• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN PRESEDEN

B. RUMAH SINGGAH

Salah satu bentuk penanganan anak jalanan adalah melalui pembentukan rumah singgah. Konfrensi Nasional II Masalah pekerja anak di Indonesia pada bulan juli 1996 mendefinisikan rumah singgah sebagai tempat pemusatan sementara yang bersifat non formal, dimana anak-anak bertemu untuk memperoleh informasi dan pembinaan awal sebelum dirujuk ke dalam proses pembinaan lebih lanjut.

Sedangkan menurut Departemen Sosial RI rumah singgah didefinisikan sebagai perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka.

Rumah singgah merupakan proses informal yang memberikan suasana pusat realisasi anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma di masyarakat.

1. LANDASAN HUKUM PENDIRIAN RUMAH SINGGAH

Pelayanan kesejahteraan sosial terhadap anak jalanan dilandasi UUD 1945 pasal 34 yang selanjutnya diatur antara lain :

a. Undang-undang no. 6 tahun 1974 tentang ketentuan pokok-pokok kesejaahteraan anak sosial.

b. Undang-undang no. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak

c. Peraturan pemerintah No. 2 tahun 1988 tentang usaha Kesejahteraan Bagi Anak yang bermasalah.

d. Keputusan Presiden RI No. 36 Tahnu 1990 tentang Ratifikasi Konvensi Hak anak.

2. PENGERTIAN RUMAH SINGGAH

Rumah singgah didefinisikan sebagai suatu wahana yang yang dipersiapkan sebagai perantara antara anak jalanan dengan pihak yang akan membantu mereka.

Dari pengertian ini, maka terkansu unsur :

a. Rumah singgah memberlakukan proses informal, memberikan perlindungan, dan suasana penanaman kembali nilai dan norma masyarakat kepada anak jalanan.

b. Adanya anak jalanan yang didampingi.

c. Pihak yang akan membantu mereka karena rumah singgah merupakan tahap awal bagi seorang anak untuk memperoleh pelayanan selanjutnya.

3. FUNGSI RUMAH SINGGAH

Rumah singgah memiliki fungsi sebagai berikuit :

a. Tempat penjankauan pertama kali dan pertemuan pekerja sosial dan anak jalanan untuk menciptakan persahabatan, kekeluargaan dan mencari jalan keluar dan kesulitan mereka.

b. Tempat membangun kepercayaan antara anak jalanan dengan pekerja sosial dan latihan meningkatkan kepercayaan diri berhubungnan dengan orang lain.

c. Perlindungan dari kekerasan fisik, psikis, seks, ekonomi, dan bentuk lainnya yang terjadi di jalanan.

d. Tempat menanamkan kembali dan memperkuat sikap, perilaku dan fungsi sosial anak sejalan dengan norma-norma masyarakat.

e. Tempat memahami masalahyang dihadapi anak jalanan dan menemukan penyaluran kepada lembaga-lembaga lain sebagai rujukan.

f. Sebagai perantara antara anak jalanan dengan keluarga/lembaga lain, seperti panti, keluarga pengganti dan lembaga pelayanan sosial lainnya.

Anak jalanan diharapkan tidak terus-menerus bergantung kepada rumah singgah, melainkan dapat memperoleh kehidupan yang ;ebih baik melalui atau setelah proses yang dijalaninya.

g. Tempat informasi berbagai hal yang berkaitan dengan kepentingan anak jalanan seperti data tentang anak jalanan, bursa kerja, pendidikan, kursus keterampilan, dll.

4. TUJUAN RUMAH SINGGAH

Secara umum tujuan dibentuknya rumah singgah adalah membantu anak jalanan mengatasi masalah-masalahnya dan menemukan alternatif untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Sedang secara khusus tujuan rumah singgah adalah :

a. Membentuk kembali sikap dan perilaku anak yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

b. Mengupayakan anak-anak kembali kerumah jika memungkinkan atau ke panti dan lembaga pengganti lainnya jika diperlukan.

c. Memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan anak dan menyiapkan masa depannya sehingga menjadi masyarakat yang produktif.

