• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Komunikasi Intrapersonal

BAB III PSIKOLOGI KOMUNIKASI

H. Sistem Komunikasi Intrapersonal

Sistem komunikasi intrapersonal menguraikan bagaimana orang menerima informasi, mengolahnya, menyimpannya, dan menghasilkannya kembali. Pengolahan informasi disebut komunikasi intrapersonal, meliputi sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. Sensasi adalah proses menangkap stimulus. Persepsi adalah proses memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir adalah mengolah dan memanipulasi informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respons (Rakhmat:2011:48).

1. Sensasi

Tahap paling awal dalam penerimaan informasi ialah sensasi. Sensasi berasal dari kata "sense", artinya alat penginderaan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Bila alat-alat ini mengubah informasi menjadi impuls-impuls saraf dengan bahasa yang dipahami (komputer) otak maka terjadilah proses sensasi (Coon:1977:79).

Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal, simbolik atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera (Wolman:1973:3443).

Apapun definisi sensasi, fungsi alat indera dalam menerima formasi dari lingkungan sangat penting. Melalui alat indera, manusia dapat memahami kualitas fisik lingkungannya. Lebih dari itu, melalui alat indera, manusia memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk berinteraksi dengan dunianya (Lefrancois:1974:39).

Filsuf John Locke beranggapan bahwa the nothing in the mind except what was first in the senses (tidak ada apapun dalam jiwa manusia kecuali harus lebih dulu lewat alat inderanya). Berkeley beranggapan bahwa andaikan manusia tidak mempunyai alat indera, dunia tidak akan ada. Ia tidak tahu ada harum pakaian yang baru disemprot brut, bila tidak ada indera pencium. Sentuhan lembut istrinya tidak akan disadari, kalau indera perabanya sudah mati. Lalu ia tidak mendengarkan ada yang membisikkan ucapan kasih di telinganna, tidak melihat

senyuman manis yang dialamatkan kepadanna. Dunianya tidak teraba, terdengar, tercium, terlihat, artinya tidak ada sama sekali.

Setiap manusia memiliki lima alat indera atau pancaindera. Psikologi menyebut sembilan (bahkan ada yang menyebut sebelas) alat indera: penglihatan, pendengaran, kinestesis, vestibular, perabaan, temperatur, rasa sakit, perasa, dan penciuman. Kesembilan pancaindera di atas dapat dikelompokkan pada tiga macam indera penerima, sesuai sumber informasi. Sumber informasi bisa berasal dari dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri individu sendiri (internal). Informasi dari luar diinderai oleh eksteroseptor (misalnya telinga atau mata). Informasi dari dalam diindera oleh interoseptor (misalnya sistem peredaran darah). Selain itu, gerakan tubuh sendiri diindera oleh proprioseptor (misalnya organ vestibular).

Sesuatu yang menyentuh alat indera dari dalam atau dari luar disebut stimulus. Pada saat seseorang sedang membaca tulisan ini (stimulus eksternal), dan pikirannya sedang diganggu oleh perjanjian utang yang habis waktu hari ini (stimulus internal) maka ia menerima dua macam stimulus sekaligus. Alat penerimanya segera mengubah stimulus ini menjadi energi saraf untuk disampaikan ke otak melalui proses transduksi. Agar dapat diterima pada alat indera, stimulus harus cukup kuat. Batas minimal intensitas stimulus disebut ambang mutlak (absolute threshold). Mata, misalnya, hanya dapat menangkap stimulus yang mempunyai panjang gelombang cahaya antara 380 sampai 780 nanometer. Telinga manusia hanya dapat mendeteksi frekuensi gelombang suara yang berkisar antara 20 sampai 20.000 hertz. Manusia akan sanggup menerima temperatur 10°C sampai 45°C. Di bawah 10°C ia akan menggigil dengan perasaan dingin yang mencekam. Di atas 48°C, ia akan meringis kepanasan.

