TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN PRESEDEN
C. TEORI PERILAKU DALAM ARSITEKTUR
3. PERILAKU DAN KARAKTER ANAK JALANAN SERTA KAITANNYA DENGAN SEGI ARSITEKTURAL
a. Pengkategorian Usia Anak Jalanan
1) Kategori Usia Anak Jalanan Secara Umum
a.) Menurut Departemen Sosial Jateng, usia anak jalanan secara umum adalah kurang dari 16 tahun ( Departemen sosial tahun 1999)
b.) Menurut Tata Sudrajat, usia anak jalanan adalah usia 5- 15 tahun karena dianggap pada usia ini dirasa anak benar-bear produktif dijalanan dan mereka dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.
c.) Menurut Soedijar, usia anak jalanan adalah 7-15 tahun, dan bekerja diljalanan.
2) Kategori Usia Anak Jalanan di Surakarta
Sedangkan usia anak jalanan di Surakarta relatif lebih umum dalam jarak usia 5-15 tahun, dimana dirasa usia tersebut merupakan usia produktif bagi anak untuk bekerja,karena lebih dari usia 16 sudah dianggap remaja dan bukan anak-anak.
b. Beberapa perilaku Khusus Anak Jalanan 1) Aktif dan kreatif
Dalam menjalani kehidupan dijalanan, anak jalanan secara tidak langsung akan berkembang menjadi pribadi yang aktif dan kreatif. Hal ini terjadi karena merekadituntut untuk dapat bertahan hidup dijalanan dengan keahlian yang mereka miliki. Selain itu mereka tidak hanya diam tetapi harus aktif untukdapat bertahan hidup. Mereka akan melakukan apa saja yang bisa memperpanjang kehidupan mereka dan menghasilkan sesuatu bagi mereka.
2) Mandiri dan bebas
Karena anak jalanan hidup sendiri dalam artian mencari uang sendiri pada usia dini, maka mereka lebih mandiri dalam menjalani
kehidupannya. Mereka tidak tergantung pada penghasilan dari orangtuanya, namu mereka mencari sendiri penghasilannya.
Hal ini berdampak pada pola perilaku keseharian mereka. Mereka menjadi terbiasa melakukan kegiatan sendiri. Tuntutan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri berdampak mereka selalu mengatur dirinya sendiri tanpa ada campur tangan dari orang lain. Misalnya dalam hal makan dan tidur, mereka tidak akan berkompromi dengan orang lain, sewaktu mereka butuh makan maupun tidur mereka akan melakukannya dimanapun, walaupun seringkali mereka melakukannya secara bersama-sama namun tidak ada peraturan yang mengharuskan mereka melakukanya secara bersama-sama.
3) Rasa solidaritas yang tinggi antar sesama anak jalanan
Rasa solidaritas dari dlam diri anak jalanan berasa dari adanya rasa senasib sepenanggungan yang mereka rasakan selama mereka hidup bersama di jalanan. Misalnya dalam hal pekerjaan,tanpa adanya pembagian yang resmi dari segi pendapatan, mereka tetap akan bekerja bersama. Hasil dari pekerjaan bersama tersebut biasanya akan dibagi dengan sesama anjal yang ikut bekerja.
Dalam menjalin rasa solidaritasnya tak jarang mereka berkumpul sekedar untuk mengobrol maupun bertukar informasi. Hal ini biasa mereka lakukan dipinggir-pinggir jalan atau di tempat yang biasa mereka gunakan untuk berkumpul.
