• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUMAH SINGGAH ANAK JALANAN DI SURAKARTA Dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku Studi Kasus Kecamatan Banjarsari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RUMAH SINGGAH ANAK JALANAN DI SURAKARTA Dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku Studi Kasus Kecamatan Banjarsari"

Copied!
210
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

RUMAH SINGGAH ANAK JALANAN DI SURAKARTA

Dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku Studi Kasus Kecamatan Banjarsari

T U G A S A K H I R

DIAJUKAN SEBAGAI SYARAT

GUNA MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU ( S1 )

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

DISUSUN OLEH :

SELVIANA RACHMAN

I 0205113

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SURAKARTA

2 0 1 0

(2)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET

FAKULTAS TEKNIK JURUSAN ARSITEKTUR

PENGESAHAN TUGAS AKHIR

RUMAH SINGGAH ANAK JALAN DI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR PERILAKU

STUDI KASUS KECAMATAN BANJARSARI DISUSUN OLEH :

SELVIANA RACHMAN NIM. I0205113

SURAKARTA, 12 OKTOBER 2010 Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh

PEMBIMBING TUGAS AKHIR

MENGESAHKAN, PEMBIMBING I

IR. MDE PURNOMO, MT NIP. 19511111 198003 1 002

PEMBIMBING II

PURWANTO S.N., ST, MT NIP. 19720324 200003 1 001 PEMBANTU DEKAN I

FAKULTAS TEKNIK UNS

IR. NOEGROHO JARWANTI, MT NIP. 19561112 198403 2 007

KETUA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNS

IR. HARDIYATI, MT NIP. 19561209 198601 2 001

(3)

PERSEMBAHAN

THANKS FOR...

ƒ Allah SWT, atas karunia, nikmat, dan segala kebahagiaan yang telah Engkau berikan dalam hidupku sampai saat ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

ƒ Rasulullah SAW, dengan segala keunggulan akhlak. Semoga selalu menjadi panutanku dalam menjalani kehidupan ini.

ƒ Mama dan Papa di rumah. Terima kasih yang tiada habis-habisnya karena telah memberiku kehidupan yang tidak kurang satu apapun. Selalu bekerja keras tanpa mengeluh sedikit pun, yang selalu dapat menjadi tempat aku berkeluh kesah tentang kesulitan yang aku alami, selalu mendukung langkah dan keputusan apa pun yang aku ambil. Serta Doa dan Restu kalian yang selalu menyertaiku.

ƒ Adik-adikku tercinta, Billy dan Tri yang selalu teringat setiap waktu.

Maaf kakak nggak bisa berada di sisi kalian di saat kalian membutuhkan.

ƒ Keluarga besar, yang telah banyak mensupport aku dan memberikan doanya agar aku cepat lulus dan mendapatkan nilai yang aksimal

ƒ Pak Ipung dan Pak Pur, makasih banget atas kesabarannya membimbing saya yang rada males ini pak, hehehe...

ƒ Dosen-dosen jurusan Arsitektur yang telah membimbing dalam menyelesaikan tugas.

ƒ Moo-kuu makasih ya dah nemenin aku selama ini. Nganterin aku cari data, bikin maket sampe rela kecelakaan bareng juga, pokoknya kamu yang tebaik deh...hehehehe...

ƒ Teman seperjuangan aku melakukan TA, Tutut, tomi, aan, dll (Periode 119) thanks and sorry ya selama ini ngerepotin terus...hehehe....

ƒ Teman-teman seangkatan Arsitektur 2005. Nadia, nonik, arfin, gema, sam, adit, fatoy, yogi, dll..maap ga bisa nyebutin satu-satu..tapi nama kalian terukir jelas dihatiku..

we are always 2005

!!! buat nonik makasih ya dah bantuin konsumsinya...ayo semangat biar cepet nyusul...;)

(4)

ƒ Desi ‘n Nitra, anak 2007 yang mau susah-susah bantuin bikin panel sampe nemenin begadang..makasih ya adik-adikku....:)

ƒ Teman-teman basket S-Tech, makasih dah jadi keluargaku selama di solo. Kalian banyak membantu dan menghiburku. Kalian teman-teman terbaik. Kibow makasih ya atas bantuannya yang tanpa pamrih...

ƒ Teman-teman kos semuanya. Maap aku nggak bisa menyebutkan nama kalian satu persatu. Pokoknya makasih banget buat bantuannya. Makasih para penghuni KOS CERIA...i will miss u all...(T.T)

ƒ Ratri dan si Ipin yang udah mau susah-susah nemenin aku...makasih ya...;)

ƒ Para pengurus DILTS foundation, Rumah Singgah Kampung Jembatan dan PPAP Seroja buat semua bantuannya yang telah mempersiapkan data dan juga info-info penting sehingga TA ini berjalan lancar.

ƒ Buat semua pihak yang telah membantu....maaf kalau saya lupa menyebutkan, berarti anda masuk dalam kategori ini....hehehehehe...

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas perkenaan-Nya Penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan Konsep Tugas Akhir dengan judul “Rumah Singgah anak Jalanan di Surakarta Dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku Studi Kasus Kecamatan Banjarsari” yang merupakan syarat wajib kelulusan di Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret. Konsep Tugas Akhir dengan judul “Rumah Singgah anak Jalanan di Surakarta Dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku Studi Kasus Kecamatan Banjarsari” Penulis lalui melalui serangkaian proses yang sngat panjang dan melelahkan. Tetapi pada akhirnya Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Rumah Singgah anak Jalanan di Surakarta Dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku Studi Kasus Kecamatan Banjarsari” ini dengan perasaan puas dan lega. Semua kerja keras Penulis ini tentu saja tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

• Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya hingga penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir.

• Ir. Hardiyati , MT, selaku Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNS.

• Ir. Soedwiwahjono . MT, selaku Pembiming Akademik yang telah dengan sabar memberikan saran dan masukan serta bimbingan selama Penulis menempuh pendidikan di kampus Arsitektur UNS.

• Ir. MDE Purnomo, MT dan Purwanto S.N, ST, MT selaku pembimbing tugas akhir yang telah bekerjasama dengan baik, kesediaan dalam membimbing, masukan, serta penyelesaian dari masalah-masalah yang Penulis temui dalam penyusunan Tugas Akhir dengan judul “Rumah Singgah anak Jalanan di Surakarta Dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku Studi Kasus Kecamatan Banjarsari” ini.

• Para pengurus DILTS Foundation, Kampung Jembatan, PPAP Seroja dan LSM-LSM lainnya atas bantuan informasi serta data-data yang penulis perlukan dalam penyusunan konsep Tugas Akhir.

• Staf Bappeda Sub Bidang BKRPP (Badan Kesejahteraan Rakyat dan Pemberdayaan Perempuan) Surakarta atas kerjasama dan bantuan data sehingga konsep Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

• Bapak Dwi Setyo, SH, selaku lurah dari kelurahan Sumber untuk bantuan data serta informasi untuk penyusunan konsep Tugas Akhir.

(6)

• Semua pihak yang telah membantu Penulis dalam serangkaian proses ini yang tidak dapat Penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir dengan judul “Rumah Singgah anak Jalanan di Surakarta Dengan Pendekatan Arsitektur Perilaku Studi Kasus Kecamatan Banjarsari” yang ditulis ini terdapat banyak kekurangan baik dari segi penulisan, maupun isi dan materi Tugas Akhir. Hal tersebut tak lain dikarenakan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, serta kemampuan yang Penulis miliki. Untuk itu adanya kritik, saran, maupun masukanan yang dapat memperbaiki kemampuan serta menambah pengetahuan penulis sangat diharapkan. Akhir kata, semoga laporan yang Penulis buat ini juga mampu memberikan manfaat bagi berbagai pihak, khususnya mahasiswa arsitektur UNS.

Surakarta, 12 Oktober 2010

Selviana Rachman

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBARPENGESAHAN... ii

KATA PENGANTAR... iii

PERSEMBAHAN... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR SKEMA... xviii BAB I PENDAHULUAN

A. JUDUL ... I - 1 B. DEFENISI DAN PEMAHAMAN JUDUL

1. Rumah Singgah ... I - 1 2. Anak Jalanan ... I - 1 3. Rumah Singgah Anak Jalanan di Surakarta... I - 1 C. LATAR BELAKANG

1. Pengertian dan Tumbuh Kembang Anak ... I - 2 2. Anak Jalanan dan Problematikanya... I - 3 3. Solusi Rumah Singgah Dalam Pandangan Arsitek... I - 3 4. Gambaran Surakarta sebagai Setting Rumah Singgah... I - 5 5. Kondisi Kampung Tempurejo, Kelurahan Sumber,

Kecamatan Banjarsari... I - 6 6. Keadaaan rumah singgah yang telah ada... I - 7 D. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN

1. Persoalan... I - 13  2. Pemasalahan... I - 13  E. TUJUAN DAN SASARAN

1. Tujuan ... I - 14  2. Sasaran ... I - 14  F. LINGKUP DAN BATASAN PEMBAHASAN

(8)

1. Lingkup Pembahasan... I - 14  2. Batasan Pembahasan ... I - 15  G. METODE PEMBAHASAN

1. Metode Pencarian Data dan Informasi ... I - 16  2. Metode Penelusuran Masalah ... I - 18  3. Metode Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan ... I - 18 H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN ... I - 19 I. POLA PIKIR ATAU ALUR PIKIR ... I - 22 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN PRESEDEN

A. TINJAUAN ANAK JALANAN

1. Pengertian ... II - 1  2. Hak-hak Anak Jalanan ... II - 2  3. Kriteria Anak jalanan ... II - 4  4. Latar Belakang penyebab anak jalanan ... II - 5  5. Klasifikasi anak jalanan ... II - 6  6. Pengkategorian anak jalanan berdasarkan hubungan  

dengan keluarga... II - 8  7. Jenis pekerjaan anak jalanan... II - 9  8. Resiko yang dihadapi anak jalanan... II - 9 9. Permasalahan yang terjadi disekitar anak Jalanan... II - 10 B. KAJIAN RUMAH SINGGAH

