• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah Lembaga Keagamaan Buddha Indonesia (LKBI)

B. Perkembangan LKBI

Sejarah adalah masa lalu dan sekarang. Oleh sebab itu sumber primer sangatlah penting, sumber primer itu adalah para pelaku sejarah dan dokumen-dokumen yang dimiliki oleh lembaga tersebut. Permasalahannya dalam masalah LKBI ini sumber primer tersebut tidak dapat ditemui dan diperoleh, hanya orang yang melanjutkan lembaga tersebut yang dapat ditemui.

Berdasarkan informasi dari Bapak Sunarto Ketua LKBI yang sekarang, LKBI berdiri pada tanggal 18 Mei tahun 1999. Sebagai pendirinya Bapak Budi Wong, yang ketika itu sering mengadakan kontak dengan Pimpinan LKBI Pusat, ketika itu dia menjabat sebagai Ketua WALUBI Kalimanan Barat. Sebagaimana diuraikan sebelumnya bahwa sebelum terbentuknya LKBI, agama Buddha pada tahun 1998-an belum eksis, pelayannya masih ditangani oleh Pembimas Hindu, orangnyapun orang Hindu, karena pada saat itu belum ada pegawai yang beragama Buddha.

Setelah ditempatkannya PLT Pembimas Agama Buddha di Kalimantan Barat dia mulai mengadakan pendataan dan pembinaan terhadap majelis agama Buddha. Dalam pendataan tersebut dia memperoleh informasi ada beberapa vihara yang belum tergabung dalam salah satu majelis. Maka disarankan agar mereka bergabung dalam Lembaga Keagamaan Buddha Indonesia (LKBI). LKBI pada awalnya berbeda dengan majelis yang merupakan representasi dari aliran/sekte, tetapi dia merupakan federasi dari berbagai aliran/sekte. Pada mulanya bergabung sekte kasogatan dan Maitereya (non MAPANBUMI), tetapi setelah berdiri majelis sendiri maka Kasogatan keluar dari LKBI dan mendirikan majelis sendiri.

Berdirinya LKBI di Pusat bersamaan dengan dibentuknya WALUBI baru. Dimana dalam WALUBI yang baru beberapa majelis tidak bergabung, sehingga jumlah anggota majelis yang bergabung dengan WALUBI menjadi berkurang. Mereka yang tidak bergabung dengan WALUBI kemudian mendirikan KASI ( Konferensi Sangha Agung Indonesia). Dalam persaingan antara WALUBI dan KASI tersebut maka didirikanlah Lembaga Keagamaan Buddha Indonesia. Selain itu beberapa majelis yang dibawah WALUBI lama dipermasalahkan, dalam wadah WALUBI yang baru, dapat diterima dengan baik.

WALUBI (Perwalian Umat Buddha Indonesia) didirikan pada 8 Mei 1978 ketika dilangsungkan Kongres Umat Buddha di Yogyakarta, sebagai wadah tunggal umat Buddha Indonesia yang beranggotakan majelis-majelis agama Buddha dan tiga organisasi, yaitu: Sangha Agung Indonesia, Sangha Theravada Indonesia, dan Sangaha Mahayana Indonesia.

Sedangkan majelis yang tergabung dalam WALUBI waktu itu adalah: Majelis Buddhayana Indonesia (MBI), Majelis Pandita Buddha Dhamma Indonesia ( Mapanbudhi) yang kemudian berganti nama menjadi Magabudhi, Majelis Agama Buddha Mahayana Indonesia (Majabumi), Martrisia (Majelis Rohaniawan Tri Dharma Seluruh Indonesia), Majelis Pandita Buddha Maitereya Indonesia (Mapanbumi), Majelis Nichiren Syosyu Indonesia (NSI), dan Majelis Dharmaduta Kasogatan Indonesia.

Pada tahun 1998 WALUBI membubarkan diri, dan seiring dengan pembubaran ini berdiri WALUBI baru yang sifatnya federatif yang terdiri dari majelis-majelis agama Buddha. Berbeda dengan WALUBI sebelumnya, organisasi WALUBI ini merupakan singkatan dari Perwakilan Umat Buddha Indonesia beranggotakan majelis-majelis dan terdapat dewan Sangha.

