• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Perencanaan Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses sosialisasi bagi seseorang untuk memperolah kemampuan fisik, moral dan sosial yang dituntut daripadanya oleh kelompok tempat ia dilahirkan dan harus berfungsi. Jika ingin merubah kualitas kehidupan suatu bangsa maka pendidikan adalah kunci dasar dari segalanya. Tidak ada yang dapat berubah,

Proses pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan. Disana terjadi proses membuat peserta didik dari yang tidak tahu menjadi tahu, dan dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari yang tidak mampu menjadi mampu.

Proses itu harus terarah, sistematis dan berkesinambungan. Oleh karenanya pendidikan yang berkualitas harus melalui serangkaian perencanaan yang yang berkesinambungan dan adaptif karena perubahan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terus berkembang diikuti dengan banyaknya tantangan permasalahan yang ditimbulkan oleh peran sosial , ekonomi, bahkan politik.

Perencanaan mempunyai banyak definisi, secara sederhana perencanan dapat dijelaskan sebagai suatu proses mempersiapkan hal-hal yang akana dikerjakan pada waktu yang akan datang untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan terlebih dahulu (Enoch, 1992). Menurut Conyers & Hills dalam

Arsyad (1999) perencanaan adalah suatu proses yang berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumberdaya untuk mencapai tujuan tertentu pada masa yang akan datang. Friedman dalam Glasson (1974) menyatakan bahwa perencanaan adalah cara berfikir mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi, untuk menghasilkan sesuatu dimasa depan. Sasaran yang dituju adalah keinginan kolektif dan mengusahakan keterpaduan dalam kebijakan dan program.

Pendidikan itu sendiri telah diamanatkan melalui pembukaaan Undang- Undang Dasar 1945 yaitu untuk mencedaskan kehidupan bangsa. Melalui Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD RI tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.

Dengan menggarisbawahi kalimat usaha sadar dan terencana pada pasal 1 UU No. 23 Tahun 2003 , jelas bahwa pendidikan harus direncanakan sehingga melalui pendidikan yang direncanakan dengan baik akan dihasilkan kualitas lulusan yang merupakan aset sumberdaya manusia yang tangguh sebagai bagian dari agen pembangunan nasional. Perencanaan pendidikan itu sendiri akan terus mengikuti

perkembangan zaman serta serta tantangan kehidupan yang semakin kompetitif. Perencanaan pendidikan itu sendiri tidak dapat berdiri sendiri tanpa dukungan sektor lain , artinya secara komprehensip pendidikan direncanakan dengan melibatkan berbagai disiplin ilmu dan berbagai macam aspek baik pemerintah, masyarakat atau stakeholder lain misalnya dunia usaha dan dunia industri. Peran masing-masing dapat secara langsung ataupun tidak.

2.3. Pendidikan Menengah Kejuruan

Evans (1978) mendefinisikan pendidikan kejuruan adalah bagian dari sistem pendidikan yang menyiapkan seseorang agar lebih mampu bekerja pada satu kelompok pekerjaan atau satu bidang pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Pendidikan kejuruan diharapkan mampu menjembatani akan kebutuhan tenaga kerja yang terampil setidaknya mampu beradaptasi dengan lingkungan kerja sesuai dengan kompetnsi yang dimiliki. Senada dengan Bazos dan Hausman dalam Diane dan Robert (2006) ”Vocational training has been defined as the acquisiton of skills that are directly transferable to a workplace” . Lulusan pendidikan kejuruan akan dilatih untuk bekerja sehingga mempunyai perbedaan dengan sekolah lanjutan umum yang memberikan teori ilmu untuk dikembangkan secara murni. Sedangkan lulusan pendidikan kejuruan ini lebih condong kepada ilmu-ilmu yang sifatnya terapan dan beberapa program keahlian menekankan kepada aspek pengetahuan psikomotorik. Meski demikian pendidikan kejuruan tetap mengembangkan tiga ranah pembelajaran yang ada yaitu, afektif, kognitif, dan psikomotorik .