1. Landasan hukum pendirian rumah singgah ... II - 10  2. Pengertian rumah singgah ... II - 11  3. Fungsi rumah singgah ... II - 11  4. Tujuan Rumah Singgah ... II - 12  5. Prinsip-prinsip rumah singgah ... II - 13  6. Standar Penerima Pelayanan ... II - 15  7. Standar Pelaksana Rumah singgah ... II - 15  8. Prosedur Pendirian Rumah Singgah ... II - 15  9. Sistem Administrasi pada Rumah Singgah... II - 16  10. Sarana dan Perlengkapan Rumah Singgah... II - 16  11. Pembiayaan pada Rumah Singgah... II - 17 

(9)

12. Tahap-Tahap Pelayanan Masyarakat... II - 17  13. Kegiatan-kegiatan Rumah Singgah... II - 19  14. Keuntungan adanya rumah singgah... II - 21  15. Permasalahan yang timbul pada rumah singgah... II - 21  16. Langkah keberhasilan tumah singgah... II - 22  C. TEORI PERILAKU DALAM ARSITEKTUR

1. Perilaku dan arsitektur... II - 24  2. Perilaku Perkembangan Anak... II - 31  3. Perilaku dan Karakter Anak jalanan serta kaitannya dengan  

segi arsitektur... II - 35  D. PRESEDEN RUMAH SINGGAH YANG TELAH ADA

1. Rumah singgah Kampung Jembatan dan DILTS... II - 39  2. Rumah Singgah The Bamboe’s... II - 40 

BAB III TINJAUAN ANAK JALANAN DI SURAKARTA

A. LOKASI OPERASI ANAK JALANAN... III - 1  B. KARAKTERISTIK ANAK JALANAN SURAKARTA... III - 3  C. KONDISI ANAK JALANAN DI SURAKARTA... III - 5 1. Interaksi sosial anak jalanan dengan masyarakat sekitar... III - 5  2. Interaksi sosial sesama anak jalanan... III - 5  D. PERMASALAHAN YANG TIMBUL PADA

ANAK JALANAN DI URAKARTA... III - 6 E. UPAYA PENANGGLANGAN PERMASALAHAN

ANAK JALANAN DI SURAKARTA... III - 7 F. KONDISI RUMAH SINGGAH DI SURAKARTA... III - 8 G. KONDISI KAMPUNG TEMPREJO DI KELURAHAN SUMBER

KECAMATAN BANJARSARI... III - 8

BAB IV RUMAH SINGGAH BAGI ANAK JALANAN DI SURAKARTA YANG

DIRENCANAKAN

A. PENGERTIAN... IV - 1 B. TUJUAN... IV - 1

(10)

C. SASARAN PELAYANAN ... IV - 3 D. FUNGSI DAN PERAN... IV - 4 E. SIFAT KELEMBAGAAN... IV - 5 F. STRUKTUR ORGANISASI... IV - 5 G. ARAH PERENCANAAN... IV - 6 H. PROGRAM PELAYANAN... IV - 7 I. KARAKTERISTIK... IV - 8

BAB V ANALISA PENDEKATAN KONSEP RUMAH SINGGAH BAGI ANAK JALANAN DI SURAKARTA

A. PENDEKATAN PERILAKU... V - 1 B. ANALISAPENDEKATAN KONSEP... V - 3 1. Analisa Perencanaan... V - 3

a. Analisa Pemilihan Lokasi... V - 3 b. Analisa Pemilihan Site... V - 5 c. Analisa Pengolahan Site... V - 7 1) Exsisting site... V - 8 2) Pencapaian... V - 9 3) Zonifikasi Site... V - 11 4) Pola Sirkulasi... V - 17 5) Orientasi Bangunan... V - 23 6) Penataan Lansekap... V - 24

a) Vegetasi... V - 24 b) Pagar Depan... V - 25 c) Kolam buatan... V - 26 2. Analisa Perancangan... V - 27

a. Analisa Peruangan... V - 27 1) Pelaku dan Aktifitas... V - 27 2) Pola Aktifitas... V - 29 3) Karakter Aktifitas... V - 33 4) Kebutuhan Ruang... V - 35 5) Pengelompokkan Ruang... V - 40

(11)

6) Karakter Ruang... V - 41 7) Besaran Ruang... V - 43 8) Pola Hubungan Ruang dan Organisasi Rua... V - 50 b. Analisa Tampak Bangunan... V - 54 1) Jumlah dan Tata Letak Massa... V - 54 2) Bentuk Massa... V - 56 c. Analisa Sistem Struktur... V - 59 d. Analisa Sistem Utilitas... V - 60 1) Sistem komunikasi... V - 60 2) Sistem Pengamanan Bahaya Kebakaran... V - 61 3) Sistem Penyediaan Air Bersih... V - 63 4) Sistem Sanitasi... V - 63 5) Siste,m Drainase... V - 64 6) Sistem Kelistrikan... V - 65 e. Analisa Ruang Dalam Bangunan... V - 66 1) Sirkulasi dalam Ruang... V - 66 2) Faktor Keintiman dalam Bangunan... V - 68 3) Faktor Sosial dalam Bangunan... V - 72 4) Kenyamanan... V - 73 a) Kenyamanan Fisik... V - 73 b) Kenyamanan Psikologis... V - 76

BAB V I KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SINGGAH BAGI ANAK JALANAN DI SURAKARTA

A. KONSEP PERENCANAAN... VI - 1 B. KONSEP PERANCANGAN... VI - 1 1. Konsep Programatik Peruangan... VI - 1 2. Kosep Programatik Kebutuhan Ruang... VI - 2 3. Konsep Programatik Hubungan dan Organisasi Ruang... VI - 5 4. Konsep Programatik Besaran Ruang... VI - 8 5. Konsep Programatik Persyaratan Ruang... VI - 14 6. Konsep Programatik Pemilihan Lokasi Dan Site

(12)

a. Pemilihan lokasi... VI - 15 b. Pemilihan site... VI - 16 7. Konsep Programatik Pengolahan Site

a. Iklim... VI - 17 b. Pencapaian... VI - 17 c. Bising... VI - 18 d. View dan orientasi bangunan... VI - 19 e. Sirkulasi... VI - 19 8. Konsep Programatik Zonifikasi Site... VI - 20 9. Konsep Programatik Arsitektur

a. Massa dan tampilan bangunantata ruang dal... VI - 22 b. Tata ruang Dalam... VI - 24 10. Konsep Programatik Sistem Struktur Bangunan

a. Sistem sub struktur... VI - 24 b. Sistem super struktur... VI - 24 c. Sistem upper struktur ... VI - 24 11. Konsep Programatik Utilitas Bangunan

a.Sistem Komunikasi ... VI - 25 b. Sistem fire protection... VI - 25 c. Sistem air bersih... VI - 25 d. Sistem pembuangan air kotor... VI - 25 e. Sistem pembuangan sampah... VI - 26 f. Sistem instalasi listrik ... VI - 26 DAFTAR PUSTAKA ... xix DAFTAR UNDUH ... xx LAMPIRAN ... xxi

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar I. 1 Rumah singgah di The Bamboe’s ... I - 9 Gambar I. 2 Kegiatan Bermusik di The Bamboe’s ... I - 11 Gambar I. 3 Ruang tamu & kumpul The Bamboe’s ... I - 11 Gambar I. 4 Kamar Tidur di The Bamboe’s ... I - 12 Gambar I. 5 Fasilitas dalam Rumah singgah The Bamboe’s ... I - 12 Gambar II. 1 Rumah singgah di The Bamboe’s ... II - 40 Gambar II. 2 Kegiatan Bermusik di The Bamboe’s ... II - 42 Gambar II. 3 Ruang tamu & kumpul The Bamboe’s ... II - 42 Gambar II. 4 Kamar Tidur di The Bamboe’s ... II - 43 Gambar II. 5 Fasilitas dalam Rumah singgah The Bamboe’s ... II - 43 Gambar III. 1 Peta pembagian Kecamatan di kota Surakarta ... III - 1 Gambar V. 1 Peta Surakarta ... V - 3 Gambar V.2 Foto lokasi ... V - 8 Gambar V. 3 Site yang dipilih ... V - 9 Gambar V.4 Ukuran Site ... V - 9 Gambar V. 5 peletakkan SE dan ME ... V - 11 Gambar V.6 Penzoningan yang direncanakan ... V - 14 Gambar V.7 Penzoningan yang direncanakan ... V - 16 Gambar V.8 Penanda batas sirkulasi ... V - 19 Gambar V.5 Sistem parkir paralel ... V - 21 Gambar V.6 Sistem parkir menyudut 45º ... V - 21 Gambar V.7 Sistem parkir menyudut 90º ... V - 22 Gambar V. 8 Peletakan ME dan SE ... V - 22 Gambar V. 9 Alur sirkulasi ... V - 22 Gambar V.10 View site ... V - 23 Gambar V.11 Respon view ... V - 24 Gambar V.12 Pola aktifitas pengelola ... V - 29 Gambar V.13 Pola aktifitas anak jalanan disekitar rumah singgah... V - 29 Gambar V.14 Pola aktifitas anak jalanan yang menetap ... V - 30

(14)