Peran dan fungsi rumah singgah bagi program pemberdayaan anak jalanan sangat penting. Secara ringkas fungsi rumah singgah antara lain :

a. Sebagai tempat pertemuan (meeting point) pekerja sosial dan anak jalanan.

Dalam hal ini sebagai tempat untuk terciptanya persahabatan dan keterbukaan antara anak jalanan dengan pekerja sosial dalam menentukan dan melakukan berbagai aktifitas pembinaan.

b. Pusat diagnosa dan rujukan. Dalam hal ini rumah singgah berfungsi sebagai tempat melakukan diagnosa terhadap kebutuhan dan masalah anak jalanan serta melakukan rujukan pelayanan sosial bagi anak jalanan.

c. Fasilitator atau sebagai perantara anak jalanan dengan keluarga, keluarga pengganti dan lembaga lainnya.

d. Perlindungan. Rmah singgah dipandang sebagai tempat berlindung dari berbagai bentuk kekerasan dan perilaku penyimpangan seksual ataupun berbagai bentuk kekerasan lainnya yang sering dialami oleh anak jalanan.

e. Pusat informasi tentang anak jalanan.

f. Kuratif dan rehabilitatif, yaitu fungdi mengembalikan dan menanamkan funsi sosial anak.

g. Akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai persinggahan sementara anak jalanan dan sekaligus akses kepada berbagai pelayanan sosial.

h. Resosialisasi. Lokasi rumah singgah yang berada ditengah-tengah masyarakat merupakan salah satu upaya mengenalkan kembali norma, situasi dan kehidupan bermasyarakat bagi anak jalanan. Pada sisi lain mengarah pada pengakuan, tanggung jawab dan upaya warga masyarakat terhadap penanganan masalah anak jalanan.

Dalam kaitannya dengan model pembinaan anak jalanan di rumah singgah, ada berbagai hal yang ingin diketahui. Misalnya tahap-tahap pemberdayaan anak jalanan. Apakah pembinaan tersebut dilakukan dengan cara model penjangkauan kunjungan pendahuluan dan persahabatan dengan mereka.

Apakah dilakukan dengan cara identifikasi masalah (problem assessment) sebagai langkah dalama menginventarisir identitas anak jalanan. Ataukah yang dilakukan dengan cara memberikan pendidikan alternatif (pendidikan luar sekolah) sebagai kegiatan untuk mencegah munculnya masalah sosial anak jalanan, seperti pelatihan dan peningkatan keterampilan.

5. PRINSIP-PRINSIP RUMAH SINGGAH

Prinsip rumah singgah mendasari fungsi-fungsi dan pelaksanaan kegiatan yang melipti :

a. Semi institusional, dalam bentuk semi institusional ini anak jalanan sebagai peerima pelayanana boleh bebas keluar masuk baik untuk tinggal sementara maupun hanya mengikuti kegiatan.

b. Terbuka 24 jam, rumah singgah terbuka 24 jam bagi anak. Mereka boleh datang kapan saja , baik siang ataupun malam hari terutama anak jalanan yang baru mengenal rumah singgah.

c. Hubungan informal (kekeluargaan), hubungan yang terjadi di rumah singgah bersifat informal seperti perkawanan atau kekeluargaan. Anak jalanan dibimbing merasa sebagai anggota keluarga besar dimana para pekerja sosial berperan sebagai teman, saudara/kakak, orang tua.

d. Bebas terbatas untuk apa saja bagi anak. Di rumah singgah anak dibebaskan untuk melakukan apa saja seperti tidur, bermain, bercanda, bercengkrama, mandi. Tetapi dilarang untuk perilaku yang negatif seperti perjudian, merokok , meminum minuman keras, dan sejenisnya.

e. Persinggahan dari jalanan atau ke alternatif lain.rumah singgah merupakan persinggahan anak jalanan dari situasi jalanan menuju situasi lain yang dipilih dan ditentukan oleh anak. Pengertian singgah adalah sebagai berikut:

1) Anak jalanan boleh tinggal sementara untuk tujuan perlindungan, misalnya karena tidak punya rumah, ancaman di jalanan, ancaman/kekerasan dari orang tua. Biasanya hal ini dihadapi anak yang hidup dijalanan yang tidak mempunyai tempat tinggal.

