• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Alur dalam Novel Assalamualaikum Calon Imam Karya Ima Madani dan Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia

- Menurut Aristoteles

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Perbandingan Alur dalam Novel Assalamualaikum Calon Imam Karya Ima Madani dan Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia

Alur cerita Novel Assalamualaikum Calon Imam Karya Ima Madani sebagai berikut:

a. Pengenalan

Adapun data pengenalan yang ditemukan dalam novel assalamualaikum calon imam Karya Ima Madani adalah sebagai berikut.

“Kalau sudah bersangkutan dengan Allah, aku tak bisa bersikap apapun. Siapa lagi yang berani mengganguku seperti lni kalau bukan Jidan Ramadani, pria yang rumahnya berdiri megah tepat di samping rumahku. Aku tak membalas pesannya dan dia tetap melempari kaca kamarku kerikil, “Sya! Nafisya” teriaknya.”

(Madani, 2018: 7)

Pada kutipan kalimat di atas dijelaskan bahwa kutipan ini termasuk tahap pengenalan di tandai dengan “siapa lagi yang akan menganguku kalau bukan jidan ramadani” pengambaran pengenalan tokoh Nafisyah dan Jidan yang tumbuh di lingkuangan yang sama selalu bersama mulai dari TK-SD-SMP-SMA bahkan saat mereka dewasa dan mereka kuliah di universitas yang sama namun jurusan yang berbeda.

“Mengenai Jidan, terlalu bodoh memang berharap jodoh next door.

Berharap suatu saat sang tetangga bertamu untuk melamar, berharap Jidan akan menjadi imamku di masa depan. Semua memang murni kesalahakanku karena membiarkan rasa ini tumbuh”. .” (Madani, 2018: 9)

Pada kutipan ini menjelaskan terdapat tahap pengenalan di tandai dengan “berharap suatu saat nanti tetangga bertamu untuk melamar”

penggambaran awal suasana hati tokoh Nafisyah yang diam-diam menyukai tetangganya sekaligus teman masa kecilnya itu sudah lama sekali namun Nafisya tidak mampu memberitahukan bahwa dia menyukai tetangganya sebab Nafisyah merasa bahwa rasa yang dimiliki belum pantas untuk di ketahui Jidan.

“Tumbuh sejak kecil dengan pria itu membuatku tahu banyak tentangnya. Aku mengintip sedikit jendela. Lampu kamar di seberang sana sudah menyala tanda Jidan sudah bangun. Kami memiliki kesamaan, yaitu tidak bias tidur dalam kondisi lampu menyala. Aku cepat-cepat mematikan lampu lalu kunyalakan lampu belajar. Aku harus mulai melupakan Jidan secara bertahap memulai gerakan move on besar-besaran. Aku tak ma uterus-terusan seperti ini bergantung pada Jidan seperti Abi dulu. Semua selalu sama.

Pada akhirnya kedua pria itu sama-sama menyakitiku”.

(Madani, 2018: 12)

Pada kutipan ini dijelaskan sebagai tahap pengenalan di tandai dengan “Tumbuh sejak kecil dengan pria itu membuatku tahu banyak tentangnya. Aku mengintip sedikit jendela. Lampu kamar di seberang sana sudah menyala tanda Jidan sudah bangun “pengambaran latar tempat anatar Jidan Fisya tokoh keduanya mereka memiliki kesamaan mulai dari bangun tahajjud bersama sampai tidurpun mereka harus mematikan lampunya bersamaan. Jidan dan Nafisyah memang benar tidak ada pertemanan yang wajar antara laki-laki dan perempuan inilah

yang dirasakan Fisya gambaran perasaan yang tidak biasa dirasakannya kepada Jidan.

“Bukannya aku ingin menjadi anak durhaka, tapi sungguh terlalu menyakitkan ketika Abi lebih memilih pergi pada hari pertama aku masuk sekolah. Saat anak lain di antar ayah mereka kesekolah, Abi membuangku begitu saja, dia memilik keluarga lain? Ya dia

meninggalkaku dan Ummi, seolah kami hilang pada hari ketika aku mulai megenal dunia luar yang sesungguhnya”. (Madani, 2018: 13) Pada kutipan kalimat ini dijelaskan tahap pengenalan di tandai dengan “bukannya aku ingin menjadi anak yang durhaka” penggambaran tokoh utama dan suasana yang selama ini dirasakan Nafisyah yang menjelaskan bahwa ia tumbuh dewasa tanpa sosok Abi di sampingnya, Nafisya sangat membenci yang dia sebut dengan panggilan Abi itu karena dia ditinggalkan pada saat dia sangat membutuhkan sosok Abi disampingnya.