Gambar V.15 Pola aktifitas pengunjung ... V - 30 Gambar V.16 Tata massa banyak ... V - 55 Gambar V.17 Tata massa tunggal ... V - 55 Gambar V.18 Tata massa Tunggal Berkantung ... V - 56 Gambar V.19 Analisa bentuk fasilitas perlindungan,

pengasuhan dan pengenbangan yang direncanakan... V - 58 Gambar V.20 Analisa bentuk fasilitas pendidikan

dan pelatihan yang direncanakan ... V - 59 Gambar V.21 Analisa bentuk fasilitas kebersamaan yang direncanakan ... V - 59 Gambar V.22 Bentuk dan Kualitas Ruang ... V - 66 Gambar V.23 Single Corridor ... V - 67 Gambar V.24 Double Corridor ... V - 67 Gambar V.25 Radial ... V - 68 Gambar V.26 Suasana ruang yang tercipta berdasarkan ketinggian ... V - 69 Gambar V.27 Jenis Tatanan Pembentuk Perilaku Sosial ... V - 73 Gambar V. 28 selasar ... V - 74 Gambar V. 29 ventilasi vertikal ... V - 74 Gambar V. 30 gambar penggunaan ventilasi menyilang ... V - 75 Gambar V. 31 Sun shading ... V - 75 Gambar V.32 Pemecahan masalah sirkulasi barat pada kompleks bangunan... V - 76 Gambar V.33 Jenis penciptaan cahaya alami dan pembayangan... V - 76 Gambar VI. 1 Lokasi Site yang dipilih ... VI - 16 Gambar VI. 2 Iklim dalam site ... VI - 17 Gambar VI. 3 peletakkan SE dan ME ... VI - 18 Gambar VI. 4 Penzoningan kaibat kebisingan ... VI - 18 Gambar VI. 5 View dan orientasi bangunan ... VI - 19 Gambar VI. 6 Sirkulasi dalam site ... VI - 19 Gambar VI. 7 Penzoningan yang direncanakan ... VI - 20 Gambar VI. 8 Analisa bentuk fasilitas perlindungan,

pengasuhan dan pengenbangan yang direncanakan ... VI - 22 Gambar VI. 9 Analisa bentuk fasilitas pendidikan dan

pelatihan yang direncanakan ... VI - 23

(15)

Gambar VI.10 Analisa bentuk fasilitas kebersamaan yang direncanakan ... VI - 23 Gambar VI.11 Analisa bentuk fasilitas kebersamaan yang direncanakan ... VI - 23

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel II.1 penggolongan Anak Jalanan ... II - 38 Tabel III. 1 Titik-titik lokasi anak jalanan beroperasi ... III - 2 Tabel IV.1 Peran dan fungsi dalam rumah singgah ... IV - 4 Tabel IV.2 Karakteristik rumah singgah ... IV - 8 Tabel IV.3 Karakter ruang rumah singgah ... IV - 9 Tabel IV.4 Karakter aktifitas-ruang rumah singgah ... IV -10 Tabel VI. 1 Kriteria penentuan lokasi ... V - 7 Tabel VI.2 Fungsi dan aktifitas rumah singgah ... V - 13 Tabel VI. 3 Penzoningan yang direncanakan ... V - 15 Tabel V. 4 Pembagian zoning berdasarkan fungsi ... V - 16 Tabel V. 5 Alternatif Sirkulasi pejalan kaki ... V - 17 Tabel V.6 Alternatif Sirkulasi Kendaraan ... V - 20 Tabel V.7 Tabel Pelaku dan Aktifitas dalam Rumah Singgah ... V - 28 Tabel V.8 Pola aktifitas dalam Rumah Singgah ... V - 31 Tabel V.9 Karakter aktifitas dalam Rumah Singgah ... V - 34 Tabel V.10 Jenis Perilaku ... V - 35 Tabel V.11 Kebutuhan Ruang ... V - 37 Tabel V.12 Pengelompokkan Ruang ... V - 40 Tabel V.13 Pengelompokkan Ruang yang direncanakan ... V - 41 Tabel V.14 Karakter Ruang ... V - 42 Tabel V.15 Karakter Ruang yang direncanakan ... V - 42 Tabel V.16 Besaran Ruang fungsi perlindungan yang direncanakan... V - 44 Tabel V.17 Besaran Ruang fungsi pendidikan yang direncanakan... V - 45 Tabel V.18 Besaran Ruang fungsi pelatihan yang direncanakan ... V - 47 Tabel V.19 Besaran Ruang fungsi pengelola yang direncanakan ... V - 48 Tabel V.20 Besaran Ruang fungsi pengasuhan yang direncanakan ... V - 49 Tabel V.21 Besaran Ruang fungsi penunjang yang direncanakan ... V - 50 Tabel V.22 Hubungan ruang dan fungsi ... V - 51 Tabel V.23 Pola Hubungan ruang Publik ... V - 51

(17)

Tabel V.24 Pola Hubungan ruang semi Publik ... V - 52 Tabel V.25 Pola Hubungan ruang Privat ... V - 53 Tabel V.26 Pola Hubungan ruang servis ... V - 53 Tabel V.27 Analisa bentuk dasar ... V - 57 Tabel V.28 Analisa bentuk bangunan ... V - 58 Tabel V.29 besaran ruang dan kesannya terhadap anak-anak ... V - 69 Tabel VI. 1 Tabel Pelaku dan Aktifitas dalam Rumah Singgah ... VI - 1 Tabel VI. 2 Kebutuhan Ruang ... VI - 2 Tabel VI.3 Pola Hubungan ruang Publik ... VI - 5 Tabel VI.4 Pola Hubungan ruang semi Publik ... VI - 6 Tabel VI.5 Pola Hubungan ruang Privat ... VI - 7 Tabel VI.6 Pola Hubungan ruang servis ... VI - 7 Tabel VI.7 Besaran Ruang fungsi perlindungan yang direncanakan ... VI - 8 Tabel VI.8 Besaran Ruang fungsi pendidikan yang direncanakan ... VI - 9 Tabel VI.9 Besaran Ruang fungsi pelatihan & pengembangan yang direncanakan ... VI - 11 Tabel VI.10 Besaran Ruang fungsi pengelola yang direncanakan ... VI - 12  Tabel VI.11 Besaran Ruang fungsi pengasuhan yang direncanakan ... VI - 13 Tabel VI.12 Besaran Ruang fungsi penunjang yang direncanakan ... VI - 14 Tabel VI. 13 Penzoningan yang direncanakan ... VI - 20 Tabel VI.14 Pembagian zoning berdasarkan fungsi ... VI - 22 

(18)

DAFTAR SKEMA

Skema I. 1 Sejarah Rumah Singgah The Bamboe’s ... I - 9 Skema I. 2 Alur pikir penulis ... I - 22 Skema I. 3 Alur pikir Perancangan ... I - 23 Skema II. 1 Sejarah Rumah Singgah The Bamboe’s ... II - 40 Skema IV.1 sifat kelembagaan rumah singgah ... IV - 5 Skema IV.2 Struktur organisasi rumah singgah ... IV - 5 Skema IV.3 Arah Perencanaan rumah singgah ... IV - 6 Skema V.1 Alur Perancangan dan perencanaan ... V - 1 Skema V.2 Gambar Makna Arsitektural... V - 2 Skema V.3 Organisasi Ruang Publik ... V - 52 Skema V.4 Organisasi Ruang semi Publik ... V - 52 Skema V.5 Organisasi Ruang Privat ... V - 53 Skema V.6 Organisasi Ruang Servis ... V - 53 Skema V.7 Sistem Komunikasi yg direncanakan ... V - 61 Skema V.8 Sistem Air Bersih ... V - 63 Skema V.9 Sistem Air Bersih yg direncanakan ... V - 64 Skema V.10 Sistem drainase ... V - 64 Skema V.11 Sistem Drainase yg direncanakan... V - 65 Skema V.12 Sistem Kelistrikan yg direncanakan... V - 65 Skema VI.1 Organisasi Ruang Publik ... VI - 6 Skema VI.2 Organisasi Ruang semi Publik ... VI - 6 Skema VI.3 Organisasi Ruang Privat ... VI - 7 Skema VI.4 Organisasi Ruang Servis ... VI - 7 Skema VI.5 Sistem Komunikasi yg direncanakan ... VI - 25 Skema VI.6 Sistem Air Bersih yg direncanakan ... VI - 25 Skema VI.7 Sistem Kelistrikan yg direncanakan ... VI - 26

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. JUDUL

Rumah Singgah Anak Jalanan di Surakarta

Sebagai Wadah Kegiatan Anak Jalanan melalui Pendekatan Arsitektur Perilaku

B. DEFINISI DAN PEMAHAMAN JUDUL

Rumah Singgah :

• Rumah singgah merupakan proses informal yang memberikan suasana pusat realisasi anak jalanan terhadap sistem nilai dan norma di masyarakat.

(Departemen Sosial R,I,2002) Anak Jalanan :

• Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya.(Kamus Besar Bahasa Indonesia .1990)

• Anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah, dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya.(UNICEF, International confrence of children, New York. 1995)

Dari definisi di atas dapat ditarik sutu pemahaman tentang Rumah Singgah Anak Jalanan di Surakarta sbb:

• Merupakan wadah bagi anak-anak jalanan yang bertujuan sebagai tempat perlindungan, pendidikkan, pembinaan dan pelatihan anak jalanan agar mereka lebih kreatif dan inovatif sehingga kemudian dapat kembali kedalam kehidupan sosial dan dihargai oleh masyarakat luas dengan memperhatikan faktor perilaku individu dan sosial mereka sebagai pertimbangan utama desain.

(20)

C. LATAR BELAKANG

1. Pengertian dan Tumbuh Kembang Anak

Anak adalah anugerah tersendiri bagi setiap orang tua. Sebagai seorang anak ada tahap-tahap tumbuh dan berkembang yang seharusnya mereka terima.

Menurut seorang psikolog yang bernama Elizabeth Hurlock “ Pertumbuhan adalah terjadinya pertambahan dalam ukuran, sedangkan berkembang adalah suatu seri perubahan yang progresif dalam pola yang bertautan dan berurutan.

Perkembangan fisik secara langsung maupun tidak langsung akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak.”

Anak-anak menurut Hurlock memiliki beberapa fase pertumbuhan dan perkembangan, antara lain :

a. Usia 0-2 Tahun ( Periode Vital ), Masa bayi disebut juga masa vital karena kondisi fisik dan mental bayi merupakan pondasi bagi perkembangan dan pertumbuhan.

b. Usia 1 -5 Tahun ( Periode estatis ), Pada periode ini hubungan sosial pada masa anak-anak terlihat pada usaha anak yang mulai belajar mengadakan hubungan diri secara emosional dengan orang lain.

c. Usia 6-12 tahun ( periode intelektual ), pada fase ini anak-anak mengalami perkembangan yang sangat pesat sesuai dengan apa yang didapatkannya.

d. Usia 13 – 19 Tahun ( Periode pueral / masa remaja ), fase ini merupakan fase penghubung antara masa peralihan, masa anak-anak dengan masa remaja.

