• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkara-Perkara Kepailitan yang Memenuhi Unsur Pembuktian Bersifat Sederhana

PEMBUKTIAN DALAM PERKARA KEPAILITAN

B. Perkara-Perkara Kepailitan yang Memenuhi Unsur Pembuktian Bersifat Sederhana

Ada beberapa perkara kepailitan yang sudah selesai pemeriksaannya, baik di tingkat judex factie (Pengadilan Niaga), judix juris (Kasasi) maupun peninjauan kembali yang dijadikan sasaran penelitian untuk melihat bagaimana perkara-perkara tersebut diperiksa sehingga menghasilkan konklusi sebagai putusan yang menerapkan asas pembuktian sederhana (sumir).

1. Putusan Perkara No: 14/Pailit/2008/PN.Niaga.Sby., tanggal 20 November 2008, jo. No: 917 K/Pdt.Sus/2008, tanggal 13 Januari 2009, jo. No: 080 PK/Pdt.Sus/2009 tanggal 23 Maret 2010, antara FAKHUR KHAKAM, dkk (Pemohon Pailit/Termohon Kasasi/Termohon PK) Vs. PT. ARTA GLORY BUANA (Termohon Pailit/Pemohon Kasasi/Pemohon PK).

Duduk Perkaranya : Pemohon Pailit adalah perusahaan yang bergerak dibidang usaha garmen. Pemohon Pailit adalah Pimpinan Serikat Pekerja Serikat Pekerja

113 Bandingkan dengan Adrian Sutedi, Hukum Kepailitan, (Jakrta : PT. Ghalia Indonesia, 2009), hal. 29. Bandingkan juga dengan tujuan kepailitan yang tertuang di dalam Penjelasan Umum UUK-PKPU (Undang-Undang No.37 Tahun 2004), yang menyebutkan tiga alasan (faktor) pentingnya pengaturan mengenai Kepailitan dan PKPU. Pertama, untuk menghindari perebutan harta debitor apabila dalam kurun waktu yang sama ada beberapa kreditor yang menagih piutangnya dari debitor.

Kedua, untuk menghindari adanya kreditor pemegang hak jaminan kebendaan yang menuntut haknya dengan cara menjual barang milik debitor tanpa memperhatikan debitor atau para kreditor lainnya.

Ketiga, untuk menghindari adanya kecurangan-kecurangan yang dilakukan oleh salah seorang debitor atau kreditor sendiri.

93

Nasional (PSP SPN) PT. Arta Glory Buana berdasarkan Surat Keputusan Dewan Pimpinan Cabang Serikat Pekerja Nasional Nomor : KEP.83/A-INT/DPC SPN/III/07 tentang Pengukuhan Komposisi dan Personalia Pimpinan Serikat Pekerja Serikat Pekerja Nasional (PSP SPN) (bukti P-01) dan berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Serikat Pekerja Nasional adalah sah bertindak untuk dan atas nama seluruh anggota Serikat Pekerja Nasional PT.

Arta Glory Buana (Bukti P-02). Pemohon Pailit mempunyai piutang yang telah jatuh tempo yang dapat ditagih kepada Termohon Pailit (Bukti P-03), yang mana seluruh kewajiban/utang upah, upah lembur, tunjangan uang makan, lembur, THR, Penggantian Pengobatan dan Perawatan, luran Organisasi SPN, dan denda yang belum dibayar Termohon Pailit kepada Pemohon Pailit seluruhnya sebesar

± Rp 8.455.514.616,00. Selain itu, terdapat tagihan lain yang belum dibayar Termohon Pailit kepada Pemohon Pailit berupa luran Jamsostek sejak bulan Januari 2007 sampai dengan Agustus 2008 yang belum dibayar seluruhnya sebesar ± Rp 2.594.764.556,40 dan uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, hal mana masing-masing nilai tagihan tersebut baru bisa diketahui dengan pasti apabila Termohon Pailit telah dinyatakan Pailit, diverifikasi dalam rapat pencocokan utang yang dipimpin Hakim Pengawas dan Kurator. Atas utang-utang Termohon Pailit tersebut, Termohon Pailit mengakui adanya utang-utang-utang-utang kepada Pemohon Pailit sebagaimana Surat Termohon Pailit No : 01/PSL-BLS/D02008 tertanggal 2 September 2008 (Bukti P-04). Selain mempunyai

utang kepada Pemohon Pailit yang memiliki anggota yang bekerja di perusahaan Termohon Pailit sejumlah 1.942 orang, pihak Termohon Pailit juga mempunyai utang kepada (Bukti P-12):

- PT. Ever Shine Textille, beralamat di Jl. H.Fachruddin No. 36, Tanah Abang Bukit, Blok C 17 -18 Jakarta ;

- PT. Coats Rejo Indonesia, beralamat di Jl. Raya Tajur No. 24, Kota Bogor Selatan, Bogor, Jawa Barat, atau K/P Wijaya Senter Lantai 5 JI. Jend.

