• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

A. Sekolah Dasar Negeri

Pendidikan di sekolah dasar negri (SDN) merupakan tempat proses kegiatan yang mendasari tiga aspek-aspek dasar dalam pendidikan, yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Ketiga aspek ini merupakan dasar atau landasan pendidikan yang paling utama. Hal ini karena ketiga aspek tersebut merupakan hal paling hakiki dalam kehidupan. Kita membutuhkan sikap-sikap hidup yang positif agar kehidupan kita lancar. Kita juga membutuhkan dasar-dasar pengetahuan agar setiap kali berinteraksi tidak ketinggalan informasi, yang tidak kalah pentingnya adalah keterampilan. Pendidkan pada sekolah dasar merupakan kegiatan pembekalan diberikan selama enam tahun berturut-turut. Pada saat inilah anak didik dikondisikan untuk dapat bersikap sebaik-baiknya. Pengertian sekolah dasar sebagai basis pendidikan harus benar-benar dapat dipahami oleh semua masyarakat sehingga mereka dapat mengikuti pola pendidikannya. Tentunya, dalam hal ini, kegiatan pendidikan dan pembelajarannya mengedepankan landasan bagi kegiatan selanjutnya. Tanpa pendidikan di sekolah dasar, tentunya sulit bagi kita untuk memahami konsep-konsep baru pada tingkatan lebih tinggi.

Muhadjir (2001) menjelaskan bahwa, “schooling mencakup semua upaya pendidikan dengan program yang

eksplisist direnacanakan. Pendidikan formal, nonformal, ataupun adult education termasuk dalam konsep schooling”. Pemisahan antara pengajaran yang hanya menekankan materi pembelajaran dengan pendidikan yang menekankan pendidikan nilai kepribadian, sudah pelu ditinggalkan. Sejarah berbagai bangsa telah membuktikan bahwa pengembangan sumberdaya manusia lewat pendidikan, yang tidak lain lewat schooling (baik lewat formal, nonformal, ataupun lewat adult education) telah mampu memacu pertumbuhan ekonomi di negara yang bersangkutan menjadi lebih cepat. “Rate of return jenjang

schooling” menurut Muhadjir terkait dengan tingkat

perkembangan masyarakatnya.

Sejarah membuktikan bahwa lembaga nonformal berfungsi mengisi tugas yang tidak dapat dilaksanakan oleh pendidikan formal, hal tersebut dijelaskan oleh Coombs dalam Muhadjir (2001). Pada saat ini peranan yang tidak dapat diberikan oleh pendidikan formal dan dapat diberikan oleh pendidikan nonformal. Noeng mengutif dari “the international conference on adult education

and development” yang diselenggarakan di Dar es salam

Tanzania yang intinya adalah:

a. Didasari tentang pentingnya pendidikan sebagai sarana dan bagian pembangunan;

b. Bila pendidikan orang dewasa harus memberikan sumbangan pada pembangunan, maka harus merupakan integral bagi kehidupan;

c. Pendidikan orang dewasa harus mendorong perubahan, mulai dengan mendorong perubahan, mulai dengan menumbuhkan kesadaran tentang kebutuhan mereka, dilanjutkan dengan membantu agar mereka mampu memecahkan mereka sendiri (Hall & Kidd, 1978)

Bila ditelaah lebih dalam peran pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia sangat penting untuk menumbuhkan dan mendorong perubahan serta menumbuhkan kesadaran bagi umat manusia agar mampu menjadi manusia yang siap menghadapi tantangan hidipnya di masa yang akan datang. Bila ditelaah lebih dalam, maka sebagian besar usaha pengembangan sumberdaya manusia ini harus melalui proses pendidikan mulai dari anak-sampai dewasa. Usaha pengembangan dan peningkatan sumber daya manusia terutama di daerah pedesaan atau dinegara yang sdang berkembang, masih bersifat mentransfer teknologi, memindahkan produk budaya suatu masyarakat ke masyarakat lain.