Fase-fase pada tumbuh kembang anak dapat menciptakan karakteristik anak yang sesungguhnya. Karakteristik inilah yang akan membuat seorang anak akan menjadi apa nantinya. Walaupun masih anak-anak dan masih tergantung pada orang tua anak-anak memiliki hak-hak dan kewajiban sendiri- sendiri sebagai manusia. Namun dikarenakan keadaan yang tidak memadai, maka ada anak-anak yang tidak mendapatkan hak-haknya tetapi harus melakukan kewajiban yang bukan milikinya.

(21)

2. Anak Jalanan dan Problematikanya

Salah satu anak-anak yang kurang beruntung itu adalah anak-anak jalanan yang terpaksa bekerja di jalanan atau melarikan diri ke jalanan atas kemiskinan yang dialami keluarganya (Departemen Sosial RI tahun 2002).

Mereka terpaksa bekerja atau bahkan dipaksa bekerja demi membantu kehidupan keluarganya. Bahkan, tak jarang dari mereka yang menjadi tulang punggung keluarga. Usia anak yang tergolong masih kecil terkadang justru dimanfaatkan untuk mencari penghidupan atau mencari uang di jalan, padahal seperti yang kita ketahui bahwa mereka (anak-anak Jalanan) seharusnya berada disekolah tetapi ternyata mereka berada di jalanan untuk mencari uang guna membayar biaya sekolah mereka namun terpaksa putus sekolah dan terpaksa tidak mendapatkan pendidikan yang seharusnya mereka terima.

Adanya peraturan perundangan yang menyebutkan secara jelas mengenai hak-hak individu dah hak-hak anak, sepearti pasal 34 UUD 1945 (Pemeliharaan fakir miskin dan anak terlantar diatur oleh Negara), Pasal 31 UUD 1945 (tiap warga Negara berhak medapat pengajaran), Konvensi Hak anak (pelarangan eksploitasi anak), Konvensi ILO No.138 tahun 1973 ps.2 ayat 1 mengenai usia minimum anak diperbolehkan bekerja adalah 16 tahun, UU No.4 tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak serta peraturan perundang-undangan lainnya semakin meyakinkan untuk menciptakan sebuah wadah yang sesuai bagi anak, dalam hal ini anak-anak jalanan dimana mereka kurang atau bahkan tidak terpenuhi haknya karena harus bekerja di jalanan. Penciptaan wadah yang mampu memberikan perlindungan, menyediakan sarana pendidikan, pembinaan, pengembangan diri serta menawarkan diri serta menawarkan fasilitas yang membuat hak-hak mereka sebagai anak terpenuhi akan sangat membantu anak- anak jalanan menuju arah kehidupan yang lebih baik lagi dan tertata, baik secara psikis maupun fisik.

3. Solusi Rumah Singgah Dalam Pandangan Arsitektur

Arsitektur saat ini semakin berkembang dan sangat perlu diketahui dan disadari bahwa dunia arsitektur tidak bisa dilepaskan dari lingkungan dan masyarakat yang mengelilingi. Dalam mewujudkan suatu lingkungan binaan,

(22)

arsitektur selalu menghubungkan antara manusia, masyarakat dan alam sekitarnya serta memenuhi kebutuhan manusia dari berbagai aspek antara lain aspek sosial, ekonomi, psikologis dan kebudayaan manusia itu sendiri.

Dilihat dari keberadaannya, arsitektur mempunyai dua fungsi yaitu secara fisik dan perilaku. Secara fisik, fungsi arsitektur adalah mewadahi semua kebutuhan manusia yang terbentuk berdasarkan kebutuhannya akan ruang.

Sedangkan secara perilaku, arsitektur berperan dalam terbentuknya program ruang yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan perilaku anak jalanan.

Dalam kaitannya dengan kajian ini, arsitektur digunakan sebagai salah satu usaha yang dapat mewadahi dan mengakomodasi kebutuhan-kebutuhan anak jalanan agar mereka dapat hidup yang anam, sehat, nyaman dan berkelanjutan sesuai karakter anak jalanan supaya mereka lebih dihargai oleh masyarakat luas.

Salah satu wujud karya arsitektur yang dirasa sesuai sebagai usaha penanganan anak jalanan ini adalah pengadaan rumah singgah bagi anak jalanan.

Munculnya rumah singgah anak jalanan merupakan “aksi kepedulian” dari segelintir orang yang selama ini melihat dan merasakan ketidakadilan dikalangan anak jalanan.

Tapi sejauh ini keinginan keras untuk mengentaskan mereka dari jalanan dan mendapatkan hak-hak mereka justru belum direspon secara baik. Penolakan, pertentangan, tidak ada dukungan malah komentar yang memerahkan telinga dari para pakar justru diterima oleh beberapa rumah singgah yang sudah ada saat ini.

Menurut temuan di lapangan, banyak rumah singgah yang tidak dimanfaatkan secara optimal oleh anak jalanan karena anak jalanan tidak tertarik dan tidak merasa membutuhkannya. Ini dikarenakan pengelola rumah singgah kurang kreaktif dan inovatif dalam menciptakan kegiatan sehingga anak-anak kurang tertarik bergabung dalam rumah singgah. Anak-anak jalanan cenderung menjadikan rumah singgah hanya sebagai tempat tinggal sementara, tanpa ada rasa memiliki dan tanggung jawab untuk mengikuti program-program yang ditawarkan sehingga mereka tidak termotivasi untuk memperbaiki dirinya sendiri.

(23)

Kegagalan yang terjadi pada beberapa rumah singgah yang sudah ada ditangkap dan ditampung oleh beberapa kalangan yang kemudian kereka membuat metode dan wadah baru untuk menangani anak jalanan tersebut.

Beberapa wadah baru yang dimunculkan yakni sanggar seni, sanggar belajar, dan pesantren kilat anak jalanan dirasa mampu dan dianggap lebih efektif karena bisa menampung masalah-masalah yang ada. Metode pendekatan personal dan kegiatan yang lebih menarik dirasa dapat hidup lebih baik. Apalagi jika semua fasilitas tersebut digabungkan pada satu wadah yang dikelola secara baik, maka wadah yang terbentuk akan lebih efektif dan optimal fungsinya.

4. Gambaran Surakarta sebagai Setting Rumah Singgah

Ditengah dilema bagaimana konsep penanganan yang anak jalanan yang dirasa sesuai dan tepat, beberapa rumah singgah yang ada saat ini justru tidak berfungsi lagi. Padahal jumlah anak jalanan di Surakarta semakin meningkat.

Pendataan terakhir yang berhasil dilakukan menyatakan bahwa terdapat sedikitnya ada 543 anak jalanan yang beroperasi di 5 kecamatan di Surakarta.

Semakin banyak jumlah anak jalanan di Surakata memicu semakin bertambahnya resiko kekerasaan yang dialami mereka di jalan. Kasus kekerasan pada anak yang terjadi di Surakarta telah mencapai titik yang memprihatinkan (dra. Ismi Dwi Astuti,Msi ).

Kasus kekerasaan tersebut berkaitan dengan masalah pelacuran anak, pelanggaran hukum dan perlakuan yang semena-mena terhadap anak khususnya anak jalanan. Kasus ini bukan merupakan kasus kekerasan yang sebatas kriminalitas biasa atau medis. Namun lebih dari itu kasus yang terjadi menyangkut banyak aspek antara lain aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya.

Penanganan terhadap kasus kekerasan pada anak jalanan ini sebenarnya telah mendapat sorotan dari pihak Pemkot. Dalam hal ini Pemkot telah menyediakan anggaran untuk berusaha mengatasi permasalahan tersebut dimana anggaran ini digunakan dalam mengatasi masalah yang terjadi. Hal ini disebabkan kareana cara tersebut dirasa tidak efektif dalam menyentuh permasalahan utamanya. Dalam prakteknya dana tersebut hanya digunakan

(24)

dalan operasi penertiban dan tidak ada usaha penanganan pasca penertiban tersebut.

Menindaklanjuti dari sikap yang diambil oleh pemkot mengenai usaha mengatasi masalah kekerasan pada anak jalanan ini diperlukan usaha lebih nyata daripada sekedar razia dan penertiban. Dimana diperlukan suatu tindakan penanganan anak jalanan setelah dilakukan razia. Langkah yang dirasa sesuai untuk mendukung usaha tersebut adalah dengan menghadirkan rumah singgah bagi anak jalanan yang difungsikan tidak hanya setelah dilakukan razia tetapi juga bisa dilakukan proses pendataan sebelum masuk ke rumah singgah.

Tujuan dari disediakannya fasilitas rumah singgah ini adalah diharapkan anak-anak jalanan yang tertampung di dalamnya mendapatkan tempat perlindungan, pendidikan dan pelatihan yang mampu memberikan keamanan dan kenyamanan bagi mereka yang tidak mereka dapatkan sebelumnya dijalanan.

Selain itu fasilitas ini juga bertujuan untuk menyelamatkan masa depan anak-anak jalanan tersebut sehingga hidup merka tidak habiskan di jalanan dimana tidak ada jaminan untuk kearah hidup yang lebih baik. Dengan adanya rumah singgah ini nantinya diharapkan mereka mampu meningkatnya keterampilan dan menambah kemampuan serta kemahiran mereka agar dapat berguna nantinya jika mereka kembali hidup di dunia luar, karena nantinya pada fasilitas ini akan dilengkapi dengan berbagai pelatihan yang dibutuhkan untuk mengakomodasi kebutuhan dan pelatihan bagi anak jalanan.

Tujuan lain dari disediakannya fasilitas rumah singgah ini adalah sebagai sarana penertiban anak jalanan yang semakin banyak jumlahnya saat ini, sehingga dapat dihindari adanya eksploitasi anak-anak jalanan dimana banyak diantara mereka yang dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingan pribadinya.

5. Kondisi Kampung Tempurejo, Kelurahan Sumber, Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.

Kampung tempurejo sendiri termasuk salah satu kampung yang cukup luas dalam cakupan kelurahan Sumber kecamatan Banjarsari Surakarta. Kampung

(25)

Tempurejo memiliki luas lahan sekitar kurang lebih 41.950 m² dengan 6 (enam) RT yang ada di dalamnya. Dari seluas lahan pada Kampung Tempurejo terdapat

±445 Kepala Keluarga dalam satu kampung. Dan tiap-tiap keluarga memiliki rata-rata 4 orang anggota keluarga, walaupun juga banyak yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari itu. Dan rata-rata keluaga memiliki tempat tinggal dengan luas yang berkisar antara 72m² - 124 m². Dan maksimal bangunan pada kampung ini terdiri dari tiga lantai, tetapi sebagian besar bangunan di kampung ini memiliki ketinggian dua lantai.