Sudirman 71 Jakarta, atau PO. BOX 3 Pleret, Pasuruan;

- PT. Buana Label Indah, beralamat di Jl. Berbek Industri VII/9A, Sidoarjo, Jawa Timur ;

- PT. Lidya Ivana Collection, beralamat di Jl. Bluru Kidul No. 58, Sidoarjo, Jawa Timur ;

- PT. Indonesia Taroko Zain, beralamat di Jl. Cideng Barat, Jakarta ;

- PT. Bank Danamon Indonesia Tbk., beralamat di Jl. Gubemur Suryo No. 12, Surabaya, Jawa Timur ;

- PT. Bank Niaga Tbk, beralamat di Jl. Panglima Sudirman 59-61, Surabaya, Jawa Timur;

- PT. Bank DBS Indonesia, beralamat di Plaza BRI, lantai 10, Suite 1001, 1004, Jl. Basuki Rahmat, No. 122, Surabaya, Jawa Timur

Pertimbangan Hukum Judex Facti : Termohon dinyatakan pailit karena telah terbukti mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih.

95

Putusan Hakim Judex Facti : Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya, dan menyatakan Termohon Pailit yaitu PT. ARTA GLORY BUANA yang beralamat di JI. Raya Gelam 40, Candi Sidoarjo, Pailit dengan segala akibat hukumnya.

Pertimbangan Hukum Kasasi : Pemohon Kasasi dinyatakan pailit karena telah terbukti mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih sebagaimana disebut dalam Pasal 2 (1) UU No. 37 Tahun 2004 tentang Undang-Undang Kepailitan &

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Putusan Hakim Kasasi : Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi:

PT. ARTA GLORY BUANA tersebut, dan menghukum Pemohon Kasasi/Termohon Pailit untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi sebesar Rp 5.000.000,-

Pertimbangan Hukum PK :

- Tidak terdapat kekeliruan nyata/kekhilafan Hakim dalam putusan judex juris maupun judex facti, pertimbangannya telah tepat ;

- Pemohon Peninjauan Kembali dinyatakan pailit karena telah terbukti mempunyai dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih sebagaimana disebut dalam Pasal 2 (1) UU No. 37 Tahun 2004 tentang Undang-Undang Kepailitan & Penundaaan Kewajiban Pembayaran Utang;

- Berdasarkan pertimbangan di atas, maka permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan : PT. ARTA GLORY BUANA tersebut adalah tidak beralasan sehingga harus ditolak.

Putusan Hakim PK : Menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali : PT. ARTA GLORY BUANA tersebut, dan menghukum Pemohon Peninjauan Kembali untuk membayar biaya perkara dalam pemeriksaan peninjauan kembali ini sebesar Rp 10.000.000,-

Analisis Putusan : Baik Hakim Judex Facti, Hakim Kasasi, maupun Hakim PK, sependapat bahwa Termohon pailit PT. ARTA GLORY BUANA telah terbukti secara sederhana memiliki dua atau lebih kreditor dan tidak membayar lunas salah satu utang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Sehingga amar putusan dari ketiga tingkat pengadilan yang memeriksa perkara ini senada dengan pertimbangan hukum yang sama. Walaupun dalam Memori Kasasi dari Termohon pailit sudah dikemukakan alasan-alasan penolakan atas Putusan Pengadilan Niaga Surabaya tanggal 20 November 2008, namun Hakim Kasasi maupun PK memandang bahwa alasan-alasan yang dikemukakan oleh Termohon pailit tidak bisa diterima dan bahwa apa yang menjadi pertimbangan Hakim Judex Facti itu sudah tepat karena tidak ditemukan adanya kekeliruan nyata/kekhilafan Hakim dalam putusan judex facti maupun judex juris.