Ketajaman sensasi ditentukan oleh faktor-faktor personal. Pada tahun 1930-an, beberapa orang peneliti menemukan bahwa

phenylthiocarbomide (ptc) yang terasa pahit bagi sebagian orang, tidak pahit bagi yang lain. "We live in different taste worlds", kata Blakesley, salah seorang di antara peneliti tersebut. Sebetulnya, bukan hal yang aneh kalau banyak orang mengetahui bahwa masakan Padang yang sangat pedas bagi orang Jawa, ternyata biasa-biasa saja bagi orang Sumatera Barat. Perbedaan

sensasi, dengan begitu, dapat disebabkan oleh pengalaman atau lingkungan budaya, di samping kapasitas alat indera yang berbeda. Sebagaimana kacamata menunjukkan berbagai ukuran, seperti itu pula alat indera yang lain (walaupun tidak ada kaca lidah, kaca kulit, atau kaca kuping).

Perbedaan kapasitas alat indera menyebabkan perbedaan dalam memilih pekerjaan atau jodoh, mendengarkan musik, atau memutar radio. Yang jelas sekali, sensasi mempengaruhi persepsi (Rakhmat:2011:48-50).

2. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus inderawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu menafsirkan makna informasi inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori (Desiderato dan Jackson:1976:129).

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut:

a. Perhatian (attention)

Perhatian (attention) merupakan salah satu dari sekian banyak gejala psikologis pada diri manusia. Dalam perhatian terjadi aktivitas jiwa yang melibatkan otak dan indera. Adapun beberapa definisi perhatian yang diungkapkan oleh para ahli, sebagai berikut:

1) Menurut Jalaludin Rahmat, perhatian adalah proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulus lainnya melemah. Perhatian terjadi bila seseorang mengkonsentrasikan dirinya pada salah satu alat indera dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain (Rakhmat:2011:51).

2) Menurut Kenneth E. Andersen, perhatian adalah proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulus lainnya melemah (Andersen:1972:46).

3) Menurut Sardjoe, perhatian adalah suatu reaksi dari organisme dan kesadaran, yang menyebabkan bertambahnya aktivitas dalam konsentrasi, dan pembatasan kesadaran terhadap satu obyek (Sardjoe:1994:217).

4) Menurut Ardhana, perhatian adalah suatu proses pemusatan unsur-unsur pengalaman dan mengabaikan yang lainnya. Kejelasan pengalaman secara relatif tergantung pada intensitas proses perhatian (Ardhana dan Sudarsono:1963:74).

5) Menurut Bimo Walgito, perhatian adalah pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek (Walgito:1981:56).

6) Menurut Kartini Kartono, perhatian adalah suatu reaksi dari organisme dan kesadaran yang menyebabkan bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi, dan pembatasan kesadaran terhadap suatu obyek (Kartono:1996:111).

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa perhatian adalah salah satu faktor psikologis yang mempunyai sifat-sifat menonjol, baik dari dalam maupun dari luar individu yang dapat membantu interaksi belajar mengajar yang memerankan aktivitas, konsentrasi, dan kesadaran. Faktor yang berasal dari dalam adalah faktor biologis, sosial, kebiasaan, konsentrasi, kesadaran, stimulus serta kemauan, sedangkan faktor yang berasal dari luar adalah gerakan dan lingkungan.

a. Faktor Eksternal Penarik Perhatian

Stimulus diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain gerakan, intensitas stimulus, kebaruan, dan perulangan. Perulangan mengandung unsur sugesti. Emil Dofivat (1968), tokoh aliran publisistik Jerman, menyebut perulangan sebagai satu di antara tiga prinsip penting dalam menaklukkan massa.

Dofivat menyebut tiga prinsip dalam menggerakkan massa (die Grundgesetze der Masssenfuhgung):

1) Die Geistige Vereinfachung: tema-tema yang disampaikan harus disajikan dengan bahasa yang sederhana dan jelas.

2) Die hammernde Weiderhoulung: gagasan yang sama diulang berkali-kali dengan cara penyajian yang mungkin beraneka ragam. Dofivat mengutip Al dous Huxley dalam brave New World bahwa kebenaran adalah kebohongan dikalikan dengan 62.000.

