• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN PRESEDEN

C. TEORI PERILAKU DALAM ARSITEKTUR

1. PERILAKU DAN ARSITEKTUR

Perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni faktor ari dalam maupun faktor dari luar seseorang. Secara umum proses dan pola perilaku pada manusia terbagi menjadi dua, yaitu proses individu dan proses sosial.

a. Proses Individu

Dalam kedudukannya sebagai bagian dari suatu lingkungan, manusia tidak bisa lepas dari peranannya sebagai individual. Terdapat beberapa hal yang dianggap terjadi pada masing-masing individu baik sebelum atau bahkan sesudah dia mengalami proses sosial. Proses-proses yang dapat terjadi secara individu dalam pikiran masing-masing orang antara lain :

1) Persepsi

Sebagian besar dari arsitektur dibentuk oleh persepsi manusia.

Selama hidupnya, manusia merekam informasi yang ia dapatkan baik dari cara dia melihat, mendengar, menyentuh atau bahkan merasakan kedalam pikiran mereka. Karya arsitektur diciptakan dari tangan sang arsitek yang sebagian besar bentuk-bentuknya berasal dari rekaman sebagai bentuk yang mereka dapatkan melalui beberapa pengalaman mereka sebelumnya.

Persepsi adalah proses memperoleh atau menerima informasi dari lingkungan (menurut joyce Marcella Laurens. 2004). secara sadar atau tidak manusia seringkali merekam rangsangan-rangsangan yang berwujud yang bisa mereka tangkap secara indera yang mereka miliki. Proses penerimaan sampai manusia menyadari dan mengerti adanya rangsangan inilah yang disebut sebagai persepsi.

2) Kognisi Spasial

Kognisi spasial berkaitan dengan cara seseorang untuk memperoleh, mengatur, menyimpan dan memanggil kembali berbagai macam informasi tentang lokasi, jarak maupun tatanan dalam lingkungan fisik disekitarnya yang dikumpulkan dalam satu bentuk peta mental.

Peta mental seseorang seringkali berbeda antara satu dengan yang lain, tergantung bagaimana makna sesuatu itu bagi dirinya. Dalam arsitektur, maknaberperan penting untuk memberikan nafas pada bangunan. Makna ini dapat dimunculkan melalui beberapa komponen antara lain imaji, symbol dan tanda.

Dalam arsitektur ada dua makna yang dikenal, yakni makna representasi an makna responsive. Keduanya mempunyai peranan penting untuk memprediksi perilaku. Makna representasi merupakan makna yang ditangkap seseorang dari sebuah benda, sedangkan makna responsive merupakan kelanjutan dari ,akna representasi yang menyangkut respon yang timbul setelah melihat dan mencermati suatu benda.

Dalam suatu tatanan lingkungan, sikap dan perilaku manusia sangat terkaitdengan motivasi. Kesemua sikap tersebut berhubungan dengan pengalaman hidup serta proses sosialisasi yang dilakukan dan hal ini mengakibatkan setiap orang mempunyai kompetensi yang berbeda, baik secara fisik, sosial maupun budaya (Joyce Marcella Laurens, 2004).

Perbedaan ini akhirnya akan mempengaruhi cara pandang seseorang (way of seeing) terhadap lingkungan maupun bagaimana dia menggunakan (way of using) lingkungan tersebut.

b. Proses Sosial

Proses sosial ini menyangkut bagaimana seseorang berbagi dan membagi ruang atau lingkungannya dengan orang lain disekitarnya.

Proses sosial dari dalam diri manusia dapat diamati melalui beberapa komponen diantaranya adalah privacy, personal space, density, dan territory.

1) Privacy

Privacy adalah keinginan atau kecenderungan pada diri seseorang untuk tidak diganggu kesendiriannya (Joyce Marcella Laurens, 2004). Dalam hal ini, untuk mendapatkan tingkat privacy yang diinginkan, seseoranga memerlukan kemapuan tersendiri agar dapat mengontrol keinginanya sebagai pribadi dan keinginan orang-orang

atau lingkungan disekitarnya agar tetap seimbang. Tingkat privacy orang berbeda-beda satu sam lain. Pada beberapa kasus privacy bukan hanya bisa dilakukan oleh seorang individu namun ada kalanya terjadi pada beberapa atau sekelompok individu. Privacy jenis ini disebut privacy kelompok.

