PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow)
Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan II 2014 di wilayah Sulawesi Utara menunjukkan kondisi net outflow. Bank Indonesia mencatat jumlah aliran uang keluar pada triwulan II 2014 sebesar Rp1,30 triliun sedangkan aliran uang masuk hanya berjumlah Rp1,13 triliun. Hal ini
berbeda dengan periode triwulan I 2014 yang mencatat kondisi net inflow sebesar Rp1,55 triliun. Kondisi net outflow merupakan kondisi yang terjadi karena siklus tahunan dimana terdapat event keagamaan disertai dengan periode libur akhir tahun ajaran yang menyebabkan tingginya permintaan akan uang beredar di masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
Secara series bulanan, kondisi net outflow yang terjadi pada triwulan II 2014 sudah diawali dari awal triwulan (April) dan berlanjut sampai Juni. Hal ini mencerminkan kondisi perekonomian sedang menggeliat setelah terjadi net inflow pada triwulan pertama. Net outflow secara bulanan di triwulan II 2014 berfluktuasi dengan rata-rata sebesar Rp116,5 miliar.
Grafik 5.1.
Netflow Aliran Kas Uang Kartal Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar
Untuk menjamin ketersediaan uang layak edar dimasyarakat Bank Indonesia menerapkan kebijakan clean money policy. Dalam rangka penerapan strategi clean money policy, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan kegiatan pemusnahan uang atau yang dikenal dengan istilah peracikan uang yang sudah tidak layak edar (UTLE). Uang yang termasuk dalam kategori UTLE adalah uang yang sudah lusuh, rusak dan kotor. Proses pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan. Hal tersebut dilakukan untuk menjamin ketersediaan uang layak edar di masyarakat.
Selama triwulan II 2014, jumlah UTLE yang dimusnahkan tercatat Rp195 miliar, atau tumbuh 165% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp73 miliar.
Dalam upaya menjaga kualitas uang tetap berada pada kondisi baik, Bank Indonesia senantiasa melakukan sosialisasi kepada berbagai lapisan masyarakat. Salah satu program yang terus disosialisasikan adalah tagline Didapat, Disimpan, Disayang yang berarti uang tidak boleh diremas, dibasahi, dilipat dan distraples.
Grafik 5.2.
Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar
5.1.3. Perkembangan Kas Titipan
Dalam perannya sebagai mitra strategis Pemerintah Daerah yang juga bertanggung jawab mengawal tingkat likuditas uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara melakukan kegiatan kas titipan. Kas titipan diharapkan dapat melayani kebutuhan uang beredar masyarakat di Sulawesi Utara terutama di daerah-daerah yang relatif jauh dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara.
Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Kabupaten Tahuna, Kota Kotamobagu dan diluar wilayah Sulawesi Utara yaitu Provinsi Gorontalo.
-200 0 200 400 600 800 1000 1200
0 100 200 300 400 500 600 700
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2012 2013 2014
Nominal UTLE (Rp Miliar) gUTLE (%,yoy) - right
axis-Grafik 5.3.
Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Gorontalo
Kondisi aliran kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan II 2014 menunjukkan posisi outflow sebesar Rp78 miliar. Pada triwulan laporan, jumlah kas titipan yang masuk (inflow) di Gorontalo tercatat Rp823 miliar, sedangkan jumlah kas keluar (outflow) lebih besar yaitu tercatat sebesar Rp900 miliar.
Grafik 5.4.
Netflow Kas Titipan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara di Tahuna
Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna. Pada triwulan II 2014, kas titipan di Tahuna juga mengalami net outflow sebesar Rp29,6 miliar, dengan jumlah uang keluar (outflow) sebesar Rp166 miliar yang lebih tinggi jika dibandingkan jumlah kas masuk (inflow) Rp137 miliar.
Sementara itu, kas titipan Kotamobagu menunjukkan kondisi net outflow sebesar Rp78 miliar pada triwulan laporan. Hal ini disebabkan oleh nilai outflow pada triwulan II 2014 sebesar Rp122 miliar, lebih besar dibandingkan dengan jumlah uang masuk ke kas titipan Bank Indonesia yang berjumlah Rp43 miliar.
5.1.4. Penemuan Uang Palsu
Bank Indonesia sebagai satu-satunya lembaga yang berwenang mengeluarkan, mengedarkan, dan menarik uang untuk menjaga ketersediaan Uang Layak Edar di masyarakat juga berperan aktif dalam upaya pemberantasan uang palsu. Hal ini dilakukan dengan melakukan sosialisasi keaslian Rupiah dengan tag line 3D (dilihat, diraba, dan diterawang). Melalui upaya sosialisasi ini diharapkan masyarakat dapat mengenali Rupiah asli dan diharapkan dapat mengurangi jumlah uang palsu yang beredar. Di sisi lain, Bank Indonesia juga terus meningkatkan kerjasama dengan pihak berwajib dalam menangani kasus peredaran uang palsu.
Tabel 5.1.
Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara
Pecahan 2012 2013 2014
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
- Rp100.000,- 36 19 31 71 29 30 24 51 140 118 - Rp50.000,- 57 32 26 28 37 34 10 15 9 6 - Rp20.000,- 16 2 1 1 3 - - - - - - Rp10.000,- 7 4 1 2 - - - 1 - - - Rp5.000,- - - - - - - - - - - - Rp1.000,- - - - - - - - - - -
Total 116 57 59 102 69 64 34 67 149 124
Jumlah uang palsu yang ditemukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan II 2014 menunjukkan penurunan, baik dalam jumlah fisik dan dari sisi nominal dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian, menunjukan peningkatan secara fisik dan nominal jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara tercatat sebanyak 124 lembar, lebih rendah dibandingkan triwulan I 2014 yang tercatat sebanyak 149 lembar. Penurunan peredaran uang palsu pada periode laporan karena masyarakat sudah mengenal ciri-ciri uang asli dan efek dari sosialisasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia kepada masyarakat. Secara historis, pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan selama dua tahun terakhir adalah uang kertas pecahan Rp100,000 dan Rp50,000 atau sekitar 90% dari seluruh pecahan uang palsu yang ditemukan.
Grafik 5.5.
Perkembangan Jumlah Pecahan Uang Palsu yang Ditemukan di Wilayah Kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara