• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

4.3. Analisis Peranan Perempuan dalam Konflik Agraria

4.3.1. Perempuan dalam Menghadapi Aparat

Peran berkaitan dengan perilaku kerja (task behavior) yaitu perilaku yang diharapkan dalam suatu pekerjaan tertentu. Kaum perempuan ikut terlibat dalam konflik karena merasa bahwa walau mereka dianggap sebagai makhluk yang lemah, namun mereka juga bisa berjuang dengan kaum pria. Tekad ini muncul karena secara umum perempuan adalah pihak yang paling merasakan bila terjadi permasalahan ekonomi dalam sebuah keluarga.

Dalam konflik Agraria antara petani persil IV dengan PTPN II mengakibatkan hilangnya alat produksi petani (tanah) membuat mereka sulit untuk mencukupi kehidupan sehari-hari khususnya kaum perempuan yang selama ini lebih mengerti dalam proses kehidupan pengolaan rumah tangga dengan hilangnya tanah yang selama ini mereka gunakan untuk aktifitas bercocok tanam

untuk membutuhi kebutuhan pangan sehari-hari membuat perempuan menjadi orang yang merasakan dampak paling besar dan otomatis akan berpengaruh terhadap kehidupan keluarga. Hilangnya tanah sebagai alat produksi utama mereka membuat mayoritas perempuan kehilangan mata pencarian dan melakukan berbagai berbagai cara untuk kembali mendapatkan tanah mereka. keterlibatan perempuan dalam setiap aksi-aksi pendudukan lahan,Demonstrasi dan saat menghadapi aparat di lapangan menunjukan peranan perempuan dalam setiap aksi-aksi perjuangan yang dilakukan oleh gerakan petani Persil IV. perampasan tanah yang mereka alami bukan lagi dipandang sebagai permasalahan individual. Keterlibatan dalam setiap aksi-aksi perjuangan yang dilakukan petani persil IV secara bersama-sama menunjukan bahwa permasalahan yang mereka alami bukan lagi dipandang sebagai permasalahan individu semata tetapi sudah menjadi permasalahan bersama yang harus diperjuangkan oleh seluruh petani Persil IV. Kaum perempuan yang selama ini dianggap lemah semenjak terjadinya perampasan tanah berubah menjadi kekuatan tersendiri dalam perjuangan petani Persil IV. perempuan menjadi barisan terdepan saat berhadapan dengan aparat saat pendudukan lahan maupun aksi-aksi Demonstrasi. Berikut ini hasil wawancara dengan Wak Iyul (55 Tahun):

“Waktu itu kami memang sengaja masuk rame-rame ke Pondok TB,mau menghadang pemanenan yang dilakukan oleh perkebunan.kebetetulan udah ada satu mobil pick up disitu.kemudian disuruhlah emak-emak menghadang kemudian datanglah awak ini ikut-ikutan menghadang pulak.ada enam orang kami itu perempuan yang menghadang.memang gak berani supirnya itu jalankanya kemudian datanglah polisi gantikan supirnya, digasnyalah tertabraklah nenek dari lau barus sampek patah tulang kakinya karena gk sempat ngelak. ”.

( Hasil wawancara dengan Wak Iyul tanggal 24 Mei 2014)

Keberanian perempuan dalam menghadapi aparat saat aksi-aksi pendukaan lahan dalam melakukan aksi-aksi Demonstrasi mereka tunjukan dengan menjadi barisan terdepan saat berhadapan dengan aparat dilapangan. Berikut ini hasil wawancara dengan Ibuk Fitriati (51 Tahun):

“kalau dulu demon kamilah paling depan memang disuruh kadang memang disuruh laki-laki.lagian kalok kayak aku memang gak sedap kurasa kalau gak di depan. kalok gak agak-agak gak bentrok. kalok sama aparat cukuplah kami maki-makilah yang kami tungingilah cukuplah kalok kami cukup. (Hasil wawancara dengan Ibuk Fitriati Tanggal 1 Juni 2014)

Perempuan memainkan peran sebagai pelindung bagi laki-laki saat berada dalam kondisi bahaya seperti yang terjadi pada saat para petani Persil IV melakukan aksi Demonstarasi yang berakhir dengan terjadinya bentrokan antara petani Persil IV dengan pihak kepolisian. Berikut ini hasil wawancara dengan Ibuk Rina Sembiring (57 Tahun ):

“Dulu pas masih ada mahasiswa-mahasiswa itu disini kami ke medan aksi ke kantor DPR ada beberapa orang perwakilan petani sama mahasiwa masuk ke dalam jumpai anggota dewan katanya.karena lama kali keluar orang itu dari dalam tiba-tiba teriak minta masuk semua kedalam.disitulah dorong-dorongan kami sama satpam dan polisi.awakpun semangatlah ikut kedepan dorong-dorongan sama penjaga disitu.tiba-tiba itu pecah kaca pintunya.terakhir pas mau pulang kami dihalang-halangi polisi. kami udah gandengan-gandengan tangan disitu sambil mau gerak keluar.pimpinan polisinya itu nunjuk-nunjuk sama salah seorang laki-laki yang ikut aksi terakhirnya kami suruhlah dia ketengah-tengah berondok dibalek rok kami.ada empat-empat orang kami itu yang haling-halanginya Nampak juga polisinya itu yang kami sembunyikan sidinan.ditarek orang itulah sidinan gak mau kalah juga aku kutarek juga si dinan biar gak dapat orang itu.seberapalah tenaga awak ini dibandingkan polisi-polisi itu.terakhirnya dapa orang itu juga si dinan sambil dipukuli orang itu.kalok perempuan-perempuan disitu adalah yang menjerit,maki-maki polisi sampek adapun orang dari Limau mungkur yang pingsan”

(Hasil wawancara dengan Ibuk Rina Sembiring tanggal 1 Juni 2014)

Berbagai tindakan berani yang dilakukan para kaum perempuan saat menghadapi aparat baik itu dalam aksi-aksi pendudkan lahan dan Demonstrasi serta melindungi laki-laki pada saat dalam kondisi bahaya adalah sebuah tindakan yang muncul secara reflex sebagai bentuk perlawanan mereka. Perempuan yang biasanya berprilaku lembut, dapat berubah menjadi keras dan berani seperti kaum pria. Bahkan secara psikologis dikatakan bahwa wanita cenderung lebih berani ketika emosi dan dapat bertindak diluar dari perkiraan. melihat Perjuangan perempuan dalam gerakan agraria menerapkant teori James Scoout dalam buku senjata orang-orang yang kalah perlawanan sehari-hari sebagai reaksi terhadap tekanan sehari-hari. sehinnga melahirkan moral ekonomi petani yang mendahulukan selamat dan menjauhkan garis bahaya. Kondisi tersebutlah yang mendorong perempuan lebih mengutamakan keberlangsungan kehidupan keluarga dan terkesan mengabaikan keselamatan individu mereka saat berhadapan dengan Aparat. Keberanian perempuan menghadapi aparat dan kondisi bahaya saat melakukan pendudukan lahan dikarenakan mereka berangapan tidak munngkin aparat berani melawan perempuan karena aparat yang biasanya adalah laki-laki juga lahir dari seorang perempuan dan mempunyai anggota keluarga perempuan.hal tersebutlah yang mendorong perempuan lebih berani menghadapi aparat. Walaupun tidak selamanya menjadikan perempuan sebagai barisan terdepan saat

menghadapi aparat selalu berhasil tapi telah mampu membangkitkan keberanian perempuan.

Dokumen terkait