• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN ALUR DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA DAN ASSALAMUALAIKUM CALON IMAM KARYA IMA MADANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERBANDINGAN ALUR DAN PENOKOHAN DALAM NOVEL ASSALAMUALAIKUM BEIJING KARYA ASMA NADIA DAN ASSALAMUALAIKUM CALON IMAM KARYA IMA MADANI"

Copied!
226
0
0

Teks penuh

(1)

MADANI

COMPARISON OF PLOT AND CHARACTERIZATIONS IN THE NOVELS ASSALAMAULAIKUM BEIJING BY ASMA NADIA AND ASSALAMUALAIKUM CANDIDATE IMAM BY IMA

MADANI

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Magister Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

OLEH:

YUSNIAR

105041403519

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(2)

MADANI

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Disusun dan Diajukan oleh

YUSNIAR

Nmor Induk Mahasiswa : 10.50.414.035.19

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2021

(3)
(4)
(5)

ii

(6)

iii

(7)
(8)

v Abstrak

Yusniar, 2021. “Perbandingan Alur Cerita dan Penokohan Terhadap Novel Assalamualikum Calon Imam Karya Madani dan Novel Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia”.Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Muhammad Rapi Tang dan Abdul Rahman Rahim.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan perbandingan alur Cerita Novel Assalamualaikum Calon Imam Karya Ima Madani dan Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia dan (2) Mendeskripsikan perbandingan Penokohan Novel Assalamualaikum Calon Imam Karya Ima Madani dan Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia.

Desain penelitian ini adalah mengumpulkan, mengolah, mereduksi, menganalisis, dan menyajikan data secara objektif atau sesuai dengan fakta. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel yang berjudul Novel Assalamualaikum Calon Imam Karya Ima Madani dan Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia yang diterbitkan oleh Coconut dan Noura Books tahun 2018 dan 2013 dengan jumlah halaman 467 dan 386. Data dalam penelitian ini berupa kata-kata atau kalimat penggalan Novel Assalamualaikum Calon Imam Karya Ima Madani dan Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia berbentuk narasi, dialog, dan monolog yang memuat alur cerita dan penokohan yang terdapat dalam novel sebagai korpus data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik baca dan teknik inventarisasi.

Hasil penelitian menunjukan gambaran alur dan penokohan dalam novel Assalamualaikum Calon Imam Karya Ima Madani Dan Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia. menunjukan bahwa Terdapat (1) pengenalan pada novel Asslamualaikum Calon Imam Karya Ima Madani dan Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia sebanyak 33 data, (2) pemunculan konfilk pada novel Assalamualaikum Calon Imam Karya Ima Madani Dan Novel Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia sebanyak 25 data, (3) konfilk memuncak pada Novel Assalamualaikum Calon Imam Karya Ima Madani dan Novel Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia sebanyak 24 data, (4) konfilk mereda pada novel Assalamualaikum Calon Imam Karya Ima Madani dan novel Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia sebanyak 9 data, (5) tahap penyelesaian pada novel Assalamualaikum Calon Imam Karya Ima Madani dan novel Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia sebanyak 20 data, dan (6) penokohan yang mencakup antagonis, protagonist, deutragonis, tritagonis foil dan utility pada Novel Assalamualaikum Calon Imam Karya Ima Madani dan novel Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia sebanyak 73 data.

Kata Kunci :Perbandingan, Alur, Penokohan, Novel.

(9)
(10)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt., yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian dan penyusunan tesis dengan judul “Perbandingan Alur dan Penokohan dalam Novel Assalamualaikum Calon Imam Karya Ima Madani dan Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia” dapat diselesaikan dengan baik. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat akademik penyelesaian studi pada Program Studi Pendidikan Bahasa, Kekhususan Pendidikan Bahasa Indonesia Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar. Salawat dan salam senantiasa penulis curahkan kepada junjungan Nabi Muhammad saw yang telah membawa petunjuk kebenaran bagi seluruh umat manusia.

Penulis menyadari bahwa proses penyusunan tesis ini tidak luput dari kesalahan, rintangan, dan hambatan. Namun, semua dapat dilalui penulis atas izin Allah swt., penulis mengucapkan terimakasih kepada para dosen yang telah berjasa memberikan ilmu dan mendidik selama mengikuti pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, dan seluruh staf Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar yang senantiasa memudahkan pelayanan administrasi kepada penulis selama ini. Serta arahan dan motivasi dari dosen pembimbing. Oleh karena itu, penulis patut menyampaikan ucapan terimakasih yang setinggi-tingginya kepada, Bapak Prof. Dr. Muhammad Rapi Tang., M.Si. sebagai pembimbing I yang sangat banyak memberikan masukan serta motivasi kepada penulis

(11)

vii

sehingga penulis dapat menyelesaiakn tesis ini dengan baik dan Bapak Dr. Abd. Rahman Rahim., M. Hum. sebagai pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada tim penguji yang sudah berpatisipasi dalam ujian ini yaitu Ibunda Dr. Munirah, M.Pd., Ibunda Dr. St. Suwadah Rimang. M. Hum., dan Dr. Abd. Rahman Rahim, M.Hum., yang telah memberikan banyak saran dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa, Dr. Abd. Rahman Rahim., M. Hum, Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar, Bapak Dr. H. Darwis Muhdina., M. Ag, Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, Prof. Dr. H. Ambo Asse., M.Ag.

Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada rekan- rekan seperjuangan kelas B Program Studi Pendidikan Bahasa, kekhususan Pendidikan Bahasa Indonesia Angkatan 2019 Program Pascasarjana Universitas Muhamamdiyah Makassar yang telah memberikan banyak cerita dan pengalaman yang tak ternilai kepada penulis.

Penyusunan tesis ini juga tidak luput dari doa dan dukungan orang tua. Oleh karena itu, teristimewa penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada Ayahanda Amiluddin yang telah berjuang penuh kasih demi pendidikan penulis. Ibunda Ratna yang telah melahirkan, merawat,

(12)

viii

dan selalu mendoakan setiap langkah penulis. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada keluarga besar Bengkel Seni Bassi Unismuh Makassar, keluarga besar SMP Negeri 24 Tompobulu, dan sahabatku yang senantiasa memberi doa, dukungan dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan sehingga penulis dapat berkarya lebih baik lagi dimasa yang akan datang. Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga semua bantuan, bimbingan, dan motivasi yang diberikan kepada penulis bernilai ibadah dan mendapat pahala dari Allah SWT, semoga tesis ini dapat memberikan manfaat yang bagi semua orang.

Makassar, Agustus 2021

Yusniar

(13)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACK ... vi

PRAKATA ... viii

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Tinjauan Hasil Penelitian ... 12

2. Pengertian Sastra ... 16

3. Unsur Intrinsik Novel ... 28

4. Sastrawan, Sastra dan Masyarakat ... 43

5. Kerangka Pikir ... 44

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 46

B. Fokus Penelitian ... 47

C. Batasan Istilah/ Defenisi Istilah ... 47

D. Desain Penelitian ... 48

E. Data dan Sumber Data ... 48

F. Instrumen Penelitian ... 49

(14)

x

G. Teknik Pengumpulan Data ... 49 H. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 50 I. Teknik Analisis Data ... 50 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAAN

A. Hasil penelitian ... 52 B. Pembahasaan ... 150 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 155 B. Saran... 158 DAFTAR PUSTAKA

RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. SINOPSIS

2. KORPUS DATA

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Karya sastra pada hakikatnya merupakan replika kehidupan nyata.

Segala hal yang diceritakan dalam sebuah karya sastra tidak lepas dari aktivitas kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa karya sastra juga berfungsi sebagai hiburan tetapi karya sastra juga berfungsi sebagai kritik sosial. Walaupun berbentuk fiksi misalnya, cerpen, novel, drama, persoalan yang disodorkan oleh pengarang tidak lepas dari pengalaman kehidupan nyata sehari-hari. Hanya saja dalam penyampaiannya pengarang sering mengemasnya dengan gaya berbeda- beda dan syarat pesan moral bagi kehidupan manusia. Suwadah Rimang (2012: 2) menyatakan bahwa karya sastra, baik sebagai kreatifitas estetis maupun respon kehidupan sosial, mencoba mengungkapankan perilaku manusia dalam suatu komunitas yang dianggap berarti bagi aspirasi kehidupan seniman, kehidupan manusia pada umunya.

Sastra berkaitan erat dengan manusia dan kehidupannya. Manusia menghidupi sastra dan kehidupan sastra adalah kehidupan manusia.

Kekuatan sastra yang dahsyat mampu mengubah moralitas dan karakter manusia ke dalam persepsi kehidupan yang berbeda. Menurut Lestari (2011: 1), sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sederetan karya seni.