3) Die gefuhlmassige stigerung: penggunaan emosi secara intensif. Emosi itu antara lain kebencian, rasa belas kasihan, perasaan bersalah, dan keinginan menonjol (Dofivat:1968:114-164).

b. Faktor Internal Penarik Perhatian

Apa yang menjadi perhatian seseorang lolos dari perhatian orang lain, atau sebaliknya. Ada kecenderungan seseorang melihat apa yang ingin ia lihat, dan mendengar apa yang ingin ia dengar. Perbedaan ini timbul dari faktor-faktor yang ada dalam dirinya. Contoh-contoh faktor yang memengaruhi perhatian adalah:

1) Faktor-faktor Biologis

Dalam keadaan lapar, seluruh pikiran didominasi oleh makanan. Oleh karena itu, bagi orang lapar, yang paling menarik perhatiannya adalah makanan. Orang yang kenyang akan menaruh perhatian pada hal-hal yang lain. Anak muda yang baru saja menonton film porno, akan cepat melihat stimulus seksual di sekitarnya (Rakhmat:2011:53).

2) Faktor-faktor Sosiopsikologis

Berikan sebuah foto yang menggambarkan kerumunan orang banyak di sebuah jalan sempit. Tanyakan apa yang mereka lihat. Setiap orang akan melaporkan hal yang berbeda. Namun, seorangpun tidak dapat melaporkan berapa orang yang terdapat dalam gambar itu, kecuali sebelum melihat foto mereka memperoleh pertanyaan itu.

3) Motif Sosiogenis, Sikap, Kebiasaan, dan Kemauan

Dalam perjalanan naik gunung, geolog akan memperhatikan bebatuan, ahli botani akan memperhatikan bebungaan, ahli zoologi akan memperhatikan binatang, seniman akan memperhatikan warna dan bentuk, orang yang bercinta akan memperhatikan fenomena keindahan alam yang dipadukan dengan keindahan cinta kasih mereka (Lefrancois:1974:56).

Kenneth E. Andersen menyimpulkan dalil-dalil tentang perhatian selektif yang harus diperhatikan oleh ahli- ahli komunikasi:

1) Perhatian itu merupakan proses yang harus aktif dan dinamis, bukan pasif dan refleksif.

2) Cenderung memperhatikan hal-hal tertentu yang penting, menonjol, atau melibatkan diri.

3) Seseorang menaruh perhatian pada hal-hal tertentu. 4) Kebiasaan sangat penting dalam menentukan apa yang

menarik perhatian, tetapi juga apa yang secara potensial akan menarik perhatian.

5) Dalam situasi tertentu, seseorang secara sengaja menstrukturkan perilakunya untuk menghindari terpaan stimulus tertentu yang ingin diabaikannya.

6) Kadang-kadang konsentrasi yang sangat kuat mendistorsi persepsi.

7) Perhatian tergantung kepada kesiapan mental.

8) Tenaga-tenaga motivasional sangat penting dalam menentukan perhatian dan persepsi.

9) Intensitas perhatian tidak konstan.

10)Dalam hal stimulus yang menerima perhatian, perhatian juga tidak konstan.

11)Usaha untuk mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan karena usaha itu sering menuntut perhatian. Pada akhirnya, perhatian terhadap stimulus mungkin akan berhenti.

12)Seseorang mampu menaruh perhatian pada berbagai stimulus secara serentak.

13)Perubahan atau variasi sangat penting dalam menarik dan mempertahankan perhatian (Andersen:1972:51-52).

c. Faktor-faktor Fungsional

Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimulus. Nilai sosial satu objek bergantung pada kelompok sosial orang yang menilai. Krench dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama, yaitu persepsi bersifat selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat tekanan dalam persepsi biasanya objek-objek yang mempengaruhi tujuan individu yang melakukan persepsi (Rakhmat:2011:54-55).

Kerangka rujukan (frame of reference) atau faktor- faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi adalah: 1) Mula-mula konsep ini berasal dari penelitian psikofisik

yang berkaitan dengan objek. Para psikolog sosial menerapkan konsep ini untuk menjelaskan persepsi sosial. Dalam eksperimen psikofisik, Wever dan Zener menunjukkan bahwa penilaian terhadap objek dalam hal beratnya bergatung pada rangkaian objek yang dinilainya (Rakhmat:2011:56-57).