Majelis-majelis anggota WALUBI Perwakilan saat ini terdiri dari: Majelis Agama Buddha Tantrayana Zen Fo Zong Kasogatan Indonesia ( Zhen Fo Zong Kasogatan), Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia (Mapanbumi), Parisadha Buddha Dharma Indonesia (PSBDI), Majelis Rohaniawan Tridharma Seluruh Indonesia (MARTRISIA), Majelis Buddha Tantrayana Satya Buddha Indonesia (Madha Tantri), Majelis Umat Buddha Theravada Indonesia (Majubuthi), Majelis Agama Buddha Mahayana Indonesia (Majabumi), Lembaga Keagamaan Buddha Indonesia (LKBI), Majelis Agama Buddha Mahayana Buddhis Indonesia (Mahabudhi), Majelis Agama Buddha Tantrayana Indonesia (Majabudti), Majelis Umat Buddha Mahayana Indonesia (Majubumi), Majelis Agama Buddha Mahayana Indonesia Tanah Suci (Majabumi Tanah Suci).

Sementara itu, terdapat pula majelis agama Buddha dalam WALUBI perwalian namun tidak bergabung dalam WALUBI perwakilan yaitu: Majelis Buddhayana Indonesia (MBI), Majelis Agama Buddha Dhamma Indonesia (Magabudhi), Majelis Agama Buddha Tri Dharma Indonesia (Martrisia Jakarta sewaktu bergabung dalam WALUBI perwalian).(Lihat Tabloid KASI, Edisi Pertama, 1 November 2007).

Sejak berdirinya telah terjadi empat kali pergantian pengurus. Pada periode pertama 1999-2004 dipimpin oleh Budiona Tan, sedangkan Pak Budi Wong yang merupakan pendirinya justru menjabat wakil ketua dibantu oleh Pak Sunarto. Kemudian pada periode 2004 – 2009 dipimpin oleh Bapak Sunarto, kemudian periode 2009 – 2014 dipimpin oleh Bapak Limas Joni, kembali pada periode 2015 – 2019 pimpinan dipercayakan kembali pada Bapak Sunarto.

Berbeda dengan majelis lainnya yang mempunyai otoritas terhadap rumah ibadah yang berada dibawah binaannya, di LKBI tidak demikian, rumah ibadah yang bernaung dibawah LKBI mempunyai hak untuk mengatur viharanya, tanpa dapat dicampuri oleh LKBI. LKBI hanya berfungsi sebagai mediator antara vihara dengan pemerintah dan antara vihara dengan umat Buddha lainnya. Sedangkan kedalam pimpinan vihara berhak mengatur dirinya sendiri. Oleh sebab itu kalau kita tanya tentang informasi yang berkaitan dengan vihara yang berada dibawah binaannya, umumnya mereka tidak tahu. Bahkan berapa jumlah vihara yang tergabung dalam LKBI pengurus kurang mengetahuinya secara pasti. Sebagai contoh ketika terjadi pesamuan vihara yang dianggap anggota sebanyak 9 (sembilan) buah, tetapi yang datang hanya 6 (enam) orang pengurus vihara.

Malah menurut Ketua WALUBI Kalimantan Barat Pdt Edi Tansuri anggota LKBI banyak, ada puluhan tetapi memang tidak terdata dengan baik. Semua vihara yang belum bergabung pada sebuah majelis seharusnya bergabung ke LKBI sebab LKBI merupakan federasi dari berbagai vihara, tetapi nampaknya sekarang yang tergabung dengan LKBI hanya vihara yang beraliran Maitreya yang tidak bergabung di MAPANBUMI. Mengapa mereka beraliran Maetreya tapi tidak mau bergabung dengan MAPANBUMI menurut keterangan Pak Soenarto dan Ketua MAPANBUMI karena berlainan gurunya. Yang bergabung dengan LKBI berguru langsung dengan guru ( Pdt Hung) yang berasal dari Taiwan, sedangkan MAPANBUMI melalui muridnya bernama MS Maitreyawira yang berguru dengan guru yang ada di Taiwan (Pdt Hung). Oleh sebab itu kelompok Maitreya yang ada di LKBI menganggap lebih hebat dari Maitreya yang tergabung di MAPANBUMI. (wawancara dengan Pdt Hendra Ngantung

22-4-2015 dan Soenarto, 16-22-4-2015). C. Setting Sosial Masa Kini

Kondisi LKBI sekarang kurang berkembang bila dibandingkan dengan majelis-majelis lainnya, hal ini antara lain karena organisasi ini bersifat independen, artinya masing-masing vihara tidak tunduk pada pimpinan daerah LKBI Provinsi Kaliamnatan Barat. Selain itu LKBI belum mempunyai pengurus daerah tingkat II, yang seharusnya ada. Seandainya ada kepengurusan daerah tingkat II mungkin vihara yang akan bergabung akan lebih banyak. Tetapi kita juga dapat memakluminya karena WALUBI sendiri baru mempunyai perwakilan baru di tiga daerah, yaitu

Jumlah penduduk Provinsi Kalimantan Barat (2013) 4.641.000 yang terdiri dari 2,366.000 laki-laki dan 2.275.000 perempuan. Sedangkan jumlah pemeluk agama adalah: Islam 2.892.238 orang; Katolik 268.551; Kristen 729.653; Hindu 12.153; Buddha 359.400; Khonghucu 19.368.