Sastra merupakan deskripsi pengalaman kemanusiaan yang memiliki dimensi individual dan sosial kemasyarakatan. Karena itu, pengalaman

(16)

dan pengetahuan kemanusiaan tidak sekedar menghadirkan dan memotret begitu saja, melainkan secara substansial menyarankan bagaimana proses kreasi kreatif pengarang dalam mengekspresikan gagasan-gagasan keindahannya. Sastra atau kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia dan masyarakat melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).

Sastra dari bahasa Sanskerta yang berarti tulisan atau karangan secara ringkas dan padat menyatakan bahwa sastra adalah segala sesuatu yang tertulis, pemakaian bahasa dalam bentuk tulis, meskipun tidak semua bahasa tulis adalah sastra. Isi yang baik artinya berguna dan mengandung nilai pendidikan. Karya sastra sebagai hasil cipta manusia selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai-nilai kehidupan seperti mitos,moral dan budaya melalui perspektif masyarakat dengan karya sastra. Karya sastra adalah pengungkapan ideologi pelaku baik berupa prosa, puisi dan drama.Munculnya sebuah ide didasari oleh sebuah konsep bersumber dari sederetan pengalaman.Pengalaman tersebut dapat berbentuk fisik, pengalaman batin dan pengalaman budaya.Dari ketiga unsur karya sastra tersebut novel yang paling mendapat tempat dan hati di masyarakat. Zaman yang dimanjakan dengan teknologi dan komunikasi semakin mempermudah membantu untuk menghasilkan karya. (Suhendi, 2014: 4)

(17)

Sastra lahir, tumbuh, dan hidup dalam masyarakat.Karya sastra diciptakan pengarang untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat.Karya sastra merupakansystemkehidupan masyarakat di sekitar pengarang. Pengarang memberikan gambaran nyata kehidupan masyarakat melalui cerita yang didasari pengalaman sebagai anggota masyarakat. Faktor pembangun dalam karya sastra tidak hanya unsur intrinsik, namun dapat berupa unsur ekstrinsik, yakni lingkungan sosial.

Lingkungan sosial pengarang mempunyai peranan penting dalam terciptanya karya sastra, baik secara ekonomi, budaya, politik, maupun psikologi.

Salah satu karya sastra yang tidak lepas dari peran kehidupan manusia adalah novel. Novel sebagai cerita tentang suatu pencarian yang tergradasi akan nilai-nilai yang mengorganisasikan dunia novel secara keseluruhan meskipun hanya implisif tidak eksplisif (Goldman dalam Faruk, 2003: 79).

Novel memuat masalah yang terjadi di lingkungan pengarang.

Lubis (1994:161) menekankan “Novel adalah hasil kesusastraan yang berbentuk prosa yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dan dari kejadian itu lahirlah suatu konflik, suatu pertikaian yang mengubah nasib para tokoh pada novel itu”. Jadi dapat dikatakan dengan membaca novel, segala masalah yang terjadi dalam lingkungan pengarang dapat diketahui karena di dalam novel jelas tergambar konflik-konflik yang terjadi di masyarakat.

(18)

Novel yang memaparkan masalah kehidupan manusia dengan salah satu tujuan arifnya, yaitu untuk memanusiakan manusia diharapkan dapat menjadi salah satu media yang dapat menjadi pembaca atas persoalan yang ada dan menjadi sarana penanaman pendidikan karakter bangsa secara tidak langsung. Penulis memilih novel sebagai objek penelitian karena novel merupakan jenis sastra fiksi yang menarik dengan sifat menghibur dan imajinatif, membuat pembaca seolah-olah menjadi bagian dalam cerita sehingga pesan yang terkandung di dalam novel dapat tersampaikan tanpa pembaca merasa digurui oleh penulis. Selain itu, novel dapat dijadikan salah satu media atau bahan ajar yang tepat dalam mentransfer sejumlah nilai-nilai kepada siswa. Hal tersebut berkaitan pula dengan pembelajaran sastra Indonesia di sekolah khususnya dalam kegiatan mengapresiasi novel.

Novel Assalamualaikum Calon Imam Karya Ima Madani Karya pertama dari Ima Madania yang terbit pada tahun 2018 dengan jumlah halaman 476 novel ini bercerita tentang sosok Nafisya pada tokoh utama yang sangat menonjol pada pengambaran novel ini, ceritanya Nafisya berusaha menyimpan rapat-rapat perasaanya kepada teman masa kecilnya yang juga menjadi tetangganya hingga sekarang. Pria beruntung itu bernama Jidan Ramdani. Tapi sayangnya Jidan malah menyukai sang kakak perempuan Nafisya, yaitu Salsya. Pertemuan yang jauh dari kata sempurna, mempertemukan Nafisya dengan seorang dokter bernama Alif.

Dokter di sebuah rumah sakit dan merangkap sebagai dosen di kampus

(19)

Nafisya. Alif mempunyai yang dekat dengan Salsya dan juga kakak tiri Nafisa, karena mereka bekerja di satu rumah sakit yang sama. Di saat, sebuah janji akan terucap antara Jidan dan Salsya, Nafisa merasa bahwa dia tidak punya kekuatan untuk melihat semua itu, karena itu menjadi sebuah tanda bahwa ia sudah tidak boleh lagi mengharapkan seorang Jidan.

Nafisya memutuskan untuk menerima beasiswa keluar negeri, agar ia bisa sepenuhnya jauh dari Jidan. Di saat bersamaan Alif datang ke rumah dan berencana untuk melamar Fisha. Tapi sayangnya Umi tidak mengizinkan Fisya keluar negeri sendirian, jika Fisya mau mendapatkan izin Umi, maka Fisya harus menerima lamaran Alif.

Apa yang bakal Fisya pilih? Tetap pergi tanpa izin Umi, demi menyelamatkan hatinya dari rasa perih atau memilih menerima lamaran, dari orang yang sama sekali belum Fisya kenal dengan baik? Apapun pilihan Fisya, semoga itu menjadi pilihan yang terbaik bagi semuanya.

Salah satu pengambaran alur cerita yang menarik pada novel ini bahwa adanya konflik di dalam novel ini, karena konfliknya tidak hanya satu, yang berkutat antara Nafisya-Alif-Jidan, tapi ada juga antara Fisya dengan Abinya, Fisya dengan keluarga baru Abinya, ada juga tentang kisah-kisah teman Fisya. Sedih dan bercampur aduk saat melihat kisah di balik perceraian Abi dan Uminya Fisya. Pengen nangis dan entahlah aku tidak bisa membayangkan kisah mereka.

(20)

Di kisah ini ada banyak karakter, penggambaran karakternya sangat terasa dan konsisten dari awal hingga akhir. Karakter Fisya, terlepas dia yang membenci Abinya, Fisya adalah gadis yang ceria meskipun cenderung ceroboh dan pelupa akut, sangat menyayangi Umminya melebihi siapapun. Bersahabat, sosok sahabat yang menyenangkan. Tidak sulit untuk mencintai kepribadian seorang Fisya.

Selain Fisya, aku suka sosok Kahfa, meskipun dia cuma sedikit porsinya, tapi berhasil menyita perhatian.

Novel Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia pada tahun 2013 yang diterbitkan oleh Noura Books dengan jumlah halaman 356. Novel ini memilih menceritakan kisah yang dilihat dari keindahan kota beijing dan kehidupan seorang putri yang berasal dari Yunna yang menjadi cerita Assalamualaikum Beijing ini. penokohan pada novel ini memiliki daya tarik tersendiri terutama pada tokoh Asma dan Zhongwen yang di ceritakan pada novel ini dan pertemuan seseorang Asma dengan Zhongwen yang pada saat itu Asma telah dikhianati oleh Dewa. Novel ini juga mencerminkan hal-hal religus yang membuat kisahnya semakin menarik dan ingin mendengarkan cerita tentang legenda cinta ashima dan melihat patung Ashima yang seperti apa sesungguhnya. sering memunculkan kisah-kisah yang dramatis yang terkadang membuat para pembacanya penasaran jalan ceritanya. Konflik dan kisah cinta yang sangat menyentuh hati terkadang beliau ungkapkan disetiap film maupun novel yang beliau terbitkan. Sehingga, membuat para pembaca

(21)

membayangkan konflik yang terjadi dan terkadang ikut merasakan apa yang diceritakan asma nadia dalam film maupun novel karangan Asma Nadia. Dan didalam novel Asma Nadia yang berjudul Assalamualaikum Beijing ini juga banyak terdapat kisah-kisah yang menyedihkan dan kisah- kisah yang membuat para pembaca dan menonton film ini menjadi terbawah dalam suasana hati. Apalagi sosok Zhongwen yang seorang laki-laki ganteng yang membuat Asma jatuh cinta kepadanya dan melupakan sakit hatinya kepada Dewa.