Secara umum, ada beberapa jenis privacy yang dapat didefenisikan.

Terdapat enam jenis privacy yang terbagi dalam dua golongan (Holahan dalam Arsitektur dan Perilaku Manusia).

a) Golongan pertama adalah orang yang membutuhkan privacy secara fisik. Hal ini diwujudkan melalui tingkah laku yang cenderung menarik diri dari lingkungannya diantaranya dengan cara :

Keinginan untuk menyendiri, dimana privacy, ini tebentuk karena adanya batasan ruang sehingga orang itu bebas melakukan apapun tanpa merasa terganggu atau diganggu orang lain.

• Keinginan untuk menjauh, dimana privacy ini terjadi bila seseorang menjauhi segala sesuatu karena beranggapan bahwa sesuatu tersebut itu sebagai gangguan.

• Keinginan untuk intim dengan orang/sekelompok orang, dimana privacy ini terjadi karena adanya kegiatan. Ada kalanya orang yang saling mengenal dengan akrab mempunyai keinginan untuk menyendiri agar tidak mendapat gangguan.

b) Golongan kedua adalah keinginan untuk menjaga kerahasiaan diri sendiri yang diwujudkan dalam tingkah laku dengan hanya memberi informasi secara terbatas dan seperlunya, seperti :

• Keinginan merahasiakan diri sendiri (anonymity)

• Keinginan untuk mengungkapkan diri terlalau banyak kepada otrang lain (reserve)

• Keinginan untuk tidak terlibat dengan para tetangga (not neighboring)

Dalam arsitektur, tujuan perancangan adalah memberikan privacy yang sebesar mungkin untuk setiap orang. Namun demikian, hal ini tidak berarti membuat bangunan yang terpisah atau terisolasi dari lingkungan. Yang perlu diperhatikan disini adalah bagaiman seseorang tetap memungkinkan untuk memilih tingkat privacy yang diinginkan walaupun berada dalam lingkungan yang kompleks.

2) Personal Space

Personal space adalah suatu area yang dengan batas maya mengelilingi diri seseorang dan orang lain tidak diperkenankan masuk kedalamnya.

Pada dasarnya besar kecilnya personal space pada diri seseorang bersifat relatif atau fleksibel. Ada beberapa tingkatan jarak ruang personal yang disebut sebagai jarak komunikasi. Menurut edward Hall dalam bukunya arsitektur dan perilaku manusia, jarak komunikasi ada empat macam, yaitu :

a) Jarak intim

Fase dekat (0,00 – 0,15 m) dan fase jauh (0,15 – 0,50 m).

Jarak komunikasi yang terjadi pada interaksi orang-orang yang sudah sangat akrab atau intim, bisa juga terjadi pada orang-orang yang berada pada tingkat emosional yang sangat tinggi.

b) Jarak personal

Fase dekat (0,50 – 0,75 m) dan fase jauh (0,75 – 1,20 m).

Jarak komunikasi yang terjadi pada orang-orang yang sudah saling mengenal dan cukup akrab.

c) Jarak sosial

fase dekat (1,20 – 2,10 m) dan fase jauh (2,10 – 3,60 m).

Jarak komunikasi yang terjadi pada interaksi orang-orang yang belum atau baru saling mengenal.

d) Jarak publik

fase dekat (3,60 – 7,50 m) dan fase jauh (lebih dari 7,50 m).

Jarak komunikasi pada hubungan yang lebih formal dan seringkali terjadi hanya dari satu arah.

Terdapat pula beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya personal space. Faktor-faktor tersebut antara lain :

a) Faktor pesonal yang berasal dari diri dalam diri individu itu sendiri. Faktor ini meliputi :

1.) Jenis kelamin

Personal space yang dibentuk pada pasangan pria dan wanita lebih besar daripada personal space yang dibentuk pasangan pria dan pria maupun wanit dan wanita ketika berinteraksi. Salah satu kemungkinan perbedaan besar kecilnya personal space yang berkaitan dengan jenis kelamin lebih disebabkan oleh adanya perbedaan dalam sosialisasi antara pria dan wanita daripada karena kepribadian biologisnya.