“Kak Salsya turun dari lantai atas. Dia Nampak anggun dalam balutan dress biru langit yang panjangnya hingga dibawah lutut. Sangat di sayangkan dia tidak memakai jilbab.

Mungkin kak Salsya trauma pada perpisahan Abi dan Ummi.

Dia pernah bilang “jika menutup aurat itu melindungi Abi dari neraka, untuk apa aku melakukannya? Abi saja tidak

melindungi kita kan”? (Madani, 2018: 14)

Pada kutipan kalimat di atas dijelaskan tahap pengenalan di tandai dengan “kak salsya turun dari lantai atas” yang mengambarakan tokoh dan suasana hati yang benci kepada Abinya. Salsya itu adalah kakak kandung Nafisyah dia seorang dokter rasa bencinya terhadap Abinya yang meninggalkannya dari mereka kecil namun rasa benci Salsya lebih besar daripada Nafisyah.

“Hhhehh Assalamualaikum teriakanku membuat teman-teman di dalam menyadari kehadiranku. Gak sejam juga, “Cuma..aku

melihat jam lagi” . ternyata aku terlambat satu jam lima belas menit.

Cuma semenit tapi lebih sejam, aku terkekeh tanpa rasa bersalah.

Jidan, Jiad, Dinda, Aris Zahra dan Rara tidak satu fakultas denganku. Jiad dan Jidan masuk fakultas fisika astronomi atau astrologi aku tak tahu, Dinda fakultas matemtika, Aris fakultas tehnik otomotif, Rara dan Zahra dari fakultas Sastra. (Madani, 2018: 29)

Pada kutipan ini dijelaskan tahap pengenalan di tandai dengan

”ternyata aku lambat saru jam lima belas menit” pegenalan tokoh serta pengambar suasana kesal yang di hadapi teman-temannya karena Nafisya terlambat hadir di acara yang telah dia buat, Nafisyah yang memiliki banyak teman satu kampus namun beda jurusan tapi mereka disatukan dalam satu organisasi yang sama.

“Assalamualaikum” seseorang masuk dan tentu itu Kahfa. Pria yang sering datang di ruangan Alif. “mau kemana lif? Alif menunjukan beberapa buku.” Ngajar”. Ngak capek emang? Jadi doker iya, jadi dosen iya. Rumah sama mobil udah punya. Jangan terlalu duniawilah Lif. Nikah sana nikah. (Madani, 2018: 50)

Pada kutipan ini dijelaskan sebagai tahap pengenalan di tandai dengan “sesorang masuk dan tentu itu Kahfa” pengambaran pengenalan kepda tokoh sahabat Alif yang selalu memberinya nasihat untuk menikah sosok Alif yang doyan kerja namun belum memikirkan tentang menikah pada usianya cukup mampu di katakan mapan dan soal materi juga sudah sangat mapan.

“Baiklah nama saya Alif Syaibani Alexis, kalian biasa memanggil saya pak Alif. Mungkin di antara kalian terutama mahasiswa kedokteran telah mengenal saya lebih dari satu semester. Saya koordintor penanggung jawab untuk pratikum atonomi dan bedah

pediartik. “saya hanya mengajar di dua fakultas kedokteran dan fakultas farmasi. Untuk farmasi sendiri saya hanya mengajar mata kuliah kimia analisis dan pratikumnya, jadi mahasiswa di luar itu bias mengajukan tambahan di luar jam kuliah kalian”. (Madani, 2018: 63)

Pada kutipan kalimat ini dijelaskan sebagai tahap pengenalan di tandai dengan “saya pak Alif. Mungkin di antara kalian terutama mahasiswa kedokteran telah mengenal saya lebih dari satu semester”

pengambaran tokoh Alif dengan latar tempat dikampus yang menjadi dosen favorit para mahasiswa perempuan dan juga pak Alif salah satu dosen dengan kualifikasi tinggi dia teladan disiplin dan cerdas.