Pendidikan menengah kejuruan menurut UU Sistem Pendidikan Nasional yaitu ”pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu” (Penjelasan Pasal 15 UUSPN 20 Thn 2003). Bahkan diawal penerapan UUSPN No.2 Tahun 1989 terdapat perdebatan tentang pendidikan menengah, dimana pendidikan kejuruan dianggap sebagai pendidikan spesialisasi yang menyiapkan lulusan untuk memasuki lapangan kerja (Djojonegoro, 1999). Penekanan pada penyiapan lulusan untuk dapat bekerja mempunyai makna keahlian khusus yang lebih spesifik dibandingkan pendidikan menengah umum. Peserta didik dibekali keterampilan yang sifatnya aplikatif dengan berbagai jenis pekerjaan yang ada di dunia usaha atau industri, atau bahkan kesempatan berwirausaha dengan keterampilannya itu.

Pendidikan menengah kejuruan berdasarkan Sistem Pendidikan Nasional mempunyai khusus, yaitu sebagai berikut :

a. menyiapkan peserta didik agar menjadi manusia produktif , mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipilihnnya

b. menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karier , ulet dan gigih dalam berkompetisi, beradaptasi di lingkungan kerja , dan mengembangkan sikap profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya

c. membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan , teknologi , dan seni agar mampu mengembangkan diri di kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi

d. membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai dengan program keahlian yang dipilih.

Berdasarkan tujuan khusus tersebut lebih jelas dinyatakan bahwa lulusan SMK dipersiapkan sebagai tenaga kerja tingkat menengah di dunia usaha dan dunia industri yang diperlengkapi dengan kompetensi yang harus dimiliki sesuai dengan program keahlian yang dipilihnya. Sikap mandiri, ulet , gigih , dan profesional memberikan kemampuan beradaptasi dan berkompetisi baik baik di lingkungan kerja ataupun dalam peluang berusaha sendiri layaknya wirausaha.

Dalam spektrum keahlian pendidikan menengah kejuruan tahun 2008 terdapat enam bidang studi keahlian yaitu , Teknologi dan Rekayasa, Teknologi Informasi dan Komunikasi, Kesehatan, Seni Kerajinan dan Pariwisata, Agribisnis dan Agroteknologi, dan Bisnis Manajemen (lampiran 27). Spektrum keahlian ini menggambarkan lapangan kerja yang ada sesuai dengan lapangan usaha yang ada. Secara lebih spesifik keterkaitan lapangan usaha dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2.1 Program dan Bidang Keahlian SMK Sesuai dengan Jenis Lapangan Usaha

No Jenis Lapangan Usaha Bidang Keahlian SMK

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

Budidaya Tanaman, Budidaya Ternak, Budidaya Ikan, Teknologi Hasil Pertanian

2 Industri Pengolahan Teknik Listrik, Teknik Informasi dan

komunikasi, Teknik Televisi, Radio dan Film, Teknik Elektronika, Teknik Pendingin dan Tata Udara, Teknik Mesin/Otomotif, Teknologi Pesawat Terbang, Teknik Perkapalan, Teknologi Tekstil, Instrumentasi Industri, Kimia

3 Listrik, Gas, Air Bersih, Bangunan Teknik Bangunan Gedung, Perabot , Teknik Survei dan Pemetaan

4 Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan

Bisnis dan Manajemen

5 Perdagangan, Hotel dan Restoran Pariwisata

6 Pengangkutan dan Komunikasi Pelayaran , Telekomunikasi

7 Jasa – jasa Keperawatan, Analisis Kesehatan,

Kefarmasian, Tata Boga, Tata Kecantikan, Tata Busana, Pekerja Sosial, Seni Rupa, Kerajinan, Seni Musik , dan Grafika

Sumber : Dit PSMK Depdiknas 2008

2.4. Beberapa Pendekatan dalam Pendidikan Menengah Kejuruan

Pendidikan menengah kejuruan memiliki peran menyiapkan peserta didik agar siap bekerja, baik bekerja secara mandiri (wirausaha) maupun mengisi lowongan pekerjaan yang ada. Oleh karena itu arah pengembangan pendidikan menengah kejuruan diorientasikan pada pemenuhan permintaan pasar kerja (demand driven). Dengan demikian tenaga kerja yang dihasilkan oleh SMK merupakan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi sesuai bidang pekerjaannya. Sesuai dengan

kesepahaman antara dunia usaha dan dunia industri yang dituangkan dalam Standar Nasional Pendidikan dan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Sehingga setiap lulusan SMK harus mempunyai kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Untuk itulah peserta didik dipersiapkan menjadi lulusan dengan beberapa pendekatan, yaitu : akademik, kecakapan hidup (life skills), kompetensi, luas dan mendasar, produksi.