2) Pada saat tinggal sementara mereka memperoleh intervensi intensif dari pekerja sosial untuk menemukan situasi seperti tertera di atas sehingga mereka tidak tergantung terus dengan Rumah Singgah.

3) Anak jalanan datang sewaktu-waktu untuk bercakap-cakap, istirahat, bermain, mengikuti kegiatan.

4) Rumah singgah tidak memperkenankan anak jalanan untuk tinggal selamanya misalnya karena tidak membayar.

5) Anak jalanan yang masih tinggal dengan orang tua atau saudararanya atau sudah mempunyai tempat tinggal tetap sendirian maupun berkelompok tidak diperkenankan tinggal menetap di rumah singgah kecuali ada situasi yang bersifat darurat.

f. Partisipasi. Kegiatan yang dilaksanakan rumah singgah didasarkan pada prinsip partisipasi dan kebersamaan.

g. Belajar bermasyarakat. Rumah singgah ditempatkan di tengah masyarakat agar mereka kembali belajar norma dan menunjukkan sikap dan perilaku yang berlaku di masyarakat.

6. STANDAR PENERIMAAN PELAYANAN

Penerima pelayanan rumah singgah adalah sebagai berikut :

a. Berdasarkan undang-undang perlindungan anak dan konvensi hak anak (KHA), batasaan umur anak adalah 16 tahun ke bawah. Usia lebih dari 16 tahun dapat dipertimbangkan sebagai kelompok pendukung rumah singgah b. Jumlah anak jalanan penerima pelayanan ditentukan berdasarkan

kemampuan rumah singgah.

c. Setiap rumah singgah boleh menentukan sendiri kategori anak jalanan yang didampinginya. Kategori anak jalanan dapat disesuaikan dengan kondisi anak jalanan di masing-masing kota.

7. STANDAR PELAKSANAAN RUMAH SINGGAH Standar pelaksanaan rumah singgah mencakup :

a. Unsur pelaksanaan rumah singgah terdiri dari : 1) Manajer / pimpinan

2) Pekerja sosial 3) Petugas administrasi 4) Koordinator anak jalanan

b. Kualifikasi pelaksana rumah singgah seharusnya seperti :

1) Mempunyai komitmen dan bersedia bekerja dengan anak jalanan.

2) Pendidikan tinggi bukan merupakan persyaratan tetapi merupakan nilai tambah.

3) Mempunyai pengalaman dalam penanganan anak jalanan.

4) Pernah mengikuti pelatihan mengenai materi yang terkait dengan permasalahan anak jalanan dan program pelayanannya.

8. PROSEDUR PENDIRIAN RUMAH SINGGAH

Rumah singgah dapat didirikan pemerintah maupun masyarakat dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Posedur pendirian rumah singgah oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Prosedur pendirian rumah singgah sebagai sebuah yayasan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c. Prosedur pendirian rumah singgah di bawah yayasan mengikuti tata cara yayasan tersebut sebagian dari padanya dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

9. SISTEM ADMINISTRASI PADA RUMAH SINGGAH Sistem administrasi dirumah singgah terbagi tiga, yaitu :

a. Admistrasi keuangan mencakup : 1) Penyusunan anggaran

2) Penggunaan keuangan sesuai ketentuan 3) Pertanggung jawaban keuangan

b. Administrasi ketatausahaan mencakup : 1) Kegiatan surat menyurat

2) Penyediaan alat tulis kantor

3) Pencataan dan pemeliharaan barang inventaris kantor

4) Pembuat laporan, pendokumentasian, dan penyampaian kepada instansi terkait.

5) Pemeliharaan alat dan sarana untuk kegiatan 6) Pengatur kerja dan pelaksanaan

c. Administrasi pelayanan meliputi :

1) Perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring evaluasi program.

2) Pengumpulan data, penyajian dan pendokumentasian data anak jalanan dan keluarga.

3) Proses penanganan masalah dan memberi pelayanan.