“Sepanjang perjalanan menuju universitas, aku terus menahan diri untuk tidak menagis agar mataku tidak memerah hebat. Aku harus datang menemui dosen itu untuk detensi. Aku mendapat beasiswa untuk kuliah tapi beasiswa itu hanya 50 persen dari biaya BPP dan sudah sejak lama aku tahu bahwa yang membayar sisanya adalah Abi. (Madani, 2018: 72)

Pada kutipan ini dijelaskan sebagai tahap pengenalan di tandai dengan “Aku harus datang menemui dosen itu untuk detensi”

pengambaran suasan hati Nafisyah yang sedih karena gara-gara tugasnya tidak masuk nilainya menjadi rendah. Nafisyah dalam ceritanya bahwa bagaimanapun bencinya terhadap Abinya dia masih membayar biaya kuliahnya namun Fisya termasuk manusia paling cengeng di bentak sedikit saja dia menagis. Namun pertemuannya dengan pak Alif selalu menyisihkan kesialan pasalanya Nafisya lupa membawa tugasnya jadi terpaksa di harus detensi kepada pak Alif lagi.

“Alif berhenti lagi seolah ada sesuatu yang menahan langkahnya.

Dia menoleh pada Nafisyah. “ Sya.’’suaranya terdengar lembut dan

pelan membuat Nafisyah sedikit mengangkat kepala karena mengira Alif sudah berjalan cukup jauh. “tanda kecintaan Allah pada hamba-Nya adalah dengan mengujinya. Jangan terlalu membenci suatu masalah. La Tahzan Innalaha Maa’na.” katanya tanpa senyum lalu melanjutkan langkah”. (Madani, 2018: 77)

Pada kutipan ini dijelaskan sebagai tahap pengenalan di tandai dengan “Alif berhenti lagi seolah ada sesuatu yang menahan langkahnya.

Dia menoleh pada Nafisyah” pengambaran suasana sedih yang sedang dirasakan oleh Nafisyah namun berawal dari detensi dan peretmuan mereka diperpustakaan kisah asrama antara Alif dan Nafisyah bermula dari masalah ini namun mereka menyadari bahwa perasaan yang dimiliki itu murni rasa suka.

“Tanganku gemetar sebagaian dari gejala fobiaku mulai bekerja.

Aku tertatih untuk tidak menangis semenjak kak Salsya menampar kemarin, tapi hatiku belu setangguh baja untu menerima kenyataan ini . melamar”. (Madani, 2018: 84)

Pada kutipan ini dijelaskan sebagai tahap pengenalan di tandai dengan “Tanganku gemetar sebagaian dari gejala fobiaku mulai bekerja”

pengambaran suasana hari nafisyah yang sedang sedih karena penyakit yang dideritanya Nafisya memiliki penyakit apalabila dia gelisah maka fabionya akan kambuh tidak ada yang mengetahui ini selain diri saya sendiri namun seperti di terpa petir disiang hari aku mengetahui bahwa orang yang aku sukai dari kecil akan melamar kakaku aku tidak tahu kalau kejadian seperti ini akan terjadi menimpaku mengapa aku begitu sesak namun tak mampu kujelaskan.

“Racheeeel “teriakku memeluk leher gadis itu dari belakang sambal mencubit pipinya. Rachel sontak memasukkan kertas yang digengam ke dalam saku. Dia jarang masuk akhir-akhir ini. Orang-orang menatap kami aku sudah terbiasa. Rumor bahwa kami lesbian sudah menyebar seantro fakultas farmasi. Nyatanya tidak seperti itu Rachel adalah sahabat terbaikku walaupun kami berbeda keyakinan”. (Madani, 2018: 123)

Pada kutipan ini dijelaskan sebagai tahap penganalan di tandai dengan “Rumor bahwa kami lesbian sudah menyebar seantro fakultas farmasi” pengambaran tokoh Rachel sebagai sahabat Nafisya yang sering bolos kuliah namun sangat baik samapi-sampai satu fakultas mengatakan bahwa mereka lesbian namun rumor itu tidak menejdikan persahabatan mereka kacau Rachel sahabat Nafisyah sekaligus teman sekelasnya walaupu berbeda keyakinan namun hal itu tidak menghalangi mereka untuk bersama-sama.

“Kakiku terkulai lemas. Rasanya kepalaku disiram es sampai tak bias mencerna kata-kata suster itu. Komplikasi? Abi mengidap diabetes dan hipertensi secara bersamaan dan pengobatan penyakit tu bersifat antagonis. Jika Abi mengobati hipertensinya, diabetesnya semakin parah. Jika Abi mengobati diabetesnya tekanan darahnya semakin tinggi jarang ada yang sembuh dari kasus kompliksi seperti ini apalagi pada umur Abi yang sekarang.