Dalil yang menjelaskan tentang penelitian perbandingan dua novel yang bergenre islami yakni Assalamuaiakum Calon Imam karya Ima Madani dan Assalamuaiakum Beijing Karya Asma Nadia kedua novel ini sama-sama memiliki ciri khusus yang di jelaskan oleh surah-surah mengenai novel ini. Novel pertama yaitu assalamualaikum Calon imam berisikan tentang surah memahami ketetapan perihal takdir sebab taka da yang terjadi di muka bumi ini selaian apa yang menjadi takdir yang telah di tetapkan-Nya dan jodoh yang telah di atur oleh-Nya sedangkan novel kedua Assalamualaikum Beijing lebih kepada bagaimana Agama dan islam adalah sebenar-benaranya agama yang paling Sempurna di muka bumi ini karena islam adalah Rahmatalill Alamin hanya ada kebaikan- kebaikan didalamnya ayata-ayat yang di maksud adalah:

Allah berfirman dalam Qur'an Surat At-Taghabun Ayat 11 ۢن ِم ْؤُي نَم َو ۗ ِ اللَّٱ ِنْذِإِب الَِّإ ٍةَبي ِصُّم نِم َباَصَأ ٓاَم ميِلَع ٍءْىَش ِ لُكِب ُ اللَّٱ َو ۚ ۥُهَبْلَق ِدْهَي ِ اللَّٱِب

(22)

Terjemahan:

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.

Allah berfirman dalam Q.S Ar-Rum ayat 21;

د َوام مُكَنْيَب َلَعَج َو اَهْيَلِإ ۟ا ٓوُنُكْسَتِ ل اًج ََٰو ْزَأ ْمُكِسُفنَأ ْنِ م مُكَل َقَلَخ ْنَأ ٓۦِهِتََٰياَء ْنِم َو

ًراكَفَتَي ٍم ْوَقِ ل ٍتََٰياَءَل َكِلََٰذ ىِف انِإ ۚ ًةَمْح َر َو Terjemahan:

“ Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya dialah iya menciptkan untukmu istrei-istri dan jenismu sendiri supaya kamu cenderung dan merasa tentaram kepadanya dan di jadikannya di anatramu rasa kasih sayang sesungguhnya pada demikian itui benar-benar terdapat tanda- tanda bagii kaum berpikir”.

Karya sastra baik berupa prosa maupun lainnya mempunyai struktur pembangun karya sastra itu. Struktur karya sastra tersebut berupa struktur cerita yang meliputi tema, fakta cerita berupa alur, tokoh/penokohan, dengan latar, dan sarana cerita berupa sudut pandang, gaya bahasa, dan lain-lain. Namun pada kedua novel ini penulis lebih mengkhususkan untuk membandingkan alur cerita dan penokohan.

Secara garis besar novel Assalamualaikum Calon Imam Karya Ima Madani dan Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan kedua novel ini terletak pada nilai-nilai religuis dan kisah percintaan yang menarik sedangkan perbedaanya terletak pada latar tempat kejadian dan tema.

(23)

Perbandingan kedua karya ini dipusatkan pada perbandingan alur dan penokohan. Jadi alasan peneliti mengkaji perbandingan alur dan penokohan Assalamualaikum Calon Imam Karya Ima Madani dan Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia adalah karena kedua karya sastra tersebut memiliki beberapa persamaan dan perbedaan terutama pada alur cerita dan dalam menggambarkan penokohan/ watak dalam cerita ini.

Walaupun penggambaran kedua novel ini hampir sama, akan tetapi penggambaran alur dan penokohannya berbeda hal ini dikarenakan dalam novel Assalamualaikum Calon Imam Karya Ima Madani, alur cerita yang di gambarkan lebih sederhana sedangkan dalam segi penokohan dalam cerita ini lebih kompleks dan menonjol terutama pada tokoh Nafisyah dan dari novel Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia penggambaran alur yang menarik membuat pembaca terhanyut dalam alur yang di sajikan penulis namun agak sedikit rumit karena terkadang ada beberapa bahasa yang sering muncul yang terdapat dalam dialog cerita ini, yakni bahasa cina dan inggirs sedangkan dalam penokohannya juga menarik karena melibatkan orang-orang asing dalam ceritnya.

Penelitian ini mengkaji tentang perbandingan dua buah novel yang bergenre islami harapan penulis pada penelitian ini secara umum kepada pembaca agar dapat mengambil pembelajaran dari kedua novel Assalamualikum Calon Imam Karya Madani dan Novel Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia baik dari segi pengambaran tokohnya maupun

(24)

alur cerita. Penokohan ini tak lepas dari sifat yang dimiliki oleh tokoh utama pada kedua novel tersebut dan alur yang terdapat pada kedua novel ini adalah alur Maju.

Berdasarkan pernyataan di atas, Peneliti memilih novel

“Assalamualaikum Calon Imam Karya Ima Madani dan Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia” karena keduanya bercerita tentang pendidikan, nilai-nilai moral dan nilai-nilai keagamaan. Dalam penelitian ini, peneliti hanya memaparkan Unsur alur cerita dan Penokohan pada penelitian ini fokus melakukan penelitian terhadap dua buah novel dan relevansinya terhadap pendidikan, pesan moral dan nilai-nilai keagaman.

Berdasarkan penelitian di atas penulis tertarik untuk mengkaji mengenai

“Perbandingan Alur Cerita dan Penokohan Terhadap Novel Assalamualikum Calon Imam Karya Madani dan Novel Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia”. Dalam penelitian ini penulis akan membandingkan kedua novel dari segi unsur alur cerita dan penokohan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perbandingan alur cerita Novel Assalamaualaikum Calon Imam Karya Ima Madani dan Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia.

(25)

2. Bagaimanakah perbandingan penokohan Novel Assalamaualaikum Calon Imam Karya Ima Madani dan Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan penelitian ini yaitu

1. Mendeskripsikan perbandingan alur Cerita Novel Assalamualaikum Calon Imam Karya Ima Madani dan Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia.

2. Mendeskripsikan perbandingan Penokohan Novel Assalamualaikum Calon Imam Karya Ima Madani dan Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dibedakan menjadi manfaat teoretis dan praktik.

1. Manfaat Teoretis

a. Memberikan wawasan tambahan mengenai hasil perbandingan Assalamualaikum Calon Imam Karya Ima Madani Dan Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia.

b. Mendeskripsikan alur cerita dan penokohan Assalamualaikum Calon Imam Karya Madani Dan Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia.

(26)

2. Manfaat Praktis a. Bagi guru

Dapat dimanfaatkan sebagai alternatif bahan pembelajaran sastra (novel) di sekolah serta menambah wawasan guru dalam menafsirkan dan menganalisis perbandingan dalam novel.

b. Bagi siswa

Dapat dimanfaatkan siswa sebagai sumber belajar.Hasil penelitian ini dapat digunakan siswa untuk menambah perbendaharaan materi novel yang telah diberikan oleh guru.

c. Bagi peneliti

Dapat dijadikan literatur dan menjadi acuan untuk melahirkan penelitian-penelitian lain yang terkait dengan sastra dan bagaimana kontribusiinya terhadap pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah.

(27)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi pembahasan mengenai; (a) Tinjauan Hasil penelitian(b) sastra; (c) unsur intrinsik; (d) sastra, sastraan dan masyarakat; (e) kerangka pikir.

A. Tinjauan Hasil Penelitian

Imam Izwa Khudori (2018) Dengan Judul Analisis Perbandingan Alur Cerita Film The Raid Redemption Karya Gareth Evans Dengan Film Dredd Karya Pete Travis Dan Relevansinya Dengan Pembelajaran Sastra DI SMA Penelitian ini. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Persamaan alur dari kedua objek film menunjukan kesamaan pada persoalan yang terjadi dalam masing-masing film. (2) Sedangkan perbedaan alur dari kedua objek film menunjukan perbedaan pada tahapan – tahapan alur, jenis alur, teknologi dan suasana yang terjadi dalam masing-masing film. (3) Dan relevansinya terhadap pembelajaran sastra di SMA terletak pada unsur alur yang merupakan salah satu dari unsur intrinsik yang tercantum dalam KD pembelajaran sastra di SMA.

Penelitian yang di lakukan oleh imam memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang di lakukan oleh penulis, persamaan tesebut terletak pada alur cerita yang menjadi pembahasaan pada penelitian ini dan penelitian yang di lakukan oleh imam perbedaanya terletak pada sasaran yang relevansinya mengarah kepada siswa menengah atas.