Sarana peribadatan yang tersedia bagi masing-masing agama adalah: Masjid 4.203 buah; Gereja Kristen 3.062 buah; Gereja Katolik 2.056 buah; Pura 20 buah dan Vihara 312 buah, sedangkan untuk agama Khonghucu tidak tersedia datanya. Sedangkan tenaga penyuluh yang tersedia: Islam 1170 orang; Kristen 300 orang; Katolik 406 orang, Hindu 20 orang dan Buddha 95 orang.

Jumlah penganut agama Buddha di Provinsi Kalimantan Barat berjumlah 359.400 jiwa. Penganut terbanyak di Kota Pontianak sebanyak 101. 204, kedua di Kota Singkawang sebanyak 92.574 jiwa. sedangkan penganut yang paling sedikit terdapat di Kabupaten Kapuas Hulu sebanyak 419 jiwa, Kabupaten Sintang sebanyak 1228 jiwa.( Kalimantan

Barat Dalam Angka, 2014, BPS Provinsi Kalimantan Barat 2015).

Dari sejumlah penganut agama Buddha tersebut tidak diketahui berapa yang bergabung dalam LKBI.

Jumlah majelis yang terdapat di Provinsi Kalimantan Barat yaitu: MAPANBUMI (Majelis Pandita Buddha Maitreya Indonesia), beralamat di Jl Beringin No 12A Pontianak, Ketuanya Pandita D.Hendra Ngantung; PSBDI (Pandita Sabha Buddha Dharma Indonesia),beralamat di Jl Arteri Supadio Km 14,8 Kab Kubu Raya, Ketuanya Pandita Maskun Halim Krisno; LKBI (Lembaga Keagamaan Buddha Indonesia), beralamat di Jl Siaga, Pontianak, Ketua Soenarto; MATRISIA (Majelis Tri Dharma Indonesia), beralamat di Jl Pattimura No 203, Pontianak Kalbar, Ketua Pandita Burhan?Lim Hui Weng;

Majelis Kasogatan Indonesia, beralamat di Jl Arteri Supadio, Kec Sungai Raya Kab Kubu Raya, Ketua Pandita Firmanto; MAGABUDHI (Majelis Agama Buddha Theravasa Indonesia), beralamat di Jl Parit II Gg Flamboyan III B Kec Sungai Raya Kab Kubu Raya, Ketua dr. Ali Fuchih Siaw M.BA; PBDNSI (Parisadha Buddha Dharma Niciren Sosu Indonesia), beralamat di Jl H.Abbas II No 35 Pontianak, Ketua Handoko Salim; MADHATANTRI (Majelis Agama Buddha Tantrayana Indonesia), beralamat di Jl Siam Gg Kelantan IV No 162 Pontianak, Ketua Pandita Herman Limanto. Selain itu terdapat Pengurus WALUBI tingkat Provinsi dan Kabupaten/ Kota, yaitu WALUBI Tingkat Provinsi dengan Ketua Pandita Edy Tansuri; DPD WALUBI Kota Pontianak, dipimpin oleh Lilyana, SE,MM; DPD WALUBI Kabupaten Kubu Raya dipimpin oleh Tjen Jung Lung dan DPD WALUBI Kota Singkawang dipimpin oleh Pandita Tjhin Jiu Siu.

Selain itu terdapat 51 orang guru agama Buddha di seluruh Kabupaten dan Kota yang terdapat di Provinsi Kalimantan Barat, 17 orang diantaranya bertugas di Kota Pontianak. Dengan data tersebut nampak masih banyak daerah kabupaten yang belum memiliki guru agama. Adapun sekolah umum yang bercirikan Buddha berjumlah 9 buah yang terdiri dari 4 buah TK, 3 buah SD, 1 buah SMP dan 1 buah SMK. Sekolah - sekolah tersebut tersebar di 6 buah di Kota Singkawang, 2 buah di Kabupaten Kubu Raya dan 1 buah di Kabupaten Sambas. Dilihat dari jumlah murid sekolah-sekolah tersebut cukup signifikan, sebagai contoh SMK Mudita Singkawang memiliki murid 679 orang ,terdiri dari 312 orang laki-laki dan 367 orang perempuan, dan SD Karena Singkawang mempunyai murid sebanyak 315 orang, terdiri dari 147 orang laki-laki dan 168 orang perempuan.