(Madani, 2018: 139)

Pada kutipan ini dijelaskan sebagai tahap pengenalan di tandai dengan “Komplikasi? Abi mengidap diabetes dan hipertensi secara bersamaan dan pengobatan penyakit tu bersifat antagonis” pengambaran tokoh Abi dengan suasana yang sedih yang sedang dirasakan Nafisyah tentang penyakit yang diderita oleh Abi Nafisyah yang baru dia ketahui, seandainya saja dia mampu mengembalikan waktu maka dia akan

memafkaan Abinya terlebih dahulu sehingga dia memiliki waktu dan kesempatan untuk bersama-sama Abinya.

“Mas Ragil? Kehadiran pria itu membuat Alif kaget. Pria itu tersenyum dan mengucapkan salam secara bersamaan dengan suster yang keluar ruangan saya. “saya lihat struktur rumah sakit dan saya melihat nama kamu di bagian spesalis bedah pediatric, jadi saya mau mita buat ketemu kamu. Paman Azzam tau kalau kamu udah balik ke Indonesia Tanya Ragil sembari duduk”.

(Madani, 2018: 250)

Pada kutipan di atas dijelaskan tahap pengenalan di tandai dengan

“Paman Azzam tau kalau kamu udah balik ke Indonesia Tanya Ragil sembari duduk” pengambaran tokoh Ragil dan Paman Azzam suadara tiri dan bapak angkat pak Alif yang dulu membuangannya karena hanya kesalahan sepele dan dia baru bertemu kembali setalah beberapa tahun namun pak Alif sudah tidak ingin lagi mengenal keluarga Azzam.

b. “Pemunculan konfilk

“Bulir air mata itu terjatuh, sungguh aku tidak ingin menangis lagi karena perasaan konyol ini, terlebih lagi hanya untuk seorang pria.

Aku ingin melupakan Jidan, bukan kali ini saja. Sudah empat belas tahun lalu aku berebcana melupakan perasaan ini, sayanganya semuanya tetap sama mejadi rencana sampai kami tumbuh dewasa”. (Madani, 2018: 09)

Pada kutipan ini dijelasakan sebagai pemunculan konfilk di tandai dengan “Bulir air mata itu terjatuh, sungguh aku tidak ingin menangis lagi karena perasaan konyol ini, terlebih lagi hanya untuk seorang pria” awal dari benih konfilk ini terjadi karena perasaan Nafisyah begitu dalam untuk Jidan namun dia tak memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaannya itu suka memang itu sudah menjadi fitrah kita sebagai

manusia wajar saja jika rasa suka itu terus mengalir sebab dia tak pernah lepas dari kebersamaannya.

“Sya, nikah yuk” aku menatap jidan tak percaya terlebih lagi dia menunjukkan sebuah cincin dengan satu permata yang indah. Ingin rasanya aku berteriak kegirangan saat itu berlari tanpa sepatu di bawah guyuran hujan. Hatiku meletup-meletup. Seperti ada kupu-kupu yang membawa berwarna warni, aku bahagia sangat bahagia sampai aku hanya bias mematung tak percaya. “mau kan Salsya Sabila Akbar” jderr petir mengiringi suara Jidan. Seketka hatiku mencelos aku benar-benar berharap bahwa aku hanya salah dengar Jidan baru saja menyebut nama Salsya Sabila Akbar, bukan namaku Nafisyah Kalia Akbar. Gimana kira-kira Salsya suka ngak yah? Terlalu datar gak sih? Tadinya aku mau bilang kemarin tapi kamunya susah di ajak ngomong. (Madani, 2018: 38)

Pada kutipan di atas dijelaskan sebagai pemuculan konfilk di tandai dengan “Seketka hatiku mencelos aku benar-benar berharap bahwa aku hanya salah dengar Jidan baru saja menyebut nama Salsya Sabila Akbar, bukan namaku Nafisyah Kalia Akbar” benih pemcunlan konfil bermula dari Jidan yang melamar kak Salsya bukan aku tapi dari mana dia mendapat keberanian untuk melamar kakakku tidakkah dia juga memiliki perasaan yang sama terhadapku? Tidakkah dia peka dengan apa yang kita sudah lalui mulai dari kecil hingga dewasa. Serasa aku bermimpi buruk di siang hari mendengar kata itu keluar dari mulut Jidan.

