• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Masyarakat Sipil (Civil Society): Organisasi Kemasyarakatan dan Lembaga Swadaya Masyarakat

Skor Indeks Kebebasan Pers Indonesia Tahun 2003-2012

1. Peran Masyarakat Sipil (Civil Society): Organisasi Kemasyarakatan dan Lembaga Swadaya Masyarakat

Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) pada periode ini diatur oleh UU Nomor 17 tahun 2013 mencabut UU Nomor 8 Tahun 1985329 dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) diatur melalui instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1990 tentang Pembinaan Lembaga Swadaya Masyarakat kepada seluruh Gubernur. 330 keduanya merupakan bagian dari masyarakat sipil (civil society) yang wajib dilibatkan dalam proses demokrasi di Indonesia. Menggerakkan masyarakat sipil sebagai pilar demokrasi bukan pekerjaan yang mudah, perlu pematangan konsep, ideologi, serta arah gerak dalam mengisi aktivitas-aktivitas mereka menuju good governance. Secara substansi, keduanya dapat dibedakan pada basisnya. Ormas berbasis massa, sedangkan LSM berbasis pada kegiatan yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat. 331 Baik

329Organisasi Kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk dan didirikan oleh masyarakat secara sukarela berdasarkan kesamaan aspirasi, kepentingan, kehendak, kebutuhan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan demi tercapainya tujuan NKRI yang berdasarkan Pancasila.

330 Dalam instruksi ini disebutkan LSM adalah lembaga yang anggotanya masyarakat WNRI yang secara sukarela dan kehendak sendiri berniat serta bergerak di bidang kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh organisasi/lembaga sebagai wujud partisipasi masyarakat dalam upaya meningkatkan tarap hidup dan kesejahteraan masyarakat, yang menitikberatkan kepada pengabdian secara swadaya.

331Istilah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang dikenal dan polpuler pada akhir-akhir ini, merupakan metamorfosa dari beberapa istilah yang dikenal sebelumnya. Pada mulanya istilah yang digunakan adalah ornop (organisasi non pemerintah) terjemahan harfiah dari NGO (Non Governmental Organization). Istilah dari paradigma masyarakat sipil dalam berbagai wadah sosial politik di masyarakat mulai dari bidang keagamaan, profesi, paguyuban, petani, buruh, pedagang dan lainya. Dalam pengertian umum, ornop mencakup semua ormas yang berada di luar struktur dan jalur formal pemerintahan, dan tidak dibentuk oleh dan merupakan bagian dari birokrasi pemerintah. Munculnya UU Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan justru menimbulkan masalah jika istilah LSM disandingkan dengan istilah Organisasi Keormasan, karena LSM tidak termasuk dalam kriteria pengertian Ormas dalam UU tersebut. Baca: Abdul Fickar Hadjar, LSM, Demonstrasi dan Demokrasi: Pertumbuhan

Ormas maupun LSM keduanya sebagai media partisipasi rakyat dalam menciptakan pembangunan dan demokrasi yang lebih baik.

Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi saat itu menyatakan bahwa tahun 2005 Ormas berjumlah 3 ribu dan tahun 2010 meningkat pesat sebanyak 9 ribu Ormas. Jumlah tersebut belum termasuk ormas yang terdaftar di Kementerian lain. Ribuan Ormas ini setidaknya 12 klasifikasi, antara lain keagamaan, penegakan demokrasi, kemiskinan, kehidupan sosial, gender, hukum, pendekatan kesukuan, pluralisme dan lembaga survei.332 Demikian juga dengan LSM, merupakan sebuah organisasi yang membantu kinerja pemerintah bahkan justru ikut mengawasi jalannya pemerintahan. Laporan BPHN 2010 menyebutkan sebanyak 14.250 LSM yang tercatat di Departemen Dalam Negeri yang setidaknya mencakup 10 jenis kegiatan yaitu usaha kesejahteraan sosial, pendidikan, keagamaan, pertanian, kehutanan, lingkungan, kesehatan, koperasi, hukum/advokasi dan perdagangan.333

Gerakan LSM yang memiliki agenda-agenda sosial misalnya Malang Corrution Watch (MCW), MCW memiliki rasa tanggung jawab besar dalam mendorong tatanan birokrasi yang bebas dari korupsi dan nepotisme.