(28)

Nugroho Wiji Pamungkas (2016) dalam penelitiannya yang berjudul Perbandingan Dalam Novel Pulang Karya Leila S. Chudori Dengan Novel Pulang Karya Toha Mohtar Serta Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra Indonesia Di Sekolah Menengah Atas Berdasarkan hasil analisis terhadap kedua novel ini, diketahui bahwa kedua cerpen ini memiliki hubungan intertekstualitas yakni 1) Kedua novel tersebut bertemakan mengenai kerinduan dan kecintaan terhadap tanah air yang dialami oleh tokoh utama yang sama yaitu seorang laki-laki dewasa. 2) Terdapat persamaan pada beberapa unsur intrinsik. 3) Terdapat persamaan ide penceritaan yaitu cinta tanah air. 4) Novel Pulang karya Toha Mohtar merupakan hipogram sedangkan novel Pulang karya Leila S. Chudori merupakan Transformasi.

Penelititian yang dilakukan oleh Nugroho Wiji Pamungkas, memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang di lakukan penulis persamaan tersebut terdapat kepada perbandingan dengan dua novel yang berbeda yang di kaji dalam teori sastra bandingan dalam penelitian ini dan perbedaanya terletak kepada objek dan pembelajaran sastranya.

Objek kajian pada penliin ini memfokuskan unsur intrinsik dua novel yang berbeda sedangkan penelitian nugroho wiji pamungkas memfokuskan kepada kontribusi hasil perbandingan terhadap pembelajaran sastra Indonesia di sekolah menegah atas.

Ignesolyen Nandra (2011) dalam penelitiannya yang berjudul

“Novel Laskar Pelangi Dan Novel Ma Yan Suatu Kajian Perbandingan

(29)

novel Laskar Pelangi dan Ma Yan mengajak pembaca melihat realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat yang berada di dua negara yang berbeda. Persoalan realita yang dialami seorang anak untuk mengejar mimpi-mimpinya untuk mendapatkan pendidikan di tengah kesulitan kemiskinan dan keterbatasan. Penelitian ini membahas unsur-unsur intrinsik yang membangun kedua karya, perjuangan tokoh dalam mendapatkan pendidikan dan persamaan keduanya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut digunakan analisis unsur intrinsik dan perbandingan untuk melihat persamaannya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap novel Laskar pelangi dan Ma Yan disimpulkan bahwaunsur- unsur intrinsik dalam kedua novelmempunyai korelasi dan persamaan dalam cerita. Tokoh Lintang dan tokoh Ma Yan, memiliki persamaan yaitu semangat yang kuat untuk ke sekolah. Rumah yang terletak jauh dari sekolahan tidak menyurutkan semangat mereka untuk tetap datang kesekolah setiap harinya tanpa keluhan apa pun. Persamaan pada kedua novel yaitu: Pada tema, kedua novel ini sama-sama menceritakan tentang perjuangan seorang anak untuk mendapatkan pendidikan, pada latar, persamaannya terdapat dilatar sosial yang menceritakan kehidupan sosial di Laskar Pelangi yang miskin. Kehidupan sosial di Ma Yan, masyarakatnya hanya bertani di tanah yang kering tiada air untuk bertanam dengan baik, Pada Alur, ada tokoh yang bernama Lintang dalam Laskar Pelangi dan Ma Yan dalam Ma Yan, yang memilki peristiwa hidup yang hampir sama, dan amanat, pengarang ingin menyampaikan

(30)

bahwa pendidikan itu penting agar pembaca mampu berjuang tanpa berputus asa.

Penelitian yang di lakukan oleh Nandra memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang di lakukan oleh penulis, persamaan, tersebut terletak pada unsur intrinsik yang meliputi penokohan dan alur cerita di dalam sebuah novel dalam penelitian ini dan penelitian yang di lakukan oleh Nandra perbedaannya terletak pada objek yang di kaji pada penelitin ini hanya memfokuskan kepada unsur intrinsiknya saja sedangkan Nandra mefokuskan objek kajiannya dengan mengunnakan unsur intrinsk dan ekstinsik.

Lestari, Hendita Fajar (2018) Dengan judul penelitian "Transformasi Novel Menjadi Film Dear Nathan oleh Erisca Febriani (Studi Sastra Banding)" Aspek-aspek tersebut di analisis dari data berupa novel dan film dengan menggunakan pendekatan sastra komparatif Hasil analisis novel Nathan dan film Nathan menunjukkan adanya perbedaan dan penyempitan karakter, cerita perubahan dan dukungan, perubahan dan penghilangan, serta perubahan dan kelalaian dalam novel. Namun, proses transformasi novel Dear Nathan menjadi film Dear Nathan, tidak jauh berbeda dengan novel dan filmnya. Ketika perubahan terjadi dalam proses transformasi, jangan terlalu jauh mengubah inti atau garis besar cerita.

Dalam proses transformasi pasti ada perbedaan dan itu terjadi.

Masyarakat diharapkan lebih objektif dalam menyikapi karya sastra

(31)

Penelitian yang di lakukan oleh lestari memiliki persamaan dan perbedan dengan penelitin yang di lakukan oleh penulis. Persamaan terletak pada teori yang digunakan dalam mentransformasikan novel kedalam sebuah film dalam penelitian ini. Perbedaanya terletak pada unsur yang di gunakan dalam memidahkan novel ke bentuk film yang di teliti.

B. Sastra

Pembahasan pada bagian ini difokuskan pada (1) pengertian sastra; (2) jenis sastra; (3) prosa fiksi; dan (4) pengertian novel.

1. Pengertian Sastra

Secara etimologi, asal-usul kata sastra yaitu kata literature, yang sebenarnya diciptakan sebagai terjemahan dari bahasa Yunani, gramatika, literature dan gramatika, masing-masing berdasarkan kata littera dan gamma yang berarti ‘huruf’. Sastra berasal dari bahasa Sansekerta; akar kata “sas” berarti ‘mengarahkan’ memberi petunjuk atau instruksi; dan akhiran –tra biasanya menunjukkan alat mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran (Teeuw, 1984:23).

Sastra sebagai cabang ilmu seni, yang keduanya merupakan unsur integral dari kebudayaan, mempunyai usia yang sangat tua. Kehadirannya hampir bersamaan dengan adanya manusia karena ia diciptakan dan dinikmati manusia. Sastra menjadi bagian dari pengalaman hidup manusia baik dari aspek manusia yang memanfaatkannya. Sastra merupakan suatu ciptaan, sebuah kreasi, bukan pertama-tama sebuah imitasi. Sang

(32)

seniman menciptakan sebuah dunia baru, meneruskan proses penciptaan di dalam semesta alam, bahkan menyempurnakannya. Sastra merupakan salah suatu luapan emosi yang spontan. Sastra bukan sebuah benda yang kita jumpai, sastra adalah sebuah nama yang dengan alasan tertentu diberikan kepada sejumlah hasil tertentu dalam suatu lingkungan kebudayaan (Luxemburg, 1984:5-9).

Sastra merupakan instuisi sosial yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Teknik-teknik sastra tradisional seperti simbolisme dan mantra bersifat sosial dan sebagian besar terdiri dari kebudayaan social (Tang, 2007:01). Dalam ilmu bahasa, bentuk kata dasar kesusastraan berasal dari kata dasar susastra yang diberi imbuhan ke-an.

Kata dasar susastra sebenarnya kata dasar kedua karena dapat diuraikan pula atas su dan sastra. Kedua-duanya berasal dari bahasa Sansekerta

‘su’ berarti ‘baik’ dan ‘sastra’ berarti tulisan. Kata susastra sendiri dalam bahasa Indonesia tidak lazim pemakaiannya kecuali dalam kata bentukan kesusastraan.

Sastra adalah sebuah produk budaya, kreasi pengarang yang hidup dan terkait dengan tata kehidupan masyarakatnya. Sastra berada dalam hubungan tarik menarik antara kebebasan kreasi pengarang dan hubungan sosial yang didalamnya hidup etika, norma, aturan, kepentingan ideologis, bahkan juga doktrin agama. Sastra juga menjadi produk individual pada saat berada di tengah masyarakat, seketika itu pula ia dipandang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu,

(33)

ketika sastrawan mengusung kebebasan kreasinya dan kemudian menjelma dalam bentuk karya sastra, seketika itu pula ia berhadapan dengan aturan, moral, etika, dan konvensi hidup dalam masyarakat yang bersangkutan (Noor, 2011:23).