2.) Umur

Semakin bertambahnya usia seseorang, maka semakin besar personal space yang dikenakannya pada orang-orang tertentu

3.) Tipe kepribadian (personality)

Seseorang yang mempunyai kepribadian introvert (tertutup, tidak mudah berteman, pemalu) cenderung mempunyai ruang personal yang lebih besar dibandingkan dengan orang-orang yang bertipe ekstrovert (pandai bergaul, supel,ramah)

4.) Latar belakang budaya

Latar belakang suku bangsa dan juga budaya seseorang mempengaruhi besarnya ruang personal. Orang-orang jawa mempunyai ruang personal yang cukup besar apalagi jika dikaitkan dengan status mereka maupun gender.

b) Faktor situasi lingkungan

Pada saat tertentu, personal space bisa menjadi cukup besar, namun pada saat lainnya dia bahkan menjadi tidak ada. Hal ini turut dipengaruhi oleh tingkat hubungan orang tersebut dengan orang-orang disekitarnya. Misalnya ketika bertemu dengan keluarga atau teman dekat, personal space seseorang menjadi sangat kecil. Namun ketika bertemu dengan orang asing, mungkin dia sudah merasa nyaman jika harus berdekatan dengan orang tersebut.

3) Teritori (Territory)

Teritory merupakan perwujudan ego seseorang atas keinginannya untuk tidak diganggu oleh orang lain. Pada hal-hal tertentu teritory dianggap sebagai sebuah wilayah yang telah menjadi hak seseorang.

Ada beberapa tipe tritory yang dibagi berdasarkan derajat privacy, afiliacy (pertalian) dan kemungkinan pencapaian (Altman, Arsitektur dan Perilaku Manusia).

a) Teritori primer

Teritori primer merupaka tempat yang sangat pribadi sifatnya bagi seseorang atau kelompok orang. Teritori ini hanya bisa dimasuki oleh pihak yang sudah sangat dekat atau mendapatkan ijin khusus dari pihak yang bersangkutan.

Berdasarkan kepemilikannya, teritori ini bisa saja menjadi milik individual maupun kelompok tertentu yang dikontrol relatif permanen dan mempunyai keterlibatan psikologi yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari pemiliknya.

Contoh teritori primer adalah kamar tidur dalam runmah, ruang kantor atau dalam skala besar seperti negara.

b) Teritori sekunder

Dibanding teritori primer, teritori ini bersifat tidak terlalu pribadi bagi pemiliknya. Teritori ini dimiliki bersama oleh sejumlah orang yang relatif saling mengenal.

Kendali pada teritori ini tidak seketat pada teritori primer karena kadang berganti pengguna, bergiliran bahkan salin berbagi dengan orang asing lainnya.

Contoh teritori sekunder adalah loker diperpustakaan, meja kantin, ruang kelas.

c) Teritori publik

Teritori publik merupakan area atau tempat-tempat terbuka dan dapat digunakan oleh umum serta siapapun. Namun ada kalanya teritori publik ini dikuasai oleh kelompok orang tertentu atau tertutup untuk kelompok orang tertentu, misalnya beberapa mall yang melarang siswa berseragam masuk ke area mereka.

Contoh teritori publik adalah pasar, lobi hotel, pantai, jalan dan tempat-tempat rekreasi.

Seperti halnya ruang personal, ada kalanya juga terjadi pelanggaran dalam teritori. Pelanggaran-pelanggaran itu antara lain :

a) Invasi, yakni seseorang secara fisik memasuki teritori orang lain dan bertujuan mengambil kontrol atas teritori tersebut.

b) Kekerasan,yaitu bentuk pelanggaran teritori yang bersifat temporer atas teritori seseorang.

c) Kontaminasi , yaitu bentuk pelanggaran dengan meninggalkan sesuatu yang tidak menyenangkan atau mengganggu teritori orang lain.

Dari hal tersebut diatas, dapat kita ketahui bahwa banyak hal baik yang berasal dari dalam maupun dari luar diri manusia itu sendiri

yang dapat mempengarui seseorang untuk melakukan perilaku tertentu. Walaupun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku manusia dalam satu lingkungan dapat diketahui, namun pada dasarnya seorang arsitek hanya mampun melakukan prediksi atau pendekatan-pendekatan perilaku dalam menciptakan sebuah desain. Hal ini tidak bisa dihindari karena manusia merupakan makhluk yang seringkali berubah. Secara konseptual pendekatan perilaku menekankan bahwa manusia merupakan makhluk berpikir yang mempunyai persepsi dan keputusan dalam interaksinya dengan lingkungan.