Secara makro, pengembangan kemampuan, keterampilan dan keahlian sumber daya manusia perlu mempunyai arah yang memberikan prospek masa depan yang lebih cerah. Menurut Muhadjir (2001), program pengembangan sumber daya manusia mempunyai dua kutub. Kutub pertama adalah pengembangan yang menyangkut sumber daya para warga mastarakat yang masih berada pada tingkat pengembangan minimal. Untuk mereka perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga

mampu berpartisipasi sebagai warga negara, berpenghasilan yang layak untuk hidup, cukup sehat, dan mempunyai keluarga sejahtera. Kutub kedua adalah program yang menyangkut pengembangan optimal. Warga masyarakat yang memperoleh kesempatan mendapatkan pendidikan tinggi dan mempunyai kemampuan prospektif perlu disediakan peluang cukup untuk menghasilkan produk-produk profesional kualitas tinggi. Identifakasi siswa berbakat dan intelegensi perlu dilacak sejak awal.

Pertanyaan besarnya adalah, apakah pendidikan di negara kita sudah mampu mengembangkan sumberdaya manusia seperti yang diharapkan? Jawabanya adalah; untuk mengembangkan dan meningkatkan sumber daya manusia, maka sistem pendidikan yang ditepkan di Indonesia masih butuh perbaikan dari berbagia sisi, diantanya adalah, perbaikan sistem pemerataan akses, dalam perbaikan kurikulum diperlukan kajian yang lebih mendalam dan persiapan yang lebih akurat, dan pengelolaan pendidikan yang lebih profesional, serta peningkatan kesejahteraan guru (memadai, jujur, dan adil); maka dengan ini pengembangan sumber daya akan bisa tercapai dan peningkatan partisipasi masyarakat.

Saat ini, sistem pendidikan tradisional telah menjadi sistem yang dominan ditingkat pendidikan dasar dan menengah. Friere (2009) membagi Sistem pendidikan tradisional menjadi beberapa asumsi yang umumnya diterima oleh orang meskipun tidak disertai bukti

mendalam atau kesahihan. Asumsi Friere tersebut yaitu: 1) adanya suatu kumpulan pengetahuan dan keterampilan penting tertentu yang harus dipelajari oleh anak; 2) tempat terbaik bagi sebagian besar anak untuk mempelajari unsur-unsur ini adalah sekolah formal; 3) cara terbaik supaya anak bisa belajar adalah mengelompokan mereka dalam kelas-kelas yang ditetapkan berdasarkan usia mereka.

Sulit untuk memikirkan sasaran-sasaran pendidikan tanpa memper-hitungkan konteks sosial. Sampai taraf tertentu sasaran pendidikan tumbuh dari harapan masyarakat terhadap sekolah-sekolahnya. Dengan adanya tuntutan masyarakat pada sekolah, sasaran pendidikan mungkin akan terwakili dalam tuntutan kebutuhan masyarakat. Dalam proses pembelajaran, sekolah dasar harus melibatkan orang tua karena proses pembelajaran bukan hanya tanggung jawab guru tetapi juga orang tua. Friere (2009) mencontohkan sebagian Sekolah Dasar mengadakan pertemuan orang tua murid dengan guru untuk menyampaikan perkembangan siswa-siswinya, khususnya pada kelas-kelas terbawah. Beberapa sekolah memadukan pertemuan langsung dan penyerahan raport. Bagaimanapun orang tua biasanya dilibatkan secara langsung untuk membahas perkembangan anak-anak karena para guru harus menentukan apakah anak tertentu akan naik kelas atau harus mengulang setahun lagi di kelas yang sama.

Dalam sistem pendidikan SD/MI bisanya bimbingan dan penyuluhan formal dilakukan oleh para guru dan

kepala sekolah, dimana seorang guru mengajar dikelas tertentu untuk (hampir semua bidang studi dan sekaligus menjadi wali kelasnya). Secara keseluruhan para guru dan kepala sekolah memberi bimbingan pada murid-murid dalam persoalan-persoalan pribadi, keluarga, pergaulan disekolah dan luar sekolah, masalah belajar, dan apapun yang dikeluhkan oleh murid-murid mereka.