Masalah pendidikan di kampung Termpurejo cukup baik, indikatornya adalah pada kampung ini terdapat sebuah Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 4 yang membuktikan bahwa lokasi kampung ini merupakan lokasi yang kondusif untuk kegiatan belajar mengajar. Sedangkan untuk mata pencaharian sebagian besar penduduk Kampung Tempurejo merupakan pedagang dan pegawai, keadaan ini menjelaskan bahwa kampung ini memiliki kondisi ekonomi yang sangat baik walaupun tidak berlebih. Bisa dibilang kondisi ekonomi pada lingkungan ini menengah kebawah. Yang sesuai untuk anak jalanan agar mereka tidak merasa berbeda dengan masyarakat yang telah ada.

6. Keadaaan rumah singgah yang telah ada

Setelah melakukan survei langsung keadaan dari beberapa rumah singgah yang ada di dua kota yakni di kota Jakarta dan Surakarta, terdapat perbedaan persepsi yang mencolok mengenai rumah singgah. Jika di Jakarta rumah singgah hanya diperuntukan bagi anak jalanan yang berguna sebagai wadah pembinaan, pelatihan dan pendidikan anak jalanan, sedangkan di Surakarta rumah singgah yakni rumah/tempat yang dibuat oleh pemerintah sebagai tempal tinggal bagi seseorang yang berasal dari luar kota Surakarta dan ingin menentap sementara. Adapun beberapa rumah singgah yang diperuntukkan untuk anak jalanan khususnya, pada beberapa tahun belakangan ini kurang beroperasi sebagaimana seharusnya. Selain itu rumah singgah di kota Surakarta disewakan berbeda dengan yang ada di Jakarta yang diciptakan cuma-cuma untuk anak jalanan.

Adapun rumah singgah anak jalanan yanng dapat digunakan untuk preseden antara lain :

(26)

a) Rumah Singgah Kampung Jembatan dan DILTS

Rumah singgah yang dikunjungi di Jakarta yakni rumah singgah DILTS dan Kampung Jembatan. Di kedua rumah singgah ini memiliki kegiatan yang hampir sama pada setiap rumah singgah yang berfungsi utama untuk membina. Namun terdapat kekurangan arsitektur yang terlihat dari keterbatasannya ruangan sbagai wadah dari kegiatan yang dilakukan. Kedua rumah singgah ini hanya berupa rumah tinggal biasa yang disewa oleh LSM tersebut untuk kegiatan belajar, bermain, bersosialisasi dan berkarya. Karena keterbatasan ruang ini maka kegiatan dilakukan dalam 1 ruang yang menimbulkan ketidaknyamanan anak-anak jalanan untuk menerima pelajaran yang diajarkan. Selain itu walaupun mereka berkarya mereka masih sulit menemukan tempat untuk menjual karya mereka ke masyarakat umum, kalaupun ada letaknya jauh dan sedikit merugikan anak jalanan karena sistem bagi hasil dari penjualan tersebut.

Rumah singgah kampung jembatan dan DILTS memiliki konsep pembinaan yang sama dikarenakan dua rumah singgah ini dikelola oleh satu lembaga masyarakat yang sama yaitu DILTS foundation. Adapun konsep pengajaran dan pengembangan pendidikan serta bakat anak jalanan di rumah singgah ini yakni dengan memberikan pelajaran dan pendidikkan yang dijadwalkan setiap minggunya. Sehingga sebagian anak-anak jalanan yang tidak tinggal dirumah singgah ini sudah mengetahui waktu berkumpul untuk belajar.

Konsep pembelajaran ini sayangnya hanya dilakukan 1 kali dalam seminggu dalam waktu 2 jam. Hal ini sangat disayangkan karena pendidikan anak-anak jalanan menjadi kurang mendapatkan ilmu.

Sedangkan untuk pembinaan anak jalanan kebanyakan dari anggota DILTS foundation melakukan penyuluhan ditempat-tempat anak jalanan beroperasi seperti di perempatan jalanan, pinggir jalanan, pasar, terminal, dll untuk mengajak mereka belajar bersama pada waktu yang sudah ditentukan.

Untuk bangunannya sangat disayangkan karena bangunan ini hanya berupa rumah tinggal yang ruangannya digunakan multifungsi, yakni satu ruangan dapat digunakan sebagai beberapa ruang. Seperti ruang tamu yang digunakan

(27)

juga sebagai ruang makan, belajar dan tidur. Untuk tidur tetap dipisahkan antara anak jalanan laki-laki dan perempuan.

b) Rumah Singgah The Bamboe’S

Rumah singgah the bamboe’s ini terletak di jalan Stella III no.88, Medan, Sumatera Utara. Lokasi rumah singgah ini sangat amat mudah dicapai dari titik lokasi anak jalanan Medan. Karena bangunan ini tidak terlalu jauh dari pasar umum Medan, Terminal antar kota dan pusat kota. Rumah singgah ini awalnya merupakan kantor KKSP (Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan) yang dipimpin oleh Bapak Ahmad Taufan Damanik.

Skema I. 1 Sejarah Rumah Singgah The Bamboe’s Sumber : www.google.com . 2010.

Gambar I. 1 rumah singgah The Bamboe’s Sumber : www.google.com . 2010.

(28)

Menurut Bapak Taufan latar belakang pendirian rumah singgah itu, karena dari tahun ke tahun jumlah anak jalanan dan maupun permasalahan anak di jalan terus meningkat. Dalam penanganan masalah anak jalanan, KKSP mempunyai dua konsep pendekatan. Pendekatan pertama disebut eleminasi.

Anak di jalanan ditarik dari jalanan kemudian diberikan pendidikan, diberi bantuan usaha, disupervisi usaha dan eksistensinya. Namun pendekatan ini tidak mendapatkan hasil seperti yang diharapkan. Anak-anak jalanan itu kembali turun ke jalan.

Pendekatan kedua adalah pendekatan kultur. Anak jalanan tetap berada di jalanan. Mereka diajarkan agar respek dengan pasar mereka. Kalau mau berjualan, berjualan yang baik. Kalau memilih ngamen, ngamenlah dengan baik dan dibekali keterampilan agar karyanya bisa dihargai. Mereka dibekali wawasan dan bimbingan bagaimana berinteraksi dengan masyarakat. Ada etika yang juga harus mereka taati agar bisa diterima sebagai bagian dari kehidupan sosial masyarakat. Kebebasan yang mereka anut tidak mengganggu kehidupan lainnya. Bila ini terjadi akan timbul friksi antara mereka dengan masyarakat yang merugikan mereka sendiri, karena bisa dikucilkan dari kehidupan sosial masyarakat.

Berangkat dari kondisi ini, KKSP kemudian membuat program rumah singgah untuk anak jalanan di Medan pada awal tahun 1991. Fungsi utama rumah singgah sebagai tempat berteduh anak-anak jalanan yang tidak memiliki rumah. Selain itu menjadi tempat anak jalanan saling berinteraksi dan menjalin komunikasi. Di tempat ini mereka dididik bersolidaritas, mengasah kreativitas dan meningkatkan keterampilan. Polanya mengadopsi program serupa yang dilaksanakan beberapa lembaga peduli anak di Filipina.

Sedangkan untuk konsep pembinaan anak jalananan yang sudah masuk dan terdaftar dalam rumah singgah ini yaitu dengan memberikan pengajaran dan pembekalan ilmu, selain itu anak jalanan juga diasah untuk memperdalam bakat dan minat anak jalanan. Dalam rumah singgah ini pengasahan bakat mengenai bermusik sangat amat terlihat hal ini terbukti dengan terbentuknya sebuah kelompok musik bernama The Bamboe’s yang telah menghasilkan musik di dunia musik nasional. Hal ini tidak lepas dari fasilitas-fasilitas yang

(29)

sudah disediakan rumah singgah ini sehingga anak jalanan bisa berkarya dengan baik. Fasilitas studio musik dan alat-alat band merupakan suatu media untuk membina dan mengembangkan bakat anak jalanan salah satunya.

Suasana dalam rumah singgah ini sangatlah nyaman karena kedekatan para penghuni baik anak didik (anak jalanan) maupun pengasuh. Anak didik di rumah singgah ini yang terdata kurang lebih 100 orang dengan 50 pengasuh dan volounteer. Suasana kekeluargaan terasa sangat kental sehingga kesan nyaman tercipta. Adapun fasilitas yang disediakan juga sangat baik, terbukti dengan disediakannya ruang kumpul bersama dan juga aula.

Sedangkan mengenai fasilitas yang ada dalam rumah singgah ini tidak berbeda jauh dengan rumah singgah anak jalanan lainnya. Hanya saja rumah singgah ini lebih memiliki stuktur peruangan yang sangat lengkap.

Semisalnya saja terdapat taman bermain yang merupakan salah satu fasilitas yang dapat membantu kondisi psikologis anak. Untuk ruang tidur juga dibedakan antara ruang tidur anak perempuan dan laki-laki.

Gambat I. 2 Kegiatan Bermusik di The Bamboe’s Sumber : www.google.com . 2010.

Gambat I. 3 Ruang tamu & kumpul The Bamboe’s Sumber : www.google.com . 2010.

(30)

Untuk fasilitas servis dan yang lainnya rumah singgah ini juga memiliki konsep yang sangat baik. Karena rumah singgah ini memiliki ruang mandi, tempat cuci dan taman yang bagus. Hal ini sangat dibutuhkan bagi kegiatan sehari-hari anak jalanan. Taman juga merupakan media terbaik bagi kebutuhnan rekreasi anak jalanan sehingga anak jalanan tidak bosan.

Gambat I. 4 Kamar Tidur di The Bamboe’s Sumber : www.google.com . 2010.

Gambat I. 5 Fasilitas dalam Rumah singgah The Bamboe’s

Sumber : www.google.com . 2010.