4) Adaptif dengan lingkungan
Kebiasaan anak jalanan yang terbiasa hidup dijalanan menimbulkan perilaku dasar pada mereka yakni mereka mampu dan adaptif untuk hidup dimana saja. Hal ini dapat timbul karena mereka yakin mereka tidak bisa adaptif dengan lingkungannya mereka tidak akan mampu bertahan dalam persaingan dijalanan. Kebiasaan yang mengharuskan mereka hidup dijalanan menyebabkan mereka harus cepat dapat menyesuaikan diri dan berbaur dengan lingkungan.
c. Karakter Anak Jalanan
Hidup menjadi anak jalanan bukanlah sebagai pilihan hidup yang menyenangkan melainkan keteraksaan yang harus mereka terima karena adanya sebab tertentu. Anak jalanan bagaimanapun telah menjadi fenomena yang menuntut perhatian semua pihaksecara psikologis mereka adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyain bentukkan mental emosional yang kokoh sementara pada saat yang sama mereka harus bergaul dengan duinia jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh negatif bagi perkembangan dan pembentukkan kepribadiannya. Aspek psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosial.
Dimana labilitas emosi dan mental mereka ditunjang dengan penampilan yang kumuh melahirkan pendapat yang negatif oleh sebagian besarmasyarakat terhadap anak jalanan yang diidentikkan dengan pembuat onar, anak-anak kumuh, suka mencuri dan sampah masyarakat yang harus disingkirkan.
Pada taraf tertentu pendapat masyarakat ini justru akan memicu perasaan alternatif mereka yang pada gilirannya akan melahirkan kepribadian introvert, cenderung suka mengendalikan diri dan asosial.
Mengenai karakter anak jalanan sendiri sebenarnya ada 2 karakter kuat yang tumbuh diantara mereka, yaitu :
• Individualistis
Mereka hidup sendiri, berkepribadian introvert / tertutup dansusah untuk berhubungan dengan orang lain.
• Berkoloni
Biasaanya merka hidup bersama-sama atau berkelompok dengan teman mereka yang senasib sepenanggungan. Mereka mencari kerja bersama-sama dan tidak dapat bertahan jika hidup sendirian.
Dari uraian karakter anak jalanan diatas dapat ditabelkan sebagai beritut dengan penggolongan anak jalanan menjadi 2 golongan :
Tabel II.1 penggolongan Anak Jalanan
KARAKTER CHILDREN OF THE STREET CHILDREN ON THE STREET
• Karakter psikologis
• Pola hidup
• Tempat tinggal
• Interaksi sosial
• Latar belakang kondisi
• Pembinaan yang didapatkan
• Modus pekerjaan
• Usia
• Liar, emosi tidak terkontrol, bebas, tidak pedulipada diri sendiri.
• Tidak teratur, suka kebebasan berekspresi, mandiri, bekerja seharian penuh dijalanan.
• 24 jan tinggal dijalanan, dipinggir atau emperan toko.
• Sudah putuh hubungan dengan orang tuaa, hidup sendiri dengan kelompoknya, tidak mau kembali kerumah.
• Memisahkan diri dan bergabung dengan sesama jenis kelompoknya, idividu, sulit berinteraksi dengan orang lain, solidaritas tinggi dengan sesamatemannya.
• Broken home, pelarian dari masalah keluarga.
• Sebelum menjadi anak jalanan masih bersekolah dan mendapat perhatian dari keluarga, dan sekarang tidak lagi.
• Untuk bertahan hidup, untuk makan sendiri.
• 5‐15 tahun (usia produktif di jalanan)
• Lebih mudah diatur, agak terkontrol emosinya, masih ada norma yang dianut.
• Mandiri, lebih mudah diatur, bekerja dari pagi hingga sore dijalanan.
• Dilingkungan kumuh dipinggiran kota atau sepanjang bantaran sungai dan pinggiran rel kereta api.
• Intensitas pertemuan dengan orang tua tidak teratur.
• Mudah berinteraksi dengan orang lain, cenderung berkelompok, solidaritas tinggi.
• Keadaan sosial ekonomi keluarga yang kekurangan.
• Ada sebagian yang masih sekolah dan ada yang tidak, masih mendapat kasih sayang dan perhatian dr keluarga.
• Membantu orang tua mengatasi masalah keuangan keluarga.
• 5‐15 tahun (usia produktif di jalanan)
Sumber : dra. Ismi dan I. Sandyawan S. 2006
D. PRESEDEN RUMAH SINGGAH YANG TELAH ADA