Ismawati (2013:3) mengemukakan bahwa sastra sebagai sesuatu yang dipelajari atau sebagai pengalaman kemanusiaan dapat berfungsi sebagai bahan renungan dan refleksi kehidupan karena sastra bersifat koekstensif dengan kehidupan, artinya sastra berdiri sejajar dengan hidup.Dalam kesusastraan, dapat ditemukan berbagai gubahan yang mengunkapkan nilai-nilai kehidupan, nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai sosial budaya, di antaranya terdapat di dalam puisi, prosa, dan drama.

Kajian sastra adalah kegiatan mempelajari unsur-unsur dan hubungan unsul dalam karya sastra dengan bertolak dari pendekatan, teori, dan cara kerja tertentu. Kajian sastra menyangkut dua hal. Pertama, karya sastra merupakan bentuk analisis karya sastra yang dilaksanakan dengan bertolak dari sistematika tertentu. Kedua, jika kajian sastra merupakan analisis karya sastra yang wujud paparapan biasa bervariasi sesuai dengan fokus pembahasan dan keperluan yang melatar belakanginya ditinjau dari proses kajian sastra dengan demikian merupakan kegiatan yang bersifat reseptif maupun produktif. Kegiatan reseptif berkaitan dengan upaya memahami unsur-unsur dan hubungan antarunsur dari karya sastra dang dijadikan bahan kajian (Aminuddin, 2014:39).

(34)

Widyawati (2015:10) menyatakan bahwa sastra adalah sebuah karya seni yang lahir melalui penemuan imajinasi dengan menggunakan daya khayal yang tinggi dan kreatif lewat bahasa yang estetik oleh pengarangnya untuk menyampaikan maksud tujuan tertentu mengenai gambaran realitas sosial masyarakat tanpa mengurangi nilai dalam hubungan sistem yang terkandung di dalam etika, norma, serta tidak menyesatkan.

Sebuah karya sastra tidak sekadar sebagai penggambaran ekspresi estetis pengarangnya, tetapi sekaligus merupakan abstraksi dari pandangan dunia subjek kolektif yang berakar dari kondisi sosial, budaya, dan ekonomi (Uniawati, 2016:101).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa sastra adalah sebuah karya seni yang hadir dari sebuah imajinasi dan khayal yang tinggi melalui bahasa yang estetik oleh pengarangnya untuk menyampaikan maksud dan tujuan tertentu mengenai gambaran realitas sosial masyarakat tanpa mengurangi nilai dan hubungan sosial yang terkandung di dalamnya.

2. Jenis Sastra

Pendefinisian sastra sulit di lakukan karena sastra terkait dengan budaya masyarakat pada zaman tertentu di dalam pelaksanaan berkarya sastra terbagi dua yaitu sastra dan non sastra (Enksilopdia sastra, 2007:

716) teks non sastra umumnya di pakai dalam komunikasi praktisdan di manfaatkan untuk komunikasi yang tidak mengandung estetis. Misalnya

(35)

komuniksi di dalam ruang persentasi komunikasi di pasar ataupun komunikasi di harian cetak.

Sejalan dengan hal itu sumarjo dan saini (1996:17) mengungkapkan bahwa sastra di bagi kedalam dua kelompok yaitu sastra Imajinatif dan sastra non imajinatif. Sastra imajinatif dapat di golongkan pada puisi dan prosa. Pada bagian prosa sastra ini terbagi pula ke dalam fiksi dan drama. Berbeda dengan sastra imajnatif sastra non imajinatif di tandai dengan minimnya pengunaan kata-kata khayali dan kata-kata denotative yang menonjol. Penerapan kedua syarat tersebut dapat terlihat pada karya ilmiah, esai, kritik dan lain-lain

Fiksi di maknai oleh Nurgiyantoro (2009:2) sebagai hasil dari imajinasi juru cerita baik lisan maupun juru tulis. Dalam menciptakan karya, pengarang mengabungkan imajinasi dengan pengalaman yang di perolehnya. Selain menggabungkan pengalaman pengarang juga harus memiliki banyak kosa kata, sehingga karya yang di hasilkan kaya makna dan Bahasa. Ciri sastra fiksi adalah bersift fiktif, konotatif dan mngandung daya estetis sedangkan untuk karya non sastra non-fiksi adalah bersifat factual, denotative, dan tidak menuntut syarat estetika.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat di simpulkan bahwa jenis sastra terbagai dua yaitu imajinatif dan non imajinatif setiap kandungan yang memiliki karya tersebut berbeda dengan satu sama lain.

Karya non imajinatif berupa ciptaan yang brasal dari fakta seperti esai, kritik, biografi dan lain-lain. Sedangkan sastra imajinatif berupa ciptaan

(36)

berasal dari khayalan yang di reka manusia seperti puisi, prosa dan drama.

3. Prosa fiksi

Kata fiksi berasal dari bahasa Latin fictum yang berarti

“membentuk”, mengadakan, menciptakan Webster’s New Collcgrate Dictionary (Tarigan, 1986:120).Istilah fiksi berarti cerita rekaan atau cerita khayalan karena fiksi merupakan karya naratif yang isinya mengarah pada kebenaran.Jadi, dalam cerita fiksi tidak diceritakan keadaan yang sesungguhnya melainkan hanya cerita rekaan pengarang.Dengan demikian, cerita yang ada di dalam fiksi tidak perlu dicari kebenarannya pada dunia nyata (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2009:2).Salah satu dari jenis prosa fiksi adalah novel.

Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Lewis dalam Nurgiyantoro (2009:2) bahwa fiksi dapat diartikan sebagai prosa naratif yang bersifat imajinatif, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisi hubungan-hubungan antarmanusia.Pengarang mengemukakan hal tersebut berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan.Namun, hal itu dilakukan secara selektif dan dibentuk sesuai dengan tujuannya sekaligus memasukkan unsur hiburan dan penerangan terhadap pengalaman kehidupan manusia.

Secara etimologis, fiksi berarti sesuatu yang dibentuk, sesuatu yang dibuat, sesuatu yang diciptakan dan sesuatu yang diimajinasikan.

(37)

Sesuatu itu merupakan cerita yang dilukiskan oleh pengarang.Prosa fiksi adalah cerita rekaan atau cerita khayalan yang berbentuk prosa, prosa naratif atau teks naratif. Prosa yang dimaksudkan dalam pembelajaran ini adalah istilah prosa dibatasi sebagai salah satu genre sastra.Sebagai sebuah karya imajinatif, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan.Pengarang mengamati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkan kembali melalui sarana fiksi sesuai dengan pandangannya.Pengarang mengemukakan berdasarkan pengalaman dan pengamatannnya terhadap kehidupan.Namun, hal ini dilakukan secara selektif dan dibentuk sesuai dengan tujuannya yang sekaligus memasukkan unsur hiburan dan penerapan terhadap pengalaman kehidupan manusia.Penyeleksian pengalaman kehidupan bersifat subjektif.Karya fiksi menceritakan sesuatu yang bersifat rekaan, khayalan, sesuatu yang tidak ada, sesuatu yang hanya mungkin terjadi atau dapat terjadi, walaupun secara faktual tidak pernah terjadi.Tokoh, peristiwa, dan tempat bersifat imajinatif.

Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan. Karya fiksi merupakan dialog kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan. Pembelajaran prosa fiksi merupakan bagian dari pembelajaran sastra, yang meliputi pembelajaran tentang cerpen dan novel. Hal ini dijabarkan dalam

(38)

beberapa keterampilan berbahasa, yakni mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis.

Sebagai sebuah karya sastra yang bersifat imajinatif, fiksi menawarkan berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan, hidup dan kehidupan Pengarang menghayati berbagai permasalahan tersebut dengan penuh kesungguhan yang kemudian diungkapkannya kembali melalui sarana fiksi dengan pandangan. Jadi, karya fiksi walaupun ceritanya berupa khayalan, namun penciptaannya tetap dilakukan dengan penghayatan dan perenungan secara intensif dengan kesadaran yang tinggi, bukan dari sebuah lamunan belaka.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa prosa fiksi adalah sebuah cerita rekaan yang bersifat imajinatif dengan menggunakan daya imajinasi seorang pengarang atau sastrawan melalui apa yang pernah dialaminya berdasarkan pengalaman hidupnya.

4. Novel

Penjelasan mengenai novel pada bagian ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: (a) hakikat novel; (b) tujuan dan fungsi penciptaan novel; dan (c) unsur-unsur pembangun novel.

a. Hakikat Novel

Tarigan (1986:164) berpendapat bahwa sebuah roman atau novel ialah terutama sekali sebuah eksplorasi atau suatu kronik penghidupan;

merenungkan dan melukiskan dalam bentuk yang tertentu, pengaruh, ikatan, hasil, kehancuran atau tercapainya gerak-gerik manusia.

