• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. ANALISIS DATA. 4.1 Gambaran Umum Sasaran Penelitian Sekilas tentang "Jodha Akbar"

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4. ANALISIS DATA. 4.1 Gambaran Umum Sasaran Penelitian Sekilas tentang "Jodha Akbar""

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

4. ANALISIS DATA

4.1 Gambaran Umum Sasaran Penelitian 4.1.1 Sekilas tentang "Jodha Akbar"

Salah satu negara yang menjadi produsen film terbesar adalah India. Melalui karya - karya yang diproduksi oleh Bollywood, India mampu memproduksi 20% film pertahunnya atau sekitar 1000 per tahun (Dudrah 2012, p.1). Dalam hal perfilman, Bollywood merupakan saingan dari produsen film Amerika, Hollywood. Meskipun, secara infrastruktur Hollywood tidak bisa menganggap Bollywood lebih baik darinya. (Joshri 2001:54). Namun bagaimanapun juga, hal tersebut membuat dunia barat mengerti bahwa film - film buatan Bollywood dipandang setara oleh audience dengan karya Hollywood.

Film Bollywood adalah film Hindi yang populer dengan seruan audience yang besar. Kedua, film Bollywood merupakan campuran dari kepahlawanan, romantisme, dan melodrama. Rata - rata cerita yang paling populer adalah berjenis naratif (laki - laki bertemu dengan perempuan). Genre yang populer dihasilkan oleh film Bollywood adalah mytologicals, melodrama, musikal, romantisme, film petualangan. Cerita yang disajikan biasanya mengenai cinta yang tanpa syarat, konflik, pembalasan dendam, penyelamatan, di mana kisah - kisah tersebut dibalut dengan nyanyian - nyanyian. Film Bollywood biasanya memiliki durasi yang agak panjang, sekitar dua hingga tiga jam. Hal tersebutlah yang membuat performa, set, dan lokasi adalah sesuatu yang sangat krusial. Khususnya untuk scene yang mengandung pengulangan di lokasi (Hayward, 2013).

Sudah banyak produk - produk film Bollywood yang masuk di Indonesia. Misalnya saja Kuch Kuch Hota Hai, Kabhi Khushi Kabhi Gham, Mahabarata, Mahadewa, Saraswatichandra, dan lain sebagainya. Tayangan Bollywood yang sedang populer sat ini adalah Jodha Akbar. Dari rating yang ada, Jodha Akbar

(2)

memiliki rating yang baik. Sudah dua bulan masuk ke dalam lima besar bahkan menduduki posisi pertama.

Gambar 4.1 Jodha Akbar

Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Jodha_Akbar_%28TV_series%29

Dalam kisah Jodha Akbar diceritakan kisah percintaan Jodha dan Jalal, intrik dalam politik kerajaan, dan lain sebagainya. Jodha Akbar adalah sebuah drama serial yang diangkat dari kisah sejarah Taj Mahal pada abad ke-16. Kerajaan mughal didirikan pada abad ke-16 oleh Babur, pendahulu dari Raja Mughal, Akbar, dan memerintah di daerah India hingga abad ke-18. Nama Mughal berasal dari orang Mongol yang merupakan leluhur Babur. Orang Mughal adalah orang Turki Asia Tengah yang berasal dari Uzbekistan, yang menyatakan diri sebagai keturunan langsung dari timur (dari sisi ayah) dan Gengis Khan (dari sisi ibu). Gengis Khan memerintah daerah Asia Tengah dari Mongolia. Orang Mughal sangat dipengaruhi oleh budaya arsitektur, kesenian, dan literatur Persia, dan membawa hal tersebut ke India. Sehingga membentuk dasar dari budaya Indo-Persia.

Kakek Akbar dan kaisar pertama Mughal, Zahiruddin Muhammad Babur lahir di Uzbekistan pada 14 Februari 1483. Walaupan Babur adalah seorang Mongol, sukunya telah mengadopsi budaya Turki dan Persia dan tinggal di Turkestan dan Khorasen. Babur meninggal pada 1530 meninggalkan tahtanya kepada anak sulungnya Humayun. Nasseruddin Muhammad Humayun, lahir pada 7 Maret 1508 adalah anak kesayangan ayahnya dan naik tahta pada 1530 di usia 23 tahun,

(3)

walaupun dia belum memiliki pengalaman. Pada tahun 1556, Humayun meninggal karena kecelakaan. Ia digantikan oleh Jalaludin Muhammad, anaknya.

Jalaludin Muhammad Akbar lahir 14 Oktober 1542 di Umerkot, Sindh (saat ini Pakistan) ketika ayahnya, Humayun dan ibunya Hamida Banu Begum mengungsi dari pengasingan oleh Sher Shah Suri. Orang tua Jalal meninggalkan anaknya pada pamannya di Kandahar dan pergi ke Persia. Jalal tidak menunjukkan keinginannya untuk belajar ketika dia berumbuh dewasa. Walaupun dia tidak pernah belajar menulis dan membaca ingatannya sangat tajam dan dia menghabiskan sebagian besar waktunya di olahraga, menunggang kuda, berburu, dan bertarung dengan pedang yang membuat dia menjadi seorang prajurit yang berani dan kuat.

Jalal diangkat menjadi Shahenshah (sebutan untuk pangkat) di tengah perang melawan Sikandar Shah di Kalanaur, Punjab pada tanggal 14 Februari 1556, di usianya yang ke-13 oleh Bairam Khan, walinya. Bairam Khan adalah seorang prajurit dan negarawan yang luar biasa yang memimpin mewakili Jalal hingga ia cukup usia. Dalam masa itu, Hem Chandra, salah satu jendral dari pemimpin Sur menguasai Delhi dan mengusir Mighal. Bairam Khan membentuk pasukan Mughal dan Jalal memimpin mereka untuk mengalahkan Hemu. Pasukan Sur kalah dalam peperangannya yang kedua di Paniat pada 5 November 1556 dan Mughal mendapatkan kekuasaan atas Delhi dan Agra.

Beberapa tahun kemudian Jalal merebut berbagai daerah di India utara, antara Lahore, Delhi, Agra, dan Jaunpur dengan mengalahkan pasukan Sur yang memerintah di kawasan itu. Jalal menyatakan bahwa orang Mughal di sana tidak sebagai penyerang tetapi untuk tinggal dan memerintah di India. Pada tahun 1559 Jalal merencanakan perluasan daerahnya ke India Tengah. Tetapi perselisihannya dengan Bairam Khan yang terus berulang menciptakan hambatan dalam pemerintahan. Akhirnya atas desakan dari ibu asuhnya, Maham Anga, dan keluarganya, Jalal memutuskan untuk memecat Bairam Khan tahun 1560 dan memerintahkannya untuk pergi ke Mekah.

(4)

Tahun 1560, Jalal meneruskan operasi militernya hingga usia ke 19. Kakaknya, Adam Khan, memimpin pasukan Mughal ke perang Sarangpur dan mengalahkan Baz Badhur, penguasa Malwa yang pergi meninggalkan harta, selir dan gajah perang. Jalal menghadapi beberapa pemberontakan dari pasukannya termasuk dari Adham Khan yang pada akhirnya dibunuh oleh Jalal sendiri. Setelah mendirikan pemerintahan Mughal di India Utara, Jalal melanjutkan perluasan daerahnya ke Rajputana. Raja Rajput dikenal sebagai prajurit yang hebat dan tidak pernah kalah pada pemimpin muslim dari kesultanan Delhi.

Jodha merupakan putri raja dari Kerajaan Raj. Kerajaan Raj adalah kerajaan Hindu yang berada di India. Sejak kecil Jodha sangat disayang oleh keluarganya, kakak - kakaknya pun memberikan pelajaran kepadanya untuk mengatur strategi dalam perang dan lain sebagainya. Namun, kehidupannya berubah sejak adanya ramalan mengenai pernikahan Jodha. Seorang peramal menyatakan bahwa Jodha akan menikah dengan seorang laki - laki dari kerajaan musuh yang dikenal bengis dan tidak memiliki hati. Singkat cerita, akhirnya Jodha dinikahkan dengan Jalal karena perjanjian politik yang dibuat Jalal dan ayah Jodha demi menjaga rakyat Raj.

Dalam awal pernikahannya, Jodha selalu mendapat tekanan dari Jalal maupun Ruqaiyah. Tidak hanya itu, Maham Anga, pengasuh Jalal pun ikut memberikan tekanan secara mental dan berusaha menjebak Jodha untuk terlihat bersalah di depan Jalal. Di masa - masa tekanan, Jodha selalu menunjukkan kepintarannya dan mampu menunjukkan bahwa ia tidak bersalah. Ia pun mengubah sistem kerajaan yang selama ini ada di kerajaan Mughal. Jodha juga memberi keputusan bahwa dirinya tidak akan menyentuh Jalal meskipun ia adalah suaminya sendiri. Sampai suatu saat Jodha harus pergi dari Kerajaan Mughal untuk beberapa waktu. Kepergian Jodha membuat Jalal merindukan sosok Jodha yang pintar dan kritis dalam pengambilan keputusan. Hal - hal itulah yang membuat Jalal akhirnya terkesan dengan Jodha. Sepulangnya Jodha dari masa kepergiannya, ia menjadi istri kesayangan dari raja. Hampir dari keputusan - keputusan Jalal dipengaruhi oleh Jodha. Tidak hanya itu, menteri raja yang sudah memiliki istri juga menaruh hati kepada Jodha karena kepintaran Jodha.