“Aku melihat buku-buku jariku yang memerah, bahkan ada yang berdarah. Aku tak merasa sakit sama sekali karena semua rasa sakit sudah berkumpul di dada. Mengingat perkataan Jidan membuatku uring-uringan. Dia akan melamar kakaku dalam waktu dekat ini, oh kapan kata-kata itu hilang dari otakku. Kenapa Allah masih cemburu padaku sampai rasa sakitnya menjalar keseluruh tubuh? Harusnya tidak seperti ini. Sejak awal keputusan menjatuhkan harapan itu memang salah aku sedang berusaha

menerima semuanya, termasuk keputusan Jidan untuk melamar kakaku”. (Madani, 2018: 42)

Pada kutipan di atas dijelaskan sebagai pemunculan konfilk di tandai dengan “Mengingat perkataan Jidan membuatku uring-uringan. Dia akan melamar kakaku dalam waktu dekat ini, oh kapan kata-kata itu hilang dari otakku” pemunculan beih konfilk di berawal dari jidan yang klan melamar kak Nafisyah bahwa rasa sakit hati Nafisya seutuhnya masih dimilliki Jidan rasa tidak percaya bahwa Jidan lebih memilih kakaknya dibanding Fisya teman masa kecilnya namun perasaan tak mampu di hapus dengan secepat itu.

“Kayaknya Abi Husaian punya penyakit serius karena dia di bawah kertas rotrgen ke rumah sakit. Udah Fisya bilangkan gak usah bahas Abi didepan Fisya lagi apalagi sampai kak Salsya sebut namanya. Tapi Sya’ udah saatnya kita berhenti benci sama Abi gimana kalau dia… sakit? Potongku, dia punya anak, dia punya istri dia punya keluarga lain jadi buat apa kita kwahatir sma orang yang tidak mengkwatirkan kita? Terserah kalau kakak punya pikiran lain, tapi Fisya tetap gak bisa nerima Abi dan Abi gak akan masuk di kehidupan Fisya lagi”. (Madani, 2018: 55)

Pada Kutipan kalimat di atas dijelaskan sebagai pemunculan konfilk di tandai dengan “Kayaknya Abi Husaian punya penyakit serius karena dia di bawah kertas rotrgen ke rumah sakit” pemunculan benih masalha ini ketika salsya membahas tentang Abinya yang dari dulu Fisya sudah tidak suka karena dia meninggalkan keluarganya demi keluarga barunya masalahnya Fisya yang masih belum terima atas percerian yang dilakukan Ummi dan Abinya ketika Abinya meninggalnnya di saat Fisya butuh sosok

Abi disampingnya namun Abinya lebih memilih pergi lalu membahagiakan keluarganya sendiri.

“Inilah yang kutakutkan, “ma-maaf, pak, makalah saya tertinggal,”

kataku gugup. Aku bukan anak pemalas. Aku tidak tahu kenapa makalah itu tidak ada di dalam tas, entah kenapa aku juga sering datang terlambat meskipun berangkat satu jam sebelumnya. Selalu ada halangan yang menghadangku di perjalanan. Silahkan tinggalkan kelas kalau begitu, dan minta detensi pada saya besok lusa. (Madani”. 2018: 66)

Pada kutipan di atas dijelaskan sebagai pemunculan konfilk di tandai dengan “Silahkan tinggalkan kelas kalau begitu, dan minta detensi pada saya besok lusa” pemunculan benih masalah yang dilakukan Fisya terhadap dosen killer itu bahwa masalahnya Nafisya selalu terlambat setiap pergi kuliah dia selalu saja mendapat ujian ketika perjalan kekampus namun dengan alasan yang tidak logis itu dosennya tidak ingin mendengar alasan apapun.

“Pembicaraan Abi dan Ayah jidan berlangsung sangat panjang.

Aku mendengarkan mereka dengan pikiran kosong. Bagaiamana Salsya? Tanya Abi. Kak Salsya tersenyum dan menjawab,

“insyaallah Salsya bersedia Bi.” Hatiku mencolos bolehka aku pergi sekarang? Kalua tidak buat telingaku tidak mendengar, buat mataku untuk tidak melihat, agar hatiku tidak ikut sakit, ya Rab”.