agama Buddha adalah minimnya umat Buddha mempunyai sekolah. Karena itu umumnya anak-anak orang Buddha sekolah disekolah Katolik atau sekolah Kristen, karena diajar agama Katolik dan Kristen mereka lebih mengerti ajaran agama Katolik dan Kristen dari pada ajaran agama Buddha. Tidak heran dengan kondisi yang demikian ada dari mereka kemudian yang pindah agama.

Untuk memberikan pendidikan agama kepada anak-anak dan remaja sebagian vihara mengadakan sekolah minggu agama Buddha. Berdasarkan data dari Pembimas Buddha, di Kalimantan Barat terdapat 34 buah sekolah minggu yang tersebar di Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kota Singkawang, Kota Pontianak, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Kubu Raya dan Kabupaten Landak. (

Pembimas Buddha, 14 April 2015)

Karena masih banyaknya kekurangan guru agama Buddha disekolah-sekolah, maka beberapa vihara mengadakan sekolah minggu Buddha (SMB). Dari 312 buah vihara yang ada diProvinsi Kalimantan Barat, hanya terdapat 34 buah SMB, bearti hanya 10% vihara yang sudah mempunyai SMB. SMB tersebut tidak tersebar disemua kabupaten dan kota, tetapi hanya tersebar di Kabupaten Sambas (2 Buah) Kabupaten Bengkayang (9 buah); Kota Singkawang (9 buah); Kota Pontianak (5 buah); Kabupaten Kubu Raya (2 buah); Kabupaten Landak (6 buah); dan Kabupaten Sekadau (1 buah). Vihara LKBI mempunyai 2 buah SMB. Untuk membina SMB tersebut hanya terdapat 25 orang guru SMB, dengan demikian masih terdapat SMB yang tidak mempunyai guru. Sebagian besar guru SMB tersebut mengajar pada SMB milik vihara Buddha Maitreya.

1. Ajaran dan Peribadatan 1). Aspek Sradha

LKBI hanya merupakan lembaga keagamaan, bukan merupakan sekte. Ajaran yang dianutnya adalah sama dengan ajaran Buddha Maitreya yang terdapat sedikit perbedaan diantara keduanya.

LKBI juga mengenal aspek Sradha atau keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Tri Ratna,, adanya para Buddha, Bodhisatwa, Dewa dan Malaikat Penjaga Dharma, altar, adanya Hukum Kasunyatan, kitab suci dan Nirwana.

Adapun aspek Buddha itu terdiri dari:

a. Keyakinan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b. Keyakinan terhadap Tri Ratna (Buddha, Dharma dan Sangha).

c. Keyakinan terhadap adanya Para Buddha, Boddhisatwa, Dewa, Para Malaikat penjaga Dharma dan Altar, Patriat dan Maha guru.

d. Keyakinan Terhadap adanya Hukum Kasunyatan. 1). {Catur Aryasatya (Empat sebab Derita), Dukkha (derita); Dukkha Samudya Aryasatya (asal muasal derita). Dukha Niroda Aryasatya (terhentinya derita) dan Marga/Dukkhaniroda Pratipad Aryasatya (Jalan untuk mengentikan derita). 2). Hukum Tri Lakshana (Tiga corak umum) yaitu: Sabbe sankhara anitya; Sabbe sankhara dukkha; sabbe dhamma antman. 3) hukum karma 4) Punarbhawa (tumimbal lahir); 5). Pratitya

Samutpadah (Hukum sebab akibat saling bergantungan).

e. Keyakinan terhadap kitab suci, kitab sucinya Tri Pitaka, tetapi mengutamakan beberapa sutra yang dianggap lebih praktis seperti sutra intan, sutra hati, sutra altar mustika dharma.

f. Keyakinan terhadap Nirwana.

2). Aspek Bhakti

Puja bhakti dalam LKBI sangat diutamakan, sebagai aspek yang menghubungkan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, para Buddha dan Boddhisatwa.

Setiap hari umat Buddha LKBI melakukan 2 kali sembah sujud dan pertobatan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa dan para Buddha. Puja bhakti dilakukan pada waktu pagi dan sore. Selain itu puja bhakti dilakukan setiap tanggal 1 dan 15 penanggalan imlek.

A. Puja bhakti berarti Pelaksanaan Sila, Samadhi