(31)

D. PERMASALAHAN DAN PERSOALAN 1. Pemasalahan

Bagaimana membuat rancangan wadah yang mampu dipersepsikan sebagai tempat tinggal, perlindungan, pendidikan, pelatihan dan pembinaan melalui berbagai pendidikan non formal yang terprogram dan tidak terprogram serta pengembangan bakat bagi anak jalanan- melalui kajian konsep wadah/setting fisik (ruang, bangunan dan lingkungan) yang homy (merumah) di dalam lingkungan kehidupan masyarakat agar anak jalanan kembali memahami sistem nilai bermasyarakat.

2. Persoalan Perancangan

a. Bagaimana memilih lokasi yang dapat menarik anak jalanan untuk kembali merumah (homy), melalui kajian pola sebaran titik-titik strategis setting komunal anak jalanan di Surakarta ?

b. Bagaimana memilih site dan pengolahan site yang representatif sebagai setting fisik bagi anak jalanan yang dapat menciptakan interaksi internal dan interaksi dengan masyarakat sekitarnya?

c. Bagaimana menciptakan fasilitas yang dapat memenuhi tuntutan kenyamanan didalam dan diluar bangunan yang dapat merefleksikan kebebasan yang terikat di dalam tatanan kehidupan bermasyarakat?

d. Bagaimana menciptakan program penataan sistem setting (ruang,bangunan dan lingkungan) yang representatif terhadap kebutuhan fungsi melalui kajian perilaku anak jalanan serta penataan sistem setting fisik yang dapat menciptakan persepsi anak jalanan terhadap lingkungan yang sedang dihadapi (atribusi)?

e. Bagaimana mewujudkan tampilan bentuk fisik bangunan (beserta penentuan material bahan bangunan) yang dapat dipersepsikan oleh anak jalanan sebagai suasana merumah (homy) dan selaras dengan arsitektur lingkungan di sekitarnya?

(32)

E. TUJUAN DAN SASARAN 1. Tujuan

Merumuskan konsep perencanaan dan sistem konsep perancangan sebagai dasar guna membuat desain atau rancang bangun arsitektur suatu wadah/tempat/setting fisik yang dapat dijadikan sebagai tempat tinggal, pendidikan, dan pembinaan dengan berbagai pendidikan formal dan non formal bagi anak jalanan, dimana antara kegiatan yang ada di dalamnya dapat saling terkait namun tidak saling mengganggu bagi penghuni dan dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya (sosialisasi).

2. Sasaran Konsep Perancangan a. Konsep lokasi.

b. Konsep site dan pengolahan site yang sesuai dengan kebutuhan anak jalanan dan sinergi keadaaan lingkungan masyarakat sekitar berdasarkan kebutuhan internal dan interaksi sosial.

c. Konsep programatik sistem peruangan (besaran ruang, penghubung ruang bangunan / lingkungan) yang sesuai dengan kebutuhan, fungsi serta perilaku anak jalanan.

d. Konsep tampilan bangunan dengan pemilihan material bahan bangunan yang mampu mempersepsikan dan menghasilkan kenyamanan pada bangunan yang berfungsi sebagai wadah atau tempat tinggal, pendidikan, pelatihan dan pembinaan bagi anak jalanan.

e. Konsep bentuk, jumlah dan pengolahan tata letak massa bangunan rumah singgah yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan masyarakat setempat.

F. LINGKUP DAN BATASAN PEMBAHASAN 1. Lingkup Pembahasan

a. Pembahasan diawali dengan pengungkapan dan masalah-masalah mengenai anak jalanan dan fasilitas-fasilitas yang ada dan dibutuhkan bagi anak jalanan di Indonesia pada umumnya dan Surakarta pada khususnya.

(33)

b. Perilaku dan karakteristik anak jalanan yang menjadi acuan dalam perencanaan dan perancangan arsitektur yang disesuaikan dengan standart dan aturan ilmu arsitektur khususnya arsitektur perilaku.

c. Ilmu arsitektur yang digunakan untuk membentuk fisik bangunan, baik interior maupun eksterior sesuai dengan pendekatan yang dilakukan dalam kaitannya dengan anak jalanan, yaitu pendekaan arsitektur perilaku.

2.Batasan Pembahasan a. Anak Jalanan

Pembahasan ditujukan bagi anak-anak jalanan dengan usia 16 tahun dimana pada batas usia tersebut anak masih memiliki hak anak sepenuhnya (antara lain untuk belajar, bermain, bergaul dan bukan untuk bekerja, belum dikenai sanksi hukum, masih sepenuhnya mendapatkan perlindungan orang tua/walinya) yang bekerja dan hidup dijalanan di lingkungan kota surakarta kecamatan Banjarsari khususnya.

b. Kualitatif

Batasan berdasarkan pada konsepsi rumah singgah anak jalanan untuk memperbaiki perilaku dan karakteristik anak jalanan yang selama ini menjadi wacana negatif dalam masyarakat sehingga menjadi lebih baik lagi dan dapat bersosialisasi dengan masyarakat umum tanpa merasa adanya perbedaan.

Dengan menempatkan pendekatan ilmu arsitektur perilaku seperti teori pendekatan ruang yang homy (merumah) dan sosialisasi (dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitar), yang dapat mendukung rumah singgah anak jalanan. Tujuannya adalah untuk menerapkan konsepsi rumah singgah anak jalanan yang lebih baik dan untuk membatasi kajian perancangan agar terfokus pada ilmu arsitektur ruang dan perilaku.

c. Kuantitas

Batasan berdasarkan pada prediksi banyaknya anak jalanan di kota Surakarta yang terus meningkat pada 5 tahun mendatang. Acuan dalam perhitungan jumlah anak jalanan di Surakarta didapatkan berdasarkan data anak jalanan pada Dinas Sosial kota Surakarta yang tercatat dari tahun 2006-2009 berjumlah 960 anak jalanan yang terbagi pada 5 kecamatan di Surakarta.

Melihat peningkatan jumlah tiap tahunnya, maka persetase peningkatan

(34)

jumlah anak jalanan 5 tahun mendatang diasumsikan mencapai 32%. Oleh karena itu untuk jangka waktu 5 tahun kedepan anak jalanan Surakarta bagian kecamatan Banjarsari diperhitungkan sebagai berikut :

960 + (32% x 960) = 960 + 307

= 1267 / 5 (kecamatan di Surakarta) = ± 254 anak jalanan ~ 255 anak jalanan

Maka jumlah anak berkebutuhan khusus yang akan ditampung pada Rumah Singgah Anak Jalanan di Surakarta khususnya kecamatan Banjarsari untuk 5 tahun yang akan datang adalah 255 anak jalanan.

G. METODE PEMBAHASAN 1. Metode Pencarian Data

a. Tahap Pengumpulan data ( pengumpulan data )

Untuk mendapatkan data primer dan sekunder yang dibutuhkan dalam penyusunan konsep perencanaan dan perancangan dapat dilakukan dengan cara :

1) Data Primer

Data Primer yakni data utama yang berhubungan langsung mengenai anak jalanan dan lokasi yang ingin digunakan. Adapun cara pengumpulan data dilapangan adalah :

a) mengadakan pengamatan langsung di lapangan mengenai keadaan dan kondisi anak jalanan di Surakarta.

b) Studi komparatif pada fasilitas sejenis yang dianggap relevan dengan judul.

c) Wawancara dengan pelaku atau anak jalanan yang terkait langsung pada fasilitas ini.

Survey dilakukan untuk mengetahui :

a) Kondisi dan Keadaan anak Jalanan di lapangan.

b) Kondisi fisik site yang terpilih.

c) Kondisi tata Guna lahan, tata ruang dan massa pada lokasi.

d) Jaringan Transportasi dan sarana penunjang pada lokasi.

Instrumen pengambilan data melalui : catatan, gambar dan foto.

(35)

2) Data Sekunder (Informasi)

Data sekunder yakni data penunjang yang berhubungan baik langsung ataupun tak langsung mengenai anak jalanan dan apapun yang ingin digunakan. Adapun cara pengumpulan data dilapangan adalah :

a) Studi Literatur

Studi ini bertujuan untuk memperoleh dan mengumpulkan data yang telah diteliti orang lain melalui studi kepustakaan maupun studi yang telah dilakukan oleh berbagai instansi. Adapun data sekunder yang dibutuhkan antara lain :

- Karakter dan perilaku anak jalanan secara umum.

- Jumah dan data anak jalanan.

- Data rumah singgah anak jalanan.

- Artikel-artikel dari media massa, majalah, surat kabar dan arsip yang terkait dengan pembahasan.

b) Survey Instansional

Survey ini dilakukan untuk mengumpulkan data melalui kunjungan keinstansi yang mampu member data tentang hal-hal yang berhubungan dengan pembahasan, antara lain jumlah anak jalanan di Surakarta, tempat operasi anak jalanan, keberadaan rumah singgah anak jalanan di Surakarta, dan lain-lain. Instrumen pengambilan data melalui catatan dan gambar. Cara pengambilan data dengan wawancara dan studi pustaka pada instansi terkait, yakni antara lain :

- P3G LPPM UNS

- LSM-LSM yang menangani masalaha anak jalanan

- Rumah singgah – rumah singgah yang menangani anak jalanan b. Tahap Pengolahan Data

Yaitu tahap pengolahan data yang diperoleh untuk menentukan data yang reliable dan valid. Tahap ini meliputi :

1) Identifikasi data yang diperoleh.

2) Klasifikasi yang sejenis.

3) Penyusunan data secara sistematis.

(36)

4) Mengaitkan data yang satu dengan yang lain untuk menunjang pembahasan.

2. Metode Penelusuran Masalah

Permasalahan muncul karena tidak adanya keseuaiaan antara apa yang ada pada kenyataan dengan harapan yang ingin dicapai. Identifikasi permasalahan : a. Permasalahaan kualitatif

Pengungkapan permasalahan yang telah dideskripsikan secara verbal dan diolah dengan kata-kata berupa :

1) Semakin banyaknya jumlah anak jalanan dan permasalahan yang melingkupi mereka.

