- Driven Investment- Driven Investment- Driven Innovation- Driven
Status Technoware Factor-
Driven Investment- Driven Investment- Driven Innovation- Driven
Status Humanware Factor-
Driven Investment- Driven Investment- Driven Innovation- Driven Kerjasama Teknologi Factor-
Driven Investment- Driven Investment- Driven Innovation- Driven
Jaringan Kemitraan Factor-
Driven Investment- Driven Investment- Driven Innovation- Driven
Sumber : Hasil analisis
Upaya yang harus dilakukan pada periode kedua pembangunan perusahaan pengolahan kelapa, yaitu dalam kurun waktu 10 - 20 tahun mendatang, adalah melanjutkan upaya yang telah dilakukan pada periode pertama, yaitu :
1) Peningkatan status technoware pada perusahaan pengolahan kelapa melalui kerjasama teknologi. Pada tahap ini, kerjasama teknologi sudah harus sampai
pada tahap modifikasi teknologi untuk menghasilkan created factors dengan menggunakan perangkat teknologi canggih (computerized and integrative technology).
2) Peningkatan intensitas integrasi ke belakang perusahaan pengolahan dengan usahatani kelapa. Pada tahap ini, intensitas integrasi sudah harus sampai pada bentuk integrasi vertikal yang sinergis, inovatif dan berkelanjutan.
Kedua upaya ini diharapkan dapat menggeser perkembangan status technoware dan intensitas kemitraan dari investmen-driven ke innovation-driven, sehingga pada tahun ke-20, perkembangan perusahaan pengolahan sudah berada pada tahap innovation-driven (Tabel 62).
Skenario Pembangunan Agroindustri Kelapa Sawit
Strategi Pembangunan Usahatani Kelapa Sawit
Sebagaimana halnya dengan pembangunan usahatani kelapa, strategi pembangunan sistem usahatani kelapa sawit dimaksudkan untuk menjadikan perkebunan kelapa sawit sebagai usahatani komersial modern, berskala besar, efisien, inovatif dan berkelanjutan. Dari hasil analisis prospektif (Tabel 63), diketahui secara alamiah, usahatani kelapa sawit di Propinsi Jambi memiliki potensi untuk berkembang lebih cepat daripada perkembangan faktor-faktor pendukungnya, sehingga strategi pembangunan usahatani kelapa sawit hanya perlu diarahkan pada upaya menyelaraskan pertumbuhan usahatani kelapa sawit dengan perkembangan perusahaan pengolahan kelapa sawit.
Tabel 63. Tahap perkembangan usahatani kelapa sawit
Parameter Tahap Perkembangan (Tahun)
Perkembangan 5 10 15 20
Karakteristik Usahatani Investment- Driven Investment- Driven Innovation- Driven Innovation- Driven Perkembangan KSP Investment- Driven Investment- Driven Innovation- Driven Innovation- Driven
Driven Driven Driven Driven
Kualitas Kebijakan Factor-
Driven Investment- Driven Investment- Driven Innovation- Driven Penyelenggara Pemerintahan Investment- Driven Investment- Driven Innovation- Driven Innovation- Driven
Sumber: Hasil analisis pada Gambar 55, 61 dan 62
Penyelarasan pertumbuhan usahatani kelapa sawit dengan perkembangan perusahaan pengolahan dilakukan dengan menggunakan sistem pengendali pem- bangunan agroindustri kelapa sawit. Model struktural pengendalian sistem pem- bangunan agroindustri kelapa sawit tersebut dapat dilihat pada Gambar 69. Tuju- an pengendalian sistem pembangunan agroindustri kelapa sawit adalah untuk mengendalikan investasi dan pertumbuhan usahatani kelapa sawit melalui pola pengembangan perkebunan dengan mempertimbangkan : (1) perkembangan KSP, (2) kelestarian lingkungan hidup, (3) kuantitas, kualitas dan kontinuitas produksi kelapa sawit, serta (4) posisi persaingan produk agroindustri kelapa sawit.
Produk Agroindustri Pesaing
Produksi Kelapa Sawit
Perkembangan Investasi/Pertumbuhan Lingkungan Kawasan Usahatani Kelapa Sawit Hidup
Pola Pengembangan Perkebunan Kelapa Sawit
Gambar 69. Model struktural pengendalian sistem pembangunan agroindustri kelapa sawit
Sebagaimana halnya dengan pembangunan perusahaan pengolahan kelapa, strategi pembangunan perusahaan pengolahan kelapa sawit bertujuan agar peru- sahaan memiliki lingkup dan skala ekonomi yang memungkinkan untuk mengha- silkan produk inovatif dengan kualitas prima dan berdaya saing global melalui pemanfaatan : (1) perangkat teknologi (technoware) dan (2) SDM (humanware) inovatif, (3) kerjasama teknologi dan (4) jaringan kemitraan.
Dari hasil analisis tahap perkembangan perusahaan pengolahan kelapa sa- wit (Tabel 64), diketahui perkembangan perusahaan pengolahan kelapa sawit seiring dengan perkembangan faktor-faktor pendukungnya. Dalam kurun waktu 5 - 10 tahun yang akan datang, perkembangan perusahaan pengolahan kelapa sawit bersama-sama dengan faktor-faktor pendukungnya telah berada pada tahap investment-driven. Hal ini memungkin bagi perusahaan pengolahan dan faktor- faktor pendukungnya berkembang ke tahap innovation-driven dalam kurun waktu 15 - 20 tahun yang akan datang. Prediksi ini didukung dengan hasil analisis pros- pektif dengan menggunakan skenario eksploratif yang memperlihatkan perkem- bangan perusahaan pengolahan kelapa sawit akan sampai pada tahap innovation- driven dalam kurun waktu 20 tahun yang akan datang.
Tabel 64. Tahap perkembangan perusahaan pengolahan kelapa sawit
Parameter Tahap Perkembangan (Tahun)
Perkembangan 5 10 15 20
Karakteristik Perusahaan Investment- Driven Investment- Driven Innovation- Driven Innovation- Driven
Status Technoware Investment-
Driven Investment- Driven Innovation- Driven Innovation- Driven
Status Humanware Investment-
Driven Investment- Driven Innovation- Driven Innovation- Driven Kerjasama Teknologi Investment-
Driven Investment- Driven Innovation- Driven Innovation- Driven
Jaringan Kemitraan Investment-
Driven Investment- Driven Innovation- Driven Innovation- Driven
Perkembangan usahatani kelapa sawit dan perusahaan pengolahan kelapa sawit akan mencapai tahap innovation-driven dalam kurun waktu 15 – 20 tahun yang akan datang. Hal ini mengindikasikan agroindustri kelapa sawit akan tum- buh menjadi agroindustri unggulan yang memiliki daya saing global dalam kurun waktu 15 – 20 tahun yang akan datang. Hasil ini sesuai dengan laporan Oil World (2002) yang memprediksi Indonesia akan menjadi produsen CPO terbesar di dunia pada tahun 2005, dan pada tahun 2020 Indonesia akan menguasai hampir 50% produksi CPO dunia. Dukungan pemerintahan untuk mendorong perkem- bangan agroindustri kelapa sawit ini adalah melalui investasi pada pengembangan riset yang menghasilkan teknologi yang dapat diadopsi menjadi sumber pertum- buhan usahatani dan pengolahan hasil agar pembangunan agroindustri kelapa sawit dapat segera memasuki tahap innovation-driven.
STRATEGI PEMBANGUNAN AGROINDUSTRI PANGAN