• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PSIKOLOGI KOMUNIKASI

B. Perkembangan Manusia

Manusia dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan- perubahan menuju ke tingkat yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain. Perubahan-perubahan tersebut meliputi perubahan dalam segi fisiologi maupun segi psikologi. Tentang perkembangan manusia secara mendetail dibicarakan khusus tentang hal itu dalam ilmu yang disebut psikologi perkembangan. Para ahli mengatakan bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh bermacam- macam faktor seperti dituangkan dalam teori perkembangan yang disusunnya. Teori-teori perkembangan manusia yang telah dikenal umum dalam psikologi seperti dikemukakan oleh para ahli di antaranya, yaitu teori nativisme, teori empirisme, dan teori konvergensi.

1. Teori Nativisme

Teori nativisme dikemukakan oleh Scopen Hauer. Ahli ini mengemukakan dalam teori nativisme yang disusunnya bahwa perkembangan manusia ditentukan oleh faktor-faktor keturunan yang merupakan faktor-faktor yang dibawa oleh individu pada waktu dilahirkan. Dengan demikian begitu dilahirkan pada diri manusia telah membawa sifat-sifat tertentu yang akan menentukan keadaan individu yang bersangkutan. Pada kenyataannya individu yang dilahirkan akan hidup di dunia dengan alam lingkungan sekitarnya. Tetapi menurut teori nativisme adanya faktor-faktor lingkungan, termasuk pendidikan tidak berpengaruh terhadap perkembangan individu yang bersangkutan. Dengan begitu teori tersebut memandang bahwa sifat-sifat manusia yang dilahirkan ke dunia telah ditentukan oleh sifat-sifat semasa masih dalam kandungan ibunya. Setelah dilahirkan sifat-sifat itu tetap akan melekat erat-erat dalam diri individu tersebut dan tidak dapat diubah oleh faktor atau keadaan apa pun. Jika individu dilahirkan oleh seorang ibu yang sifat- sifatnya baik, individu tersebut akan mempunyai sifat yang baik. Kebalikannya dengan hal tersebut, yaitu jika individu dilahirkan oleh seorang ibu yang sifat-sifatnya jelek (buruk), individu tersebut juga akan mempunyai sifat-sifat yang buruk sama seperti sifat ibu yang melahirkannya. Sifat baik atau buruk tersebut akan terus melekat pada individu selama hidupnya di dunia dan tidak pernah akan dapat diubah oleh upaya apa pun, termasuk pendidikan.

Jadi menurut teori nativisme, pendidikan tidak mempunyai peranan apa-apa untuk mengubah sifat-sifat individu. Dengan demikian dalam dunia pendidikan adanya teori nativisme menimbulkan paham pesimistis berkaitan dengan pengubahan sifat-sifat individu dari sifat jahat (buruk) ke sifat yang baik (terpuji). Menurut teori nativisme untuk mendapatkan generasi atau masyarakat yang baik sifat-sifatnya harus dilakukan dengan seleksi terhadap anggota masyarakat. Anggota masyarakat yang sifat-sifatnya tidak baik tidak diberi kesempatan berkembang sebab ia akan memberikan keturunan dengan sifat-sifat yang jelek (buruk). Sebaliknya, untuk menciptakan masyarakat yang sifat-sifatnya baik langkah yang dapat ditempuh, yaitu menyeleksi anggota masyarakat yang sifatnya baik untuk diberi kesempatan berkembang biak sehingga dihasilkan keturunan dengan sifat-sifat yang baik. Namun pada perkembangan berikutnya teori nativisme kurang dapat diterima oleh masyarakat luas. Hal itu terbukti dengan muncul teori perkembangan lain yang dikemukakan oleh ahli yang berbeda.

2. Teori Empirisme

Teori empirisme dikemukakan oleh John Locke. Teori empirisme juga sering dikenal dengan sebutan teori tabularasa. Berbeda dengan teori nativisme, teori empirisme menyatakan bahwa perkembangan seorang individu akan ditentukan oleh empiri atau pengalaman-pengalaman yang dapat diperolehnya selama perkembangan individu tersebut di dalam kehidupannya di dunia. Dengan demikian menurut teori empirisme, perkembangan individu dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan termasuk pendidikan yang diterima oleh individu yang bersangkutan. Teori tabularasa mengumpamakan individu yang dilahirkan dari ibunya sebagai kertas putih bersih yang belum ada tulisannya. Sifat seorang individu dapat dibuat menjadi sekehendak hati yang disukai tergantung hendak dibuat atau dibentuk seperti yang dikehendaki. Seperti kertas putih yang dapat ditulis apa saja sehingga menentukan wujud kertas tersebut pada akhirnya. Sepaham dengan teori tabularasanya John Locke, pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam menciptakan generasi atau individu yang sifatnya baik. Dengan demikian dalam dunia pendidikan teori tabularasa menimbulkan

paham yang optimistis. Sifat baik atau buruk seseorang dapat dibentuk melalui pendidikan yang baik kepada individu yang bersangkutan.

3. Teori Konvergensi

Jika dikritisi dengan saksama kedua teori perkembangan yang telah dikemukakan di atas, kedua teori perkembangan tersebut tampak saling bertentangan antara satu dengan yang lain. Melihat adanya pertentangan pandangan tersebut, akhirnya para ahli psikologi berpikir keras mencari jalan tengahnya. Cara bijak dan ilmiah yang telah ditempuh oleh ahli untuk mengatasi hal itu ialah dengan menggabungkan kedua teori perkembangan tersebut. Teori gabungan (konvergensi) dimaksud dikemukakan oleh William Stern. Menurut ahli itu, baik pembawaan maupun pengalaman-pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan yang sama pentingnya dalam perkembangan individu. Perkembangan individu menurut Stern akan ditentukan oleh faktor keturunan atau faktor yang dibawanya sejak lahir atau disebut faktor endogen dan faktor lingkungan atau faktor eksogen

termasuk pendidikan.

Stern mengemukakan pendapatnya itu disertai bukti- bukti hasil penyelidikannya terhadap anak-anak kembar yang dilakukannya di Hamburg, Jerman. Stern mengetahui anak-anak kembar mempunyai sifat-sifat keturunan yang sama. Anak-anak tersebut kemudian dipisahkan dari pasangannya dan ditempatkan pada pengaruh lingkungan yang berbeda satu dengan yang lain. Pemisahan terhadap anak kembar segera dilakukan setelah kelahiran mereka. Setelah dalam kurun waktu tertentu, Stern memperoleh data dari pengamatannya bahwa kedua anak kembar tersebut akhirnya mempunyai sifat yang berbeda satu dengan yang lain. Hal itu berarti adanya pengaruh faktor lingkungan tempat anak mengalami perkembangan. Dengan pernyataan lain, faktor pembawaan atau keturunan tidak menentukan secara mutlak sifat-sifat atau struktur kejiwaan individu.

Pada waktu-waktu berikutnya penyelidikan semacam itu banyak dilakukan di tempat-tempat lain, di antaranya di Chicago dan di Texas. Teori perkembangan yang dikemukakan oleh Stern lebih meyakinkan banyak orang sehingga dijadikan satu hukum perkembangan individu dalam psikologi perkembangan manusia (Prawira:2012:219-222).