2) Dalam kegiatan komunikasi, kerangka rujukan mempengaruhi bagaimana orang memberi makna pada pesan yang diterimanya (Rakhmat:2011:57).

3) Para psikolog menganggap konsep kerangka rujukan ini amat berguna untuk menganalisis interpretasi perseptual dari peristiwa yang dialami (McDavid dan Harari:1968:140).

d. Faktor-faktor Struktural

Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimulus fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf individu. Para psikolog Gestalt seperti Kohler, Wartheimer, dan Koffka, merumuskan prinsip- prinsip persepsi yang bersifat struktural. Prinsip-prinsip itu kemudian dikenal dengan teori Gestalt (Rakhmat:2011:57).

Menurut teori Gestalt, bila seseorang mempersepsi sesuatu, ia mempersepsinya sebagai suatu keseluruhan. Ia tidak melihat bagian-bagiannya, lalu menghimpunnya. Menurut Kohler, jika ia ingin memahami suatu peristiwa, ia tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah dan harus

memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk memahami sesorang, ia harus dilihat dalam konteksnya, dalam lingkungannya, dan dalam masalah yang dihadapinya (Menicke:1957:79).

Dari prinsip ini, Krech dan Crutchfield melahirkan dalil persepsi yang kedua, yaitu medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Stimulus diorganisasikan dengan melihat konteksnya. Walaupun stimulus yang diterima itu tidak lengkap, tetep harus diisi dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimulus yang dipersepsi.

Dalam hubungan dengan konteks, Krech dan Crutchfield menyebutkan dalil persepsi yang ketiga, yaitu sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Menurut dalil ini, jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan kelompoknya, dengan efek yang berupa asimilasi atau kontras.

Karena manusia selalu memandang stimulus dalam konteksnya, dalam strukturnya ia pun akan mencoba mencari struktur pada rangkaian stimulus. Struktur ini diperoleh dengan cara mengelompokkan berdasarkan kedekatan atau persamaan. Prinsip kedekatan menyatakan bahwa stimulus yang berdekatan satu sama lain akan dianggap satu kelompok.

Dari prinsip ini, Krech dan Crutchfield menyebutkan dalil persepsi yang keempat, yaitu objek atau peristiwa yang berdekatan dalam dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Dalil ini umumnya betul-betul bersifat struktural dalam mengelompokkan objek-objek fisik, misalnya titik, garis, atau balok.

Gestalt memiliki prinsip yang disebut principles of similarity. Kebudayaan juga berperan dalam melihat kesamaan. Dalam komunikasi, dalil kesamaan dan kedekatan sering dipakai oleh komunikator untuk meningkatkan kredibilitasnya. Ia menghubungkan dirinya atau mengakrabkan dirinya dengan orang-orang yang mempunyai

prestise tinggi, maka terjadilah sebutan gilt by association (cemerlang kerena hubungan) atau guilt by association (bersalah karena hubungan).

Jadi, kedekatan dalam ruang dan waktu menyebabkan stimulus ditanggap sebagai bagian dari struktur yang sama. Menurut Krech dan Crutchfield, kecenderungan untuk mengelompokkan stimulus berdasarkan kesamaan dan kedekatan adalah hal yang universal (Rakhmat:2011:57-61).

3. Memori

Dalam komunikasi intrapersonal, memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi persepsi (dengan menyediakan kerangka rujukan) dan berpikir (yang akan diuraikan). Mempelajari memori membawa seseorang kepada psikologi kognitif, terutama sekali, pada model manusia sebagai pengolah informasi. Robert T. Craig (1979) meminta ahli komunikasi agar mendalami psikologi kognitif dalam upaya menemukan cara-cara baru dalam menganalisis pesan dan pengolahan pesan. Sumbangan paling besar dari psikologi kognitif adalah menyingkap tabir memori (Rakhmat:2011:61).

Memori adalah sistem yang sangat terstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya (Schlesinger dan Groves:1976:352).