(39)

Novel adalah cerita yang menampilkan suatu kejadian luar biasa pada kehidupan pelakunya, yang menyebabkan perubahan sikap hidup atau menentukan nasibnya. Novel merupakan roman yang lebih pendek.

Kata novel berasal dari kata latin novellus yang diturunkan pula dari kata novies yang berarti “baru” dikatakan baru karena jika dibandingkan dengan jenis-jenis sastra lainnya seperti puisi, drama, dan lain-lain (Tarigan, 1986:164).

Salah satu genre sastra dalam dunia kesusastraan adalah prosa fiksi yang menampilkan sebuah dunia yang sengaja dikreasikan oleh pengarang. Novel tidak mewakili kesatuan padat yang dipunyai cerpen.Novel tidak mampu menjadikan topiknya menonjol seperti prinsip mikrokosmis cerpen. Sebaliknya, novel mampu menghadirkan perkembangan satu karakter, situasi sistem yang rumit, hubungan yang melibatkan banyak atau sedikit karakter, dan berbagai peristiwa ruwet yang terjadi beberapa tahun silam secara lebih mendetail.Ciri khas novel ada pada kemampuannya untuk menciptakan satu semesta yang lengkap sekaligus rumit. Novel tidak dibebani tanggung jawab untuk menyampaikan sesuatu dengan cepat atau dengan bentuk padat dan dikatakan lebih sulit karena novel dituliskan dalam skala besar, sehingga mengandung satuan-satuan organisasi yang lebih luas dibandingkan dengan cerpen (Stanton, 2007:90).

Nurgiyantoro (2009:11) mengemukakan bahwa novel mengungkapkan gambaran sisi kehidupan manusia dengan

(40)

memperlihatkan watak, keadaan waktu yang berbeda setiap pelaku (tokoh) tertentu sehingga menimbulkan kesan bagi pembaca. Novel mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, serta lebih banyak melibatkan permasalahan yang lebih kompleks.

Berdasarkan proses penciptaannaya, novel dipandang oleh Nurgiyantoro (2013:118) sebagai hasil perenungan pengarang terhadap kehidupan, mengangkat, dan mengungkap kembali berbagai permasalahan hidup dan kehidupan setelah melewati penghayatan yang intens, seleksi-subjektif, dan diolah dengan daya imajinatif kreatif dan idealisnya. Melalui novel yang diciptakan, pengarang mengungkapkan berbagai macam masalah yang dialami maupun yang dilihat di lingkungan ia berada, termasuk dalam lingkungan sosial budaya.

Novel sebagai salah satu jenis teks sastra terdiri atas enam struktur teks, yaitu: (1) pengenalan, bagian awal yang memperkenalkan tokoh dan setting yang berkaitan dengan tempat dan waktu peristiwa terjadi kepada pembaca; (2) orientasi, cakupan pengenalan bagian awal yang pada bagian ini diungkapkan peristiwa awal para tokoh mengalami kejadian atau aktivitas; (3) masalah, tokoh utama mulai mengalami ketidaknyamanan sebab adanya peristiwa yang menimbulkan masalah (konflik awal), dari momen ini cerita berkembang; (4) komplikasi, perkembangan lebih lanjut dari konflik awal menjadikan konflik terbuka dan semakin kompleks mencapai puncak konflik (klimaks); (5) pemecahan

(41)

masalah, cerita bergerak turun menuju akhir cerita yang ditandai dengan penyelesaian konflik; dan (6) resolusi atau koda, penyelesaian konflik atau koda yang tercermin dari kemampuan atau ketidakmampuan tokoh mengatasi konflik yang dihadapi (boleh ada atau tidak di dalam sebuah novel) karena biasanya cerita diakhiri begitu saja tanpa adanya tuturan dari pengarang untuk penyimpulan akhir (Mahsun, 2014:8).

b. Jenis-jenis novel

Tarigan (1986:167), novel atau roman bermacam-macam, antara lain:

1) Novel Avontur

Novel dipusatkan pada seorang lakon atau hero utama novel avontur yang romantik adalah heroine atau lakon wanita.

2) Novel psikologis

Di dalam novel-novel jenis ini, perhatian pengarang lebih tertumpu pada perkembangan jiwa para tokohnya. Dengan demikian melalui jenis novel ini pembaca akan dapat memperoleh pengetahuan mengenai sifat dan watak manusia umumnya, pergolakan-pergolakan pikiran, hubungan antara perbuatan manusia dengan watak-watak dasarnya.

3) Novel detektif

Jenis novel ini untuk membongkar rahasia kejahatan dalam novel dan menunjukkan jalan mencapai penyelesaian cerita karena jenis novel ini menceritakan sesuatu dengan jelas mulai awal cerita

(42)

sampai dengan penyelesaian cerita.

4) Novel sosial

Dalam novel sosial, pelaku pria dan wanita tenggelam dalam masyarakat, dalam kelasnya atau golongannya.Dalam novel ini, persoalan ditinjau dari sudut persoalan orang-orang sebagai individu, tetapi persoalan ditinjau melingkupi persoalan golongan- golongan dalam masyarakat, reaksi setiap golongan terhadap masalah-masalah yang timbul, dalam pelaku-pelaku hanya dipergunakan sebagai pendukung jalan cerita saja.

5) Novel politik

Jenis novel ini berlatar belakang masalah-masalah politik.

Umumnya novel jenis ini sebagai sarana pengarangnya untuk memperjuangkan gagasan berupa politik yang berupa saran pembakar semangat berjuang masyarakat dalam mencapai cita-cita politiknya.

6) Novel kolektif

Jenis novel ini lebih mengutamakan cerita masyarakat sebagai suatu totalitas suatu keseluruhan. Novel seperti ini mencampuradukkan pandangan-pandangan antropologis dan sosiologis dengan cara mengarang novel atau roman.

Berbeda dengan pendapat Goldman (Fitriani 2016:24) yang menggolongkan novel ke dalam tiga jenis berdasarkan nilai-nilai otentik yang dilakukan seorang tokoh/hero yang problematik dalam sebuah dunia.

(43)

Penggolongan tersebut terdiri atas; (1) novel idealisme abstrak, cerita dengan tokoh/hero yang penuh optimis dalam petualangan tanpa menyadari kompleksitas dunia; (2) novel psikologis, cerita dengan tokoh/hero yang cenderung pasif karena kekuasaan kesadarannya tidak tertampung oleh dunia konvensi; dan (3) novel pendidikan, cerita dengan tokoh/hero yang penuh optimis dalam petualangan tanpa menyadari kompleksitas dunia.

c. Unsur-unsur novel

Ada dua unsur yang terdapat didalam novel yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik terdiri atas tema, amanat, alur, latar, penokohan, gaya bahasa, dan sudut pandang. Sedangkan unsur ekstinsik suatu cerita (prosa fiksi) adalah unsur luar yang mempengaruhi pengarang pada saat penciptaan cerita, seperti; kondisi sosial, ekonomi, ideologi, politik, budaya, agama, dan lain-lain. Pengarang cerita sukar melepaskan faktor-faktor tersebut. Bahkan tidak sedikit cerita yang lahir atas inspirasi pengarang dari faktor ekstrinsik itu (Dola, 2007:43).

C. Unsur Intrinsik Dalam Novel

Pembahasan pada bagian ini difokuskan pada (1) pengertian alur cerita; (2) Penokohan; (3) Tema; (4) Latar; dan (5) Sudut Pandang.

Unsur Intrinsik Sastra ialah unsur yang membangun sebuah karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur suatu karya sastra, seperti:

tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, dan amanat. Dalam penelitian ini,

(44)

peniliti hanya menggunakan dua unsur saja yaitu unsur alur dan penokohan

1. Tema

Tema merupakan inti atau ide dasar sebuah cerita. Dari ide dasar itulah kemudian cerita di bangun oleh pengarangnya memanfaatkan unsure-unsur intrinsk seperti plot, penokohan dan latar.

Tema merupakan pangkal otak pengarang dalam menceritakan dunia rekaan yang di ciptakannya. (Nurgiyantoro, 2007:156). (Menurut kokasasih 2012 :60). Tema adalah gagasan yang menjadi struktur isi cerita. Tema suatu cerita menyangkut seluruh persoalan, baik itu berupa masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, kecemburuan dan sebagainya.

Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dan memaparkan karya fiksi yang diciptakan (Ismayanti 2014:31). (Menurut Nurgiyantoro). Tema merupakan salah satu unsure karya sastra maupun mendeskripsikan pernyataan tema yang dikandung atau di tawarkan oleh sebuah ciri fiksi.