Pendekatan akademik memberikan arahan pembelajaran yang menyiapkan peserta didik dengan materi yang mengandung komponen tujuan , isi dan evaluasi yang dirancang utuh. Pendekatan kecapakan hidup didasari kesenjangan antara sekolah dan kehidupan nyata di masyarakat. Oleh karena itu agar peserta didik dapat mengenal baik dunianya dan dapat hidup wajar di masyarakat , perlu dibekali kecakapan hidup. Kecakapan hidup meliputi : kecakapan personal (personal skills), kecakapan sosial (social personal) , kecakapan akademik (academic skills) , dan kecakapan vokasional (vocational skills).

Pendekatan kompetensi mengandung makna kemampuan seseorang yang diisyaratkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu pada dunia kerja. Kompetensi yang dimaksud dalam dunia pendidikan Indonesia adalah sebagai pengetahuan dan keterampilan individu (Hutapea dan Thoha 2008). Kompetensi adalah perpaduan antara kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif yang direfekleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Secara khusus pada sekolah menengah kejuruan dimana keterampilan dan skill merupakan ciri khas dari lulusannya , maka dilakukan ujian khusus selain ujian nasional yaitu Uji Kompetensi menurut bidang/program

keahlian masing-masing. Uji kompetensi ini langsung diawasi oleh dunia usaha dan dunia industri yang relevan hingga sertifikasi bagi peserta uji yang kompeten untuk lulus.

2.5. Persepsi

Persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian, serta pemberian arti terhadap rangsang yang diterima (Pareek, 1983; Milton, 1981). Namun demikian pada proses tersebut tidak hanya sampai pada pemberian arti saja tetapi akan mempengaruhi pada perilaku yang akan dipilihnya sesuai dengan rangsang yang diterima dari lingkungannya. Proses persepsi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Penerimaan rangsang

Pada proses ini, individu menerima rangsangan dari berbagai sumber. Seseorang lebih senang memperhatikan salah satu sumber dibandingkan dengan sumber lainnya, apabila sumber tersebut mempunyai kedudukan yang lebih dekat atau lebih menarik baginya

2. Proses menyeleksi rangsang

Setelah rangsang diterima kemudian diseleksi disini akan terlibat proses perhatian. Stimulus itu diseleksi untuk kemudian diproses lebih lanjut.

3. Proses pengorganisasian

4. Proses penafsiran

Setelah rangsangan atau data diterima dan diatur, si penerima kemudian menafsirkan data itu dengan berbagai cara. Setelah data tersebut dipersepsikan maka telah dapat dikatakan sudah terjadi persepsi. Karena persepsi pada pokonya memberikan arti kepada berbagai informasi yang diterima.

5. Proses pengecekan

Setelah data ditafsir si penerima mengambil beberapa tindakan untuk mengecek apakah yang dilakukan benar atau salah. Penafsiran ini dapat dilakukan dari waktu ke waktu untuk menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan atau sesuai dengan hasil proses selanjutnya.

6. Proses reaksi

Lingkungan persepsi itu belum sempurna menimbulkan tindakan-tindakan itu biasanya tersembunyi atau terbuka

Dalam kenyataannya, terhadap objek sama, individu dimungkinkan memiliki persepsi yang berbeda. Oleh karena itu, Milton (1981) mengemukakan adanya beberapa faktor yang berpengaruh dalam persepsi. Faktor tersebut meliputi objek yang dipersepsi, situasi, individu yang mempersepsi (perceiver), persepsi diri, dan pengamatan terhadap orang lain.

Selanjutnya, Pareek (1984) mengemukakan ada empat faktor utama yang menyebabkan terjadinya perbedaan persepsi.

1. Perhatian.

Terjadinya persepsi pertama kali diawali oleh adanya perhatian. Tidak semua stimulus yang ada di sekitar kita dapat kita tangkap semuanya secara bersamaan. Perhatian kita hanya tertuju pada satu atau dua objek yang menarik bagi kita. 2. Kebutuhan

Setiap orang mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi, baik itu kebutuhan menetap maupun kebutuhan yang sesaat.

