• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN KECAMATAN LIUKANG TUPPABIRING

DESA MATTIRO DECENG Alamat: Pulau Badi

PERATURAN DESA MATTIRO DECENG NOMOR: 01 TAHUN 2007

TENTANG

DAERAH PERLINDUNGAN LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA DESA MATTIRO DECENG

Menimbang : a.bahwa daerah perairan Desa Mattiro Deceng memiliki kekayaan sumberdaya alam berupa ikan dan biota laut lainnya yang dapat member kesejahteraan masyarakat desa;

b.bahwa kekayaan sumberdaya alam tersebut perlu dipelihara dan dilestarikan, sehingga dapat menopang kemampuan lingkungan perairan desa secara berkelanjutan;

c.bahwa dengan pertimbangan pada huruf a dan b, perlu dibentuk Peraturan Desa tentang Daerah Perlindungan Laut. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);

2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia (Lembaran Negara Indonesia Tahun 1996 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3647);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Indonesia Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699);

4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); sebagaimana telah diubah pertama dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 3 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493); yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548) kedua dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4888);

6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

7. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ((Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4857);

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 tentang Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa;

10. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor Kep.38/Men/2004 tentang Pedoman Umum Pengelolaan Terumbu Karang;

11. Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Nomor 10 Tahun 2001, tentang Larangan Pengusahaan dan Pengrusakan Terumbu Karang (Lembaran Daerah Tahun 2001 Nomor 53);

12. Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Nomor 6 Tahun 2007, tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir;

13.Peraturan Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Lampiran 1 (lanjutan)

Nomor 4 Tahun 2008, tentang Pembentukan dan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 4).

Dengan Persetujuan Bersama

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA MATTIRO DECENG Dan

KEPALA DESA MATTIRO DECENG MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DESA TENTANG DAERAH PERLINDUNGAN LAUT

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Desa ini yang dimaksud dengan:

1. Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

2. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa Mattiro Deceng dan Perangkat Desa Mattiro Deceng Kecamatan Liukang Tuppabiring;

3. Masyarakat Desa adalah seluruh penduduk desa;

4. Kelompok Pengelola atau dengan sebutan lain adalah suatu lembaga atau organisasi berbasis masyarakat yang memiliki komitmen dan usaha untuk mengelola dan melindungi sumberdaya pesisir dan laut secara lestari dan berkelanjutan;

5. Daerah Perlindungan Laut yang selanjutnya disebut DPL adalah sebagian wilayah perairan desa yang disetujui oleh masyarakat untuk dilindungi dan ditutup secara permanen terhadap berbagai kegiatan penangkapan, pengambilan dan/atau pemeliharaan biota laut, serta jalur transportasi laut; 6. Orang adalah setiap orang perseorangan dan/atau badan hukum.

Lampiran 1 (lanjutan)

BAB II

TUJUAN DAN MANFAAT DAERAH PERLINDUNGAN LAUT Pasal 2

Pembentukan DPL bertujuan untuk:

a. menghentikan dan/atau menanggulangi pengrusakan terhadap biota perairan desa;

b. menjamin dan melindungi kondisi lingkungan dan sumberdaya perairan desa; dan

c. meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat desa dalam menjaga dan memelihara sumberdaya perairan desa.

Pasal 3 Pembentukan DPL bermanfaat untuk:

a. mempertahankan produksi ikan dalam DPL

b. menjaga keanekaragaman sumberdaya hayati perairan desa; c. tempat satwa dan/atau spesies langka bertelur dan mencari makan; d. laboratorium alam untuk penelitian;

e. sarana pendidikan pelestarian sumberdaya perairan desa; dan f. tujuan wisata.

BAB III

LOKASI DAERAH PERLINDUNGAN LAUT Pasal 4

(1) Lokasi DPL dilengkapi dengan batas berupa tanda-tanda alam dan/atau tanda- tanda lain serta papan informasi yang mudah diketahui masyarakat.

(2) Lokasi DPL dituangkan dalam peta dengan skala tertentu seperti tersebut pada Lampiran Peraturan Desa ini.

BAB IV

KEWAJIBAN DAN HAL-HAL YANG DIPERBOLEHKAN Pasal 5

(1) Setiap penduduk desa wajib menjaga, mengawasi dan memelihara kelestarian DPL;

(2) Setiap penduduk desa dan/atau kelompok mempunyai hak dan bertanggung jawab untuk berpartisipasi dalam DPL;

Lampiran 1 (lanjutan)

(3) Setiap orang atau kelompok yang akan melakukan kegiatan dan/atau aktivitas dalam DPL, harus terlebih dahulu melapor dan memperoleh ijin dari Kelompok Pengelola;

(4) Kegiatan yang dapat dilakukan di dalam DPL adalah kegiatan orang-perorang dan/atau kelompok, berupa penelitian, pendidikan dan wisata dengan terlebih dahulu melapor

a. melapor dan memperoleh ijin dari Kelompok Pengelola; dan

b. membayar biaya pengawasan dan perawatan, yang akan ditentukan kemudian oleh Kelompok Pengelola.