2. Alur

Alur berasal dari bahasa inggirs yaitu plot dan prancis alur dinamani intrique. Pengertian alur adalah jalinan peristiwa di dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu. Keterkaitan pesristiwa di

(45)

hubungan oleh sebab akibat (Ensiklopedia Sastra Indonesia, 2007:43).

Rangkaian persitiwa dalam alur dijalin dengan cermat hingga menggerakkan konfilk kea rah klimaks atau penyelesaian. Setiap peristiwa berperan penbtingdalam menempati posisinya sebagai peristiwa awal, menarik, menurun dan penyelesaian.

Plot merupakan rangkaina peristiwa dalam sebuiah cerita. Istilah ini umumnya selalu berkaitan dengan persitiwa kausal. Peristiwa ini menyebabkan dampak dari peristiwa ini menyebabkan dampak dari peristiwa lain yang tidak dapat terabaikan karena akan berpengaruh pada kesuluruhan karya (Stanton, 2007:26). Setiap peristiwa mengalami keterkaitan dan menjalankan tahap-tahap yang telah di tentukan. Konfilk tidak dapat muncul terlebih dahulu di banding pegenalan terhadap cerita.

Suatu kisah tidak dapat di mengeri seutuhnya tanpa adanya penetahuan terhadap cerita yang di hubungkan oleh alur (Stanton 2007: 28) pembaca di buat penasaran karena alur mengalir, keingitahuaan terhadap kejadian selanjutnyan adalah dampak yang di hasilkannya.

Abrams (dalam Wahyuningtyas dan Santoso, 2006: 6) mengungkapakan bahwa plot merupakan struktur peristiwa-peristiwa, yaitu bagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa untuk mencapai efek emosional dan efek artistis

(46)

tertentu. Tahapan-tahapan peristiwa terjalin dalam suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku yang muncul dalam karya sastra.

Foster (dalam Tuloli 2000) mengemukakan plot merupakan rentetan peristiwa dalam suatu fiksi (novel dan cerpen) tersusun dalam uraian waktu dan berdasarkan hukum sebab akibat. Plot sama dengan kerangka cerita, yang menjadi susunan stuktur cerita.

Hudson (1958 dalam Budianta, 2002:106) menyatakan bahwa alur lebih penting daripada tokoh karena tokoh hanya untuk mengisi dan menyelesaikan alur itu, dan tokoh lebih penting daripada alur karena alur hanya dipergunakan untuk mengembangkan tokoh.

Hudson cenderung mengatakan bahwa pementingan terhadap tokoh lebih utama dibandingakan dengan pementingan terhadap alur, hal ini disebabkan sesuatu cerita akan meninggalkan kesan yang dalam dan bahkan mungkin abadi lantaran penokohan di dalam cerita itu begitu kuat dan meyakinkan dalam membangun alur cerita.

Pengertian Alur Witanto (2005:79) mengatakan alur adalah rangkaian peristiwa yang sambung menyambung dalam sebuah cerita berdasarkan logika sebab akibat. Dalam sebuah cerita terdapat berbagai peristiwa. Akan tetapi, peristiwa-peristiwa dalam cerita itu tidak berdiri sendiri, tetapi berkaitan antara peristiwa satu dengan peristiwa lainnya. Nah, rangkaian peristiwa itulah yang membentuk plot atau alur cerita. Jadi, plot itu memperlihatkan bagaimana cerita berjalan.

(47)

Misalnya, sebuah cerita dimulai dari peristiwa A dan diakhiri dengan peristiwa E, A, B, C, D, dan E itulah plot cerita.

Alur adalah jalinan peristiwa dalam sebuah cerita yang saling terkait dan sambung menyambung dangan berdasarkan logika sebab- akibat untuk mencapai efek tertentu (Adhitya, 2010: 11). Alur merupakan rangkaian peristiwa yang bersifat logis dan kronologis yang membentuk konflik-konflik berdasarkan hubungan sebab-akibat Aristoteles dalam Sugihastuti (2002: 35). Alur merupakan rangkaian peristiwa yang disusun secara logis dan kronologis, saling berkaitan dan yang diakibatkan atau dialami oleh para pelaku Luxemburg dalam Sugihastuti (2002: 35). Penulis dapat menyimpulkan dari beberapa definisi bahwa alur adalah bagian penting dalam sebuah karya fiksi (novel) sebagai pengatur jalannya cerita yang terdapat serangkaian peristiwa yang membentuk hubungan sebab-akibat (kausalitas) dan memiliki struktur dalam penyajian ceritanya.

Penahapan Alur

Plot atau alur sebuah cerita fiksi sering tidak menyajikan urutan peristiwa secara kronologis dan runtut melainkan penyajian yang dapat dimulai dan diakhiri dengan kejadian yang manapun juga tanpa adanya keharusan untuk memulai dan mengakhiri dengan kejadian awal dan kejadian akhir. Dengan demikian, tahap

(48)

awal cerita tidak harus berada diawal cerita atau dibagian awal teks. Melainkan dapat terletak dibagian manapun.

Secara teoretis alur dapat diurutkan dan dikembangkan ke dalam tahap-tahap tertentu secara kronologis. Namun, dalam praktiknya dalam langkah “operasional” yang dilakukan pengarang tidak selamanya tunduk pada teoretis- kronologis.

- Menurut Aristoteles

Peristiwa yang diceritakan haruslah ada hubungannya antara peristiwa yang dahulu dengan yang selanjutnya, harus berkaitan. Kaitan antar peristiwa tersebut harus jelas dan logis juga dapat dikenali hubungan waktunya. Plot atau alur yang memiliki keutuhan dan kepaduan akan menampilkan cerita yang utuh dan padu. alur harus terdiri dari tahap awal (beginning), tahap tengah (middle), dan tahap akhir (end) untuk memperoleh keutuhan sebuah alur cerita.

- Nurgiyantoro

Nurgiyantoro (2013: 209) menjelaskan tahapan alur yang lebih terperinci yaitu membedakan tahap alur menjadi lima bagian. Kelima tahap itu adalah sebagai berikut:

1. Tahap pengenalan

Tahap pengenalan atau tahap penyituasian, tahap pengarang mulai melukiskan suatu keadaan atau situasi berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberi informasi awal.

(49)

2. Tahap pemunculan konfilk

Tahap pemunculan konfilk Generating circumstances atau tahap peningkatan konflik, masalah- masalah dan peristiwa-peristiwa menyulut mulai dimunculkan. Jadi tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang.

3. Tahap konfilk memuncak

Tahap konfilk memuncak atau tahap peningkatan konflik, konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Peristiwa- peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita semakin mencekam dan menegangkan.

4. Tahap konfilk mereda

Tahap konfilk mereda dan adalah peredaan konfilk cerita pertentangan-pertentangan yang terjadi, yang dilakukan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita menuju tahap penyelsaian.

5. Tahap penyelesaian

Tahap Denouement atau tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan dikendorkan.

Pengarang memberi pemecahan soal dari semua peristiwa dan konflik- konflik diberi jalan keluar, cerita diakhiri

Jenis Alur Secara umum, alur dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam.

Pembagian ini didasarkan pada urutan waktu atau kronologisnya.

(50)

1) Alur Maju 2) Alur Mundur 3) Alur Campuran

Berpedoman pada paparan di atas dapat di pahami bahwan alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang memiliki keterkaitan satu sama lain dimulai dari bagian penegenalan hingga tahap penyelesaian.

Kedudukan masing-masing peristiwa mutlak yang tidak berarti dapat di ubah sesuain keinginan pembaca. Alur yang baik akan mendorong pembaca untuk mencari tahu terhadap kejadian selanjutntya.