(5)

Jodha Akbar diproduksi oleh Zee TV yang berada dalam naungan Zee Entertainment Enterprises LTD yang diluncurkan pada Juni 2013. Zee TV memproduksi berbagai macam jenis tayangan primetime di televisi. Tayang tersebut misalnya saja drama serial, film teatrikal, dan drama sehari - hari. Jodha Akbar pertama kali tayang di Zee TV pada 18 Juni 2013 setiap hari Senin hingga Jumat di malam hari. Di Indonesia, drama serial Jodha Akbar tayang di ANTV hari Senin hingga Jumat pukul 21.00 hingga 22.00 WIB. Sedangkan hari Sabtu pukul 19.30 WIB dan Minggu pukul 20.00 WIB. Setiap episodenya memiliki durasi 20 - 30 menit. Serial film yang diproduseri oleh Ekta Kapoor ini mendapatkan berbagai penghargaan seperti:

Tahun Penghargaan Kategori Nominasi

2013

Indian Television Academy Awards

Tayangan

historikal/mitologikal terbaik Ekta Kapoor Aktor terbaik dalam peran

antagonis Chetan Hansraj

Aktris terbaik dalam peran

antagonis Ashwini Kalsekar

Art Direction terbaik Sandesh dan Vishwanath

Kostum terbaik Nidhi Yasha

Aktor terbaik (Drama) Rajat Tokas

Zee Rishtey Awards

Dharavahik terfavorit Ekta Kapoor Khalnayak terfavorit (laki -

laki) Chetan Hansraj

Nayi Jodi terbaik

Rajat

Tokas dan Paridhi Sharma

Wajah populer terfavorit (laki

- laki) Rajat Tokas

Screenplay terbaik R M Joshi BIG Star BIG Star tayangan televisi Ekta Kapoor

(6)

Entertainment Awards

paling menghibur (Fiksi) BIG Star aktor televisi paling

menghibur Rajat Tokas

2014

Star Guild Awards

Historikal seri terbaik Ekta Kapoor Sutradara terbaik (Fiksi) Santram Verma Aktor terbaik dalam Leading

Role Rajat Tokas

7th Boroplus Gold Awards

Aktris terbaik dalam Negative

Role Ashwini Kalsekar

Aktor terbaik dalam Negative

Role Chetan Hansraj

Aktris terbaik dalam

Supporting Role Lavina Tandon Best Fresh New Face

(Perempuan) Paridhi Sharma

Aktor terbaik dalam Lead

Role Rajat Tokas

Tayangan televisi terbaik di

tahun ini (Fiksi) Ekta Kapoor

Indian Telly Awards

Aktris terbaik dalam Negative

Role Ashwini Kalsekar

Best Fresh New Face

(Perempuan) Paridhi Sharma

Aktor terbaik dalam Lead

Role Rajat Tokas

Best Ensemble Cast Ekta Kapoor Historikal seri terbaik Ekta Kapoor

Zee Rishtey Awards

Dharavahik terfavorit Ekta Kapoor Favorite Jodi Rajat Tokas dan

Paridhi Sharma Favorite Bal Kirdaar Ayaan Jubair

Rahmani Best Screenplay R M Joshi

(7)

2015 Star Guild Awards Best Ongoing Drama Series Ekta Kapoor Tabel 4.1 Penghargaan Jodha Akbar

Sumber:http://www.indiantelevisionacademy.com/site/awards_hhita_details_new.php ?year=2013

4.1.2 Tokohdalam "Jodha Akbar" 1. Paridhi Sharma

Gambar 4.2 Paridhi Sharma / Jodha

Sumber: http://www.india-forums.com/celebrity/10970/paridhi-sharma/ http://sisiuk.com/2015/01/19/biodata-lengkap-paridhi-sharma- pemeran-ratu-jodha-di-jodha-akbar/

Tokoh utama dalam Jodha Akbar adalah tokoh Jodha yang diperankan oleh Paridhi Sharma. Jodha berasal dari keluarga kerajaan Rajput di Amer. Seorang penyanyi yang hebat, dia dilatih oleh saudara laki - lakinya dalam kemampuan berperang. Jodha memiliki prinsip untuk rasa keadilan dan tanggung jawab. Keberanian dan cinta adalah sesuatu yang berharga dari dirinya. Walaupun hidup di kerajaan yang memeluk agama Islam, Jodha tetap mempertahankan kepercayaannya menjadi seorang Hindu. Dalam kehidupan sehari - hari, ia memuja dan berkeluh kesah kepada Dewa Krishna. Tapi ia tetap menghormati apa yang menjadi tradisi suaminya, Jalal, sebagai seorang muslim.

(8)

2. Rajat Tokas

Gambar 4.3 Rajat Tokas / Jalaludin Muhammad Akbar Sumber: http://www.skyhdwallpaper.com/rajat-tokas

https://twitter.com/worldrajcafe

Seseorang yang jahat dan bengis. Jalal merupakan sosok yang selalu diarahkan oleh Bairam Khan. Bairam Khan adalah panglima Humayun, ayah Jalal, yang kejam. Jalal memiliki sifat yang tidak memiliki perasaan dan arogan. Dalam kisah ini Jalal jatuh cinta kepada Jodha, seseorang yang mengubahnya menjadi seseorang yang berperikemanusiaan. Sifat yang melekat dalam dirinya adalah harga diri dan kemenangan.

3. Ashvini Kalsekar

Gambar 4.4 Ashvini Kalsekar / Maham Anga

Sumber: http://www.artistbooking.in/Ashwini-Kalsekar-TVCelebrity http://www.bollywoodmdb.com/celebrities/ashwini-kalsekar/10919

(9)

Maham Anga memiliki sifat yang keras, cerdik, dan perempuan yang sombong. Sebab dia adalah pengasuh dari Jalal, yang menjadi raja terbesar di Hindustan. Tanpa persetujuan dari Maham Anga tidak ada seorang pun yang berani mengambil keputusan kerajaan. Dia berusaha untuk mengambil alih kerajaan dan memberikan kepada anaknya, Adam Khan.

4. Tondon Lavina

Gambar 4.5 Tondon Lavina / Ruqaiyah

Sumber: http://hamaraphotos.com/lavina_tandon_8028.html http://imgkid.com/smiley-suri-in-jodha-akbar.shtml

Ruqaiyah adalah istri pertama Jalal dan merupakan ratu pertama di kerajaan Mughal. Ia memiliki kecerdasan untuk mengatur strategi dalam kerajaan maupun berperang walaupun kemampuannya tidak sehebat Jodha. Ruqaiyah selalu merasa tersaingi oleh Jodha, tidak hanya secara politik tetapi juga dalam hal cinta. Pada awalnya ia merupakan istri kesayangan dari raja sebelum Jodha hadir di kerajaan Mughal.

(10)

5. Chetan Hansraj

Gambar 4.6 Chetan Hansraj / Adam Khan

Sumber: http://www.india-forums.com/forum_posts.asp?TID=3433064 http://www.newindianexpress.com/entertainment/television/Playing-the-bad-guy-has-never-lost-me-fans-Chetan-Hansraj/2013/06/18/article1640873.ece

Adam Khan adalah seseorang yang kuat secara fisik namun, ia selalu merasa rendah dibandingkan dengan Jalal. Ia mencoba untuk membuktikan kemampuan dirinya tetapi gagal melawan ibunya, Maham Anga. Adam Khan bergabung dengan Syariffuddin yang adalah menteri raja untuk mengkudeta Jalal.

4.2 Informan Penelitian 4.2.1 Informan 1 Gaby

Gaby (bukan nama sebenarnya) adalah seorang perempuan bersuku Tionghoa berusia 21 tahun. Saat ini ia sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas swasta di Surabaya. Sejak SMA, Gaby aktif dalam mengikuti organisasi di sekolahnya misalnya OSIS. Kelas 1 SMA Gaby merupakan Sekretaris Bidang 6 atau Bidang Kewirausahaan dan Ketrampilan. Ia melanjutkan kegiatan berorganisasi ini hingga kelas 2 SMA. Bahkan ia sempat menjadi salah satu calon ketua OSIS saat itu. Namun, karena berbagai faktor akhirnya ia tidak terpilih sebagai Ketua tetapi sebagai Wakil Ketua 1. Ketika ia menjabat sebagai Wakil Ketua, Gaby memiliki Ketua seorang laki - laki. Dalam pengambilan keputusan, Gaby ikut berperan aktif untuk

(11)

memberi masukkan kepada Ketua-nya. Sering kali Ketua OSIS tersebut mengikuti apa yang menjadi pendapat dari Gaby.

Keaktifan berorganisasi Gaby dilanjutkan hingga ia menempuh pendidikan di universitas. Pada semester awal, ia mengambil beberapa kepanitiaan juga salah satu organisasi di kampusnya. Gaby sempat menjadi ketua di salah satu program di organisasinya. Dalam kepanitiaan itu, Gaby mengalami berbagai kendala secara intern. Gaby mengatasi konflik tersebut dengan berbicara secara langsung dengan anggotanya yang perempuan. Sedangkan untuk anggota yang laki - laki, Gaby meminta teman perempuannya untuk menyelesaikan hal tersebut.

Perempuan berhobi basket ini memiliki seorang adik laki - laki berusia 18 tahun atau kelas 3 SMA. Sebelum aktif di organisasi baik di sekolah maupun kampus, Gaby tidak terlalu mengalami perbedaan perlakuan dari orang tua. Sebab saat Gaby mulai memasuki dunia organisasi, ia harus pulang lebih malam. Sedangkan adik Gaby tidak terlalu suka untuk melakukan aktifitas di luar rumah. Pernah suatu saat orang tua Gaby menyindir "Duh kamu anak cewek tapi kok pulange selalu malem - malem terus seh." Tetapi sejak masuk kuliah Gaby lebih memiliki kebebasan untuk pulang malam. Tetapi adik Gaby hingga saat ini lebih dikhawatirkan oleh orang tua bila pulang malam ketimbang Gaby.

Perbedaan perlakuan orang tua Gaby juga berbeda ketika melihat Gaby yang aktif di luar rumah dan adik laki - lakinya yang lebih suka di dalam rumah. "Iya kalau di luar rumah itu aku yang menang. Tapi kalau di rumah adikku yang menang." Gaby dianggap hebat di luar rumah oleh orang tuanya karena ia aktif dalam berorganisasi, lebih bisa berinteraksi dengan orang lain, dan memiliki IP yang baik dalam perkuliahannya. Adik Gaby dianggap 'menang' di rumah karena ia yang selalu membantu mamanya untuk menjemur baju, memasak nasi, menyapu, dan lain sebagainya.

Gaby memiliki orang tua yang utuh di rumah. Mamanya merupakan seorang ibu rumah tangga dan papanya bekerja sebagai pengiriman barang maupun dokumen - dokumen. Urusan untuk pengambilan keputusan masalah rumah tangga berada di

(12)

tangan papa Gaby. " Kalau masalah pribadi aku lebih minta saran sama mama. Kalau masalah rumah tangga tetap papa yang mengambil keputusan."