10. SARANA DAN PERLENGKAPAN RUMAH SINGGAH

Standar sarana dan perlengkapan Rumah Singgah terdiri dari :

a. Kriteria rumah singgah meliputi ruangan untuk berkumpul anak, ruangan untuk kegiatan administrasi, ruanagan untuk pelaksana, ruangan untuk menyimpan lemari dan barang-barang anak jalanan, kamar mandi dan dapur.

b. Perlengkapan rumah lengkap dan rutin c. Perlengkapan bermain

d. Perlengkapan belajar e. Perlengkapan tidur f. Perlengkapan makan g. Perlengkapan kantor

11. PEMBIAYAAN PADA RUMAH SINGGAH

Sumber pembiayaan dalam rumah singgah dapat berasal :

a. Swadana yang salah satunya dapat diperoleh dari kegiatan ekonomi produktif lembaga.

b. Bantuan/subsidi dari pemerintah pusat ataupun daerah.

c. Kerjasama proyek dengan lembaga internasional maupun nasional yang tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku.

d. Kerjasama proyek/bantuan dari perusahaan swasta.

e. Donatur/sumbagan masyarakat.

f. Sumber-sumber lainnya yang tidak mengikat.

12. TAHAP-TAHAP PELAYANAN MASYARAKAT

Pelayanan Rumah Singgah terbagi menjadi beberapa tahap berikut ini : a. Tahap I : Penjangkauan

1) Secara intensif berlangsung pada tiga bulan pertama dan selanjutnya sesuai kebutuhan dan dapat menggunakan anak jalanan lainnya.

2) Para petugas turun ke jalanan/ kantong sasaran, bertemu, dan berkenalan dengan anak jalanan.

3) Membuat pemetaan wilayah dan gambaran keadaan anak jalanan.

4) Mengidentifikasi mereka secara kelompok seperti jenis kegiatana, asal daerah, kebiasaan di jalanan.

5) Membentuk kelompok, memilih ketuanya dan anggota dengan jelas.

6) Mensosialisasikan manfaat rumah singgah.

7) Menambahkan kepercayaan kepada pekerja sosial.

b. Tahap II : Mengkaji

1) Induksi peranan anak jalanan di Rumah Singgah 2) Mengisi file anak

3) Menginduksikan permasalahan anak

4) Membahas perkembangan kemajuan anak sesuai perubahan yang terjadi pada anak

c. Tahap III : Persiapan Pemberdayaan

1) Membbuat rumah singgah sebagai suatu keluarga yang terbuka dan mau mendengar nasehat.

2) Membuat peraturan yang menyenangkan dan tidak memaksa anak.

3) Memberikan bimbingan sosial baik kasus maupun perilaku sehari-hari dengan cara dan metode yang menyenangkan.

4) Membuat jadwalpemeriksaan kesehatan setiap bulan.

5) Mengadakan kegiatan yang menyenangkan anak seperti permainan, olahraga, kesenian, dll.

6) Membagi penanganan anak jalanan oleh pekerja sosial. Fle untuk itu dapat dimintakan kepada petugas adminstrasi.

7) Membuat persiapan pada diri anak jalanan terhadap kegiatannya.

d. Tahap IV : Rujukan Pemberdayaan

1) Mengidentifikasi anak secara satu ersatu berdasarkan kebutuhan pelayanan.

2) Menghubungi sumber yang diperlukan dan mendorong anak mendayagunakannya.

3) Menyiapkan anak memperoleh pelayanan tersebut.

4) Membuat kesepakatan dengan sistem sumber.

5) Mengantar anak memperoleh pelayanan.

6) Mendorong anak bertanggung jawab untuk melakukan kegiatan dan menerima pelayanan tersebut.

7) Memantau kemajuan anak selama memperoleh pelayanan dan membantu mengatasi kesulitan yang dihadapi.

e. Tahap V : Pengakhiran (Terminasi) 1) Mandiri/produktif/alih kerja

2) Anak kembali kepada keluarganya, panti atau lembaga pengganti 3) Anak masih di jalanan

4) Masuk Boarding House

5) Anak masih dijalanan, namun mendapat pekerjaan yang lebih baik 6) Peningkatan pendapatan bagi orang tuanya

13. KEGIATAN-KEGIATAN RUMAH SINGGAH Kegiatan-kegiatan pada rumah singgah, meliputi :

a. Penjangkauan dan pendampingan di jalanan, meliputi : 1) Kunjungan lapangan dan perkenalan