97

2. Putusan Perkara No : 74/Pailit/2009/PN.Niaga.Jkt.Pst., tanggal 10 Februari 2010, jo. No : 270 K/Pdt.Sus/2010, tanggal 21 Oktober 2010, antara PT Bank Rabobank International Indonesia (Pemohon Pailit/Termohon Kasasi) Vs.

Gunawan Tjandra (Termohon Pailit/Pemohon Kasasi).

Duduk Perkaranya : Pada tanggal 15 Desember 2004, telah dibuat dan ditandatangani Sub Loan Agreement (“Perjanjian Kredit”) (vide Bukti P-1) No.

LA/CA/1049/2004 oleh PT. Bank Rabobank International Indonesia (in casu, Pemohon) dan PT Pratama Jaringan Nusantara dan yang selanjutnya diamandemen dengan Akta Amendement To Sub Loan Agreement No. 112, tertanggal 22 Desember 2006 dan Second Amendement To Sub Loan Agreement No. LA/CA/1049/2004, tertanggal 10 Agustus 2007 yang pada pokoknya berisikan pengaturan mengenai pemberian loan facility (fasilitas kredit) sebesar Rp 310.000.000.000,- oleh Pemohon kepada PT. Pratama Jaringan Nusantara.

Berdasarkan Perjanjian Continuing Guarantee antara Pemohon dan Termohon tertanggal 15 Desember 2004 (“Perjanjian Jaminan Perorangan”) (vide Bukti P-4). Termohon menjamin secara tanpa syarat dan tanpa dapat dicabut kembali, pembayaran dan pelunasan secara tepat, layak dan tepat waktu oleh PT. Pratama Jaringan Nusantara atas kewajiban-kewajiban PT. Pratama Jaringan Nusantara berdasarkan PK dan perubahan-perubahannya, dan secara tanpa syarat dan tanpa dapat dicabut kembali Termohon bersedia dan berjanji, sebagai suatu kewajiban berkelanjutan, untuk membayar dan menyelesaikan kewajiban-kewajiban PT.

Pratama Jaringan Nusantara kepada Pemohon. Berdasarkan ketentuan Pasal 15 huruf (m) Perjanjian Jaminan Perorangan, Termohon telah mengesampingkan

beberapa pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUHP”) termasuk ketentuan pasal 1831 KUHPer, yakni ketentuan mengenai kewajiban si penerima jaminan (in casu) Pemohon) untuk terlebih dahulu menagih si debitur (in casu, PT. Pratama Jaringan Nusantara). Dengan demikian berdasar hukum Termohon wajib melaksanakan kewajiban PT. Pratama Jaringan Nusantara kepada Pemohon sejak saat PT. Pratama Jaringan Nusantara tidak dapat (gagal) melaksanakannya. Hingga saat permohonan pailit a quo diajukan PT. Pratama Jaringan Nusantara tidak melaksanakan kewajibannya untuk membayar lunas utang-utangnya berdasarkan PK dan perubahan-perubahannya, sehingga sebagaimana janji Termohon berdasar Perjanjian Jaminan Perorangan, Termohon berutang kepada Pemohon dan wajib melunasi utang-utang tersebut. Berdasarkan PK dan perubahan-perubahannya ditentukan bahwa jadwal pembayaran / pelunasan kredit bagi PT. Pratama Jaringan Nusantara adalah :

a. Utang Tranche A yaitu utang atas bunga jatuh tempo dari 15 September 2005 sampai 30 Juni 2006 yakni sebesar Rp 31.798.356.164,- jatuh tempo setiap bulannya sejak 22 Januari 2007 sampai 22 Januari 2010 b. Utang Tranche B, yaitu utang pokok sebesar Rp 310.000.000.000,- jatuh

tempo setiap bulannya sejak 22 Januari 2007 sampai 22 November 2011 c. Utang Tranche C, yaitu utang atas bunga jatuh tempo dari 30 Juni 2006

hingga 28 Desember 2006 dan bunga dari bunga utang jatuh tempo sejak 28 Desember 2006 sampai pembayaran pertama utang Tranche C oleh PT. Pratama Jaringan Nusantara dan utang atas bunga belum terbayar atas

99

utang Tranche A, utang Tranche B dan utang Tranche C terhitung sejak tanggal gagal bayar, yaitu sebesar Rp 19.984.323.562.- jatuh tempo setiap bulannya sejak tanggal 10 November 2008 sampai 10 Agustus 2010

