• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM

E. Syarat Timbulnya Partisipasi

Pada hakekatnya upaya mewujudkan partisipasi masyarakat adalah untuk menyiapkan masyarakat agar mereka mampu dan mau secara aktif berpartisipasi dalam setiap program dan kegiatan pendidikan yang bertujuan

untuk pembangunan pendidikan sehingga akan tercipta pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Melalui hasil pendidikan yang bermutu akan dapat memperbaiki kesejahteraan masyarakat, baik dalam pengertian ekonomi, sosial, fisik, maupun mental. Meskipun partisipasi masyarakat merupakan sesuatu yang harus ditumbuh kembangkan dalam proses pembangunan pendidikan, namun dalam praktiknya, tidak terlalu diupayakan secara sungguh-sungguh, terutama pada masyarakat pedesaan.

Secara konseptual, faktor-faktor yang mempengaruhi dapat didekati dengan berbagai konsep keilmuan. Menurut konsep pendidikan, partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau responses atas rangsangan-rangsangan yang diberikan, dalam hal ini fungsi dari manfaat (reward) yang dapat diharapkan Berlo dalam Mardikarto dan Poerwoko (2012). Disamping itu, dengan melihat kesempatan, yang bersangkutan juga akan termotivasi untuk meningkatkan kemampuan untuk dapat berpartisipasi langsung dalam suatu kegiatan. Mardikarto merinci beberapa upaya yang dilakukan untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam konsep pembangunan pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Pemberian kesempatan yang dilandasi oleh pemahaman bahwa masyarakat memiliki kemampuan dan kearifan tradisional.

2. Penyampaian informasi tentang adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat, yang dibarengi

dengan dorongan dan harapan-harapan agar masyarakat mau berpartisipasi, serta upaya yang terus menerus untuk meningkatkan kemampuanya untuk berpartisipasi.

3. Berkaitan dengan dorongan dan harapan yang disampaikan, perlu adanya penjelsan kepada masyarakat tentang manfaat dari hasil partisipasi. Terkait dengan rincian di atas sesungguhnya yang diharapkan oleh masyarakat ketika menyerahkan anak-anaknya kesekolah adalah agar anak-anak belajar meningkatkan skill yang mereka miliki melalui proses pembelajaran di sekolah (Robert and Joanne, 2000). Artinya apa yang dilakukan oleh sekolah akan dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, sehingga perlu dorongan partisipasi dan perlu penyampain informasi kepada masyarakat manfaat dan pentingnya partisipasi bagi pembangunan pendidikan di wilayah mereka. Untuk mencapai hasil yang diharapkan oleh masyarakat tersebut diharapkan pemahaman dan peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan terus ditingkatkan.

Dwiningrum (2011) menjelaskan bahwa sesorang akan berpartisipasi terhadap sesuatu dimana dalam hal ini dikondisikan sebagai suatu perwujudan perilaku seseorang terhadap suatu obyek kegiatan. Dwiningrum mengutip pokok pemikiran Blumer bahwa “manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar makna”. Dalam kaitanya terhadap suatu stimulus untuk memperoleh pemaknaan terhadap suatu obyek tindakan, selain

menggunakan paradigma fakta sosial dalam menjelaskan prilaku dalam hal ini partisipasi masyarakat dalam pendidikan formal, tindakan yang dilakukan masyarakat dalam memperhatikan atau keperdulian pada kelanjutan pendidikan anak mereka.

Dalam tindakan sosial yang dikemukakan oleh Dwiningrum selalu didasarkan pada empat proporsi, yaitu (a) proporsi keberhasilan: makin positif respons yang diterima maka makin sering tindakan tersebut dilakukan; (b) proporsi stimulus: jika ada kesamaan stimulus yang menguntungkan, maka semakin besar pengulangan tindakan; (c) proporsi nilai: semakin bermakna hasil yang diterima, maka makin sering tindakan tersebut diulangi; (d) proporsi berjenuh kerugian: semakin sering menerima respons yang istimewa, maka respons tersebut makin berkurang nilainya.

Dalam penjelasan teori partisipasi Ife dan Frank (2008) mengemukakan bahwa program pengembangan masyarakat harus mendorong pengakuan dan peningkatan hak maupun kewajiban untuk berpartisipasi. Mendorong partisipasi merupakan bagian terpenting dari proses peningkatan mutu pendidikan. Kondisi yang mendorong partisipasi menurut Ife dan Frank (2008) adalah sebagai berikut:

1) orang akan berpartisipasi apabila isu atau aktivitas tersebut penting. Cara ini dapat secara efektif dicapai jika masyarakat sendiri telah mampu menentukan isu atau aksi, dan telah mendominasi kepentinganya,

bukan berasal dari orang luar yang memberikan mereka apa yang harus dilakukan.

2) harus merasa bahwa aksi mereka akan membuat perubahan. Jika orang tidak percaya bahwa aksi masyarakat akan membuat perubahan terhadap prospek peluang ikut andil dalam pembangunan pendidikan, akan kecil kemungkinan untuk mereka berpartisipasi aktif. Perlu dibuktikan bahwa masyarakat dapat memperoleh sesuatu yang akan membuat perbedaan dan akan menghasilkan perubahan pada apa yang telah mereka lakukan. 3) semua bentuk patisipasi harus diakui dan dihargai. 4) isu-isu seperti keamanan waktu, lokasi partisipasi

harus diperhatikan juga.

Dalam pengembangan partisipasi masyarakat di pedesaan, konsep partisipasi diartikan sebagai jaringan hubungan segi tiga antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat. jaringan ini merupakan manifestasi egaliter bagi ketiga jaringan program pembangunan pendidikan melalui trust (kepercayaan), sehingga dapat dilakukan sinergi efektif terhadap program peningkatan mutu pendidikan sekolah dasar di pedesaan. Pemahaman yang benar mengenai konsep partisipasi dari warga masyarakat maupun para birokrat pemerintah di dalam melibatkan masyarakat pada akhirnya akan menjadi point penting dalam setiap tahapan proses pengembangan dan pembangunan pendidikan. Pemahaman masyarakat bahwa partipasi adalah kunci keberhasilan sebuah

program pendidikan. Menurut Suparjan dan Suyatni (2003), “dalam melibatkan masyarakat partisipasi perlu juga menjadi prinsip pertukaran dasar (basic exchange

principles) sebagai acuan. Untuk mendorong masyarakat

agar berpartisipasi dalam pendidikan maka pengelolaan pendidikan harus ada manfaatnya dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat”.

Upaya melibatkan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan pada dasarnya harus dimulai dari bawah misalnya melalui forum warga, baik yang bersifat administratif seperti forum RT, RW, maupun forum-forum warga yang berbasis pada kelembagaan dan komunitas, kelompok tani, kelompok pengajian, kelompok

tahlilan, kelompok peternak, kelompok pedagang dan

sebagainya. Masyarakat diajak untuk membicarakan berbagai persoalan yang terkait dengan penyelenggraan pendidikan di desa, mereka akan lebih merasa dihargai jika dimanfaatkan tenaga dan fikiranya. Jadi Partisipasi masyarakat desa dilakukan dengan lebih mengefektifkan kelompok masyarakat agar lebih memudahkan komunikasi antara pemerintah sebagai pengelola pendidikan dengan masyakat. Warga masyarakat diajak berkumpul untuk mendiskusikan berbagai hal yang terkait dengan peningkatan mutu pendidikan di wilayahnya.