Dalam urusan relasi, saat 3 SMA memiliki pacar yang bertahan 10 bulan. Ia putus dengan pacar ketiganya karena Gaby menganggap pacarnya adalah anak mama. Gaby menganggap pacarnya adalah anak mama karena berangkat maupun pulang, mama pacarnya yang menjemput pacar Gaby. Pacar Gaby tidak mau membawa kendaraan sendiri karena kurang bisa membawa motor. Ia mengatakan pada pacarnya "Haduh kamu itu cowok, kalau ke sekolah nyetir sendiri poo. Kalau ndak bisa naik motor, pake mobil poo." Namun pacar Gaby menolak karena parkiran mobil jauh dari pintu masuk sekolah. Selain itu, pernah saat awal - awal pendekatan Gaby yang mengantar jemput pacarnya untuk les pelajaran dari sekolah, tempat les, hingga ke rumah. Beberapa hal itulah yang membuat Gaby untuk memutuskan mengakhiri relasinya dengan pacar ketiganya.

Gaby memiliki suami idaman yang suaminya lebih dari dia. Misalnya kalau Gaby mengendarai motor dengan jarak tertentu, pasangannya harus bisa melebihi dia. Dalam mimpinya ke depan, ia ingin menikah dan bekerja. Tetapi saat ia sudah meiliki anak ia akan mengurus anaknya sendiri. Saat ditanya mengenai peran untuk mengurus anak Gaby menjawab "Ya kalo jaga anak aku yang jaga, suamiku tak suruh cari duwek lah".

Dalam kesehariannya, Gaby dekat dengan teknologi khususnya gadget dan internet. Ia memiliki satu handphone dengan berbagai macam aplikasi sosial media di dalamnya seperti, Line, Path, Blackberrry Messenger, dan Instagram. Hampir setiap hari Gaby menggunakan internet untuk kebutuhan perkuliahan maupun mencari hiburan. Biasanya dia membuka Youtube untuk mendengarkan lagu - lagu masa kini. Selain itu juga untuk mencari informasi mengenai teknologi apa yang sedang berkembang saat ini sebab ia tertarik dengan media terkini atau new media.

Gaby menonton Jodha Akbar sejak tahun lalu karena keluarganya juga menonton. Ia menoton empat kali dalam satu minggu. Biasanya ia juga menonton Jodha Akbar dalam edisi marathon di hari Minggu. Bila tidak bisa melihat satu

(13)

episode, Gaby selalu bertanya kepada mamanya bagaimana cerita Jodha Akbar berlangsung. Selain itu, ia menyukai drama serial Jodha Akbar karena tidak seperti sineteron - sinetron lainnya yang menurutnya lebay.

Ia tidak menonton drama serial sejenis Jodha akbar seperti Mahabarata, Shakuntala, ataupun Saraswatichandra karena alasan - alasan tertentu.

"Soale kalau Mahabarata sekilas lihat itu kayak dewa - dewa. Kayak yang dilakukan itu ga sewajarnya gitu lho. Jadi kayak di Indosiar yang ada burung terbang - terbang di langit. Ya mesio dewa seh tapi gak masuk akal gitu lho. Sedangkan kalau Jodha Akbar bisa dibilang ya itu wajar. Ada raja punya istri ya wajar. Jadie ya lebih suka nonton Jodha. Kalau Shakuntala, aku wes ndak ngikuti Shakuntala jadi ga ngerti ceritae. Sama kayak Saraswatichandra orang rumah ya ga ada yang nonton."

Dalam Jodha Akbar, Gaby paling menyenangi sosok Jodha karena menurutnya Jodha selalu memikirkan hal - hal yang orang lain tidak pikirkan. Ia menyukai sosok yang pintar dibandingkan cantik saja. Dibandingkan dengan Ruqaiyah, Jodha lebih pintar dalam segala hal menurut Gaby. Ia menceritakan saat Jodha mengubah sistem kerajaan mengenai perbudakan dan itu baik. Hingga saat ini Gaby masih menonton Jodha Akbar bersama dengan keluarganya. Dia hanya menikmati serial film ini melalui televisi saja. Sebab kegiatan yang dilakukan di kampus sudah menyita waktunya untuk menonton dari media lain.

4.2.1.1 Setting Penelitian

Gaby dan peneliti sudah berteman selama beberapa tahun dan Gaby menawarkan dirinya untuk menjadi informan dalam penelitian ini. Pada kegiatan wawancara, Gaby dan peneliti saling bercerita di ruangan 3 meter x 2 meter di salah satu sudut ruangan di kampus Gaby. Ruangan tersebut berwarna biru dan kedap suara. Sehingga pembicaraan antara Gaby dan peneliti dilakukan dengan tanpa gangguan dari suara - suara lain.

Informan dan Peneliti berbincang - bincang secara santai. Sebab, peneliti sudah mengenal Gaby sejak lama. Gaby cukup terbuka dengan Peneliti, ia

(14)

menceritakan sesuai poin dan mengembangkan jawabannya sendiri. Wawancara kedua dilakukan di ruangan yang sama namun setelah itu peneliti dan Gaby menonton Jodha bersama melalui internet.

4.2.2 Informan 2 Tono

Informan kedua adalah Tono (bukan nama sebenarnya), seorang pensiunan pengawas projek pembangunan. Tono berasal dari Bojonegoro dan saat ini usianya 63 tahun. Walaupun sudah memasuki usia yang tidak lagi muda, Tono menyukai tontonan olahraga tinju. Istri Tono sering memarahinya karena ia memiliki riwayat penyakit jantung ."Makannya uti itu suka marah. Jantungen kok nonton tinju," demikian kata Tono meniru ucapan istrinya. Pendidikan terakhir yang ditempuhnya adalah STM Pembangunan dan Konstruksi. Pendidikan itulah yang membawanya untuk berkarir hingga ke Surabaya.

Tono berasal dari keluarga menengah kebawah saat ia masih anak - anak. Ayahnya bekerja sebagai penilik sekolah (tingkatan di atas kepala sekolah). Sedangkan ibunya bekerja sebagai guru SD, namun ketika sudah menikah dan memiliki banyak anak, ayah Tono memutuskan agar ibunya tidak bekerja tetapi mengurus anak. Tono merupakan anak ke-7 dari 8 bersaudara, empat saudara laki - laki termasuk Tono dan empat saudara perempuan. Selama membesarkan kedelapan anaknya, orang tua Tono tidak pernah membeda - bedakan antara laki - laki dan perempuan. Hanya saja saat kecil Tono lebih sering sakit dibanding ketujuh saudaranya yang lain. Sehingga, ia dianggap 'anak mama' oleh saudara - saudaranya yang lain. Tapi secara umum tidak ada perbedaan antara laki - laki dan perempuan di keluarga tersebut.

Hal itu pulalah yang dilakukan Tono kepada keempat anaknya. Ia mempunyai empat orang anak. Satu anak perempuan dan tiga anak laki - laki. Ia mengatakan dalam hal akademis anak perempuannya yang paling lemah dibanding adik laki - lakinya. Dalam beberapa hal memang perlakuan keempat anaknya tidak ada perbedaan. Namun, ada batasan yang lebih untuk anak perempuannya. Misalnya saja

(15)

ketika anak laki - lakinya pergi ke suatu tempat, ia tidak mengijinkan anak perempuanya untuk ikut. Dalam hal rumah tangga, sebagai suami Tono yang mengatur jalannya kehidupan rumah tangganya. Dari hal mengambil keputusan hingga mengatur keuangan. Sebab istrinya kurang bisa untuk mengatur keuangan keluarga. Namun, ia berkata istrinya dapat mengambil keputusan tetapi harus dalam sepengetahuan dia.

Istri Tono, Winda (bukan nama sebenarnya), adalah seorang ibu rumah tangga. Sebelum menikah dengan Tono, ia bekerja disebuah pabrik di Surabaya. Karena pada awalnya orang tua Winda yang memberikan pekerjaan kepada Tono, maka Tono merasa berbalas budi dan memutuskan agar istrinya tidak bekerja setelah menikah dengan dia. Menurut Tono, istrinya adalah seorang yang tidak tegaan. Berikut luapan emosi dari informan:

"Saking tidak teganya lihat tetangga yang kesusahan akhirnya selalu dibantu tanpa berpikir dia sendiri cukup atau tidak".

Walaupun istrinya tidak memiliki pendidikan yang tinggi, tetapi Tono mengatakan bahwa semua anak - anak dan cucunya dekat dengan dia. Tono merasa istrinya cakap dalam hal merawat anak.

Tono menonton Jodha Akbar sejak masih awal tayang di ANTV. Biasanya ia ditemani oleh keponakannya yang juga sama - sama laki - laki dan berusia 60an. Bila ada salah satu yang ketiduran mereka saling membangunkan ketika Jodha Akbar tayang. Pada awalnya Tono menonton Jodha karena tertarik dari judul tayangan Jodha Akbar. Ternyata setelah mengikuti, drama serial tersebut merupakan tayangan India. Tono menyukai Jodha Akbar karena melihat sosok Jodha " Saya terus ikuti karena Jodha itu sosok yang luar biasa. Dia pantang menyerah. Walaupun dia diperlakukan buruk sekali tapi dia ndak mau pulang ke Amer."

Terkadang dalam menonton Jodha Akbar ia suka terbawa emosi. Misalnya saat perdana menteri Mughal, Syarifuddin, membuat rencana licik untuk menggulingkan kedudukan Jalal sebagai raja. Informan mengekspresikan emosinya dengan mengatakan:

(16)

" Saya kalau lihat juga kadang - kadang melok ngamuk. Karena licik gitu. Di depan manis - manis dibelakang ada perencanaan luar biasa tapi ndak nampak. Seolah - olah dee itu buaik banget. Sampai raja itu bela dia mati - matian."

4.2.2.1 Setting Penelitian

Wawancara dilakukan di rumah informan di daerah barat Surabaya. Peneliti melakukan tanya jawab di ruang tamu informan. Ruang tamu tersebut berisi sofa memanjang yang menghadap ke pintu masuk rumah. Terlihat pakaian yang dijemur di sudut sebelah ruang tamu. Pada saat Peneliti melakukan wawancara hanya ada informan sehingga cukup nyaman untuk bercerita. Pada awalnya Peneliti mengenal informan dari orang tua Peneliti. Peneliti mengetahui bahwa informan menyukai Jodha Akbar dari menantu informan yang hidup satu rumah dengannya.

Informan mengenakan baju polo shirt dengan celana panjang training sehari - hari. Pembicaraan berlangsung santai dan lebih banyak informan yang bercerita. Dalam beberapa poin informan terlihat antusias. Misalnya dalam membicarakan kisah Jodha Akbar. Wawancara pertama dilakukan dengan durasi hampir dua jam.