BAB V

HAL-HAL YANG TIDAK BOLEH DILAKUKAN/DILARANG Pasal 6

Segala bentuk kegiatan yang dapat mengakibatkan perusakan lingkungan dilarang dilakukan di DPL

Pasal 7

Kegiatan yang tidak boleh dilakukan atau dilarang dalam zona DPL sebagai berikut:

a. melintasi/melewati/menyeberang DPL kecuali keadaan darurat; b. memancing/menangkap ikan dengan segala jenis alat tangkap;

c. mengambil biota laut, tumbuhan dan karang yang hidup ataupun mati;

d. menggunakan lampu di dalam DPL pada malam hari dengan maksud menarik ikan;

e. melakukan budidaya rumput laut, ikan karang dan ikan lainnya di dalam DPL;

f. menempatkan bagan di dalam DPL; g. membuang jangkar di dalam DPL; h. membuang sampah di dalam DPL; dan i. melakukan penambangan di dalam DPL.

BAB VI

KELOMPOK PENGELOLA Pasal 8

Dalam mengelola DPL dapat dibentuk Kelompok Pengelola atau dengan sebutan lain yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa dengan uraian tugas:

a. membuat perencanaan pengelolaan DPL dengan persetujuan masyarakat; b. mengelola DPL secara berkelanjutan;

Lampiran 1 (lanjutan)

c. menjaga kelestarian dan pemanfaatan DPL untuk kepentingan masyarakat; d. melakukan penangkapan terhadap pelaku yang terbukti melakukan

pelanggaran;

e. melakukan perampasan atas barang dan/atau alat-alat yang dipergunakan oleh pelanggar;

f. memberikan laporan keadaan DPL secara periodik kepada Kepala Desa. Kepengurusan Kelompok Pengelola atau dengan sebutan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dapat terdiri dari:

a. Ketua; b. Sekretaris; c. Bendahara;

d. Urusan Pendidikan dan Informasi; e. Urusan Pemantauan dan Pengawasan.

BAB VII PENGAWASAN

Pasal 10

(1) Seluruh masyarakat desa ikut bertanggung jawab melakukan pengawasan terhadap DPL;

(2) Pengawasan terhadap DPL dapat dilakukan oleh Kelompok Pengawasan Masyarakat;

(3) Setiap anggota masyarakat berkewajiban melaporkan kepada Kelompok Pengelola atau Pemerintah Desa, apabila mengetahui terdapat tindakan- tindakan perusakan lingkungan dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan oleh orang-perorangan dan/atau kelompok

BAB VIII PENDANAAN

Pasal 11

Untuk memelihara, menjaga dan membangun DPL, Pemerintah Desa dapat memperoleh dana dari:

a. bantuan dan partisipasi pemerintah dan/atau pemerintah daerah; b. bantuan pihak-pihak lain yang tidak mengikat;

c. iuran masyarakat desa;

d. denda yang diperoleh dari setiap orang yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan Desa ini; dan

Lampiran 1 (lanjutan)

BAB IX SANKSI Pasal 12

(1) Setiap orang dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dalam Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7 dikenakan sanksi tingkat pertama berupa: a. permintaan maaf oleh pelanggar;

b. mengembalikan semua hasil yang diperolehnya dari DPL Kepada desa; dan

c. menandatangani surat pernyataan tidak akan mengulangi lagi pelanggaran tersebut di hadapan aparat desa, Kelompok Pengelola dan masyarakat. (2) Setiap orang dengan sengaja melakukan pelanggaran kedua kalinya yang

terbukti melanggar ketentuan pada ayat (1), dikenakan sanksi tingkat kedua, berupa:

a. denda dengan sejumlah uang yang akan ditentukan kemudian oleh Kelompok Pengelola; dan

b. menyita semua peralatan yang dipakai dalam pelanggaran aturan DPL. (3) Setiap orang dengan sengaja melakukan pelanggaran ketiga kalinya yang

terbukti melanggar ketentuan pada ayat (1) dan ayat (2), dikenakan sanksi tingkat:

a. denda dengan sejumlah uang yang akan ditentukan kemudian oleh kelompok pengelola;

b. menyita semua peralatan yang akan dipakai dalam pelanggaran aturan DPL; dan

c. diwajibkan melakukan pekerjaan sosial untuk kepentingan masyarakat seperti:

1. kerja bakti;

2. membetulkan MCK umum; atau

3. sanksi lain yang kemudian ditentukan kepala desa/atau masyarakat desa.

(4) Setiap orang dengan sengaja melakukan pelanggaran ketentuan pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) lebih dari tiga kali, dikenakan sanksi:

a. Sesuai ketentuan pada ayat (3); dan

b. Diserahkan kepada pihak kepolisian untuk diproses sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

c. Selain sanksi sebagaimana tersebut pada ketentuan ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) dapat dikenakan sanksi adat yang masih diakui masyarakat

Lampiran 1 (lanjutan)

BAB X

KETENTUAN PENUTUP Pasal 13

Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Desa ini lebih lanjut diatur dengan Peraturan Kepala Desa dan /atau Keputusan Desa

Pasal 14 Peraturan Desa ini dimulai sejak tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Desa ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan.

Diundangkan di Pangkajene Pada tanggal 05 Desember 2007 SEKRETARIS DAERAH

KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN

H.A SURYA AGRARIA

BERITA DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN NOMOR ……….TAHUN 2007

Lampiran 1 (lanjutan)

Lampiran Koordinat Titik Penempatan Pelampung Tanda Batas Daerah Perlindungan Laut (DPL) di Pulau Badi Desa Mattiro Deceng

Pulau Titik Pelampung Posisi Keterangan LS BT Badi I 04058’22.1” 119017’2.6”

Barat Daya Pulau Luas DPL: 3.943 Ha II 04058’16.3” 119016’55.3”

III 04058’12.7” 119016’59.1”