• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Batik di Imogiri

Dalam dokumen SEJARAH BATIK TRADISIONAL IMOGIRI 1935-1942 (Halaman 69-73)

BAB III. DINAMIKA BATIK GAYA YOGYAKARTA

B. Perkembangan Batik di Imogiri

Membatik merupakan sebuah bentuk seni yang telah muncul sejak berabad-abad lalu. Batik juga merupakan kesenian yang dikerjakan oleh wanita untuk mengisi waktu senggangnya. Ketika Kraton mengembangkan seni tersebut di lingkungannya, batik juga kemudian meluas ke wilayah-wilayah di sekitarnya, seperti di Dusun Pajimatan, kecamatan Imogiri.

Awal mula penyebaran kesenian batik di Imogiri dimulai ketika Sultan Agung yang berkuasa atas Kerajaan Mataram pada tahun 1613-1645. Beliau menginginkan pembangunan makam yang nantinya diperuntukkan baginya. Makam ini dibangun

2

57

sekitar tahun 1630-an oleh Sultan Agung.3 Bukit yang akan digunakan untuk membangun calon makam Sultan Agung kelak, berada di perbukitan di sekitar wilayah Imogiri. Setelah selesai dibangun, ternyata ada keluarga raja yang meninggal yaitu Panembahan Juminah, yang kemudian malah menjadi orang pertama yang dimakamkan di bukit itu. Sultan Agung merasa kecewa karena makam yang akan dipakai untuk memakamkannya kelak, sudah digunakan untuk memakamkan saudaranya. Panembahan Juminah adalah paman dari Sultan Agung. Meskipun mereka bersaudara, Sultan Agung yang menjadi raja terbesar pada saat itu, tidak mau berbagi tempat makam. Sebelumnya memang Sultan Agung menginginkan agar dia dapat menjadi orang yang pertama kali dimakamkan di situ.

Akhirnya Sultan Agung memerintahkan untuk membangun lagi tempat pemakaman yang baru. Tempat itu berada di dekat pemakaman yang pertama. Kalau tempat yang digunakan oleh Panembahan Juminah berada di Dusun Giriloyo, sedangkan makam baru yang akan dibangun berada di Dusun Pajimatan.4 Makam ini terletak diatas perbukitan sehingga dibangunlah makam yang dihubungkan dengan ratusan anak tangga untuk mencapai makam para raja. Penduduk sekitar mengenal bukit itu dengan nama bukit Merak.5 Pada perkembangan selanjutnya kompleks

3

H. J. De Graaf, Puncak Kekuasaan Mataram, Jakarta: Grafiti Pers, 1986, hlm. 299.

4

Ibid., hlm. 300. Lihat juga dalam Suhartinah Sudijono, Pasang Surut Batik Tulis Tradisional Bantul, Patra Widya, Vol. 7, No. 3, September 2006, hlm. 12.

5

Suhartinah Sudijono, Pasang Surut Batik Tulis Tradisional Bantul, Patra Widya, Vol. 7, No. 3, September 2006, hlm. 12. Lihat juga dalam artikel Sentra Batik Giriloyo dan Pajimatan Imogiri, Selarong, Vol. 4, 2005, hlm. 164.

pemakaman Imogiri ini digunakan tidak hanya dari pihak Kesultanan Yogyakarta tetapi juga dari pihak Kasunanan Surakarta.

Adanya pemakaman raja-raja Mataram di Imogiri ini membutuhkan tenaga untuk merawat dan menjaga. Pihak kraton mengutus beberapa abdi dalem yang ditugaskan untuk bekerja disini. Mereka ditugaskan sebagai juru kunci makam Imogiri. Para penjaga makam itu diambil dari kedua pihak, baik dari kraton Yogyakarta maupun Surakarta. Anggota keluarga para abdi dalem itu, seperti istri, kemudian diajak untuk pindah mengikuti tempat para suami ditugaskan.

Abdi dalem tersebut memang berasal dari kalangan rakyat biasa. Mereka kemudian diangkat menjadi pegawai kerajaan oleh raja. Pengangkatan abdi dalem sebagai pegawai kerajaan ini dianggap menjadi suatu jabatan yang memiliki keistimewaan (prestise) khusus. Selain dianggap dapat menaikkan status sosial seseorang, jabatan ini juga dapat menjadi suatu penghargaan yang bisa menjadi kebanggaan jika nantinya mereka berjasa pada kerajaan.

Para istri dari abdi dalem yang bertugas di makam Imogiri, sudah memiliki keahlian membatik dan sudah mempelajari bermacam-macam motif dari kraton sejak mereka tinggal di dalam tembok kraton. Kegiatan ini kemudian dilanjutkan ketika mereka tinggal di Dusun Pajimatan. Seni batik merupakan salah satu pendidikan wajib bagi wanita Jawa, begitu pula di dalam kraton. Dari sini-lah, kesenian membatik mulai menyebar di wilayah Imogiri, khususnya di Dusun Pajimatan.

59

Batik mulai menyebar di wilayah Imogiri ini diperkirakan pada tahun 16326, ketika Sultan Agung memerintahkan pembangunan makam di Imogiri. Tetapi ada pula yang berpendapat bahwa, kegiatan membatik ini mulai ada sejak tahun 1645, ketika banyak abdi dalem yang ditugaskan sebagai juru kunci makam.7 Hubungan para abdi dalem (beserta istri) dengan kraton sangat dekat, maka kepandaian yang didapat selama berada di kraton tetap diterapkan. Lama kelamaan, ketrampilan membatik ini juga dimiliki oleh masyarakat sekitar.

Semula, para istri abdi dalem hanya membuat pakaian raja beserta keluarganya, bangsawan, dan orang-orang yang berada di dalam kraton. Pembuatannya disesuaikan dengan motif-motif yang terbatas. Seperti dalam bab sebelumnya, telah disebutkan bahwa pemakaian batik ini tidak bisa sembarangan memakainya karena tergantung dengan status sosial pemakai batik. Ketika sudah berada di luar wilayah kraton, mereka masih membuat batik dengan motif-motif yang hanya dibuat untuk kalangan raja. Tidak mengherankan jika masyarakat di sekitar Dusun Pajimatan yang melihat cara pembuatannya bisa membuat motif yang sama, dan motif tersebut merupakan motif-motif dari kraton.

Pada perkembangannya, penguasaan seni membatik di wilayah ini dilakukan secara turun temurun. Kebanyakan para pembatik di Dusun Pajimatan memang

6

Sentra Batik Giriloyo dan Pajimatan Imogiri, Selarong, Vol. 4, 2005, hlm. 164.

7

Ibid., hlm164-165. Lihat juga dalam Sugiyamin, Seni Kerajinan Batik Tradisional Imogiri Yogyakarta, Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta, 2002, hlm. 47.

mendapat ketrampilan ini dari pendahulu atau nenek moyangnya. Di samping itu, para pembatik ini juga memang berasal dari keluarga pembatik. Tak hanya itu, penduduk yang bukan berasal dari keluarga pembatik juga belajar membuat kain batik. Sehingga banyak bermunculan para perajin batik. Hal ini menjadikan wilayah Imogiri yang termasuk dalam Kabupaten Bantul sebagai daerah yang patut diperhitungkan dalam dunia batik. Hasil batik dari wilayah ini kemudian disebut dengan Batik Bantulan. Dari sini muncul kemudian seorang perempuan, warga Dusun Pajimatan yang berperan dalam mengembangkan batik yaitu Djogo Pertiwi.

Dalam dokumen SEJARAH BATIK TRADISIONAL IMOGIRI 1935-1942 (Halaman 69-73)