Setiap saat stimulus mengenai indera seseorang, setiap saat pula stimulus itu direkam secara sadar atau tidak sadar. John Griffith, ahli matematika, menyebutkan seratus triliun bit. John von Neumann, ahli teori informasi, menghitungnya sampai 2.8 x 1020 (280 kuintiliun) bit. Asimov menerangkan bahwa otak manusia selama hidupnya sanggup menyimpan sampai satu kuidriliun bit informasi.

Wilden Penfield, ahli bedah syaraf, pernah melaporkan rangsangan dengan jarum elektris pada bagian-bagian otak tertentu dapat menghadirkan kembali rekaman ini, persis seperti memainkan rekaman video.

Seorang wanita berumur 26 tahun mengalami bedah otak karena epilepsi. Karena hanya digunakan anestesia lokal, pasien masih dalam keadaan sadar. Dokter bedah merangsang daerah- daerah tertentu dan menimbulkan rekaman peristiwa. Elektroda

diletakkan pada lokasi 11 pada otaknya, dan pasien berkata, "Ya, tuan, saya mendengar seorang ibu memanggil anaknya di suatu tempat. Tampaknya terjadi bertahun-tahun yang lampau; seseorang yang tinggal bertetangga dengan saya." Elektroda digerakkan pada lokasi nomor 13, dan pasien berteriak, "Saya mendengar suara. Jauh malam, di sekitar tempat pesta seperti ada sirkus .... Saya melihat banyak gerobak yang digunakan untuk menyimpan binatang." Elektroda diletakkan lagi pada lokasi nomor 11, dan pasien berkata lagi, "Ya, saya dengar suara yang saya kenal, seorang wanita seperti sedang memanggil, wanita yang sama". Pada peristiwa ini, memori diungkap kembali, begitu hidup, seakan-akan si pasien mengalaminya lagi (Rakhmat:2011:61-62).

Secara singkat, memori melewati tiga proses: perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman (encoding) adalah pencatat informasi melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal. Penyimpanan (storage) adalah menentukan berapa lama informasi itu berada, dalam bentuk apa, dan di mana. Penyimpanan bisa aktif atau pasif. Seseorang menyimpan secara aktif, bila ia menambahkan informasi tambahan. Ia mengisi informasi yang tidak lengkap dengan kesimpulannya sendiri (inilah yang menyebabk desas-desus menyebar lebih banyak dari volume yang asal). Mungkin secara pasif terjadi tanpa penambahan. Pemanggilan (retrieval) dalam bahasa sehari-hari adalah mengingat lagi, menggunakan inform yang disimpan (Mussen dan Rosenweig:1973:499).

4. Berpikir

Berpikir melibatkan semua proses yang disebut dengan sensasi, persepsi, dan memori (Rakhmat:2011:66).

Menurut Paul Mussen dan Mark R. Rosenzweig, berpikir menunjukkan berbagai kegiatan yang melibatkan penggunaan konsep dan lambang, sebagai pengganti objek dan peristiwa (Mussen dan Rosenweig:1973:410).

Menurut Hannah Arendt dalam karya terakhirnya

Thinking: Thought without Speech is Inconceivable, manusia berpikir menggunakan bahasa atau lambang-lambang verbal. Menurut Roger N. Shepard, psikolog dari Stanford University, manusia bisa berpikir tanpa menggunakan bahasa atau lambang-

lambang verbal. Faraday, Galton, Einstein, dan beberapa ilmuwan lain yang terkenal, melaporkan bahwa mereka memecahkan masalah-masalah ilmiah dengan citra visual, dan baru kemudian menerjemahkan pikiran mereka ke dalam kata- kata (Rakhmat:2011:67).

Berpikir melibatkan penggunaan lambang, visual atau gratis. Berpikir dilakukan untuk memahami realitas dalam rangka mengambil keputusan (decision making), memecahkan persoalan (problem solving), dan menghasilkan yang baru (creativity). Memahami realitas berarti menarik kesimpulan, meneliti berbagai kemungkinan penjelasan dari realitas eksternal dan internal. Sehingga dengan singkat, Anita Taylor dan kawan- kawan mendefinisikan berpikir sebagai proses penarikan kesimpulan (thinking is a inferring process) (Taylor, et al.:1977:55).