• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.4 Analisis dan Intepretasi Data

4.4.1 Perempuan Mengenai Konsep Diri

Konsep pertama yang muncul dari data di lapangan adalah mengenai konsep diri. Beberapa elemen - elemen dibawahnya mengenai kepribadian positif dan negatif, natur manusia, kualitas diri dan self-esteem. Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungannya (Rakhmat, 2012, p.103). Dari ketiga informan yang diwawancarai oleh peneliti, Tono merupakan informan yang mengungkapkan data lebih detail tentang penerimaannya terhadap konsep diri dibandingkan kedua informan lainnya. menurut Tono kepribadian Jodha adalah mengasihi orang, pantang menyerah, memegang teguh kebenaran, dan lain sebagainya.

Bagaimana pemaknaan informan terhadap Jodha sebagai istri, Tono menjawab ia adalah istri yang baik, setia pada suami, mau menerima segala resiko dan memberi nasihat kepada suaminya. Menurut Tono, Jodha lebih baik daripada Ruqaiyah sebab Jodha dapat menyadarkan kembali Jalal kepada karakter yang sebenarnya. Tono bersikap positif dan sangat mendukung apapun yang dipikirkan dan dilakukan oleh Jodha. Tono memiliki jawaban yang konsisten dalam menilai kepribadian Jodha yaitu positif, "Jelas. Kalau saya berpihak Jodha itu pasti". Ia mengatakan Ruqaiyah memiliki kepribadian atau karakter yang buruk. Misalnya saja dalam pertanyaan mengenai pendapat informan tentang Ruqaiyah, Tono menjawab meskipun pintar tetapi hidup Ruqaiyah penuh dengan trik, intrik, dan taktik, ia tidak jujur dan egois, serta selalu berusaha untuk menyakiti Jodha. Tono menggambarkan tayangan Jodha Akbar melalui elemen - elemen konsep diri, yaitu kebenaran dan kekejaman, kejujuran dan kekuasaan. Pada episode menyelamatkan Salim, Tono mengatakan Jodha terlalu terburu - buru dan tidak berpikir matang. Hal itu disebabkan karena faktor Jodha tidak memiliki penasihat sehingga ia berbuat demikian. Selain itu, Jalal juga memiliki kesalahan yaitu dengan tidak mendiskusikan rencananya terlebih dahulu dengan Jodha. Sehingga bagi Tono hal ini tidak sepenuhnya kesalahan dari Jodha.

Peneliti menemukan elemen lain dari konsep diri yakni kualitas diri. Beberapa kata kunci yang muncul dalam adalah kepintaran, pendidikan, dan ketrampilan dari seseorang. Tono mengatakan bahwa perempuan ideal sebaiknya memiliki pendidikan yang tinggi. Hal ini disebabkan karena Tono memiliki istri yang pendidikan akademiknya yang tidak terlalu tinggi. "Cuma dia pendidikan gak tinggi. Misal kalau pendidikannya tinggi itu malah lebih bagus." Elemen mengenai kualitas diri juga muncul dalam pertanyaan mengenai perempuan yang terlibat dalam dunia politik. Tono mengatakan terkadang ide perempuan lebih "jitu" dibandingkan dengan laki - laki. Hal ini menjelaskan bahwa kualitas diri seorang perempuan dibutuhkan untuk menjalankan perannya. Pada pertanyaan "memilih perempuan cantik atau perempuan pintar" Tono memilih perempuan pintar karena perempuan cantik dapat dibeli dengan uang dan perempuan pintar tidak dapat sembarangan didapatkan.

Konsep diri dibagi menjadi dua bagian yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert (dalam Rakhmat. 2012. p.103), konsep diri positif ditandai dengan beberapa hal antara lain: ia yakin akan kemampuannya mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, dan menerima pujian tanpa rasa malu. Tono memaknai sosok Jodha dengan konsep diri yang baik karena Tono memiliki konsep diri yang positif. Tono mengatakan sejak kecil ia dianggap paling lemah diantara saudara - saudaranya yang lain karena sering sakit. Tetapi sejak bekerja, Tono mengalami masa - masa ia mendapatkan kepercayaan dari bosnya. Di manapun bos nya bekerja, Tono selalu diajak untuk bekerja sama dalam pembangunan proyek bangunan. Melalui gambaran ini, sekalipun sekilas, tampak bahwa Tono mengembangkan konsep diri positif.