2) Pemeliharaan hubungan dengan anak 3) Pembentukkan kelompok di jalanan 4) Konseling dan mendapatkan b. Pengkajian masalah , meliputi :

1) Pengisian file profil anak

2) Pengisian file monitoring perkembangan anak 3) Pembahasan kasus

c. Resosialisasi, meliputi :

1) Pengenalan peranan anggota rumah singgah 2) Kegiatan keagamaan

3) Pengajaran dan diskusi tentang norma sosial 4) Permainan, pertunjukkan seni, dan olahraga 5) Membaca buku, majalah dan menonton televisi 6) Bimbingan sosial perilaku sehari-hari

7) Bimbingan sosial kasus 8) Pemeliharaan kesehatan

9) Penyatuan kembali dengan keluarga

10) Surat-menyurat dan kunjungan rumah kepada orang tua anak jalanan 11) Pertemuan dengan warga sekitar rumah singgah secara rutin maupun

dalam kegiatan bersama.

d. Rujukan pemberdayaan untuk anak jalanan, meliputi :

1) Pendidikan melalui sekolah seperti beasiswa, alat sekolah, bimbingan belajar, kejar paket A dan B, ujian persamaan.

2) Pendidikan jalanan untuk membekali anak berbagai hal di jalanan dan mendidiknya mampu mengatasi persoalan dan ancaman di jalanan.

3) Pelatihan untuk tingkat remaja

4) Pelayanan keterampilan kerja melalui lembaga pelatihan keterampilan seperti perbengkelan, menjahit, sablon dan lainnya.

5) Bantuan modal dan bimbingan usaha bagi anak, baik di daerah asal maupun di kota secra perorangan maupun berkelompok.

6) Membantu anak menemukan pekerjaan lain. Para pekerja sosial berhubungan dengan berbagai sumber dan membuka kesempatan kepada anak untuk memperoleh pekerjaan.

e. Pemberdayaan untuk orang ua anak jalanan, meliputi :

1) Bimbingan dan penyluhan dengan kunjungan rumah, surat-menyurat , mengundang mereka datang atau pada saat mereka datang ke Rumah Singgah. Kegiatan ini dilakkan perorangan atau berkelompok. Materi yang diberikan mengenai pengasuhan anak, nilai anak, cara mengatasi masalah anak, dll.

2) Pemberian modal dan bimbingan usaha.

f. Terminasi dilakukan untuk mengakhiri proses penanganan anak jalanan.

Pelayanan lanjutan untuk anak sesudah terminasi adalah sebagai berikut : 1) Kunjungan Rumah, untuk tujuan :

a) Berkenalan dengan orang tua anak b) Mengidentifikasi mereka

c) Memantau anak yang sudah pulang

d) Memberikan modal usaha kepada anak dan orang tua jika diperlukan

2) Pemantauan, terhadap :

a) Anak yang masih mengikuti kursus keterampilan b) Anak yang bersekolah

c) Anak yang alih kerja

d) Anak yang melakukan usaha

e) Orang tua yang telah memperoleh bantuan modal f) Rujukkan ke panti

14. KEUNTUNGAN ADANYA RUMAH SINGGAH

Dari sekitar 12.360 anak jalanan yang sudah terbina, mereka mengaku banyak sekali keuntungan yang mereka dapatkan dengan adanya rumah singgah.

Mereka minimal telah tersentuh oleh kepedulian masyarakat dan pemerintah.

Mereka bisa merasakan enaknya sekolah, enaknya belajar mengemudi, belajar mengutak atik mesin mobil atau motor, belajar komputer, membuat sumbu kompor, memasak, bermusik, dll.

Lebih penting lagi mereka sudah tidak lagi menggunakan lem untuk teler (mabuk), tidak berjudi, tidak dilecehkan secara seksual, tidak merasa takut dan tertekan, dll.

15. PERMASALAHAN YANG TIMBUL PADA RUMAH SINGGAH

Menurut temuan lapangan yang ada, banyak rumah singgah yang tidak dimanfaatkan secara optimaloleh anak jalanan karena anak tidak tertarik dan tidak merasa membutuhkannya. Ini karena pengelola rumah singgah lainnya kurang kreatif dan inovatif dalam menciptakan kegiatan sehingga anak tidak tertarik bergabung dalam rumah singgah. Dari sisi pengembangan program masih lemah khususnya untuk menciptakan rujukan dan mengembangkan kerjasama dengan pihak lain.