Menurut Hudson dalam Tambajong (1981:35), alur dramatik tersusun menurut apa yang dinamakan dengan garis laku. Garis laku lakon dalam skema ini juga melalui bagian-bagian tertentu yang dapat dijabarkan sebagai berikut.

a. Eksposisi

Pada bagian eksposisi ini adalah saat yang tepat untuk memperkenalkan dan membeberkan karakter-karakter yang ada, dimana terjadinya peristiwa tersebut, peristiwa apa yang sedang dihadapi oleh karakter- karakter yang ada dan lain sebagainya.

b. Insiden Permulaan

Pada insiden permulaan ini mulai teridentifikasi insiden-insiden yang memicu konflik, baik yang dimunculkan oleh tokoh utama maupun tokoh pembantu. Insiden-insiden ini akan menggerakkan alur dalam lakon.

c. Pertumbuhan Laku

(51)

Pada bagian ini merupakan tindak lanjut dari insiden-insiden yang teridentifikasi tersebut. Konflik-konflik yang terjadi antara karakter-karakter semakin menanjak, dan semakin mengalami komplikasi yang ruwet. Jalan keluar dari konflik tersebut terasa samar-samar dan tak menentu.

d. Krisis atau Titik Balik

Krisis adalah keadaan dimana lakon berhenti pada satu titik yang sangat menegangkan atau menggelikan sehingga emosi penonton tidak bisa apa- apa. Menurut Hudson dalam Santosa, dkk (2008:80), klimaks adalah tangga yang menunjukkan laku yang menanjak ke titik balik, dan bukan titik balik itu sendiri. Sedangkan titik balik sudah menunjukan suatu peleraian dimana emosi lakon maupun emosi penonton sudah mulai menurun.

e. Penyelesaian atau Penurunan Laku

Penyelesaian atau denoument yaitu bagian lakon yang merupakan tingkat penurunan emosi dan jalan keluar dari konflik tersebut sudah menemukan jalan keluarnya

3. Penokohan

Penokohan dalam Novel Istilah penokohan memunyai pengertian yang lebih luas dari pada “tokoh” dan “perwatakan” sebab ia sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan serta pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Di dalam cerita rekaan, keberadaan tokoh merupakan hal yang penting karena

(52)

pada hakikatnya sebuah cerita rekaan merupakan serangkaian peristiwa yang dialami oleh seseorang atau suatu hal yang menjadi pelaku cerita.

Pendapat serupa juga di paparkan oleh Stanton (2007:33) bahwa karakter merujuk pada dua konteks yang berbeda. Pertama karakter merujuk pada individu yan muncul dalam cerita. Kedua karakter dimaknai sebagai pencampuran dari berbagai kepentingan, keinginan dan emosi dan prinsip moral dari invidu-individu tersebut. Sifat tokoh di pengaruhi oleh motivasi dasar yang di lakukn secara spontan dn mungkin tanpa di sadari muncul dalam adegan atau dialog tertentu.

Penokohan menurut Dewojati (2010: 169) adalah unsur karakter yang dalam drama biasa disebut tokoh adalah bahan yang paling aktif untuk menggerakkan alur. Lewat penokohan ini, pengarang dapat mengungkapkan alasan logis terhadap tingkah laku tokoh. Perwatakan atau penokohan dalam suatu cerita adalah pemberian sifat baik lahir maupun batin pada seorang pelaku atau tokoh yang terdapat pada cerita (Hayati, 1990:119). Menurut Santosa, dkk (2008:90) penokohan merupakan usaha untuk membedakan peran satu dengan peran yang lain. Perbedaan-perbedaan peran ini diharapkan akan diidentifikasi oleh penonton. Jika proses identifikasi ini berhasil, maka perasaan penonton akan merasa terwakili oleh perasaan peran yang diidentifikasi tersebut.

Ada beberapa cara pengarang untuk mengambbarkan watak tokoh- tokohnya, meliputi; (1) pengambaran secara langsung; (2) secara

(53)

langsung dapat di perintah; (3) melalui penyataan tokohnya sendiri; (4) melalui dramatisasi; (5) melalui pelukisan terhadap keadaan slitar pelaku;

(6) melalui muncul dalm cerita pendek. Tokoh di hadirkan dengan karakter yang lebih spesifik umtuk mengutkan cerita.

Jika kita membaca sebuah novel atau cerita yang lainnya, akan timbul dalam pikiran kita tentang tokoh-tokoh dalam cerita tersebut. Kita akan membayangkan bagaimana wajah dan sifat-sifat kepribadian tokoh tersebut. Setiap tokoh mempunyai ciri-ciri tersendiri atau watak yang berbeda satu dengan yang lain. Menurut Sudjiman (1990: 78) tokoh adalah “individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan di dalam berbagai peristiwa dalam cerita”. Cerita rekaan termasuk novel, terdapat tokoh utama (central character), yaitu orang yang ambil bagian dalam sebagian besar peristiwa dalam cerita.

Biasanya peristiwa atau kejadian-kejadian itu menyebabkan terjadinya perubahan sikap terhadap diri tokoh atau perubahan pendangan kita sebagai pembaca terhadap tokoh tersebut, misalnya menjadi benci, senang, atau simpati kepadanya (Semi, 1988). Selain tokoh utama, ada juga tokoh tambahan (peripherial character), yaitu tokoh-tokoh yang muncul sekali atau beberapa kali dalam kehadirannya hanya jika ada keterkaiatannya dengan tokoh utama (Nurgiantoro, 1995:

176). Nurgiyantoro (1995: 178) membedakan tokoh ke dalam beberapa kriteria. Dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan menjadi:

(54)

a. tokoh protagonis merupakan tokoh yang menampilkan sesuatu yang sesuai dengan padangan kita, harapan-harapan kita, pembaca.

b. tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik.

Biasanya beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung maupun tak langsung, bersifat fisik maupun batin.

c. Deutragonis adalah tokoh lain yang berada di pihak tokoh protagonis. Peran ini ikut mendukung menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh tokoh protaganis.

d. Tritagonis adalah peran penengah yang bertugas menjadi pendamai atau pengantara protagonis dan antagonis.

e. Foil adalah peran yang tidak secara langsung terlibat dalam konflik yang terjadi tetapi ia diperlukan guna menyelesaikan cerita. Biasanya dia berpihak pada tokoh antagonis.

f. Utility adalah peran pembantu atau sebagai tokoh pelengkap untuk mendukung rangkaian cerita dan kesinambungan dramatik. Biasanya tokoh ini mewakili jiwa penulis.

A. Jenis Karakter

Kernodle (dalam Dewojati, 2010:170) mengungkapkan bahwa karakter biasanya diciptakan dengan sifat dan kualitas yang khusus.

Karakter tidak hanya berupa pengenalan tokoh melalui umur, bentuk fisik, penampilan, kostum, tempo atau irama permainan tokoh, tetapi juga sikap batin tokoh yang dimilikinya. Setiap karakter dalam sebuah lakon selalu

(55)

berhubungan erat dengan karakter yang lain. Character adalah orang- orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan (Abrams (1981) dalam wahyuningtyas (2011:5)). Menurut Santosa, dkk (2008:91), karakter adalah jenis peran yang akan dimainkan, sedangkan penokohan adalah proses kerja untuk memainkan peran yang ada dalam naskah lakon. Penokohan ini biasanya didahului dengan menganalisis peran tersebut sehingga bisa dimainkan. Menurut Saptaria (2006 dalam Santosa, dkk, 2008:91), jenis karakter dalam teater ada empat macam, yaitu flat character, round charakter, teatrikal, dan karikatural.

a. Flat Character (Perwatakan Dasar)

Flat character atau karakter datar adalah karakter tokoh yang ditulis oleh penulis lakon secara datar dan biasanya bersifat hitam putih. Karakter tokoh dalam lakon mengacu pada pribadi manusia yang berkembang sesuai dengan perkembangan lingkungan. Jadi perkembangan karakter seharusnya mengacu pada pribadi manusia, yang merupakan akumulasi dari pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi yang dilakukannya dan terus berkembang. Penulis lakon adalah orang yang memiliki dunia sendiri yaitu dunia fiktif, sehingga ketika mencipta sebuah karakter dia bebas menentukan suatu perkembangan

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian dopan Pb pada Bi dan Y pada Ca lebih efektif daripada pemberian dopan Ba pada Sr, karena dopan Pb pada Bi serta dopan Y pada Ca terbukti

(ii) Kebisingan yang diberikan pada tikus putih periode organogenesis menyebabkan kenaikan kadar glukosa darah induk, penurunan berat dan panjang fetus, abnormalitas eksterna

Indeks panjang dan luas penampang bagian yang menulang tulang femur dan humerus fetus mencit pada uk-11 hari dapat dilihat pada Gambar 2A. Indeks Panjang Dan Luas

Perjanjian sewa-menyewa diatur di dalam bab VII Buku III KUH Perdata yang berjudul ‚Tentang Sewa – Menyewa‛ yang meliputi pasal 1548 sampai pasal 1600 KUH

Pola pergerakan kapal rawai tuna saat melakukan kegiatan alih muatan dapat diidenti- fikasi dari hasil tracking VMS dengan menandai hanya dua pola kecepatan kapal yang berbeda

Fungsi-fungsi yang harus ditangani oleh aplikasi sistem informasi pelanggan PLN adalah menerima masukan data-data pehutggan PLN yang akan dirubah atau ditambah jika ada

Gilung, Talang Mamak: Hidup Terjepit di atas Tanah dan Hutannya Sendiri-Potret Konflik Kehutanan antara Masyarakat Adat Talang Mamak di Kabupaten Indragiri Hulu