Wawancara kedua dilakukan pada pukul 21.00, saat Jodha Akbar tayang di TV. Peneliti dan informan menonton Jodha Akbar bersama, beberapa kali Tono menceritakan tayangan yang sedang ditonton.

4.2.3 Informan 3 Ningsih

Informan ketiga bernama Ningsih (bukan nama sebenarnya). Ningsih berdomisili di Kertosono, Kabupaten Nganjuk. Perempuan berusia 42 tahun ini menikah pada 10 Oktober 2009. Walaupun sudah menikah, ia tetap melanjutkan pekerjaannya sebagai guru SD kelas 1 di salah satu sekolah swasta di Kertosono. Sedangkan suaminya baru bekerja saat menikah dengan Ningsih. Pekerjaan suaminya saat ini adalah pekerja lapangan di sebuah pabrik kusen di Mojokerto. Ia memiliki jarak yang jauh dalam hal pendidikan. Ningsih adalah lulusan S-1 PGSD atau pendidikan guru. Sedangkan suaminya hanya lulusan SMP.

(17)

Pada awalnya Ningsih memutuskan menikah dengan suaminya, Yas, karena paras Yas yang tampan menurutnya. Tanpa memikirkan apakah dia sudah bekerja atau belum, karena sudah merasa cocok akhirnya Ningsih memutuskan untuk menikah dengan Yas. Baru setelah menikah Ningsih, Yas diberi nasihat untuk bekerja karena ia adalah seorang suami jadi harus mencari nafkah. Meskipun sering berpindah pindah tempat pekerjaan tetapi Ningsih selalu menyarankan agar Yas bekerja.

Dalam pengambilan keputusan, Ningsih dan Yas memilih untuk berunding bersama. Berikut kata informan

"Pengambilan keputusan dirundingkan bareng - bareng. Misal cari sepatu dimana. Harganya cari yang terjangkau terus gak jauh - jauh. Ga mau cari keputusan sendiri. Soale dari pandangan orang lain juga ga mesti jelek. Jadi mesti didiskusino piye. Dirundingkan enak.e yoopo. Lek aku berpikir sendiri iku kurang maksimal. keuntungan kurang maksimal"

Demikian pula dalam menyelesaikan konflik dalam rumah tangga. Ningsih lebih suka untuk langsung mengungkapkan isi hatinya kepada suaminya. Ia tidak suka untuk memendam sesuatu saat merasa emosi. Ningsih tidak gengsi untuk mengatakan maaf kepada suaminya kalau memang benar itu kesalahannya Dengan demikian masalah lebih cepat diselesaikan pada hari itu juga. Ia mengakui saat mengalami konflik dengan suaminya, biasanya cepat selesai karena ia mau mengungkapkan isi hatinya dan suaminya juga sabar kata Ningsih. Dengan keterbukaan yang ada dalam Ningsih dan suaminya, membuat masalah dalam keluarga lebih cepat untuk diselesaikan.

"Cepet bar, cepet mari ga sampe satu hari. Satu hari yo pernah tapi jarang. Yang paling hebat bertengkarnya itu pas dia mabuk. Yo kuwi aku ga tak pendem. Iki lho atiku karepku kuwi ngene."

Ningsih merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Sejak kecil ia hidup dalam kasih sayang orang tua yang lebih terhadap dia karena anak terakhir. Ibunya selalu menganggap bahwa Ningsih tidak dapat melakukan apa - apa. Pernah suatu

(18)

saat kakaknya menyuruhnya untuk membeli lampu tetapi ibunya tidak memperbolehkannya karena merasa ia tidak melakukan hal tersebut. Hal itu lah yang terbawa sampai saat ini. Ketika ia ingin melakukan sesuatu selalu ada suara - suara yang mengatakan bahwa ia tidak dapat melakukannya.

Ayah Ningsih dahulu bekerja sebagai kepala pegadaian di Kertosono. Sedangkan ibunya sebagai ibu rumah tangga yang mengurus urusan rumah tangga. Dalam keluarga Ningsih, ayah merupakan sosok yang dominan. Ibunya hanya menurut apa yang dikatakan oleh ayah.

"Ibu kan wong pendidikan ga terlalu tinggi. Manut ae lah. Pokoke sing diomongno bapak manut. Soale paling merasa pasrah. Yang bagus itu ya manut bapak. Lebih dominan bapak soalnya juga punya jabatan. Apa yang menjadi keputusan bapak itu yang terbaik."

Ayah Ningsih meninggal saat ia masih duduk di bangku SD. Sehingga setelah ayahnya meninggal sampai saat ini, ia tinggal satu rumah dengan ibunya. Dengan demikian Ningsih memiliki hubungan yang sangat dekat dengan ibunya dibandingkan dengan kakak - kakaknya yang lain. Kedekatan antara Ningsih dan ibunya membuat ibunya tidak sungkan untuk memarahi Ningsih ketika ia berbuat salah. Ia mengatakan bahwa ibunya akan sungkan untuk memarahi anak - anaknya yang lain saat berbuat salah. Misalnya saja salah satu kakak Ningsih membuat rumah tapi tidak sesuai dengan harapan ibunya. Ibunya hanya mengatakan kepada Ningsih tapi tidak kepada kakak Ningsih. Dengan ibunya pula Ningsih menonton Jodha Akbar.

Meski jaman sudah berkembang, Ningsih memilih untuk memiliki handphone yang hanya digunakan untuk SMS dan menelfon. Ia tidak terlalu senang dengan social media seperti Facebook dan lain sebagainya. Media yang digunakan selain handphone adalah televisi, radio, dan internet. Melalui media televisi saja ia menonton dan mengetahui serial film Jodha Akbar.

Ningsih menonton Jodha Akbar sejak tahun lalu bersamaan dengan Mahabarata. Ia sangat menyenangi Mahabarata yang tayang setelah Jodha Akbar. Jadi, mau tidak mau ia harus menonton Jodha Akbar terlebih dahulu. Dalam serial film Jodha Akbar ia menyenangi sosok Ruqaiyah. Sebab, menurutnya Ruqaiyah

(19)

adalah tokoh yang menggerakkan jalannya cerita. Tanpa Ruqaiyah maka film tersebut hanya monoton. Tetapi secara karakter ia menyenangi sosok Jodha yang baik menurutnya.

Ningsih tidak ingin untuk melihat Jodha Akbar dari media selain televisi. Ia mengatakan kalau sudah menonton dari internet maka tidak akan fresh lagi saat menonton di televisi. Dengan bahasa Jawa ia mengatakan:

" Ndelok teko TV tok. Jan.e pingin teko internet, terus engko ga penasaran. Kadang didudui karo koncoku, nang kene lho enek selanjutnya - selanjutnya. Wes gak wes aku tak ndelok teko TV tok ae soale ngkok lek ndelok teko liyane wes ga fresh meneh ga penasaran. Dadi aku mek ndelok teko TV tok."

("Lihat dari TV saja. Sebenarnya pingin melihat dari internet, terus nanti tidak penasaran. Terkadang diberitahu oleh temannya, di sini lho ada selanjut - selanjutnya. Sudahlah tidak aku melihat dari TV saja soalnya nanti kalau lihat dari yang lainnya sudah tidak fresh lagi, tidak penasaran. Jadi aku cuma lihat dari TV saja.")

4.2.3.1 Setting Penelitian

Wawancara pertama dilakukan di rumah peneliti karena informan adalah bibi dari informan. Wawancara berlangsung selama kurang lebih dua jam di kamar tidur peneliti. Sehingga wawancara dilakukan dengan santai agar membuat informan lebih nyaman untuk bercerita. Informan mengenakan pakaian rumah seperti kaos dan celana pendek.

Dalam melakukan wawancara peneliti menyelingi pertanyaan - pertanyaan dengan bercanda untuk lebih mencairkan suasana. Wawancara pertama berlangsung dengan kondusif dan lancar. Sedangkan wawancara kedua dilakukan di ruang tengah, rumah dari informan. Peneliti dan informan menonton Jodha Akbar bersama - sama pada malam itu. Pada scene tertentu informan mengungkapkan emosinya kepada peneliti dan ibu informan.

(20)

4.3 Temuan Data

Dari ketiga informan yang memiliki latar belakang yang berbeda- beda, peneliti menemukan data yang berbeda pula. Data tersebut didapatkan oleh peneliti melalui mengajukan pertanyaan kepada informan seputar pendapat mereka mengenai tayangan Jodha Akbar, kehidupan pribadi mereka, dan topik gender. Peneliti melakukan dua kali wawancara pada setiap informan dengan waktu yang berbeda. Selain melakukan wawancara secara langsung dengan informan, peneliti juga menggunakan FGD untuk mengumpulkan data. FGD dilakukan satu kali bersama dengan ketiga informan. Setelah mendapatkan data dari informan, peneliti membuat tabel matrikulasi untuk mengkategorisasikan jawaban - jawaban dari setiap informan. 4.3.1 Informan 1 (Gaby)

Gaby melihat sosok Jodha sebagai perempuan yang memikirkan apa yang orang lain tidak pikirkan. Misalnya saja saat Jodha menggantikan Ruqaiyah menjadi kepala ratu. Jodha mengganti tradisi mengenai perbudakan. Bila dahulu budak tidak memiliki hak atas dirinya, seperti tidak memiliki waktu untuk istrirahat atau libur. Namun setelah Jodha menjadi kepala ratu, ia merubah sistem tersebut. Ia mengijinkan budak - budaknya untuk memiliki waktu berlibur. Keputusan tersebut ditentang oleh Ruqaiyah dan Maham Anga namun Jodha tetap mempertahankannya. Selain itu Gaby juga mengatakan bahwa Jodha adalah sosok yang pintar dalam segala hal.

Tidak seperti Jodha, Ruqaiyah yang hanya pintar di dalam hal - hal tertentu. Gaby menilai Ruqaiyah sebagai seseorang yang jahat, licik, dan hanya pintar dalam hal negatif saja. Ruqaiyah dikatakan jahat karena dia ingin merebut Salim dari tangan Jodha dengan memberikan opium kepada Salim. Ketika ditanya memilih Jodha atau Ruqaiyah, Gaby dengan semangat memilih Jodha karena Jodha pintar. Jodha memikirkan apa yang orang lain tidak pikirkan. Sedangkan Ruqaiyah tidak pintar.