Informan selanjutnya adalah Ningsih. Berbeda dengan Tono, Ningsih mengatakan Jodha kadang memiliki kepribadian yang menyebalkan, terlalu jual mahal, keras kepala, gegabah, dan tidak sabaran. Ningsih berpendapat bahwa Jodha sebagai istri, ia bisa menempatkan diri ketika menjadi pendamping Jalal. Namun, di sisi lain Jodha juga tidak percaya akan kemampuan suaminya. Dalam episode menyelamatkan Salim, Ningsih mengatakan Jodha tidak percaya pada kemampuan

suaminya dan tidak memberikan Jalal kesempatan. Selain memuji kepribadian Jodha, pada bagian ini Ningsih juga berkompromi dengan kepribadian Jodha yang tidak percaya pada kemampuan suaminya. Dari data tersebut tersirat bahwa penerimaan Ningsih terhdap konsep diri Jodha sebagai perempuan ditentukan oleh peran Jodha dalam menghadapi kondisi tertentu. Dengan demikian, Ningsih dapat dikategorikan dalam penonton negotiated.

Salah satu hal yang berpotensi mempengaruhi penerimaan Ningsih terhadap kepribadian, kualitas diri, dan self-esteem adalah konsep dirinya sendiri. Ningsih merupakan anak paling terakhir dari keluarganya dan oleh ibunya, Ningsih selalu dianggap tidak bisa dan tidak mampu untuk melakukan segala sesutau pekerjaan. Ningsih mencontohkan ketika harus membeli lampu tetapi tidak diijinkan oleh ibunya karena dianggap tidak bisa, jangan - jangan lampu itu akan pecah bila dibawa oleh Ningsih. Sehingga ibunya selalu menyuruh kakak - kakak Ningsih untuk mengerjakan berbagai hal. Ditambah dengan Ningsih pada saat kecil memiliki pembantu yang selalu menyediakan segala sesuatu untuknya.

Konsep diri negatif memiliki beberapa ciri antara lain ia selalu mengeluh, mencela, atau meremehkan apa pun dan siapa pun, mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain. Sikap ini disebut dengan sikap hiperkritis (Rakhmat. 2012. p.103). Terlihat dari jawaban Ningsih yang cenderung menilai kepribadian Jodha secara negatif. Konsep diri negatif Ningsih dipengaruhi oleh faktor masa lalu di keluarganya.

Informan ketiga adalah Gaby. Gaby melihat Jodha sebagai sosok istri yang cukup baik karena Jodha dapat mengarahkan suaminya. Meskipun terkadang melakukan beberapa kaesalahan, hal itu dimaklumi karena Jodha adalah manusia yang tidak sempurna. Gaby juga menilai Jodha dengan kepribadian yang tidak egois dan selalu memiliki rasa belas kasihan. Dalam elemen kualitas diri, Gaby memilih perempuan yang pintar dibandingkan hanya perempuan yang cantik, sama seperti Gaby memilih Jodha yang lebih pintar dalam segala hal dibanding Ruqaiyah. Gaby menjelaskan elemen kualitas diri juga dengan sudut pandang dari dampak perempuan

pintar. Ia mengatakan perempuan pintar dapat berbuat hal - hal yang luar biasa dan bisa berdampak sedangkan perempuan yang hanya cantik tidak dapat berdampak. Gaby tidak terlalu detail dalam membahas konsep diri, sebab Gaby lebih banyak berbicara mengenai kepemimpinan yang akan dijelaskan pada bagian yang berikutnya.

Peneliti menginterpretasikan bahwa kualitas diri khususnya pendidikan akademik akan mempengaruhi posisi dominan dalam rumah tangga. Tono memiliki pendidikan akademik STM atau setara dengan SMA, sedangkan istrinya memiliki pendidikan akademik di bawah Tono. Dalam kehidupan rumah tangganya, Tono yang lebih dominan menurut observasi peneliti. Gaby memiliki orang tua yang sejajar pendidikan akademiknya yaitu SMA. Menurut Gaby, orang tuanya memiliki posisi yang sejajar dalam mengerjakan sesuatu dan membagi tugas secara seimbang. Sedangkan Ningsih memiliki pendidikan S-1 dan suaminya merupakan tamatan SMP. Peneliti mengobservasi bahwa Ningsih dan suaminya sejajar dibuktikan dengan pembagian tugas rumah tangga dan manajemen keuangan.