LSM, Demonstrasi dan Demokrasi Era Reformasi, (disampaikan pada “Diskusi Implementasi Kebebasan Berbicara dan Berserikat”, Kesbang DKI Jakarta, 18 Juli 2006, Hotel Puncak Jaya, Bogor, diakses dalam http://fickar15.blogspot.com/2006/07/lsm-demonstrasi-demokrasi.html. Download: Rabu, 2 Januari 2019, Pukul: 17.01 WIB.

332detikNews, Ada 9 Ribu Ormas Terdaftar di Kemendagri, 30 Agustus 2010, dalam https://news.detik.com/berita/1431233/ada-9-ribu-ormas-terdaftar-di-kemendagri

Download: Selasa, 15 Januari 2019, Pukul: 12.30. WIB.

333Tirta Nugraha Mursitama dkk, Laporan Pengkajian Hukum tentang Peran dan

Tanggungjawab Organisasi Kemasyarakatan dalam Pemberdayaan Masyarakat,

(Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Hukum Nasional Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, 2011), hlm. 39.

Pendidikan publik menjadi nafas utama gerakan sosial anti korupsi yang ditanamkan kepada masyarakat di Malang Raya sejak berdiri tahun 2000. Tahun 2005 sampai tahun 2013 MCW telah membentuk simpul-simpul warga dengan metode forum belajar warga. Melakukan investigasi, menggerakkan dan memfasilitasi kelompok warga untuk berdialog, bernegosiasi, berdemontrasi kepada pemegang otoritas politik (kebijakan) maupun kepada pejabat birokrasi. Pola hubungan MCW dengan masyarakat mulai dari relasi formal, memetakan potensi sekutu dan memperluas ruang publik bersama. Pola pendekatan dengan kelompok masyarakat ini membedakan MCW dengan organisasi gerakan anti korupsi lainnya.334

Sebagai kontrol sosial, LSM ikut mengawasi jalannya pemilu seperti yang dilakukan oleh Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rayat (JPPR). Lembaga ini cukup konsisten dalam kiprah penyelenggaraan pemilu di Indonesia sepanjang era reformasi ini. Tahun 2004 jumlah pemantau JPPR 140.000 orang, Pemilu April 2009 menurun menjadi 3000 orang dan Juli 2009 sebanyak 10.500 orang pemantau.335 Selain pemantau pemilu

334Gerakan antikorupsi lain hanya fokus melakukan kerja pengawasan dan membongkar kasus korupsi, seperti melakukan investigasi, mengawasi, dan melaporkan kasus korupsi kepada aparat penegak hukum. Sementara MCW meletakkan advokasi kasus korupsi sebagai aksi antara, sasaran akhir gerakan adalah mendesak pemenuhan hak dan kesejahteraan rakyat. Baca: Pandu Wicaksono dkk (Penyunting), Ilusi

Demokrasi Lokal: Refleksi Gerakan Antikorupsi Organisasi Masyarakat Sipil, (Malang:

Kerjasama Intrans Publishing & Wisma Kalimetro 2014), hlm. 33-34.

335Khoirunnisa Agustyati dkk, Potret Partisipasi Organisasi Masyarakat Sipil dalam

Pemantauan Pemilu 2009-2014, (Jakarta: Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan di Indonesia atas kerjasama Perludem, 2015) hlm. 70-72.Sumber:

https://media.neliti.com/media/publications/45224-ID-potret-partisipasi-organisasi-masyarakat-sipil-dalam-pemantauan-pemilu-1999-2014.pdf Download: Selasa, 08 Januari 2019, Pukul: 18.03 WIB.