3. Kesediaan

Adalah harapan seseorang terhadap suatu stimulus yang muncul, agar memberikan reaksi terhadap stimulus yang diterima lebih efisien sehingga akan lebih baik apabila orang tersebut telah siap terlebih dulu.

4. Sistem nilai

Sistem nilai yang berlaku dalam diri seseorang atau masyarakat akan berpengaruh terhadap persepsi seseorang.

2.6. Minat

Minat berhubungan dengan pemusatan perhatian atau kegiatan mental terhadap suatu objek yang banyak sangkut pautnya terhadap diri sendiri (Efendi, 1984). Sehingga seseorang akan selalu memperhatikan hal-hal yang mempunyai dampak bagi dirinya. Segala sesuatu yang dirasakan ada hubungannya dengan dirinya pasti dianggap menarik untuk diketahui dan digali lebih dalam. Objek yang dimaksud

tidak terbatas pada benda-benda yang mempunyai wujud, bahkan lebih luas kepada bentuk – bentuk kegiatan, pekerjaan , pendidikan, dan perilaku sosial lainnya. Selanjutnya Kartono ( 1986 ) menyebutkan minat merupakan momen kecenderungan- kecenderungan yang terarah secara sungguh-sungguh kepada objek yang dianggap penting. Jika seseorang telah kesungguhan kepada suatu objek maka minat ini akan menuntun seseorang untuk memperhatikan lebih rinci dan mempunyai keinginan untuk ikut atau memiliki objek tersebut.

Secara tegas Walgito (1981) menyatakan ”bahwa minat adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu objek disertai dengan keinginan untuk mempelajari dan membuktikannya”. Dalam kaitannya dengan minat siswa SMP terhadap Sekolah Menengah Kejuruan berarti jika seorang siswa mempunyai minat terhadap Sekolah Menengah Kejuruan maka kemungkinan bahwa dia akan berusaha mencari tahu lebih dalam lagi tentang hal tersebut. Sehingga pada akhirnya dia akan membuktikannya dengan memilih SMK sebagai pendidikan lanjutannya. Memilih tanpa pernah ada rasa ketertarikan akan menghasilkan pilihan yang kurang tepat. Kemungkinan timbul permasalahan di belakang hari sangat dimungkinkan.

Hurlock (1990) menjelaskan juga bahwa minat mempunyai dua aspek yaitu : 1. Aspek kognitif, yaitu aspek yang dikembangkan seseorang mengenai bidang yang

berkaitan dengan minat. Aspek ini berkembang dari pengalaman pribadi dan apa yang dipelajari di rumah, di sekolah, dan di masyarakat, serta dari berbagai jenis media massa ataupun berdasarkan pengamatan pada lingkungan sekitar.

2. Aspek afektif, yaitu konsep yang membangun aspek kognitif yang dinyatakan dalam sikap yang ditimbulkan minat.

Selanjutnya Hurlock berpendapat walaupun kedua aspek tersebut penting peranannya dalam menentukan apa yang akan dan yang tidak akan dikerjakan oleh seseorang, namun aspek afektiflah yang lebih besar peranannya. Karena aspek afektif mempunyai peran yang lebih besar dalam memotivasi dari pada aspek kognitif dan aspek afektif cenderung lebih tahan terhadap perubahan dibandingkan dengan aspek kognitif. Jadi dengan kata lain bahwa minat timbul didahului oleh pengetahuan dan informasi, kemudian disertai dengan rasa senang dan timbul perhatian terhadapnya serta ada hasrat dan keinginan untuk melakukannya.

Crow dalam Rohidin (2006) menyatakan minat yang terdiri aspek kognitif dan aspek afektif tersebut dapat berkurang dan bertambah. Pada dasarnya seseorang itu hanya memiliki minat sangat sedikit dari bawaannya. Seseorang yang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu aktivitas atau kegiatan tertentu baik itu yang berbentuk permainan ataupun pekerjaan maka ia akan berusaha keras untuk belajar dan aktif dalam aktivitas tersebut dibandingkan dengan orang yang mempunyai minat yang rendah terhadap aktivitas atau kegiatan.