Sedangkan Gaby melihat Jalal sebagai laki - laki yang keputusan - keputusannya dipengaruhi oleh Jodha. Jalal juga terobsesi untuk menjadi raja dan tidak butuh kasih sayang ibu. Terlihat dari cara mendidik anaknya, Salim, Jalal mengajarkan agar sebagai raja Salim tidak boleh cengeng dan menangis. Padahal

(21)

sebagai raja Jalal tetap membutuhkan kasih sayang ibu. Sebagai seorang suami, Jalal cukup keras dalam mendidik anaknya.

Dalam pandangan mengenai perempuan dan laki - laki ideal, Gaby memiliki pandangan bahwa perempuan yang ideal adalah perempuan yang dapat mengarahkan suaminya. Perempuan yang ideal juga adalah perempuan yang tidak selalu mengambil keputusan. Sebab menurut Gaby yang ia pelajari dari orang tuanya, laki - laki lah yang bertugas mengambil keputusan. Sehingga perempuan bertugas untuk mengarahkan suaminya ke jalan yang benar. Sedangkan laki - laki yang ideal menurut Gaby adalah laki - laki yang bisa melindungi, bisa memberi nafkah, dan bisa membuat keputusan yang baik dan benar. Serta sebaiknya memiliki gaji lebih besar dari istrinya.

Mengenai perempuan yang mengambil keputusan, Gaby beranggapan perempuan hanya boleh memberikan nasihat dan mengarahkan saja. Perempuan tidak boleh mengambil keputusan. Gaby lebih memilih perempuan pintar daripada perempuan cantik. Sebab, perempuan pintar bisa berbuat hal - hal yang luar biasa dan berdampak. Perempuan cantik tidak bisa berdampak. Ia menjelaskan sama dengan laki - laki pintar atau tampan. Ia memilih pintar karena juga akan mempengaruhi masa depan.

Batasan - batasan perempuan menurut Gaby adalah tidak boleh meremehkan suami dan tidak memiliki gaji lebih besar dari suami. Bila istri memiliki gaji lebih besar dari suami, maka suaminya akan dianggap remeh oleh sang istri. Sebaliknya, batasan laki - laki adalah tidak melakukan semua hal yang semua menjadi keinginannya dan kehendaknya. Terkadang harus mendengarkan apa yang dikatakan istri. Sehingga sebagai laki - laki, ia tidak mendominasi sepenuhnya.

Gaby berkata, perempuan memiliki peran dan tanggung jawab antara lain menyenangkan suami, memiliki tanggung jawab untuk mengurus anak, boleh berkarir asal dapat membagi waktu antara karir dan rumah tangga. Peran dan tanggung jawab laki - laki adalah harus bisa menjadi contoh untuk keluarga, mengambil keputusan dalam keluarga dan memberi keputusan yang berdampak baik.

(22)

Salah satu kisah Jodha Akbar menceritakan mengenai Salim, anak Jodha dan Jalal, yang diculik untuk ditukar dengan tuan Moi yang adalah ayah dari pemberontak kerajaan. Pada saat itu terdapat salah paham antara Jodha dan Jalal. Jalal memiliki maksud dan strategi penyelamatan sendiri demikian pula dengan Jodha. Pada akhirnya strategi Jodha dan Jalal kacau karena tidak dikomunikasikan dengan baik. Hal ini juga termasuk dalam konsep kedudukan perempuan dalam mengambil keputusan. Menurut Gaby, ia tidak setuju dengan perempuan yang mengambil keputusan. Sebab, pasti antara masing - masing pihak memiliki pemikiran sendiri yang akan berakhir pada pertengkaran. Sehingga, kedudukan antara laki - laki dan perempuan harus ada yang lebih tinggi.

Jodha tidak memiliki hubungan yang baik dengan Salim sebab hasutan dari Ruqaiyah. Gaby mengatakan kalau ibu dan anak seharusnya bersatu. Dalam hal mendidik anak, sebaiknya Jodha mendidik anaknya sendiri. Jodha pun tidak pernah mendidik anaknya dalam hal kerohanian. Sebagai perempuan Jodha belum mengatur rumah tangganya dengan baik. Alasannya menurut Gaby, bila Jodha sudah mengatur rumah tangganya dengan baik maka Salim, anaknya, akan nyaman berada di rumah.

Ditarik dalam kehidupan nyata informan, Gaby memiliki hubungan yang baik dengan ibunya. Ia juga sering meminta pendapat untuk mengambil keputusan dari ibunya. Ibu Gaby bukan tipe ibu yang memukul. Gaby melihat ibunya sebagai ibu yang dapat diajak negosiasi dalam pengambilan keputusan dan tidak kaku terhadap apa yang diinginkan oleh ibu Gaby.

Pendapat mengenai perempuan yang terlibat dalam dunia politik, Gaby mengatakan hal tersebut bagus. Misalnya saja Jodha yang baik dalam mengambil keputusan dalam kerajaan. Dalam penerapan di kehidupan nyata, hal itu tergantung pada karakter masing - masing orang. Tidak ada perbedaan antara laki - laki dan perempuan.

Selain Jodha Akbar, Gaby tidak melihat lagi tayangan yang sejenis dengan berbagai alasan. Misalnya Mahabarata, tidak masuk akal. Kemudian Saraswatichandra dan Shakuntala tidak menonton karena dari awal memang sudah

(23)

tidak mengikuti. Ia menyenangi Jodha Akbar karena penasaran dengan sejarah berdirinya Taj Mahal.

Peneliti juga menggunakan media internet untuk menonton Jodha Akbar episode 411. Peneliti menemukan beberapa hal baru dan beberapa pendapat mengulang dari wawancara yang pertama. Saat menonton Jodha Akbar, Gaby melihat gambaran dari sebuah kepemimpinan Jalal yang mau berubah untuk menjadi lebih baik dan mengerti rakyatnya. Menurut Gaby sebaiknya pemimpin tidak memiliki karakter yang terlalu keras seperti Jalal. Namun, sejak kehadiran Jodha di kerajaan, Jalal menjadi berubah. Jodha sebagai seorang istri dipandang Gaby sudah cukup baik karena ia dapat mengarahkan Jalal, suaminya, ke arah yang benar. Namun dalam mengarahkan Jalal, terkadang Jodha juga memiliki kesalahan. Hal tersebut dianggap wajar karena Jodha adalah manusia yang tidak sempurna.

Jodha sebagai seorang perempuan yang banyak ikut campur dalam pengambilan keputusan, Gaby mengganggap hal tersebut tidak apa - apa. Justru dengan Jodha ikut campur dalam pengambilan keputusan itu baik karena dapat mengarahkan keputusan Jalal dengan benar. Namun apabila Jodha salah mengambil keputusan akan berakibat buruk. Gaby tidak terlalu mengerti mengenai adat Tionghoa meskipun ia bersuku Tionghoa. Sehingga Gaby mengaitkan Jodha Akbar dengan budaya Jawa Surabaya. Menurut Gaby, Jodha cenderung untuk menyalahi aturan dari adat Jawa karena sikapnya yang berani menentang raja. Bagi Gaby seorang perempuan Jawa harus bersikap sopan dan selalu mengikut apa yang dikatakan suami.

Dalam melihat stereotipe perempuan yang tunduk, lemah, dan tidak kompeten, Gaby sangat tidak setuju. Gaby menganggap saat ini merupakan zaman dari emansipasi wanita. Perempuan juga memiliki hak untuk mengambil keputusan dan menjadi seorang pemimpin. Tetapi dalam konteks ketundukan dalam keluarga, Gaby setuju sebab seorang istri tunduk kepada suami. Maksud dari ketundukan Gaby adalah menghormati suaminya misalnya dalam menyatukan pikiran.

(24)

Selama hidupnya, Gaby paling dipengaruhi oleh pendapat - pendapat dari ibunya. Sebab bapak Gaby sering bekerja di luar kota dan hanya ibunya yang ada di rumah sebagai ibu rumah tangga. Gaby lebih sering menceritakan kehidupan pribadi kepada mamanya, misalnya saja mengenai seseorang yang dekat dengan Gaby. Ibu Gaby biasanya memberikan masukkan sehingga lambat laun membentuk pribadi Gaby hingga saat ini.

Gaby memiliki cara pandang yang berbeda mengenai konsep laki - laki dan perempuan. Laki - laki memiliki tanggung jawab terhadap keluarga. Hal ini menyebabkan laki - laki adalah sosok yang melindungi dan perempuan adalah sosok yang dilindungi. Laki - laki yang mencari nafkah dan perempuan yang melahirkan anak. Gaby mengatakan secara fisik memang laki - laki diciptakan berbeda, maka perbedaan itulah yang membuat peran laki - laki dan perempuan berbeda.

4.3.2 Informan 2 (Tono)

Dalam melihat sosok Jodha, Tono memiliki pendapat bahwa Jodha adalah sosok yang cerdik, luar biasa, pantang menyerah, istri yang baik, memegang teguh kebenaran, mengasihi orang dan pintar dalam sastra, kesenian, serta memiliki daya seni yang tinggi. Walaupun Jodha diperlakukan buruk sekali tetapi dia tidak mau pulang ke Amer. Sudah menjadi komitmen Jodha untuk tidak meninggalkan suaminya hingga ia mati.

Sebelum mengenal Jodha, Tono melihat Jalal sebagai pria yang memiliki sifat kejam, bengis, tidak punya prikemanusiaan dan tidak punya hati. Namun, sejak ia menikah dan memiliki relasi yang intim dengan Jodha Jalal menjadi seseorang yang memiliki kasih dan sopan santun, menjadi tidak buas. Tono menganggap Jalal adalah raja yang hebat karena sikapnya yang tegas. Jalal bertindak tegas pada siapa saja yang melanggar peraturan termasuk pada anaknya sendiri. Sebagai seorang suami Jalal adalah seseorang yang keras kepala, suka marah, dan gengsi. Namun ia adalah suami yang bijaksana setelah bersama dengan Jodha.

(25)

Di samping itu, Jodha sebagai istri dilihat Tono sebagai istri yang baik, setia pada suaminya, mau menerima segala resiko dan selalu memberi nasihat kepada suaminya. Meskipun Jalal keras kepala, suka marah, tetapi Jodha tidak mau meninggalkan Jalal. Tono berpendapat Jodha setia sebab Jodha memiliki prinsip sebagai istri Jodha tidak akan meninggalkan suaminya. Berbeda dengan Ruqaiyah yang pada saat Jalal membuat keputusan salah tetap didukung oleh Ruqaiyah.