(Madani, 2018: 83)

Pada kutipan di atas dijelaskan sebagai pemunculan konfilk di tandai dengan “Tanya Abi. Kak Salsya tersenyum dan menjawab,

“insyaallah Salsya bersedia Bi” pemunculan benih konfilk terjadi ketika Salsya pun menerima lamaran Jidan bahwa masalah utama yan paling menyakitkan ketika laki-laki yang di anggap sahabatnya ini melamar

kakaknya dan masalah utamanya adalah Fisya suka dengan sahabat kecilnya yang selalu dia panggil Mars.

“Nafisyah menjatuhkan buket bunga dan sesuatu yang terdengar bergemerincing. Kedua tangannya menyentuh pundak pria itu.

Jantungnya berdebar hebat ketika tanpa segaja Nafisyah mengangkat kepala untuk melihat sang pemilik tangan. Allah menakdirkan hati kedua insan itu berdetak lebih cepat ketika kedua pasang mata bertemu tanpa segaja”. (Madani, 2018: 123)

Pada kutipan di atas dijelaskan sebagai pemunculan konfilk di tandai dengan “Kedua tangannya menyentuh pundak pria itu. Jantungnya berdebar hebat ketika tanpa segaja Nafisyah mengangkat kepala untuk melihat sang pemilik tangan” pemunculan benih konfilk ini bermula Nafisya tau bahwa pak Alif teman kakaknya di rumah sakit dan bermula kejadian tadi dia mulai menyukai dosen killer yang sering menyuruhnya detensi dan betapa sifat cerobohnya Nafisya namun satu hal di idamakan kejadian ini membuat Nafisyah dan Alif kagum satu sama lain semenjak kejadian ini keduanya saling memikirkan apa seharusnya belum bisa dipikirkan karena masih bukan mahram.

“Oh baik, akan saya sampaikan pada apotekernya setelah menutup telfon dan mengembalikan ponselku, suster itu berkata resep ini benar mbak, memang obat hipertensi dan diabet. Dokter bilang pasiennya kompikasi. (Madani, 2018: 138)

Pada kutipan di atas dijelaskan sebagai pemuculan konfik di tandai dengan “suster itu berkata resep ini benar mbak, memang obat hipertensi dan diabet” pemcunculan benih masalah ini terjadi ketika Fisya mengetahui penyakit Abinya betapa merasa bersalahnya dia selama ini karena membenci Abinya yang sedang sakit parah dan dia baru tahu

bahwa Abinya mengalami sakit yang terbilang luar biasa betapa syoknya Nafisya mendengar ini walalupun belum berbaikan dengan Abinya tapi dia menagis mengetahui apa yang di derita oleh Abinya.

“Aku bingung, gugup, jantungku hamper lepas dan berkeringat menikah? Dengan dosenku sendiri? Haruska? Kebimbangan melandaku begitu hebat bukan perkara umur tapi perasaan. Aku tak yakin mencintai pak Alif ini hanya rasa kagum. Aku bisa saja belajar mencintainya setelah menikah, tapi bagaimana kalua aku tidak bisa melupakan Jidan? Ya Allah bagaimana sekarang? Lagi pula aku akan membuat paspor, tiket sudah ditangan aku, hanya tinggal pergi, jalan keluar untuk melupakan Jidan telah kudapatkan.

Kenapa tiba-tiba dia datang melamarku secara tiba-tiba. Tanganku mulai bergetar dan berkeringat lagi. (Madani, 2018: 158)

Pada kutipan di atas dijelaskan sebagai pemunculan konfilk di tandai dengan “Aku bisa saja belajar mencintainya setelah menikah, tapi bagaimana kalua aku tidak bisa melupakan Jidan?“ pemucnculan benih masalahnya bahwa pak Alif melamar Nafisyah betapa kagetnya Nafisya mendengar itu tapi permasalahnya ada pada Nafisyah yang mungkin belum sanggup melupakan cinta pertamanya dia khawatir kalau dia menerima pak Alif hanya akan di jadikan pelampiasan saja dan Nafisya tidak mengingankan hal itu menurutnya alasan terbaik untuk melupakan Jidan adalah dengan melanjutkan kuliahnya di luar negeri.

“Ailf tersenyum kecut. “retak dua tulang rusuk, pendarahan dalam,

“Ailf tersenyum kecut. “retak dua tulang rusuk, pendarahan dalam,