2) Kegagalan fasilitas yang sejenis dibeberapa tempat.

b. Permasalahan Kuantitatif

Pengungkapan permasalahan yang telah lebih menjurus pada hal yang terukur, teramati, yaitu :

1) Kebutuhan akan wadah yang lebih sesuai dan memenuhi persyaratan perancangan.

2) Kebutuhan akan fasilitas penunjang yang diperlukan.

3. Metode Pendekatan Konsep Perencanaan dan Perancangan a. Pendekatan KonsepPerencanaan

1) Analisis Deskripsi

Yaitu dengan memaparkan hasil pendataan kebutuhan yang telah dilakukan, meliputi :

a) Jumlah anak jalanan di Surakarta dan lokasi operasinya.

b) Karakter dan perilaku anak jalanan di Surakarta.

c) Cara penanganan anak jalanan di Surakarta.

d) Permasalahan yang timbul pada anak jalanan di Surakarta.

2) Analisis sumber teoretik dan empiris yang relevan dan data yang tersedia untuk mendapatkan gambaran umum perencanaan.

b. Pendekatan Konsep Perancangan atau Konsep Programatik

Pendekatan Konsep Perancangan menggunakan pendekatan Pemrograman Arsitektur (sesuai gambar kerangka pikir):

1) Analisis pendekatan Konsep pemilihan lokasi dan site

(37)

2) Analisis pendekatan Konsep programatik penataan site 3) Analisis pendekatan Konsep programatik sistem peruangan

4) Analisis pendekatan Konsep programatik bentuk dan gubahan masa 5) Analisis pendekatan Konsep programatik struktur dan konstruksi 6) Analisis pendekatan Konsep Programatik Utilitas

H. SISTEMATIKA PEMBAHASAN Bagian I : PENDAHULUAN

Tahap pendahuluan membahas beberapa hal terkait judul, pemahaman judul, latar belakang munculnya gagasan mengenai obyek, permasalahan dan persoalan terkait gagasan, tujuan dan sasaran yang akan dicapai, lingkup pembahasan dan batasan, metoda pembahasan, serta sistematika pembahasan Bagian II : KAJIAN KEPUSTAKAAN DAN PRESEDEN

Pembahasan pada bab ini bertujuan untuk mendapatkan masukan gambaran umum tentang rumah singgah anak jalanan sebelum memahami konsep (building concept) sesungguhnya yaitu melalui kajian atau ekplorasi bagaimana sesungguhnya anak jalanan, bagaimana sebenarnya konsep tentang sosok rumah singgah yang pernah ada (concept of) dan peran teoretik tentang perilaku (behavioral) sehingga didapatkan refferensi rumusan gambaran umum tentang rumah singgah anak jalanan yang akan direncanakan. Pada bab ini akan akan membahas tentang anak jalanan khususnya pada perilaku dan karakteristik anak jalanan dan ilmu perilaku dalam arsitektur yang berguna sebagai landasan gambaran desain rumah singgah yang lebih sesuai. Selain itu juga akan dibahas mengenai rumah singgah dan preseden rumah singgah yang telah ada agar dapat menganalisa apa saja kekurangan dan kelebihan rumah singgah yang telah ada.

(38)

Bagian III : TINJAUAN ANAK JALANAN DI SURAKARTA

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai data-data anak jalanan khususnya di surakarta yang akan digunakan sebagai landasaan dalam perancangan rumah singgah yang akan dibuat. Data eksplorasi ini juga dapat digunakan untuk mengetahui seberapa banyak anak jalanan yang membutuhkan fasilitas rumah singgah yang akan dibuat. Selain itu, ini juga akan menentukan seperti apa dan bagaimana bangunan rumah singgah yang akan dibuat berdasarkan data-data tersebut.

Bagian IV : RUMAH SINGGAH BAGI ANAK JALANAN DI SURAKARTA YANG DIRENCANAKAN

Dilihat dari hasil uraian ataupun analisa pada bab-bab sebelumnya, didapatkan data dan informasi bahwa anak jalanan memiliki kebutuhan akan fasilitas yang memadai bagi kegiatan sehari-harinya. Oleh karena itu dibutuhkan rumah singgah yang dapat memenuhi kebutuhan dan juga sesuai dengan standar persyaratan rumah singgah yang ditetapkan.

Pembahasan pada bab ini merupakan hasil analisis yang dapat memberi gambaran umum tentang rumah singgah bagi anak jalanan, melalui kajian pengertian, tujuan, sasaran pelayanan, fungsi dan peran, bentuk kelembagaan. Dan pada bab ini penulis akan memberikan alternatif sebuah desain Rumah Singgah di Surakarta sebagai Wadah Kegiatan Anak Jalanan melalui Pendekatan Arsitektur Perilaku sehingga diharapkan dapat menjadi solusi dari permasalahan yang ada.

Bagian V : ANALISA PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN KONSEP PERANCANGAN RUMAH SINGGAH BAGI ANAK JALANAN DI SURAKARTA

Pembahasan pada bab ini adalah melakukan kajian analisis untuk mendapatkan Konsep Perencanaan (building concept) dan Konsep Perancangan melalui pendekatan pemrograman arsitektur. Konsep Programatik Perancangan yang akan

(39)

dihasilkan merupakan Program-program perancangan yang akan dipersiapkan sebagai dasar membuat rancang bangun arsitektur.

Bagian VI : KONSEP PERENCANAAN DAN KONSEP

PERANCANGAN RUMAH SINGGAH BAGI ANAK JALANAN DI SURAKARTA

Bagian ini memaparkan tentang hasil rumusan konsep perencanaan dan konsep programatik perancangan yang merupakan hasil akhir dari proses analisis sebagai konsep dan program yang ditransformasikan untuk membuat wujud desain (rancang bangun arsitektural) yang terdiri dari sistem konsep programatik:

1). Konsep pemilihan lokasi dan site 2). Konsep programatik penataan site 3). Konsep programatik sistem peruangan

4). Konsep programatik bentuk dan gubahan masa 5). Konsep programatik struktur dan konstruksi 6). Konsep Programatik Utilitas

(40)

I. POLA PIKIR ATAU ALUR PIKIR Pola pikir dalam pembahasan ini terdiri atas:

1. Pola pikir penulisan

DESAIN  PENDEKATAN KONSEP PERENCANAAN DAN 

KONSEP PERANCANGAN  (ANALISA&SINTESA)

KONSEP PERENCANAAN DAN  KONSEPPERANCANGAN 

SUBSTANSI

TUJUAN

Merumuskan sitem konsep perencanaan dan perancangan sebagi dasar guna membua desain atau ranc angan suatu rumah singgah.

SASARAN

Konsep perencanaan dan Perancangan yang meliputi :

a. Konsep memilih lokasi, site dan pengolahan site.

b. Konsep mewujudkan pola sirkulasi/pencapaian.

c. Konsep menciptakan program ruang.

d. Konsep mewujudkan tampilan bangunan.

e. Konsep mewujudkan bentuk, jumlah dan pengolahan tata letak massa bangunan.

DATA

A. Lokasi operasi anak jalanan B. Karakteristik anak jalanan C. Kondisi anak jalanan D. Permasalahan anak jalanan

E. Upaya penanganan masalah anak jalanan F. Kondisi rumah singgah di Surakarta

LATAR BELAKANG

Fenomena anak jalanan yang ada

Fungsi fasilitas peminanaan yang kurang optimal

Problematika anak jalanan

PERMASALAHAN

Bagaimana mempersepsikan dan mewujudkan tempat tinggal, perlindungan, pendidikan, pelatihan dan pembinaan dengan berbagai pendidikan formal dan non formal serta pengembangan bakat bagi anak jalanan sebagai wadah yang homy (nyaman, efisen dan efektif) di dalam lingkup kehidupan masyarakat.

PERSOALAN

• Bagaimana menentukan lokasi, site dan pengolahan site?

• Bagaimana pola sirkulasi/pencapaian?

• Bagaimana menciptakan program ruang?

• Bagaimana mewujudkan tampilan fisik bangunan?

• Bagaimana bentuk, jumlah dan pengolahan tata letak massa bangunan?

GAGASAN

Suatu wadah/tempat/bangunan yang dapat dijadikan sebagai tempat tinggal, pendidikan, dan pembinaan dengan berbagai pendidikan formal dan non formal bagi anak jalanan, dimana antara kegiatan yang ada di dalamnya dapat saling terkait namun tidak saling mengganggu bagi penghuni dan pengelola di dalamnya.

Skema I. 2 Alur pikir penulis Sumber : analisa penulis. 2010.

(41)

2. Pola pikir Perancangan melalui pendekatan Pemrograman Arsitektur

Skema I. 3 Alur pikir Perancangan Sumber : analisa penulis. 2010.

(42)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN DAN PRESEDEN

Pembahasan pada bab ini bertujuan untuk mendapatkan masukan gambaran umum tentang rumah singgah anak jalanan sebelum memahami konsep (building concept) sesungguhnya yaitu melalui kajian atau ekplorasi bagaimana sesungguhnya anak jalanan, bagaimana sebenarnya konsep tentang sosok rumah singgah yang pernah ada (concept of) dan peran teoretik tentang perilaku (behavioral) sehingga didapatkan refferensi rumusan gambaran umum tentang rumah singgah anak jalanan yang akan direncanakan. Pada bab ini akan akan membahas tentang anak jalanan khususnya pada perilaku dan karakteristik anak jalanan dan ilmu perilaku dalam arsitektur yang berguna sebagai landasan gambaran desain rumah singgah yang lebih sesuai. Selain itu juga akan dibahas mengenai rumah singgah dan preseden rumah singgah yang telah ada agar dapat menganalisa apa saja kekurangan dan kelebihan rumah singgah yang telah ada.

A. TINJAUAN ANAK JALANAN 1. PENGERTIAN

Untuk memahami keberadaan anak jalalan secara utuh kita harus terlebih dahlu mengetahui defenisi anak jalanan. Ada beberapa defenisi atau pengertian siapa anak jalanan yang dilihat dari beberapa pihak.

Menurut Departemen Sosial RI , anak jalanan adalahanak yang sebagian besar menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanana atau tempat-tempat umum lainnya.