Tokoh selanjutnya yang dinilai oleh Tono adalah Ruqaiyah. Tono menuturkan Ruqaiyah sebagai perempuan yang pintar namu tidak jujur. Hidup Ruqaiyah penuh dengan trik, intrik dan taktik. Ia juga memiliki sifat yang egois. Misalnya saja saat episode penghapusan perbudakan oleh Jodha. Ruqaiyah bersikap semena - mena terhadap pembantunya yaitu dengan menampar pembantu yang ada dalam kerajaan. Setelah Jodha menghapus sistem perbudakan yang ada dalam kerajaan, menurut Tono sebenarnya Ruqaiyah menerima tetapi karena egonya yang tinggi, ia tidak mau disalahkan.

Mengenai seorang perempuan yang mengambil keputusan Tono berpendapat hal itu adalah kolot dan harus meninggalkan tradisi tersebut. Namun di sisi lain, perempuan tidak boleh mengubah keputusan suami dengan seenaknya. Jodha termasuk dalam pelopor emansipasi. Bila dikaitkan dengan adat, sebenarnya Jodha menyalahi adat. Tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah sebab memiliki manfaat dan semua mendukungnya.

Tono cenderung memilih Jodha daripada Ruqaiyah. Sebab Jodha dapat menyadarkan Jalal untuk kembali ke karakter yang sebenarnya. Sedangkan Ruqaiyah meskipun pintar tetapi tidak jujur dan tidak pernah memikirkan rakyatnya. Tono memilih perempuan yang pintar karena perempuan pintar itu tidak sembarangan dan perempuan cantik dapat didapatkan dengan uang.

Dalam kehidupan sehari - hari, perempuan memiliki batasan - batasan. Batasan yang diungkapkan oleh Tono adalah seperti boleh memutuskan asal harus memberitahu suami. Demikian pula sebaliknya dengan batasan laki - laki. Perempuan seharusnya memiliki peran dan tanggung jawab untuk me-manage perekomomian

(26)

dalam rumah tangga dan menyimpan keuangan dengan baik. Serta perempuan juga memiliki peranan yang penting dalam mendidik anak.

Sedangkan menurut Tono laki - laki memiliki peran dan tanggung jawab dalam keseluruhan rumah tangga termasuk istri. Berhasil tidaknya rumah tangga akan sangat bergantung pada peran dan tanggung jawab suami. Hal ini disebabkan karena suami adalah imam dalam keluarga. Ia juga yang nantinya akan menjadi teladan bagi anak - anaknya.

Dalam episode Jodha dan Jalal menyelamatkan Salim, Tono menganggap meski Jodha memiliki hubungan yang renggang dengan Salim karena hasutan dari Ruqaiyah, Jodha ingin menyelamatkan Salim. Hal itu yang menyebabkan Jodha terlalu terburu - buru dalam mengambil keputusan dan tidak berpikir matang. Tono mengatakan demikian karena Jodha tidak memiliki penasihat, sehingga ia berbuat demikian. Jalal juga terlibat dalam kesalahan untuk strategi menyelamatkan Salim sebab tidak berkoordinasi dengan Jodha. Jodha mendidik Salim dengan baik dan disiplin seperti mengusulkan hukuman Salim kepada Jalal sesuai dengan usianya. Ia juga mengatur rumah tangganya dengan baik dengan memasakkan untuk Jalal. Meskipun ia memiliki banyak pembantu tetapi Jodha memiliki inisiatif untuk memasakkan Jalal sebagai suaminya.

Tono melihat istrinya cukup baik untuk urusan mengatur rumah tangga. Meskipun dalam hal keuangan yang memegang seluruhnya adalah Tono, namun Istrinya acapkali berperan memberi nasihat kepada anak - anaknya. Tono juga menilai istrinya adalah seseorang yang perhatian. Istri Tono tidak dapat memberikan pendidikan secara khusus kepada anak - anaknya dalam hal akademik. Sebab istri Tono tidak memiliki pendidikan yang terlalu tinggi. Namun dalam pendidikan kehidupan sehari - hari istri Tono adalah ibu yang disiplin bagi anak- anaknya.

Perempuan yang terlibat dalam dunia politik menurut Tono adalah hal yang bagus. Sebab biasanya ide yang dikeluarkan perempuan lebih "jitu" daripada laki - laki. Ia memberi contoh mengenai menteri kelautan Indonesia yang adalah

(27)

perempuan. Tono menilai kinerja menteri kelautan saat ini baik, meski ia adalah seorang perempuan.

Selain menonton Jodha Akbar, Tono menonton Saraswatichandra, Mabaharata dan Mahadewa. Dari antara film serial tersebut, ia paling menyenangi Jodha Akbar karena cerita yang menarik dan tertarik dengan kata - kata 'Jodha Akbar'. Tono tidak menyukai Mahabarata dan Mahadewa sebab dirasa tidak masuk akal. Sedangkan Saraswatichandra tidak senang karena menceritakan keluarga yang berantakan.

Peneliti menemukan beberapa hal yang berbeda dari temuan data Tono pada wawancara yang kedua. Tono juga menambahkan data yang berbeda misalnya mengenai sosok Jodha yang setia dalam melakukan ibadahnya dan sebagai seorang istri Jodha memiliki keyakinan kepada Jalal, suaminya. Terdapat hal - hal baru yang Tono ungkapkan seperti bagaimana Tono berpendapat mengenai perempuan dan laki - laki yang ideal.

Bagi Tono perempuan ideal adalah perempuan yang menerima keluarga suaminya seperti keluarganya sendiri. Perempuan ideal juga adalah perempuan yang sabar dan memiliki pendidikan yang tinggi. Laki - laki ideal bagi Tono adalah yang dapat menutupi kekurangan istrinya. Tono memberi contoh dari kehidupan berkeluarganya. Istrinya adalah seseorang yang mudah untuk berbelas kasihan terhadap orang lain, hingga beberapa kali ditipu. Tetapi sebagai seorang laki - laki Tono mengatakan harus pengertian dan menutupi kekurangan istrinya tersebut. Dalam hubungan rumah tangga dengan istrinya, Tono merasa sudah melayani istrinya dengan baik sesuai dengan kemampuannya. Demikian juga Tono melihat istrinya sudah melayani dirinya dengan baik. Melalui kesabaran istrinya, Tono sudah merasa dilayani.

Mengenai konsep perempuan yang ikut campur dalam pengambilan keputusan, Tono menganggap tidak apa - apa asalkan mengerti permasalahannya. Seperti saat Jalal akan mengadakan pernikahan dengan perempuan lain untuk menyelamatkan Salim. Jodha ikut campur dalam pengambilan keputusan karena ia

(28)

mengerti permasalahan apa yang sedang terjadi. Tono juga mengatakan harus ada komunikasi yang baik dalam sebuah hubungan agar tidak terjadi salah paham, khususnya dalam pengambilan keputusan. Tono memandang perempuan yang berkarir adalah hal yang baik. Tono juga mengungkapkan salut untuk perempuan yang bekerja. Tono melihat laki - laki dan perempuan sebagai hal yang sama. Meski ada perbedaan tenaga, laki - laki lebih kuat dari perempuan, Tono mengatakan belum tentu dalam otak.

Dalam pertumbuhan Tono, ia banyak dipengaruhi oleh ibunya sebab ayah Tono meninggal ketika Tono masih berusia 12 tahun. Kemudian ia tinggal bersama dengan kakak pertama dan suami kakaknya yang bekerja sebagai polisi. Di situlah Tono mendapat didikan militer yang akhirnya diterapkan kepada anak - anaknya. Hal yang harus ada dalam diri laki - laki menurut Tono adalah pengertian sedangkan dalam diri perempuan adalah memiliki prinsip yang benar dan mengutamakan suami. Sama seperti laki - laki dan perempuan ideal yang dikatakan Tono sebelumnya.

4.3.3 Informan 3 (Ningsih)

Informan ketiga bernama Ningsih. Ia memiliki pendapat yang cukup berbeda mengenai sosok yang ia senangi dibanding informan yang lain. Ningsih menilai Jodha sebagai sosok yang kadang menyebalkan, terlalu jual mahal, keras kepala, gegabah dan tidak sabaran. Hal tersebut dilihat oleh Ningsih ketika Jalal mendekati Jodha tetapi Jodha selalu jual mahal. Ningsih lebih menyukai Ruqaiyah dibandingkan dengan Jodha karena Ningsih menganggap wajar bila Ruqaiyah marah dan tidak senang terhadap Jodha karena Jodha dianggap merebut Jalal dari Ruqiayah. Sebagai seorang istri, Jodha menjadi perempuan yang mendampingi Jalal, suaminya. Jodha dapat menempatkan diri diberbagai situasi. Misalnya ketika ia berada di dalam keluarga, dalam menyelesaikan tugas - tugasnya di dalam kerajaan dan lain sebagainya. Namun ia memiliki kelemahan yaitu tidak percaya kepada kemampuan suaminya.

(29)

Ningsih melihat Jalal sebagai laki - laki yang tidak mudah putus asa untuk mengejar cinta, garang, mau membuka diri dengan nasihat, baik kepada rakyat, arif dan bijaksana serta menghargai ibunya. Jalal juga memiliki paras yang tampan. Ketampanan Jalal merupakan hal yang menyebabkan Ningsih menyenangi Jodha Akbar. Pada awalnya Jalal memiliki sikap yang tidak baik. Sedikit - sedikit menggunakan kekerasan dan peperangan. Setelah Jalal bertemu dengan Jodha, Jalal mulai berubah menjadi lebih baik.

Tokoh selanjutnya adalah Ruqaiyah. Ningsih mengungkapkan Ruqaiyah karena berperan menjadi tokoh antagonis, Ruqaiyah adalah sosok yang menggemaskan dan membuat emosi. Sebenarnya Ruqaiyah tidak jahat, namun karena suaminya direbut oleh Jodha lah yang membuat Ruqaiyah berbuat jahat. Selain itu Ningsih juga berpendapat Ruqaiyah adalah perempuan yang apa adanya dan memiliki akting yang bagus.