Bahwa PT. Pratama Jaringan Nusantara telah lalai melakukan kewajibannya membayar utang kepada Pemohon dan telah ditegur oleh Pemohon, dan berdasarkan ketentuan pasal 11 Perjanjian Kredit, perbuatan PT Pratama Jaringan Nusantara yang tidak membayar utangnya kepada Pemohon meskipun telah ditegur adalah perbuatan wanprestasi. Hingga tanggal diajukannya permohonan pailit a quo Termohon tidak memenuhi kewajibannya berdasarkan perjanjian jaminan perorangan dan kewajiban Termohon kepada Pemohon hingga saat permohonan pailit a quo diajukan adalah sebesar Rp 439.099.940.905-. Hingga tanggal diajukannya permohonan pailit a quo Termohon tidak melunasi utangnya tersebut sehingga terbukti bahwa Termohon setidaknya memiliki satu utang yang telah jatuh waktu dan dapat ditagih.

Bahwa dalam menjalankan usahanya, Termohon memperoleh fasilitas kredit dari beberapa bank, antara lain: a. PT. Bank Central Asia Cabang Jakarta; b. PT.

Bank Danamon Indonesia Tbk Cabang Jakarta; c. PT. Bank Mega, Tbk Cabang Jakarta; d. The Hongkong Shanghai Bank Corporation Cabang Jakarta; e. The Hongkong Shanghai Bank Corporation Cabang Batam; and f.Citibank Singapore Limited 3 Temasek Avennue #12-00 Centennial Tower, Singapore.

Dengan demikian permohonan a quo telah memenuhi syarat kepailitan sebagaimana ketentuan pasal 2 ayat 1 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 yaitu terbukti adanya minimal dua kreditur dan satu utang telah jatuh tempo dan dapat ditagih.

Pertimbangan Hukum Judex Facti : Berdasarkan bukti-bukti (1, 2, 3, P-4) dan Pasal 15 huruf m Perjanjian Jaminan Perorangan yang pada intinya mengatur mengenai pengesampingan Pasal 1831 KUHPerdata, serta bukti-bukti lainnya (P-5a, P-5b, P-5c, dan P-5d), maka Termohon Pailit dianggap memiliki utang kepada dua orang kreditor/lebih dan salah satunya sudah jatuh tempo dan dapat ditagih sebagaimana dimaksud oleh ketentuan Pasal 2 ayat (1) UU No. 37 Tahun 2004.

Putusan Hakim Judex Facti : Mengabulkan permohonan penyataan pailit Pemohon untuk seluruhnya, dan menyatakan Termohon Gunawan Tjandra pailit dengan segala akibat hukumnya.

Pertimbangan Hukum Kasasi :

1. Bahwa keberatan kasasi Pemohon Kasasi berupa pengulangan, dan Judex Facti sudah menilai dan mempertimbangkan semua keberatan-keberatan Pemohon Kasasi dengan benar;

2. Bahwa Judex Facti sudah benar dalam penilaian atas hasil pembuktian dimana berdasarkan fakta hukum dan fakta di persidangan terbukti bahwa:

- Pemohon Kasasi adalah penjamin/penanggung dari PT Pratama Jaringan Nusantara. Penjamin tanpa syarat dan berkewajiban untuk membayar

101

dan menyelesaikan kewajiban-kewajiban PT Pratama Jaringan Nusantara kepada Pemohon Pailit/Termohon Kasasi;

- PT Pratama Jaringan Nusantara telah lalai melakukan kewajibannya untuk membayar utang kepada Pemohon Pailit/Termohon Kasasi;

- Bahwa PT Pratama Jaringan Nusantara juga mempunyai hutang pada Kreditur Lain;

- Bahwa Pemohon Kasasi adalah penjamin berdasarkan Continuing Guarantee tanpa syarat. Pasal 15 huruf m Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 menyatakan bahwa perjanjian mengesampingkan ketentuan dalam Pasal 1831 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW);

3. Bahwa dengan demikian terbukti memenuhi persyaratan/kriteria pailit terhadap Termohon Pailit/Pemohon Kasasi.

Putusan Hakim Kasasi : Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi:

GUNAWAN TJANDRA tersebut, dan menghukum Pemohon Kasasi membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini sebesar Rp. 5.000.000.