ada lembaga survey di tanah air, seperti Lingkaran Survey Indonesia (LSI), Lembaga Riset Informasi (LRI), Lembaga Survey Nasional (LSN), dan Indo Barometer. Lingkaran Survey Indonesia, pada Oktober 2007 mempublikasikan tingkat kepuasan publik (responden) yang terus menurun terhadap kepemimpinan SBY-JK.336 Hasil kajian ini kurang lebih sama dengan apa yang didapati oleh Lembaga Survey Nasional (LSN) dan Indo Barometer serta LSI.337

336Saat dilantik menjadi pasangan presiden periode 2004-2009 di bulan Oktober 2004, kepuasan responden berada di atas 80%, namun setelah tiga tahun berjalan, kepuasan tersebut merosot tajam menjadi 35,3%. Hal ini menurut mereka disebabkan bebarapa hal, yaitu: (1) kekecewaan terhadap kinerja ekonomi, (2) kemerosotan kinerja program pemberantasan korupsi (3) rakyat meragukan kemampuan SBY mengatasi masalah bangsa dan (4) berjaraknya harapan dan kenyataan. Baca: Jurnal Enam Bulanan Vol. 5 No. 1 2009, Politik: Jurnal Kajian Politik dan Masalah Pembangunan, tulisan Leo Agustino dan Mohammad Agus Yusofi, Pemilihan Umum dan Perilaku Pemilih: Analisis Pemilihan Presiden 2009 di Indonesia, (Jakarta: P4m, Program Magister ilmu Politik Universitas Nasional, 2009) hlm. 427-432. Dalam

https://www.researchgate.net/publication/311427521_Pemilihan_Umum_dan_Perilaku_P emilih_Analisis_Pemilihan_Presiden_2009_di_Indonesia Download, Rabu: 09 Januari 2019, Pukul: 12.03 WIB.

337Pada 29 Juni 2008, Indo Barometer mempublikasi hasil kajian dengan menyatakan bahwa hanya 31,3% responden tetap menginginkan SBY sebagai presiden terbilang 50,6%, sedangkan yang tidak menjawab atau tidak tahu 18,1 %. Survei yang dilakukan oleh Indo Barometer berentang 10 hari sejak 5 Juni 2008, dengan 1.200 responden di 33 provinsi dengan menggunakan metode multistage random sampling. Mengenai calon presiden yang akan dipilih oleh responden, pilihan terbanyak jatuh kepada Megawati (26,1%) kemudian SBY (19,1%). Pada 27 Februari 2009, Lembaga Survei Indonesia melakukan konferensi pers di Jakarta dengan tajuk “Efek Calon Terhadap Perolehan Suara Partai Menjelang Pemilu 2009” yang bertujuan untuk menyampaikan hasil penelitian mengenai pemilihan umum 2009, di dalamnya turut pula dibahas mengenai kandidat dan sikap pemilih terhadap calon yang diajukan oleh lembaga ini. Berdasarkan survei polling sebelumnya yang dipublikasi pada bulan Oktober 2007, SBY masih dinilai sebagai tokoh yang lebih mampu untuk menyelesaikan pelbagai masalah mendesak saat itu dibandingkan calon-calon presiden lainnya. Oleh karenanya, banyak responden yang percaya pada kemampuan SBY. Hasilnya SBY mendapat sokongan 35% diikuti Megawati 22%. Di samping itu, SBY pun dinilai lebih bisa dipercaya oleh para resonden yang ditanya LSI, dengan nilai 30,5% Megawati 18,0%. Responden diminta untuk menentukan dua nama siapa yang pantas menjadi presiden Indonesia pada periode 2009-2014, maka dua nama yang saling bersaing tersebut adalah SBY dan Megawati. Namun hasil polling menunjukkan SBY sebagai pemenangnya. Baca: Jurnal Enam Bulanan Vol. 5 No. 1 2009, Politik: Jurnal Kajian Politik dan Masalah

Pembangunan, tulisan Leo Agustino dan Mohammad Agus Yusofi, Pemilihan Umum dan Perilaku Pemilih: Analisis Pemilihan Presiden 2009 di Indonesia, (Jakarta: P4m, Program