• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII PERAN ORANG TUA

A. Peran Orang Tua Dalam Praksis

Dalam proses kehidupan sehari-hari, sebelum menjalani pendidikan sekolah dasar yang merupakan awal dari mulainya sebuah pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian manusia adalah orang tua. Orang tua merupakan tempat pertama anak mendapatkan pendidikan sebelum berhubungan dunia luar (sekolah). Sejak anak itu berada dalam kandungan anak telah mendapatkan pendidikan ibunya. Selain mempersiapkan anak untuk memasuki dunia pendidikan yang lebih luas, orang tua juga ikut berperan dalam pembangunan pendidikan dan aktif dalam peningkatan mutu sekolah.

Dalam proses pembangunan pendidikan, tidak semua masyarakat aktif berpartisipasi karena memiliki karakter serta pemahaman yang berbeda tentang partisipasi dan pendidikan. Dwiningrum (2011: 66) menjelaskan bebarapa karakteristik orang tua, misalnya pengusaha, petani, nelayan, pedagang, pegawai dan lain-lain akan mewarnai kondisi dan kwalitas pendidikan. Perbedaan karakteristik orang tua membuat harapanya terhadap sekolah terutama lulusanya akan berbeda pula. Oleh karena itu sekolah harus menjalin hubungan kerjasama dengan orang tua peserta didik. Karena orang

tua memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan dan kemajuan sekolah.

Peran orang tua dalam aktivitas pendidikan di sekolah sangat sentral dalam pembangunan pendidikan baik terlibat secara langsung ataupun tidak. Dalam mendidik anaknya orang tua juga harus aktif terlibat mendidik anakny di rumah, karena waktu anak di sekolah lebih banyak di rumah dibandingkan di sekolah. Oleh karena itu, Dwiningrum merinci peran orang tua dalam membentuk lingkungan yang kondusif di rumah antara lain:

a. Menciptakan budaya belajar dirumah

b. Memprioritaskan tugas yang terkait secara langsung dengan pembelajaran disekolah.

c. Mendorong anak untuk aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi sekolah, baik yang bersifat kurikuler maupun ekstrakurikuler.

d. Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan gagasan, ide, dan berbagai aktivitas yang menunjang kegiatan belajar.

e. Menciptakan situasi yang demokratis dirumah agar tukar pendapat dan fikiran sebagai sarana belajar dan membelajarkan

f. Memahami apa yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh sekolah, dalam mengembangkan potensi anaknya.

g. Menyediakan sarana belajar yang memadai, sesuai dengan kemampuan orang tua dalam kebutuhan sekolah.

Pembangunan pendidikan juga tidak dapat terlepas dari upaya yang melibatkan lingkungan yang terdiri dari pendidik, orang tua, pemerintah, masyarakat dan para pengusaha (stakeholders) untuk bekerjasama dalam menyiapkan peserta didik untuk mencapai kebutuhan mereka di masa yang akan datang Goldberg dan Cole dalam (Nurkholis, 2014). Hal ini karena lembaga pendidikan merupakan lembaga yang di dalamnya terdapat hubungan yang erat antara sekolah dengan orang tua yang diwakili oleh komite sekolah. Peningkatan mutu pendidikan dalam pembangunan pendidikan bukan semata-mata kebutuhan sekolah tetapi kebutuhan bagi semua pihak.

Dalam beberapa kajian dijelaskan bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan memberikan dampak yang positif dalam peningkatan mutu pendidikan. Menurut Govinda dan Diwan (2003), partisipasi masyarakat termasuk di dalamnya orang tua, merupakan proses keterlibatan masyarakat aktif baik secara individu maupun kolektif, langsung maupun tidak langsung, dalam pengambilan keputusan, kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan.

Peran orang tua dalam pembangunan pendidikan dapat dilihat dari dua aspek, yaitu sebagai aset dan defisit, sebagaimana analisis yang dilakukan oleh Seymour (1995).

Dalam penjelasanya dikatakan bahwa, orang tua dalam dimensi ”assets” meliputi:

a. Parent have Knowledge of their child not available to any one else, (i.e., knowledge about learning style, interest, motivation, problems, and talents)

b. Parent have, to indulge understatement, a serious interest in formal education experience of their child.

c. Parent are teacher (i.e., educator), and it is inevitable that they come to conclution about that is good or bad teaching. If those conclution drive from the family context (a type of class room), those conclution are generalized to the school class room.

d. In their role citizens, parents are accountable for what school are in the sense that they (and other) provide the monies making school possible.

e. By virtue of special interest, hobbies, vocation, and community role, any group of parents has members who possess knowledge and skill that can be used in the education of student and can be a source of stimulation to teachers.

Peran orang tua-masyarakat sebagai “deficits” baik secara individu dan kelompok dalam hal paricipatipation. Seperti yang di jabarkan oleh Seymour (1995) sebagai berikut:

a. Parent have little basis for understanding the culture of a school and shool system: the axioms and assumptions undergirding behavioral and programmatic regularities; the nature and rational for decision making in regard to scores of problems and responsibilities; how

organizational-educational goals and practices are experienced and interpreted by adults in the culture, varying as they do with status, power, and experience; and hoe within that culture, and between it and the ”outside,” are attitudes or stances the origins and substance of wich are roote in a present and past.

b. Parents’ knowledge of and attitudes toward schooling in general and school personel in particular derive primarily from their experiences as students.

c. When parent and others call for involvement of some degree or kind in the decision making process, their emphasis is on issues of power – they want ”in” – and not on substantive educational issues.

Pendidikan dalam keluarga tidak cukup untuk menyiapkan anak untuk menghadapi masa depanya, oleh karena itu orangtua menyerahkan pendidikan anaknya pada lembaga pendidikan formal yang disebut dengan sekolah. Tetapi tidak cukup dengan hanya menyerahkan saja, dibutukan partisipasi orang tua dalam kelanjutan proses pendidikan anak-anaknya. Walaupun sudah banyak bnukti yag menunjukan bahwa partisiapasi orang tua dalam proses pendidikan anak merupakan masalah yang relatif kompleks. Menurut Dwiningrum (2011) interaksi yang terjalin antara orang tua dan sekolah meliputi dua kategori, yaitu: (1) parental involvement” yang mengarah pada keterlibatan orang tua pada semua jenis aktivitas yang ditujukan untuk mendukung program-program sekolah; (2) parental particiption adalah orang tua

berupaya mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pada hal-hal yang sangat penting di sekolah. Sedangkan tingkat keterlibatan orang tua dalam peningkatan mutu pendidikan tidak hanya ditentukan oleh orang tua saja, tetapi juga ditentukan oleh sistem pendidikan yang berlaku.