Megawangi (1999) menjelaskan di dalam keluarga terdapat dua peran yaitu peran instrumental dan peran emosial atau ekspresif. Peran instrumental merupakan peran yang dikaitkan dengan peran mencari nafkah untuk kelangsungan hidup seluruh anggota keluarga. Peran ini diharapkan dilakuan oleh suami atau bapak. Peran instrumental ini difokuskan pada bagaimana keluarga menghadapi situasi eksternal. Sedangkan peran emosial atau ekspresif merupakan peran pemberi cinta, kelembutan dan kasih sayang. Peran ini dilakukan oleh figur istri atau ibu karena biasanya istri yang berada di rumah. Ketidakseimbangan antara peran ekspresif dan instrumental akan mengakibatkan ketidakseimbangan dalam keluarga. Dengan demikian, para informan menemukan peran ekspresif yang ada dalam Jodha Akbar.

Namun, bagi Linda hal tersebut tidak dipengaruhi oleh gender. Sehingga gender tidak mempengaruhi konsep diri namun masa lalu yang mempengaruhi bagaimana konsep diri seseorang. Kemudian elemen yang ada dalam konsep diri

adalah tentang kualitas diri. Peneliti mengintepretasikan bahwa kualitas diri dalam laki - laki maupun perempuan akan mempengaruhi kedudukan dalam peran rumah tangga, seperti pada kasus Ningsih dan orang tua Gaby. Tetapi menurut Linda, kualitas diri juga ditentukan oleh kedudukan dalam pekerjaan. Menurut Linda seorang perempuan akan menerima laki - laki bila laki - laki memiliki jabatan yang baik daripada gaji yang lebih besar dan pendidikan yang lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut juga yang ada dalam serial film Jodha Akbar, sebab Jalal merupakan raja yang tidak bisa membaca dan menulis sedangkan ia memiliki istri yang pandai dalam hal akademik. Tetapi itu bukanlah suatu masalah ketika Jalal adalah seorang raja.

"Bisa seperti itu. Tapi menurut saya keberhargaan laki - laki itu digantikan dengan posisi. Oke memang secara pendidikan dia tidak bisa membaca tapi dia kan raja. Coba kalau dia punggawa atau pengawal, maka penghargaannya akan berbeda dengan raja. Berarti keberhargaan seseorang tidak dipengaruhi oleh kemampuan tertentu tetapi pada posisi dia, jabatan dia. Berarti jabatan lebih memengaruhi penerimaan dia. Penerimaan diri seseorang itu lebih dipengaruhi pada posisi dia apa daripada kemampuan dia apa."

Berbeda bila laki - laki yang bekerja dan perempuan menjadi ibu rumah tangga. Dari segi pemahaman gender secara konvensional bahwa laki - laki sudah memenuhi kriteria gender secara konvensional bahwa suami pencari nafkah di luar dan istri ibu rumah tangga domestik di rumah dan itu tidak masalah. Bermasalah jika mulai berkarir. Mereka sama - sama pencari nafkah, kemudian ada ketidakpuasan yang muncul, hal tersebut adalah telaah gender.

Stuart Hall membagi posisi penerimaan ke dalam tiga bagian yaitu, accepting atau dominant, negotiated, dan oppositional (Hadi, 2011). Accepting atau dominant merupakan posisi menerima atau sepakat dengan media yang dikonsumsi. Negotiated merupakan posisi yang bisa menerima kompromi dengan apa yang disampaikan media. Terakhir adalah oppositional yang merupakan posisi menolak atau tidak sepaham dengan isi media yang diterimanya. Dalam melihat konsep diri perempuan

yang berada dalam diri Jodha, Tono dan Gaby berada dalam posisi dominant. Sedangkan Ningsih berada pada posisi negotiated.

Dokumen terkait