2.7. Kesempatan Kerja

Bekerja adalah suatu upaya yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Setiap orang mempunyai kesempatan untuk bekerja guna pemenuhan kebutuhan hidup. Seseorang yang bekerja disebut tenaga kerja yang didefinisikan

setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam atau akan melakukan pekerjaan , baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat . Setiap orang akan berusaha masuk ke dalam dunia kerja baik mandiri maupun sebagai karyawan. Persaingan akan terjadi didalam memperebutkan kesempatan kerja yang ada. Kesempatan kerja sendiri didefinisikan sebagai lapangan pekerjaan yang sudah diisi dan semua lapangan pekerjaan yang masih lowong (Disnaker Jakarta, 2008). Dari pengertian tersebut maka semua orang masih mempunyai kesempatan untuk memasuki lapangan kerja walaupun sudah diisi, karena kemungkinan terjadi pergeseran karyawan di suatu perusahaan atau industri dapat terjadi kapan saja. Oleh karenanya kesempatan kerja tersebut kembali diperebutkan oleh calon tenaga kerja lain. Hanya saja ada persyaratan yang perlu dipenuhi dan mekanisme penerimaan tenaga kerja.

Untuk suatu wilayah dengan potensi industri maka permintaan akan tenaga kerja mempunyai indikator pendidikan dan keahlian bagi setiap calon tenaga kerja. Dengan Potensi Kawasan Industri Medan (KIM) dan industri – industri lain di kawasan utara kota Medan tentunya kesempatan kerja masih terbuka. Terlepas dari faktor krisis perekonomian global menurut Laporan Pengembangan Sector Industri Tahun 2007 Departemen Perindustrian bahwa Industri masih mempunyai beberapa masalah di tingkat mikro diantaranya adalah masalah kurangnya kualitas dan kuantitas Sumberdaya Manusia (Departemen Perindustrian, 2007). Artinya pihak industri menginginkan kesempatan kerja yang ada diisi oleh tenaga kerja yang mempunyai kompetensi seperti yang diinginkan dunia kerja, karena tenaga kerja

merupakan faktor produksi yang sangat mempengaruhi produktivitas dunia usaha dan dunia industri.

Berdasarkan hal tersebut hendaknya Sekolah Menengah Kejuruan dapat memainkan peran untuk memanfaatkan setiap kesempatan kerja yang ada. Bagaimanapun perekonomian negara kita terus akan dikembangkan dengan memacu sektor industri sebagai salah satu penopang dan ditinggalkannya sektor pertanian akibat semakin sempitnya ketersediaan lahan. Perluasan kesempatan kerja merupakan salah satu bagian dari prioritas RPJM Departemen perindustrian yang mengacu kepada prioritas pembangunan nasional. Dalam rumusan RPJM Departemen Peridustrian bahwa sasaran pertumbuhan industri per tahun sebesar 8,6 dengan penyerapan tenaga kerja baru sebanyak 500 ribu orang per tahun. Kiranya perencanaan tersebut sinergi dengan institusi pendidikan yang menghasilkan lulusan yang siap kerja dengan pendidikan kejuruan (vokasi).

2.8. Penelitian Sebelumnya

Beberapa penelitian yang sebelunya yang dapat dijadikan referensi :

1. Davison dan Livesay (2004), keuntungan utama dari jenis pendidikan kejuruan adalah efektifitas biaya , mampu menyesuaikan dengan keadaan geografi (potensi) wilayah dan banyaknya variasi program keahlian , dimana para pelajar mendapatkan kemampuan unuk berlatih dalam lapangan pekerjaan yang spesifik, serta mendapatkan upah yang lebih besar. Pendidikan kejuruan teknologi

memberikan para pelajarnya karir yang lebih cepat dan mudah dibandingkan pelajar dari universitas

2. Endah, dkk (2008) : Konsep Pendidikan SMK Dalam Mengantisipasi Kebutuhan Pasar Kerja Untuk Mendukung Peningkatan Potensi Wilayah di Surabaya, menyatakan bahwa salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap ketidakterserapan lulusan SMK di pasar kerja adalah ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja tamatan SMK, baik secara kuantitas

maupun kualitas dan banyak program keahlian dibuka belum berorientasi pada

kebutuhan pasar kerja.

