• Tidak ada hasil yang ditemukan

H. Landasan Teori

3. Teori Konfigurasi Politik dan Karakter Produk Hukum

Dalam menjalankan kebijakan penyelenggaraan negara secara nasional, pemerintah Indonesia melaksanakan dua langkah yang meliputi: pertama, pembangunan hukum yang berintikan pembuatan dan pembaruan terhadap materi-materi hukum agar dapat sesuai dengan kebutuhan. Kedua, pelaksanaan ketentuan hukum yang telah ada termasuk penegasan fungsi lembaga dan pembinaan para penegak hukum. Batasan itu menggambarkan bahwa politik hukum mencakup proses pembuatan dan pelaksanaan hukum yang dapat menunjukkan sifat dan ke arah mana hukum akan dibangun dan ditegakkan.55 Strategi pembangunan hukum tersebut yang akhirnya berimplikasi pada karakter produk hukumnya yaitu pembangunan hukum “ortodoks” dan pembangunan hukum “responsif”.

Dengan menggunakan asumsi dasar bahwa hukum sebagai produk politik, maka politik akan sangat menentukan hukum sehingga studi ini meletakkan politik sebagai variabel bebas dan hukum sebagai variabel terpengaruh. Dengan pernyataan hipotesis yang lebih spesifik dapat dikemukakan bahwa konfigurasi politik suatu negara akan melahirkan karakter produk hukum tertentu di negara tersebut. Di dalam negara yang konfigurasi politiknya demokratis, maka produk hukumnya berkarakter responsif, sedangkan di negara yang konfigurasi politiknya otoriter, maka produk hukumnya berkarakter ortodoks. Perubahan konfigurasi politik dari

otoriter ke demokratis atau sebaliknya berimplikasi pada perubahan karakter produk hukum. Pernyataan hipotesis tersebut dapat disajikan dalam ragaan berikut ini.56

TABEL 2: Konfigurasi Politik: Variabel Bebas dan Variabel Terpengaruh

Teori Prof. Moh. Mahfud MD. ini, menjelaskan bahwa konfigurasi politik diartikan sebagai susunan atau konstelasi kekuatan politik yang secara dikotomis dibagi atas dua konsep yang bertentangan secara diametral, yaitu konfigurasi politik demokratis dan konfigurasi politik otoriter. Konfigurasi politik demokratis adalah susunan sistem politik yang membuka kesempatan (peluang) bagi partisipasi rakyat secara penuh untuk ikut aktif menentukan kebijaksanaan umum. Partisipasi ini ditentukan atas dasar jumlah mayoritas wakil-wakil rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjadinya kebebasan politik.

di negara yang menganut sistem demokrasi atau konfigurasinya demokratis terdapat pluralitas organisasi di mana organisasi-organisasi penting relatif otonom. Dilihat dari hubungan antara pemerintah dan wakil rakyat di dalam konfigurasi politik demokratis ini terdapat kebebasan bagi rakyat melalui wakil-wakilnya untuk melancarkan kritik terhadap pemerintah.57

Sedangkan konfigurasi politik otoriter adalah susunan sistem politik yang lebih memungkinkan negara berperan sangat aktif serta mengambil hampir seluruh inisiatif dalam pembuatan kebijaksanaan negara. Konfigurasi itu ditandai oleh dorongan elit kekuasaan untuk memaksakan persatuan, penghapusan oposisi terbuka, dominasi pimpinan negara untuk menentukan kebijaksanaan negara dan dominasi kekuasaan politik oleh elit politik yang kekal, serta di balik semua itu ada satu doktrin yang membenarkan konsentrasi kekuasaan.58

Indikator digunakan adalah dengan melihat tiga pilar peran yaitu partai politik dan badan perwakilan rakyat, kebebasan pers dan peran eksekutif. Pada konfigurasi politik demokratis, partai politik dan lembaga perwakilan rakyat (legislatif) aktif berperan menentukan hukum negara atau politik nasional. Kehidupan pers relatif bebas, sedangkan peranan lembaga eksekutif (pemerintah) tidak dominan, dan tunduk pada kemauan-kemauan rakyat yang digambarkan lewat kehendak lembaga

57Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 1996) hlm. 24. 58Moh. Mahfud MD, Ibid, hlm. 25.

perwakilan rakyat. Pada konfigurasi politik otoriter yang terjadi adalah sebaliknya.59

GAMBAR 1: Konfigurasi Politik: Demokratis dan Otoriter

Sedangkan produk hukum dibedakan dalam dua karakter yaitu produk hukum responsif/populistik dan produk hukum konservatif/ ortodoks/elitis. Produk hukum responsif adalah produk hukum yang mencerminkan rasa keadilan dan memenuhi harapan masyarakat. Dalam proses pembuatannya memberikan peranan besar dan partisipasi penuh kelompok-kelompok sosial atau individu di dalam masyarakat. Hasilnya bersifat responsif terhadap tuntutan-tuntutan kelompok sosial atau individu dalam masyarakat.

Produk hukum ortodoks adalah produk hukum yang isinya lebih mencerminkan visi sosial elit politik, lebih mencermnkan keinginan

pemerintah, bersifat positivis-instrumentalis, yakni menjadi alat pelaksanaan ideologi dan program kerja. Berlawanan dengan hukum responsif, hukum ortodoks lebih tertutup terhadap tuntutan-tuntutan kelompok maupun individu-individu di dalam masyarakat. Dalam pembuatannya peranan dan partisipasi masyarakat relatif kecil.

Indikator yang digunakan adalah proses pembuatan hukum, sifat fungsi hukum, dan kemungkinan penafsiran atas sebuah produk hukum. Produk hukum responsif, pada proses pembuatannya bersifat partisipatif, yakni mengundang sebanyak-banyaknya partisipasi masyarakat melalui kelompok-kelompok sosial dan individu di dalam masyarakat. Sedangkan proses pembuatan hukum yang berkarakter ortodoks bersifat sentralistik dalam arti lebih didominasi oleh lembaga negara terutama pemegang kekuasaan eksekutif.

Dilihat dari fungsinya, maka hukum responsif bersifat aspiratif. Artinya memuat materi-materi yang secara umum sesuai dengan aspirasi atau kehendak masyarakat yang dilayaninya. Sehingga produk hukum itu dapat dipandang sebagai kristalisasi dari kehendak masyarakat. Sedangkan hukum ortodoks bersifat positivis instrumentalis. Refleksi atas visi sosial dan politik pemegang kekuasaan.

Jika dilihat dari segi penafsiran maka produk hukum responsif biasanya memberi sedikit peluang bagi pemerintah untuk membuat penafsiran sendiri melalui berbagai peraturan pelaksanaan dan peluang yang sempit itupun hanya berlaku untuk hal-hal yang betul-betul bersifat

teknis. Sedangkan produk hukum yang berkarakter ortodoks memberi peluang luas kepada pemerintah untuk membuat berbagai peraturan lanjutan yang berdasarkan visi sepihak dari pemerintah dan tidak sekedar masalah teknis. Oleh sebab itu, produk hukum yang berkarakter responsif biasanya memuat hal-hal penting secara cukup rinci, sehingga sulit bagi pemerintah untuk membuat penafsiran sendiri.60

GAMBAR 2: Karakter Produk Hukum: Responsif dan Ortodoks

4. Teori Konsistensi Pemerintah terhadap Keberlakuan Hukum.