Analisis Putusan : Dalam perkara ini, Termohon pailit sebagai penjamin utang (“Perjanjian Jaminan Perorangan”) dari PT. Pratama Jaringan Nusantara, menjamin secara tanpa syarat dan tanpa dapat dicabut kembali, pembayaran dan pelunasan secara tepat, layak dan tepat waktu semua kewajiban-kewajiban PT.

Pratama Jaringan Nusantara berdasarkan PK dan perubahan-perubahannya kepada Pemohon.

Dalam pertimbangannya, Hakim Judex Facti memutuskan bahwa Termohon walaupun sebagai penjamin utang sudah memenuhi syarat untuk dinyatakan pailit. Walaupun kemudian Termohon mengajukan eksepsi tetapi eksepsi Termohon mengenai keabsahan surat kuasa dari Pengacara Pemohon tidak digubris oleh Hakim Kasasi. Oleh karena itu Hakim Kasasi berdasarkan pertimbangannya mengatakan bahwa:

- Pemohon Kasasi adalah penjamin/penanggung dari PT Pratama Jaringan Nusantara. Penjamin tanpa syarat dan berkewajiban untuk membayar dan menyelesaikan kewajiban-kewajiban PT Pratama Jaringan Nusantara kepada Pemohon Pailit/Termohon Kasasi;

- PT Pratama Jaringan Nusantara telah lalai melakukan kewajibannya untuk membayar utang kepada Pemohon Pailit/Termohon Kasasi;

- Bahwa PT Pratama Jaringan Nusantara juga mempunyai hutang pada Kreditur Lain;

Sehingga berdasarkan pertimbangan tersebut, Termohon pailit terbukti secara sederhana memiliki utang kepada dua orang kreditor/lebih dan salah satunya sudah jatuh tempo dan dapat ditagih sebagaimana dimaksud oleh ketentuan Pasal 2 ayat (1) UU No. 37 Tahun 2004.

103

3. Putusan Perkara No. 56/PAILIT/2009/PN.Niaga.Jkt.Pst. tanggal 9 Nopember 2009, jo. No.903 K /Pdt.Sus/2009 tanggal 17 Februari 2010, antara PT. THAHA ENGINEERING GROUP dan HORIZON ASIA RESOURCES Ltd, (Pemohon Pailit I dan Pemohon Pailit II/ Para Termohon Kasasi) Vs. PT. ANUGERAH TAPIN PERSADA (Termohon Pailit/Pemohon Kasasi).

Duduk Perkaranya : Bahwa antara Pemohon I dan Termohon telah menandatangani ‘Surat Perjanjian Kerja Engineering Supervision dan Construction Managemen Terminal Batubara Rantau, Kalimantan Selatan’ No.:

005/ENG/ATPTEG/VI/2009, tanggal 1 Juni 2009, yang dibuat di bawah tangan ("Perjanjian"). Perjanjian tersebut lahir karena Termohon membutuhkan bantuan Jasa Profesional Pemohon untuk menyelesaikan permasalahan Termohon dengan Para Kontraktor Termohon. Berdasarkan Pasal 4 Perjanjian tersebut, HARGA KONTRAK yang telah disepakati oleh Pemohon I dan Termohon adalah sebesar Rp 1.635.480.000. Berdasarkan Pasal 5 Perjanjian tersebut, cara pembayaran yang telah disepakati oleh Pemohon I dan Termohon adalah sebagai berikut : - Pembayaran Pertama bagian dari Pekerjaan sebesar 20% (dua puluh persen)

atau sebesar Rp 327.096.000;

- Pembayaran ke-2 (dua) sampai dengan bulan ke-9 (sembilan) dari Pekerjaan tersebut adalah masing-masing seperdelapan (1/8 dari 80%) atau sebesar Rp 163.548.000 dibayarkan setiap tanggal 25 (dua puluh lima) bulan berikutnya.

Pada tanggal 29 Juni 2009, dan tanggal 14 Juli 2009, Termohon telah melakukan Pembayaran Pertama bagian dari Pekerjaan sebesar 20% (dua puluh persen atau sebesar Rp 327.096.000. Kemudian pada tanggal 1 Juli 2009, Pemohon I telah

mengirimkan Tagihan Termin ke 1 sesuai dengan suratnya No.