UNICEF memberikan batasan mengenai anak jalanan, yaitu street children those who have abandoned their homes, school and immadiate communities before they are 16 yearsof age and have drifted into a nomadic street (Anak-anak berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga,sekolah dan lingkungan masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya).

(43)

Ada pendapat lain mengatakan bahwa anak jalanan adalah anak yang berusia antara 7-15 tahun yang bekerja di jalanan dan dapat mengganggu ketentraman dan keselamatan orang lain.

Sedangkan pendapat lain mengatakan bahwa anak jalanan adalah anak yangberkeliaran di jalan raya sambil bekerja mengemis atau menganggur saja.

2. HAK-HAK ANAK

  Sebagai seorang individu, anak, tidak terkecuali anak-anak jalanan juga memiliki hak-hak yang sama dengan mereka (anak) yang tidak berada di jalanan. Akan tetapi, karena berbagai alasan, hak-hak sebagai seorang anak tidak dapat terpenuhi karena mereka harus mencari uang bekerja di jalanan hampir setiap harinya. Dalam skala internasional, hak-hak anak diatur pada Konvensi Anak sedunia oleh PBB. Di negara kita, Indonesia, hak-hak anak tersebut oleh pemerintah dalam beberapa peraturan, antara lain : Undang- Undang Dasar, Undang-Undang, maupun Peraturan Pemerintah lainnya. Hak- hak anak yang secara langsung terkait dengan keberadaan anak jalanan10, antara lain:

a. Konvensi Hak Anak yang disetujui Majelis Umum PBB tanggal 20 November 1989, hak-hak yang dimiliki oleh seorang anak adalah :

1) Hak kelangsungan hidup dan hak untuk memperoleh pendidikan tertinggi yang bisa dijangkau dan hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dan pengobatan, khususnya perawatan kesehatan primer.

2) Hak untuk mendapatkan perlindungan dari diskriminasi; hak mendapat perlindungan dari kekerasan, penyalahgunaan sampai penelantaran; hak mendapat perlindungan bagi anak-anak tanpa keluarga; hak mendapat perlindungan bagi anak-anak pengungsi.

3) Hak untuk tumbuh berkembang, termasuk hak untuk mendapat segala pendidikan, hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak yang cukup bagi perkembangan fisik, mental dan kepribadian.

4) Hak untuk berpartisipasi dalam mengungkapkan apa yang menjadi pandangannya, kepeduliannya, dan perhatiannya, terutama menyangkut hal-hal yang akan mempengaruhi kehidupannya.

(44)

b. UUD 1945 ps. 34 : Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara.

c. UUD 1945 ps. 31 : Setiap warga Negara berhak mendapat pengajaran.

d. UU no. 4 th 1979 tentang Kesejahteraan Anak, berisi antara lain :

Bab I : Kesejahteraan anak mengenai tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar, baik secara rohani, jasmani, maupun sosial.

Bab II : Hak anak (Pasal 2)

1) Anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan kasih sayang dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh dan berkembang secara wajar.

2) Anak berhak atas pelayanan untuk mengembangkan kemampuan dan kehidupan sosialnya, sesuai dengan kebudayaan dan kepribadian bangsa, untuk menjadi warga negara yang baik dan berguna.

3) Anak berhak atas pemeliharaan dan perlindungan, baik semasa dalam kendunagn maupun sesudah dilahirkan.

4) Anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan hidup yang dapat membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar.

Bab IV : Usaha kesejahteraan anak

1) Usaha kesejahteraan anak terdiri atas usaha pembinaan, pengembangn, pencegahaan, dan rehabilitasi.

2) Usaha tersebut dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat (perorangan, keluarga, kelompok, organisasi, sosial/organisasi kemasyarakatan, dunia usaha, media massa, lembaga pendidikan)

e. UU no. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

Bab I : Hak anak adalah bagian dari HAM yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah dan Negara.

Bab III : Hak dan kewajiban anak antara lain :

(45)

1) Hak untuk hidup, tumbuh, dan berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindunagn dari kekerasan dan diskriminasi.

2) Hak unutk mendapatkan pelayanan kesehartan dan jaminan sosial sesuai kebutuhab fisik, mental, sprituak, dan sosial.

3) Hak untuk menadapat pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadi dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.

4) Hak untuk beristirahat, memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan teman sebaya, bermain, berekreasi sesuai minat dan bakatnya.

Bab IV : Kewajiban dan tanggung jawab atas anak :

1) Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, orang tua wajib dan bertanggung jawab terhadap perlindungan anak.

2) Pemerintah wajib menyelengarakan wajib belajar 9 tahun untuk semua anak.

3) Pemerintah bertanggung jawab untuk memberi pendidikan atau bantuan Cuma-Cuma atau pelayanan khusus akan pendidikan dari keluarga kurang mampu, anak terlantar, anak terpencil.

4) Pemeliharaan dan perawatan anak terlantar dilakukan oleh pemerintah dan lembaga masyarakat dengan kerjasama dengan pihak terkait.

f. PP no. 2 th 1988 tentang Usaha Kesejahteraan Anak

3. KRITERIA ANAK JALANAN

Menurut Departemen Sosial Jawa Tengah tahun 1999, menyatakan bahwa ada beberapa kriteria dimana seorang anak bisa dikatan sebagai anak jalanan, antara lain :

(46)

a. Berusia antara 6-18 tahun b. Laki-laki maupun perempuan

c. Masih sekolah maupun sudah putus sekolah.

d. Tinggal dengan orang tua maupun tidak atau tinggal dijalanan.

e. Mempunyai aktifitas di jalan baik secara terus menerus maupun tidak, minimal 4 jamdalam sehari.

3. LATAR BELAKANG PENYEBAB ANAK JALANAN

Anak jalanan dilihat dari sebab dan intensitas mereka berada dijalanan memang tidak dapat disamaratakan. Banyak faktor yang kemudian diidentifikasikan sebagai penyebab tmbuh dan berkembangnya anak jalanan.

Parsudi Suparlan berpendapat bahwa adanya orang gelandangan dikota bukanlah semata-mata karena berkembangnya suatu kota tetapi justru karena tekanan-tekanan ekonomi dan rasa tidak aman sebagian warga desa yang kemudian terpaksa harus mencari tempat yang diduga dapat mermberikan kesempatan bagi suatu kehidupan yang lebh baik di kota .

Hal senada juga diunkapkan oleh Suparinah Sadli, bahwa ada berbagai faktor yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap timbulnya maslaha gelandangan dan anak jalanan , antara lain faktor kemiskinan (struktural dan pribadi),faktor keterbatasan kesempatan kerja (intern dan eksteren), faktor yang berhubungan dengan urbanisasi dan masih ditambah lagi dengan faktor pribadi seperti tidak biasa disiplin, biasa hidup sesuai dengan keinginannya sendiri dan berbagai faktor lainnya.

Beragam faktor tersebut yang paling dominan menjadi penyebab timbulnya anak jalanan adalah faktor kondisi sosial ekonomi disamping karena adanya faktor broken home serta faktor-faktor lainnya.

Seperti yang dikatakan oleh Hening Budiyawati dkk (dalam Odi Sholahudin 2000,11) yang sesuai dengan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak pergi ke jalanan berdasarkan pada alasan dan penuturan mereka adalah karena :

a. Kekerasan dalam rumah tangga b. Dorongan keluarga

(47)

c. Ingin bebas

d. Ingin memiliki uang sendiri e. Pengaruh teman

Dari beberapa pendapat mengenai faktor penyebab munculnya anak jalanan diatas, maka dapat disimpulkan faktor-faktor penyebab munculnya anak jalanan antara lain :

a. Kemiskinan keluarga sebagian besar merupakan alasan yang mendorong orang untuk memaksa anaknya bekerja (eksploitasi anak).

b. Terdapatnya kekerasan dalam keluarga yang menyebabkan anak mencari perlindungan di luar atau di jalanan dengan cara mereka sendiri.

c. Dorongan untuk berpetualang dan rekruitment alamiah maupun ditarik oleh anak jalanan yang telah ada.

d. Kurangnya keterampilan dan pendidikan yang dimiliki merupakan salah satu alasan anak jalanan kemudian terju kesektor informal yaitu dengan mengasong, mengamen bahkan mengemis di jalanan yang memang tidak membutuhkan keahlian khusus.

e. Kurang harmonisnya hubungan keluarga, termasuk kurangnya kasih sayang dan perhatian dari pihak orang tuan atau keluarga mereka.

4. KLASIFIKASI ANAK JALANAN

Menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (1999 ; 22-24), anak jalanan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok, yaitu :

a. Children on The Street

Adalah anak-anak yang bekerja dijalanan dan masih tinggal bersama orang tuanya atau saudara mereka. Mereka sering kali diidentikkan sebagai pekerja miran kota yang pulang tidak teratur kepada orang tuanya di kampung. Pada umumnya mereka bekerja dari pagi hari hingga sore hari seperti mengasong, menyemir sepatu, mengamen, dll.

Tempat tinggal mereka di lingkungan kumuh bersama dengan saudara atau tema-teman senasibnya.

Referensi

Dokumen terkait

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERILAKU MEREKA ” BELUM

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ PENILAIAN ANAK JALANAN TERHADAP PELAYANAN RUMAH SINGGAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERILAKU MEREKA ” BELUM

Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa adanya pengelola, pendamping serta relawan yang ada di Rumah Singgah Hafara harus memiliki jiwa sosial yang tinggi

Berdasarkan pembahasan di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan pendidikan di Rumah Singgah Ahmad Dahlan menggunakan dua bentuk pendidikan layanan khusus, yakni

Proyek Rumah Singgah Anak Jalanan yang akan dibangun di Yogyakarta ini bertujuan untuk mewujudkan rancangan yang dapat membuat anak jalanan dapat berinteraksi dengan pendamping

Rumah singgah adalah suatu perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang. akan membantu

Ruang interaktif pada rumah singgah anak jalanan berupa tatanan ruang yang.. dapat mengajak anak jalanan mengikuti proses kegiatan pembinaan

Rumah singgah Rumah Kasih Serambi Salomo melalui Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA) menjangkau anak-anak jalanan dengan ekonomi lemah atau keluarga tidak