Kualitas penanganan dan profesionalisme pekerja sosial sangat ditentukan dari kelembagaan dan sumber daya manusia. Terutama ditingkat pekerja sosial maupun pengelola rumah sijnggah lainnya yang tidak memahami perannya karena tidak memahami latar belakang pekerjaan sosial maupun pengalaman yang cukup mengelola rumah singgah.

Kasus ini banyak ditemukan pada rumah singgah dadakan, tidak memiliki visi kedepan, dan hanya berorientasi proyek sehingga hanya menekankan target kualitas dan tidak memperhitungkan tingkat urgensi kelompok binaan.

Ada persoalan mendasar dalam menangani anak jalanan di rumah singgah. Bila dari konseptual program rumah singgah cukup ideal makan tetapi ia tergantung pada pelaksanaannya, apakhan secara komprehensif dan menyeluruh atau tidak.

Ditinjau dari segi komperhensi program seharusnya menyentuh semua tingkatan masyarakat yaitu anak, keluarga, komunitas dan pemerintah. Namun pada prakteknya hanya pada orang tua dan anak sedangkan pada komunitas dan pemerintah kurang. Tingkatan program hendaknya mencakup kegiatan aksi yakni advokasi, sosialisasi, mobilisasi, pemberdayaan, penyediaan pelayanan dasar, menciptakan tambahan penghasilan kurang menggarap aspek advokasi, sosialisasi, mobilisasi sumber dan pemberdayaan.

Karena rumah singgah kurang menyentuh tingkatan pemerintah dan masyarakat, dan kurang menekankan pada aspek advokasi, sosialisasi, mobilisasi, dan pemberdayaan sehingga dampak dari rumah singgah kurang maksimal. Bila advokasi dan sosialisasi ke Pemda dan pemerintah digarap dengan serius melibatkan jaringan LSM yang kuat dan instansi terkait, paling tidak dapat mendorong Pemda dan masyarakat peduli. Dan pada akhirnya dapat mendukung keberlanjutan program.

Begitu pula dengan aspek mobilisasi dan pemberdayaan yang kurang ditekankan sehingga keterlibatan masyarakat untuk mendukung anak jalanan kurang, tragisnya ketergantungan anak jalanan dan orang tua makin menjadi-jadi.

16. LANGKAH KEBERHASILAN RUMAH SINGGAH

Terdapat 3 cara pendekatan penanganan terhadap anak jalanana, yaitu melalui : a. Center Based Programe

Yaitu cara membuat tempat penampungan yang dapat dipakai sebagai tempat tinggal atau rumah bagi anak jalanan yang bersifat tidak permanen.

Ditempat ini anak diajarkan untuk kembali berorientasi pada nilai-nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

b. Street Based Intervention

Yaitu mengadakan pendekatan langsung ditempat anak jalanan berada, debnan mengadakan dialog langsung, mencoba untuk memahami dan menerima situasi mereka, menempatkan diri sebagai teman mereka.

Pendekatan ini memberikan nuansa yang realistis mengenai kehidupan anak jalanan membuat sesuatu pengharapan yang baik bagi anak.

c. Community Based Strategy

Yaitu dengan memperhatikan gejala munculnya anak jalanan, baik keluarga maupun lingkungannya. Cara yang dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan baik formal maupun informal, seperti latihan keterampilan, latihan kerja. Melatih keluarganya juga untuk bisa memperbaiki cara mengasuh anak dan memperbaiki taraf kehidupan keluarga lebih baik lagi.

Selain itu menurut DepSos RI tahun 1992, bahwa pengoptimalan suatu Rumah Singgah dapat dilakukan dengan beberapa pedoman sebagai berikut :

1) Satu orang pengasuh dan valounteer menangani paling banyak 2 orang anak jalanan.

2) Rumah singgah terletak pada lokasi di sekitar tempat pangkalan anak jalanan.

3) Dapat menjalankan peran dan fungsi sebagaimana mestinya.

4) Menerapkan saah satu tau gabungan dari jenis pendekatan terhadap anak jalanan.