3. Diane dan Robert (2006), yang melakukan penelitian pada wanita yang tersangkut masalah kriminal di Amerika Serikat. Sebanyak 12 % penghuni penjara pada tahun 2004 adalah wanita. Penyebabnya adalah masalah kesulitan ekonomi dan 60% diantaranya adalah pengangguran. Sebuah pelatihan kejuruan diberikan kepada mereka dibidang teknik plumbing ( pekerjaan yang berhubungan dengan pemasangan pipa air baik kamar mandi, kloset , bahkan perumahan). Suatu keahlian khusus dibidang instalasi pemipaan. Hasilnya adalah mereka mampu melakukannya dan mempunyai keahlian sehingga mereka siap memasuki lapangan kerja dengan upah yang layak. “Vocational training programs, such as plumbing maintenance, have the potential to prepare women for areas of employment that address labor market shortages and provide a livable wage”. Pernyataan yang paling memberi arti bagi pelatihan kejuruan tersebut dari pesertanya ialah “ You have definitely broadened my horizon. I not

only learned how to ‘set toilet’ or install a faucet but also about life in general, you’ve helped my self-esteem.

4. Lee, dkk (2002): Changes of Economic Environment and Technical & Vocational Education in Korea menyatakan bahwa pendidikan kejuruan menunjukkan peranan yang sangat penting dalam memberdayakan masyarakat menghadapi perubahan perekonomian Korea.

5. Widodo (2006) , Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi lingkungan eksternal pendidikan SMK sangat menentukan upaya pengembangan sekolah di masa mendatang. Alasannya faktor tersebut memberikan keleluasaan sekolah dalam menentukan ke arah mana sekolah akan dibawa melalui perencanaan yang mandiri. Demikian pula faktor internal sistem pendidikan SMK, karena merupakan kekuatan operasional dari keseluruhan proses pendidikan di SMK. Faktor eksternal meliputi: keadaan geografis, kependudukan, mata pencaharian penduduk, ketenagakerjaan, lowongan kerja, dan jumlah SMK. Sedangkan faktor internal meliputi keadaan siswa, lulusan, nilai produktif komulatif, jumlah pendaftar, tenaga kependidikan, sarana prasarana, unit produksi sekolah, BKK, industri/institusi pasangan, dan pembiayaan. Keseluruhan faktor tersebut dalam implementasinya dipadukan dengan upaya-upaya pengembangan kurikulum, fasilitas sekolah, tenaga kependidikan, kesiswaan, dan lulusan yang dipandang sebagai faktor yang menentukan keunggulan sekolah

2.9. Kerangka Berpikir

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan bahwa salah satu pilar pengembangan wilayah adalah keberadaan Sumberdaya manusia. Sumberdaya manusia akan bermanfaat apabila telah dipersiapkan melalui proses pendidikan. salah satu proses pendidikan yang dikenal di Indonesia adalah Pendidikan Menengah Kejuruan. Pendidikan menengah kejuruan diimplementasikan melalui Sekolah Menengah Kejuruan. Merujuk kepada Renstra Depdiknas yang akan memfokuskan pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan hingga proyeksi 2025 dan melihat potensi wilayah Kota Medan sebagai salah satu Kota Industri dan Jasa maka peluang pengembangan SMK Bidang Keahlian Teknologi Rekayasa sangat dimungkinkan.

Melihat potensi wilayah dalam bidang industri itu ada Kawasan Utara kota Medan yang meliputi empat Kecamatan yaitu : Medan Deli , Medan Labuhan, Medan Marelan, Medan Belawan. Adapun beberapa SMK Teknologi yang ada di Kawasan Utara Kota Medan dikelola oleh Swasta sedangkan SMK Negeri di Kota Medan hanya ada tiga dan berada di sekitar pusat kota , sehingga potensi lulusan siswa SMP yang begitu besar dari empat kecamatan tersebut jika hendak melanjutkan ke SMK Negeri harus menempuh jarak yang jauh ke pusat kota. Tanpa mengesampingkan kemampuan SMK yang dikelola swasta yang ada, dimana pendidikan kejuruan membutuhkan biaya investasi dan operasi yang besar, maka perlu disediakan fasilitas pendidikan kejuruan dalam bentuk SMK Teknologi di

Dokumen terkait