Tentang konsep perempuan yang ideal, Ningsih berpendapat perempuan ideal adalah perempuan yang bisa menempatkan dirinya, tidak menang sendiri, bertanggung jawab untuk mendampingi suami. Menurut Ningsih sebenarnya perempuan haruslah lebih kuat dari suaminya. Karena dalam konsep yang dipegang Ningsih, perempuan adalah penolong yang seharusnya lebih kuat daripada yang ditolong. Sebaliknya, pendapat Ningsih mengenai laki - laki ideal adalah laki - laki yang juga bisa menempatkan dirinya. Misalnya dalam suasana sedang di rumah atau sedang di dalam masyarakat. Laki - laki pula yang bertugas untuk mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya.

Perempuan yang mengambil keputusan adalah wajar dan tidak apa - apa asalkan demi tujuan bersama. Bila perempuan salah dalam memutuskan sesuatu dianggap tidak apa - apa. Sebab sebagai manusia, salah dalam mengambil keputusan adalah hal yang biasa karena manusiawi manusia bisa salah. Ketika dikaitkan dengan adat Ningsih, ia menilai Jodha tidak menyalahi aturan dan sudah melakukan dengan baik. Ningsih memilih lebih baik perempuan pintar daripada perempuan cantik

(30)

karena cantik akan luntur dan kepintaran tidak. Kecantikan adalah polesan saja dari perempuan.

Perempuan dan laki - laki memiliki batasan yang berbeda. Menurut Ningsih perempuan tidak boleh mendikte suami dan tidak boleh egois. Perempuan harus memberikan kesempatan bagi suaminya dahulu untuk mengambil keputusan. Berikutnya batasan laki - laki adalah tidak boleh melakukan kekerasan terhadap istrinya atau KDRT (kekerasan dalam rumah tangga). Ningsih sempat melakukan observasi pribadi dan menemukan bahwa laki - laki memiliki kebiasaan untuk malas bekerja. Menurutnya, laki - laki tidak boleh malas dan harus memiliki tanggung jawab.

Selain memiliki batasan yang berbeda, perempuan dan laki - laki juga memiliki peran dan tanggung jawab masing - masing. Ningsih menyebutkan peran dan tanggung jawan perempuan antara lain merawat anak, sebagai ibu rumah tangga, sebagai penolong, memberi nasihat kepada anak - anak dan suaminya, yang terakhir adalah mengatur rumah tangga. Sedangkan peran dan tanggung jawab laki - laki adalah harus bertanggung jawab terhadap keluarga dan mencukupi kebutuhan keluarga. Sebagai seorang istri, Ningsih merasa belum melayani istrinya dengan baik karena belum memasakkan untuk suaminya. Pernah suatu saat suami Ningsih ingin dimasakkan tetapi karena tidak bisa memasak hingga saat ini ia belum memasakkan untuk suaminya.

Dalam hal kedudukan perempuan dan laki - laki, yang dicontohkan dalam episode Jodha dan Jalal menyelamatkan Salim, Ningsih menganggap Jodha tidak percaya kepada suaminya dan tidak memberi kesempatan suaminya. Namun Ningsih menganggap kedudukan perempuan dan laki - laki setara atau sejajar. Tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah.

Sebagai ibu, Jodha sudah baik dalam menjalankan perannya. Ningsih berkata bahwa Jodha tidak menghalang - halangi Salim ketika akan dihukum oleh Jalal. Hal tersebutlah yang membuat Salim tidak dimanjakan oleh ibunya. Tetapi di sisi lain, Jodha juga mudah untuk berbelas kasihan. Ningsih juga mengatakan Jodha sudah

(31)

melakukan pekerjaan mengatur rumah tangga dengan baik. Misalnya saja dengan meminta Moti untuk membantunya mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Dalam kehidupan sehari - hari Ningsih, pekerjaan mengatur rumah tangga dikerjakan bersama dengan suaminya. Biasanya Ningsih yang menyapu rumah dan suaminya yang mencuci piring. Karena Ningsih tinggal bersama dengan ibunya, ibu Ningsih biasanya bertugas untuk memasak. Oleh karena itu, Ningsih dan ibunya memiliki hubungan yang sangat erat. Dibandingkan dengan anak - anaknya yang lain, ibunya lebih terbuka dan tidak sungkan untuk memarahi Ningsih ketika ia berbuat salah. Tetapi ketika Ningsih masih anak - anak, ibunya menerapkan kasih yang salah kepadanya. Sebab Ningsih adalah anak paling terakhir, ibunya selalu menganggap bahwa Ningsih tidak dapat berbuat apa - apa.

Ningsih sudah belajar untuk mendidik anak walaupun sampai usia pernikahannya yang ketujuh ia belum memiliki anak. Ia berharap ketika mendidik anaknya nanti, ia tidak mau untuk mematikan karakter anak seperti yang dilakukan ibunya kepada Ningsih. Selain itu juga memberi alasan ketika melarang anaknya untuk berbuat sesuatu.

Melihat Jodha yang ikut terlibat dalam urusan politik, Ningsih menganggap itu baik. Tetapi Jodha seringkali bersikap gegabah dalam bertindak dan memutuskan sesuatu. Di kehidupan nyata pun Ningsih beranggapan tidak apa - apa seorang perempuan berkarya dalam bidang politik asalkan dapat mengerjakan tugasnya secara bertanggung jawab. Ningsih juga setuju bila seorang perempuan atau istri yang bekerja. Melalui pekerjaannya, perempuan berusaha membantu suami mencukupi setiap kebutuhan keluarga, sehingga dapat mensejahterakan, dan meningkatkan taraf hidup yang lebih layak lagi. Selain itu juga menambah wawasan seperti cara mendidik anak yang dia dapatkan ketika mengajar, dapat ia terapkan nanti saat memiliki anak.

Ningsih tidak hanya melihat serial film Jodha Akbar, tetapi juga Mahadewa dan Mahabarata. Ia menyenangi Mahabarata karena ketampanan dari pemainnya, sedangkan Mahadewa meski mengikuti tetapi tidak terlalu senang. Ningsih juga tidak

(32)

melihat tayang Saraswatichandra dan Shakuntala karena tidak ada waktu. Ia memiliki kehidupan yang dijadwalkan, sehingga untuk jam - jam tertentu ia harus mengerjakan pekerjaan lainnya.

Ningsih, informan ketiga, menilai Jodha yang berperan sebagai istri dari Jalal sebagai perempuan yang memiliki fungsi ganda, yaitu sebagai istri yang baik dalam mengurus rumah tangga dan memerankan fungsi sebagai ratu. Di satu sisi, Ningsih menilai Jalal sebagai seorang suami yang memiliki karakter yang baik sebab ia menghargai istrinya dan memberikan kebebasan kepada Jodha. Kebebasan Jodha menurut Ningsih juga dipengaruhi oleh pendapatnya mengenai stereotip perempuan.

Perempuan memiliki stereotip tunduk pada laki - laki, lemah, dan tidak kompeten. Menurut Ningsih, perempuan memang harus tunduk kepada suami. Tetapi tunduk dalam arti menghormati bukan karena takut. Ningsih memberi contoh ibunya dan ayahnya. Ibu Ningsih masih berpegang kepada adat bahwa perempuan tunduk kepada suami karena takut. Selain itu juga karena pendidikan ibu Ningsih yang tidak terlalu tinggi, membuat ibu Ningsih tunduk sepenuhnya kepada suaminya. Ningsih mengatakan cara pandangnya banyak dipengaruhi oleh ibunya karena ayah Ningsih meninggal ketika Ningsih kelas 1 SMP Tetapi prinsip tersebut sudah tidak lagi diikuti oleh Ningsih. Dalam kehidupan rumah tangga Ningsih, ia merasa suaminya belum melayaninya dengan baik. Alasannya adalah karena gaji dari suami Ningsih masih kurang. Sehingga Ningsih mengatakan belum melayani dengan baik.

Perbedaan antara laki - laki dan perempuan menurut Ningsih adalah perempuan biasanya berambut panjang agar perempuan terlibat lemah lembut, anggun, dan keibuan. Sedangkan laki - laki menurut Ningsih adalah berkumis agar terligat gagah, tampan, dan macho. Ia juga memberikan pendapat bahwa perempuan yang pasif akan lebih sopan. Misalnya saat berpacaran yang lebih aktif untuk menjemput dan mengantar adalah laki - laki. Apabila perempuan yang aktif maka dikatakan saru dalam bahasa Jawa. Perempuan boleh aktif ketika ia mengambil keputusan apakah mau bersama laki - laki itu atau tidak, sebab perempuan harus menjaga wibawa.

(33)

4.3.4 Focus Group Discussion

Wawancara ketiga dilakukan dengan cara focus group discussion (FGD). FGD dilakukan agar para informan saling bertukar informasi dan menyatakan pendapatnya. FGD dibuka dengan menontonkan tayangan Jodha Akbar episode 193 dan 310.

Gambar 4.7 Jodha memikirkan rakyat yang miskin Sumber: Olahan Peneliti, 2015

Episode 193 merupakan kisah mengenai pemilihan kepala ratu dalam kerajaan. Jodha diceritakan memilih dirinya sendiri dalam pemilihan kepala ratu karena ia memikirkan rakyatnya yang miskin dan membutuhkan keadilan.

Gambar 4.8 Jodha membebaskan Haibar Sumber: Olahan Peneliti, 2015

Sedangkan episode 310 bercerita tentang Jodha melepaskan Haibar dari hukuman yang sudah ditetapkan oleh Jalal. Tanpa sepengetahuan Jalal, Jodha melepaskan tahanan, yaitu raksasa Haibar.

(34)

Kedua episode ini dipilih oleh informan karena menunjukkan pribadi Jodha yang bertolak belakang, yaitu menurut pada perintah Jalal dan bertindak diluar perintah Jalal. Setelah menonton tayangan tersebut, perserta FGD saling berdiskusi mengenai pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.

Diskusi dibuka mengenai apakah yang dimaksud tentang gender. Ningsih mengatakan bahwa gender adalah jenis kelamin. Namun, pada saat itu Gaby dan Tono menjelaskan pada Ningsih bahwa gender adalah sesuatu yang berbeda dari jenis kelamin. Gaby mengatakan bahwa gender adalah peran yang melekat dengan stereotipe, sedangkan Tono mengatakan gender adalah hal yang membedakan antara perempuan dan laki - laki. Gaby melihat gender seorang laki - laki sebagai sosok yang lebih kuat dari perempuan, selalu bekerja, sedangkan perempuan selalu di rumah. Ningsih juga setuju dengan apa yang dikatakan Gaby. Tono mengatakan dahulu perempuan diaggap tidak sepadan dengan laki - laki.

