PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3.3 . PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONAL
3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN
3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara pada akhir triwulan II 2014 secara umum terjaga.
Non Performing Loan (NPL) relatif terkendali, berada pada tingkat di bawah batas ketentuan BI yaitu 5%. Sementara itu, aspek intermediasi perbankan yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) masih berada pada level di atas 100%. Volatilitas kurs rupiah diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi. Sementara itu, perkembangan indikator lainnya (Kelonggaran tarik, Pendapatan Bunga Bersih, ROA) menunjukkan perkembangan yang cukup baik.
3.4.1 Risiko Kredit
Pada triwulan II 2014, terjadi peningkatan risiko kredit perbankan konvensional Sulawesi Utara tercermin dari indikator Non Performing Loan (NPL), sementara konsentrasi kredit relatif tidak mengalami perubahan. Meski meningkat dibanding triwulan sebelumnya, rasio NPL (bruto) masih tetap terjaga pada level di bawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (5%), yaitu tercatat sebesar 3,37%. Kenaikan rasio NPL bersumber dari kualitas kredit yang menurun pada beberapa sektor. Kredit di sektor pertanian, sektor industri, sektor listrik, gas, dan air (LGA), sektor konstruksi, dan sektor angkutan dan komunikasi harus semakin diwaspadai seiring meningkatnya NPL sampai di atas 5%. Di sisi lain, kualitas kredit di sektor PHR yang memiliki pangsa terbesar untuk kredit produktif juga tercatat mengalami penurunan kualitas kredit yang tercermin dari naiknya NPL ke level 3,46% dari triwulan lalu yang tercatat berada di level 3,17% , sementara rasio NPL pada sektor lainnya (konsumsi) tercatat masih cukup baik meski re meningkat 0,58% dari triwulan lalu menjadi sebesar 2,45% pada triwulan laporan.
Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat terlihat bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang relatif
Grafik 3.18.
Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar) Grafik 3.17.
Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)
0
rendah yakni sektor lainnya (konsumsi) dengan pangsa mencapai 59,98% dari total kredit dan memiliki rasio NPL sebesar 2,45%.
3.4.2 Risiko Likuiditas
Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada triwulan laporan masih terkendali.
Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu sumber pembiayaannya, DPK di Sulawesi Utara masih didominasi oleh dana-dana jangka pendek (tabungan, giro, dan deposito jangka pendek) yang berpotensi menciptakan maturity mismatch karena kredit yang disalurkan perbankan memiliki jangka waktu relatif lebih panjang dibanding penghimpunan dana masyarakat.
Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan tercatat menurun menjadi 125,30%. Perlu digarisbawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan.
Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR perbankan terendah berada di Kota Bitung sebesar 108.59%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh Kabupaten Minahasa dan Minahasa Tenggara sebesar 193.65%, disusul kemudian berturut-turut oleh Kota Tomohon sebesar 160.94%, Kota Kotamubagu dan Kabupaten Boltim sebesar 157.67%, Kabupaten Minahasa Selatan sebesar 147.76%, Kabupaten Minahasa Utara sebesar 146.61%, Kabupaten Kepulauan
Grafik 3.19.
Kredit & NPL Sektoral Tw. II 2013
Grafik 3.20.
Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota
0
Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Sulut
Sangihe sebesar 142.16%, dan Kota Manado sebesar 115.05%. Relatif tingginya rasio LDR di beberapa wilayah mengindikasikan bahwa wilayah tersebut merupakan kawasan yang sedang berkembang dan membutuhkan banyak kucuran dana, yang diantaranya diperoleh dari penyaluran kredit oleh perbankan di wilayah tersebut. Sementara di sisi lain, penghimpunan dana masyarakat di wilayah tersebut juga perlu semakin ditingkatkan untuk lebih mendukung penyaluran kredit.
3.4.3 Risiko Pasar
Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin dari rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga. Tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) sepanjang triwulan laporan tidak mengalami perubahan. Hal tersebut menyebabkan melambatnya pergerakan suku bunga perbankan di Sulut terutama untuk suku bunga pinjaman. Sementara itu, pergerakan kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena minimnya transaksi valuta asing di perbankan Sulawesi Utara.
3.4.4 Indikator perbankan lainnya
Rasio Kelonggaran Tarik Kredit
Rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan II 2014 melanjutkan tren penurunan yang terjadi sejak triwulan sebelumnya. Tercatat rasio kelonggaran tarik pada Juni 2014 sebesar 4,94%
atau lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang tercatat 5,74%. Hal ini mengindikasikan penggunaan kredit yang lebih optimal oleh debitur.
Pendapatan Bunga Bersih
Pendapatan Bunga Bersih merupakan salah satu indikator penilaian terkait kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan neraca konsolidasi bank umum, saldo bersih pendapatan bunga setelah dikurangi biaya bunga atau yang biasa disebut Pendapatan Bunga Bersih pada triwulan laporan menunjukkan angka yang positif sebesar Rp1.231
Grafik 3.22.
Pendapatan Bunga Bersih Bank Umum (Rp Miliar) Grafik 3.21.
Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2
2011 2012 2013 2014
Plafond 15.576 16.517 17.405 18.210 18.641 19.987 20.608 21.511 22.233 23.652 24.665 25.509 25.245 26.153 Outstanding 13.397 14.403 15.107 15.896 16.177 17.506 18.445 19.422 19.960 21.458 22.287 22.848 23.022 24.027 Rasio UL (%) 7,56 7,25 7,78 7,30 7,47 6,73 6,06 5,95 6,14 5,16 5,71 6,55 5,74 4,94
Pend.Bunga 686 1.427 2.196 3.020 812 1.706 2.659 3.709 1.009 2.090
Biaya Bunga 282 569 848 1.116 292 604 959 1.339 416 858
NIM 404 858 1.348 1.904 520 1.102 1.701 2.370 593 1.231
Grafik 3.24.
Return On Asset Bank Umum Grafik 3.23.
Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum
miliar, meningkat sebesar 11.71%(yoy) bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp1.102 miliar.
Rasio BOPO
Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.
Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kondisi bank yang tidak efisien. Sampai dengan triwulan laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan relatif mengalami penurunan yang tercermin dari kenaikan rasio BOPO bank umum konvensional dari 67.72% pada triwulan II 2013 menjadi 72.89% pada triwulan laporan. Hal ini disebabkan kenaikan beban operasional yang cukup tinggi mencapai 22.44% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Meningkatnya pendapatan bunga bersih namun di sisi lain terjadi penurunan efisiensi, membuat rasio ROA bank umum tercatat turun dari 2,24% di triwulan II 2013 menjadi sebesar 1,86% pada triwulan laporan.