149/TEG/UM/VIII/09 sebesar Rp 163.548.000,00 karena Pemohon telah melaksanakan tahapan pekerjaan sesuai Perjanjian. Atas tagihan sebagaimana dimaksud dalam angka 8 di atas, hingga tanggal Surat Pemohonan ini, Pemohon I belum menerima pembayaran dari Termohon.

Bahwa antara Pemohon II dan Termohon pada tanggal 9 Juli 2008 telah menandatangani Perjanjian Subordinate Option Convertible Bonds (Obligasi yang dapat dikonversi menjadi saham) selanjutnya akan disebut “ Perjanjiaan SOCB” senilai senilai US$ 8.750.000,- dengan Pecahan US$ 10.000,- per lembar SOCB nya untuk 875 lembar SOCB semuanya dengan tanggal jatuh tempo 23 Juni 2013, di mana dalam Perjanjian SOCB ini dengan tegas menyebutkan bahwa Pemohon II adalah pembeli 875 lembar SOCB. Atas Perjanjian SOCB tersebut, Termohon kemudian mengeluarkan Sertifikat SOCB pada tanggal 23 Juni 2008 dengan sertifikat nomor 1 yang menerangkan bahwa sertifikat ini adalah untuk SOCB No.1 sampai dengan SOCB No. 875, dengan nilai masingmasing US$ 10.000 per SOCB, sehingga nilai total adalah US$

8.750.000,- untuk 875 SOCB. Dalam Perjanjian SOCB disepakati bahwa pada saat jatuh tempo, SOCB dapat diselesaikan dengan pilihan : Termohon membayar kembali ke Pemohon II sebesar US$ 8.750.000,- tanpa bunga, atau dikonversi menjadi saham, sehingga Pemohon II akan mendapat penambahan saham Termohon sebanyak 58.545 lembar saham atau setara dengan 73,3%

saham milik Termohon. Sekalipun jatuh tempo SOCB adalah 23 Juni 2013,

105

namun telah disepakati oleh Pemohon II dengan Termohon dalam Perjanjian SOCB pada Pasal 8.2, bahwa Pemohon II berhak menagih dan SOCB jatuh tempo dan dapat ditagih jika Termohon memenuhi klausula Pasal 8.1 dan Pasal 8.2 Perjanjian SOCB. Pada hari yang sama yaitu pada tanggal 28 April 2009, Clifford Chance Wong, Kuasa Hukum Pemohon II mengirimkan surat peringatan kepada Termohon melalui sponsor Termohon yaitu Siverdale (Suisse) SA di Geneva Switzerland, yang mengingatkan bahwa Termohon telah melakukan pelanggaran terhadap Perjanjian SOCB khususnya Pasal 7.2 (a), Pasal 7.2 (b), Pasal 7.2 (c), Pasal 7.3 (e) dan Pasal 8.1 (u). Karena Termohon tidak memperbaiki wanprestasi yang dilakukannya, maka pada tanggal 11 Agustus 2009, sesuai dengan ketentuan Pasal 8.2 (a) Perjanjian SOCB, Pemohon II akhirnya mengirimkan Surat Pemberitahuan tentang Wanprestasi (Notice of Default) kepada Termohon, agar Termohon segera memenuhi kewajibannya dan memperbaiki wanprestasinya dengan melaksanakan Perjanjian SOCB. Karena Notice of Default tersebut di atas tidak juga ditanggapi oleh Termohon, maka berdasar ketentuan Pasal 8.2 (b) Perjanjian SOCB, Pemohon II pada tanggal 26 Agustus 2009 mengirimkan Redemption Notice (pemberitahuan penebusan) kepada Termohon, yang pada pokoknya menyatakan bahwa piutang Pemohon II telah jatuh tempo dan dapat ditagih, dan karenanya agar pada tanggal 28 Agustus 2009 Termohon membayarkan hutangnya kepada Pemohon II sebesar US$

8.750.000,- di kantor Termohon di Jakarta. Berdasarkan uraian fakta-fakta dalam butir 1 s/d 18 di atas, Pemohon I dan Pemohon II terbukti dengan tegas

dan nyata berkedudukan sebagai Kreditur yang sah atas Hutang Termohon.

Dengan tidak ditanggapinya surat tagihan dan tidak dilunasinya Hutang Termohon kepada Para Pemohon, secara nyata membuktikan bahwa Termohon telah tidak mau/mampu untuk membayar hutang kepada Para Pemohon.Termohon pada saat ini memiliki hutang pada Kreditur Lain selain diri Para Pemohon, di mana hutang tersebut adalah sebagai berikut :

- PT. Bara Andalan Resources, suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia, berkedudukan di Jakarta, sesuai dengan Commercial Invoice No. 001/BAR-ATP/INV/VI/2009 tanggal 30 Juni 2009, sebesar Rp 6.687.233.827;

- Puskopad “A” DAM VI/Tanjungpura, suatu koperasi Angkatan Darat, yang didirikan berdasaran hukum Negara Republik Indonesia, berkedudukan di Balikpapan, sesuai dengan Surat Bantuan Personal Puskopad “A” DAM VI/Tpr tanggal 5 Juli 2009, dan Surat Bantuan Personel Puskopad “A” DAM VI/Tpr tanggal 5 Agustus 2009, sebesar Rp 48.000.000,-;

- PT. Hutama Karya (Wilayah III) suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia, berkedudukan Pusat di Jakarta, beralamat di Gedung HK, JI. MT Haryono Kav. No.8, Jakarta 13340, sesuai dengan Klaim Pekerjaan Proyek Dermaga Tapin Kalsel, No.Prd/Ks.0557/DIV.III/189, tanggal 6 Mei 2009, sebesar Rp 975.000.000,-

107

Pertimbangan Hukum Judex Facti :

- Menimbang bahwa berdasarkan dalil permohonan Para Pemohon dan bantahan dari Termohon dikaitkan dengan pengertian Kreditor dan Debitor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU, oleh karena Surat Perjanjian Kerja Engineering Supervision dan Construction Management Terminal Batubara Rantau Kalimantan Selatan No. 005/ENG/ATP-TEG/VI/2009 tanggal 1 Juni 2009 (bukti P.1-2) Perjanjian Subordinate Option Convertible Bonds tertanggal 09 Juli 2009 (bukti P.II-1 dan P.II-2) adalah sah, maka secara hukum Para Pemohon dinyatakan sebagai Kreditor, dan Termohon dinyatakan sebagai Debitor karena Para Pemohon secara hukum mempunyai hubungan hukum dengan Termohon berupa piutang atau tagihan sejumlah uang yang belum dibayar lunas oleh Termohon, demikian pula dengan Para Kreditor Lain secara hukum juga mempunyai hubungan hukum dengan Termohon dan dapat dinyatakan sebagai Kreditor karena berdasarkan surat-surat bukti tersebut di atas Para Kreditor Lain juga punya tagihan sejumlah uang yang belum dibayar lunas oleh Termohon, di mana hutang-piutang tersebut timbul karena perjanjian hubungan kerja, dengan fakta tersebut secara hukum;

- Menimbang, bahwa dengan alasan dan pertimbangan tersebut di atas, maka secara hukum unsur adanya “Debitor yang mempunyai dua atau lebih

Kreditor” sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) dan ayat (3) UUK telah terpenuhi;

- Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 8 ayat (4) UUK, permohonan pernyataan pailit harus dikabulkan karena apabila terdapat fakta atau keadaan yang terbukti secara sederhana bahwa persyaratan untuk dinyatakan pailit sebagaimana dimaksud Pasal 2 ayat (1) UUK telah terpenuhi.

Putusan Hakim Judex Facti : Mengabulkan Permohonan Pernyataan Pailit Para Pemohon untuk seluruhnya; dan menyatakan Termohon yaitu PT. ANUGERAH TAPIN PERSADA Pailit dengan segala akibat hukumnya.

Pertimbangan Hukum Kasasi :

- Bahwa keberatan-keberatan tersebut tidak dapat dibenarkan, karena Judex Factie tidak salah dalam menerapkan hukum;

- Bahwa selain itu keberatan tersebut mengenai penilaian hasil pembuktian yang bersifat penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan dalam tingkat kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan ketidak wenangan atau melampaui batas wewenang, atau salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku, atau lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan;

- Bahwa, lagi pula Judex Facti tidak salah menerapkan hukum karena telah benar secara sederhana Termohon telah memenuhi syarat dinyatakan Pailit

109

dengan pertimbangan bahwa ternyata benar Termohon mempunyai sejumlah hutang yang sudah jatuh tempo dan belum dibayar kepada Pemohon I dan

dengan pertimbangan bahwa ternyata benar Termohon mempunyai sejumlah hutang yang sudah jatuh tempo dan belum dibayar kepada Pemohon I dan