• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2 Konsep Green Building

2.2.2 Perencanaan Green Building

Dalam penciptaan sebuah Green Building, dilakukan serangkaian proses selaku persyaratan dalam perancangan bangunan untuk pencapaian rating bangunan tersebut. Sistem rating tersebut merupakan suatu standart terukur yang berguna dan dapat dipahami untuk pelaku konstruksi, tenant maupun pengguna bangunan, yang dinamakan GREENSHIP. Kriteria penilaiannya dikelompokkan menjadi enam kategori aspek yakni;

Appropriate Site Development (ASD)

Energy Efficiency and Conservation (EEC)

Water Conservation (WAC)

Material Resources andCycle (MRC)

Indoor and Health Comfort (IHC)

Building and Environmental Management (BEM)

Dalam pembuatannya, GREENSHIP sebagai perangkat penilaian membutuhkan suatu acuan dan dukungan dari pemerintah. Dalam pembuatannya pun, GREENSHIP menggunakan kriteria penilaian sedapat mungkin berdasarkan standard lokal baku seperti Undang-Undang (UU), Keputusan Presiden (Keppres), Instruksi Presiden (Inpres), Peraturan Menteri (Permen), Keputusan Menteri (Kepmen), dan Standar Nasional Indonesia (SNI).

Menurut GBCI[17], Peraturan yang menjadi acuan dalam pembuatan GREENSHIP:

 Peraturan Menteri PU 30/PRT/M/2006 mengenai Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksessibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.

 Peraturan Menteri PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai Ruang Terbuka Hijau (RTH)

 B/277/Dep.III/LH/01/2009

 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

 UU RI No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

 Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat RI Nomor 32/PERMEN/M/2006 Petunjuk Teknis Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun.

 Keputusan DNA (Designated National Authority) dalam B-277/Dep.III/LH/01/2009

 Keputusan Menteri No. 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Kotor Domestik

 Permen PU No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung

 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002

 UU No. 18 Tahun 2008

Pencapaian aspek GREENSHIP menuju pada pencapaian nilai hasil rating yang memberikan predikat pada bangunan tersebut dengan predikat penilaian terendah perunggu untuk pencapaian nilai minimal 35, perak dengan pencapaian nilai 47, emas untuk pencapaian nilai 58 dan tertinggi platinum untuk pencapaian nilai minimal 74. Angka yang ditetapkan sebagai nilai minimal peringkat perunggu adalah jumlah nilai yang dapat dicapai apabila sebuah proyek memenuhi nilai maksimum dari rating yang pencapaiannya relatif mudah, tidak membutuhkan biaya tambahan dan yang tidak membutuhkan biaya tidak terlalu besar . Nilai minimal perak dapat dicapai bila sebuah proyek memenuhi semua rating yang pencapaiannya relatif mudah serta sepertiga dari dari rating yang pencapaiannya sulit dan butuh biaya yang relatif besar. Nilai minimal emas, diperoleh apabila sebuah proyek tersebut telah memenuhi semua rating yang pencapaiannya relatif mudah serta dua per tiga dari dari rating yang pencapaiannya sulit dan butuh biaya yang relatif besar, sedangkan untuk pencapaian nilai platinum, dapat dicapai apabila sebuah proyek memenuhi rating yang pencapaiannya membutuhkan biaya relatif besar dan teknologinya belum tersedia sehingga dapat dikatakan sangat sulit pencapaiannya.

Dalam pencapaian Green Building yang tercantum dalam greenship GBCI terdapat persyaratan awal yang harus dicapai sebelum mencapai rating-rating lainnya dalam setiap kategori aspek yang ada. Berikut adalah persyaratan awal yang harus dicapai yakni:

a. Luas Bangunan Sekurang-kurangnya 2500 m2

Batasan ini diterapkan karena bangunan gedung yang besar berpotensi memerlukan energi dan sumber daya dalam jumlah yang besar pada saat membangun, mengoperasikannya, dan memeliharanya. Kondisi ini membuat keberadaan gedung tersebut dapat memberikan pengaruh yang signifikan pada lingkungan, sehingga dengan melakukan perbaikan yang dimulai pada gedung baru berskala besar dapat dirasakan bagaimana pengaruhnya secara nyata pada lingkungan.

b. Lokasi tapak bangunan sesuai untuk peruntukan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat.

Hal ini bertujuan agar terjadinya pemanfaatan kawasan sesuai dengan fungsinya dan mendorong pengendalian pembangunan sehingga tercipta lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang.

c. Bersedia menandatangani surat yang berisi persetujuan untuk memperbolehkan data gedung yang berhubungan dengan penerapan Green Building dipergunakan untuk dipelajari dalam studi kasus yang diselenggarakan oleh GBCI

Hal ini bertujuan agar pihak pemilik atau manajemen gedung dapat bekerja sama dengan pihak GBCI untuk menghimpun database yang akurat sehingga dapat menjadi salah satu dasar perbaikan sistem rating GREENSHIP, baik untuk bangunan baru maupun bangunan eksisting. d. Akan menyertakan salinan dokumen upaya pengelolaan lingkungan hidup

(UKL) dan upaya pemantauan lingkungan hidup (UPL) ynang disahkan bapedal.

Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan umat manusia, dengan teknologi yang tepat manusia akan mendapatkan manfaat dan dampak positif dari pembangunan tersebut, namun disaat yang sama terjadi dampak negatif pada lingkungan akibat teknologi itu sendiri. Oleh sebab itu, penyerahan dokumen ini bertujuan untuk mendukung pengendalian pembangunan terhadap lingkungannya sehingga terwujud konsep berkelanjutan.

e. Bersedia menandatangani surat yang menyatakan bahwa gedung yang bersangkutan akan dibuat tahan gempa.

Indonesia berada pada daerah yang sarat dengan bencana gempa bumi,, oleh karena itu pembangunan tersebut haruslah menjamin keamanan dan keselamatan penghuni gedung tersebut dari ancaman bahaya gempa bumi serta mampu mempertahankan fungsi bangunan tersebut sevcara optimal dan atas ketahanan strukturnya dan konstruksi terhadap beban bencana gempa.

f. Bersedia menandatangani surat yang menyatakan bahwa gedung yang bersangkutan akan memenuhi standart pemakai gedung untuk penyandang cacat.

Lingkungan yang inklusif merupakan salah satu bentuk usaha dalam mewujudkan keberlanjutan dari aspek sosial yang tentunya akan berdampak positif pada aspek ekonomi maupun lingkungan. Dengan mendorong pembangunan fisik yang responsif terhadap perbedaan kemampuan fisik setiap individu sebagai bentuk usaha dalam mewujudkan persamaan kesempatan sehingga berdampak positif secara ekonomi dan lingkungan. g. Bersedia menandatangani surat yang menyatakan bahwa gedung yang

bersangkutan akan memenuhi standar kebakaran dan keselamatan.

Kebakaran menimbulkan kerugian tidak hanya dari segi materi tetapi juga sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, diterapkan sistem proteksi terhadap kebakaran yang bertujuan untuk menurunkan resiko terjadinya kebakaran pada bangunan sehingga keamanan dan keselamatan pengguna gedung terjamin.

Dokumen terkait