Menurut Ningsih, perbedaan dari gender akan mempengaruhi image perempuan dalam sehari - harinya. Ningsih memeberi contoh misalnya seorang perempuan yang gagal dalam karirnya maupun pendidikan akan selalu berpikir bahwa pada akhirnya seorang perempuan akan berada di dapur dan di rumah. Hal tersebut juga disetujui oleh Gaby, ia tidak setuju dengan stereotipe yang ada. Namun baik Gaby dan Ningsih tidak ada yang dirugikan. Tono menggambarkan laki - laki harus menjadi yang utama, perempuan tidak boleh menjadi pemimpin misalnya mejadi gembala di gereja. Tono mengatakan perempuan adalah pihak yang dirugikan.

Media massa tidak menggambarkan keadilan sepenuhnya bagi Gaby. Sebab Gaby menyontohkan banyak iklan - iklan yang menggambarkan perempuan bekerja di rumah, harus merawat anak. Tidak sepenuhnya seperti yang ada dalam kehidupan nyata sehari - hari. Dalam media massa laki - laki digambarkan sebagai sosok yang berkerja di luar. Tetapi menurut Gaby ada pula laki - laki yang merawat anak di rumah dalam kehidupan nyata. Sedangkan menurut Ningsih dan Tono, media massa sudah menggambarkan keadilan dan kesetaraan. Meskipun Ningsih mengatakan laki - laki digambarkan sebagai sosok yang kuat, siap menolong bagi kaum yang lemah,

(35)

suka mengganggu perempuan karena kuat dan perempuan digambarkan sebagai sosok yang mendapat pertolongan, tetapi ada juga yang menggambarkan perempuan bekerja. Tidak semua laki - laki digambarkan bekerja dan perempuan di rumah.

Bagi Tono secara umum peran laki - laki adalah kepala keluarga, imam. Menurut Ningsih, peran laki - laki adalah bertanggung jawab atas keluarga, mengayomi istri dan anak, memberi kasih sayang, memberi motivasi, memberi jalan keluarm dan memberi saran serta masukkan saat dalam masalah. Sedangkan menurut Gaby peran utama laki - laki adalah melindugi perempuan, mencari nafkah, dan menjadi kepala keluarga. Di satu sisi, peran utama perempuan menurut Gaby adalah membantu laki - laki, memberi masukkan dan mengarahkan ke arah yang benar, demikian juga yang dikatakan Ningsih. Tono mengatakan peran utama perempuan adalah menjadi manager rumah tangga, sebagai penolong bukan perongrong.

Dalam serial film Jodha Akbar, Jodha digambarkan sebagai sosok yang tidak egois dan selalu punya rasa kasihan menurut Gaby. Bagi Tono Jodha merupakan istri yang idea bagi raja, Jodha tidak cantik tetapi menarik, beriman, memiliki prinsip kenbenaran, memiliki kasih, tegas, dan berani. Nigsih mengatakan Jodha memiliki inner beauty yang dijelaskan oleh Tono. Namun, bagi Ningsih Jodha seringkali tidak memberi kesempatan pada suaminya. Jodha juga mengambil keputusan tanpa sepengetahuan suaminya karena rasa kemanusiaan yang terlalu tinggi sehingga memakai cara sendiri tanpa berunding. Gaby dan Ningsih tidak setuju dengan sosok Jodha yang demikian. Gaby dan Ningsih sepakat bahwa Jodha harusnya berdiskusi dahulu sebelum mengambil keputusan dan memberi kesempatan pada suaminya untuk bertindak.

Peran gender perempuan dalam Jodha Akbar dilihat Tono sebagai istri yang baik dan sepadan. Bagi Gaby peran gender digambarkan sebagai istri yang tunduk pada suaminya, sering memberi masukkan, bernegosiasi untuk mencapai keputusan. Ningsih berpendapat peran gender digambarkan sebagi penolong, pendamping suami, menghormati keputusan yang diambil suami. Tono setuju bahwa posisi laki - laki dan perempuan sepadan dan sejajar. Tetapi berbeda dengan Gaby yang mengatakan

(36)

bahwa laki - laki dan perempuan sebagiknya tidak sejajar. Namun di dalam kehidupan sehari - hari mereka menjalani kesejajaran dalam kehidupan persahabatan.

Dua dari informan tidak terlalu memahami mengenai kebudayaan India. Hanya informan kedua yaitu Tono yang sedikit memahami mengenai kebudayaan India. Tono mengerti sebab ia pernah bertemu langsung dengan orang India yang bercerita kepadanya. Sedangkan Gaby dan Ningsih hanya mengerti kebudayaan India dari tayangan Jodha Akbar yang mereka tonton. Gaby dan Ningsih melihat kebudayaan India sebagai kebudayaan yang seluruh keputusan pemerintahan diambil oleh raja dan rakyat tunduk. Raja memiliki peran besar dalam perkembangan India. Setelah berdiskusi dengan Tono, Ningsih menambahkan India memiliki ciri khas sendiri dalam mempertahankan budayanya. Sebab menurut Tono India berpegang teguh pada adat dan kepercayaan serta memiliki banyak dewa untuk disembah.

Bila dibandingkan dengan film Amerika, Hollywood, ketiga informan sepakat bahwa perfilman di India dan Amerika menggambarkan perempuan yang sama. Penggambaran tersebut antara lain perempuan sebagai pahlawan, tidak selalu dibawah laki - laki,kuat, tidak terus digambarkan lemah, masih dihargai. Tono mengatakan perempuan walaupun tidak disetarakan namun tetap dilibatkan. Berbeda dengan tanggapan ketiga informan mengenai penggambaran perempuan di film Indonesia.

Dalam film atau sinetron Indonesia, baik Gaby, Ningsih, dan Tono mengatakan hal yang serupa. Perempuan dalam tayangan di Indonesia digambarkan sebagai tokoh yang tertindas, menangis terus, seseorang yang lemah, dijajah, bisa dibuat semaunya, dan biasanya laki - laki yang kebanyakan menjajah. Seharusnya menurut Gaby, perempuan digambarkan tidak selalu lemah. Ningsih menambahkan pernggambaran perempuan yang demikian harus diubah menjadi perempuan yang kuat dan memiliki pengaruh. Sedangkan menurut Tono harusnya digambarkan sebagai sosok ibu yang memegang peranan dalam satu rumah tangga.

Sebagai perempuan Gaby dan Ningsih memberi pendapat mengenai peran gender yang ada dalam diri mereka. Menurut Gaby, ia menggambarkan peran

(37)

gendernya sebagai perempuan yang suka ikut kepanitiaan dan perempuan yang juga bisa memimpin. Menurut Ningsih, ia menggambarkan peran gender perempuannya sebagai istri yang ikut membantu suami mencukupi nafkah untuk keluarga agar kehidupannya lebih sejahtera.

4.4 Analisis dan Intepretasi Data

Setelah melakukan wawancara, observasi, dan Focus Group Discussion, peneliti menyusun matriks jawaban responden. Dari matriks tersebut, muncullah beberapa konsep yang dieksplorasi dalam analisis. Konsep tersebut didapatkan baik melalui pertanyaan seputar Jodha Akbar maupun kehidupan sehari - hari dari informan. Hal ini dilakukan untuk melihat teks dan konteks yang diterima dan dimaknai oleh informan. Konsep - konsep yang didapatkan melalui beberapa langkah yaitu mendapatkan data dari wawancara di lapangan, memuat tabel matriks untuk mengkategorikan data, dan menarik konsep-konsep yang berkaitan dengan penerimaan terhadap peran gender perempuan, serta memaparkan konsep tersebut. Penerimaan informan terhadap peran gender perempuan melalui Tokoh Jodha dalam film Jodha Akbar dapat dikategorisasikan dalam: konsep diri, penerimaan informan terhadap peran gender perempuan tentang konsep diri, kepemimpinan, fungsi intern dan ekstern, budaya, dan realitas media. Konsep tersebut akan digambarkan pada bagan di bawah ini.

(38)

Bagan 4.1 Konsep Peran Gender Perempuan Sumber: Olahan Peneliti, 2015

Selain itu peneliti menggunakan triangulasi sumber yaitu melakukan wawancara dengan bersama ahli yang mengerti tentang gender bernama Linda. Linda merupakan dosen matakuliah gender di salah satu universitas swasta di Surabaya. Wawancara dilakukan secara kondusif di ruang kantor Linda. Pertama peneliti menjelaskan latar belakang informan, temuan data dan intepretasi peneliti kepada Linda, kemudian ia memberi tanggapan atas ketiga hal tersebut.

Gambar

Gambar 4.1 Jodha Akbar
Gambar 4.2 Paridhi Sharma / Jodha
Gambar 4.3 Rajat Tokas / Jalaludin Muhammad Akbar  Sumber: http://www.skyhdwallpaper.com/rajat-tokas
Gambar 4.5 Tondon Lavina /  Ruqaiyah
+3

Referensi

Dokumen terkait

a.. +uatu perusahaan akan memproduksi 9 macam barang.. yang jumlahnya tidak boleh lebih dari&L unit. "euntungan dari kedua produk tersebut masing- masing adalah

Pada tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan

Keyword : Economic Growth, Human Development, Intergovernmental Revenue, Inflation, And Government Size. Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh langsung

Hal demikian berlaku seperti halnya peralatan di industri yang digunakan sesuai dengan kebutuhan termasuk untuk kepentingan sertifikasi dalam mempertahankan atau menjaga

Proses pembuatan dialkil karbonat dapat juga dilakukan dengan cara mereaksikan karbonat siklis dengan alkohol menggunakan katalis kompleks logam sianida pada suhu

Kurikulum merupakan jantung dari dunia pendidikan dan menentukan tercapainya tujuan pendidikan. Diterapkannya kurikulum 2013 diharapkan guru dapat melaksanakan dengan baik,

Karakteristik sensor untuk pemantauan SDA di wilayah laut: a) memiliki kanal pada gelombang tampak (biru, hijau dan merah) yang mampu mendeteksi parameter perairan

JMLH SAT 1 Penetapan rasio dosen dan mahasiswa sesuai standar ideal Terealisasi rasio dosen dibanding mahasiswa 1 : 20 1:20 Rasio 2 Meningkatnya penyerapan