• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dalam Memerangi Diskriminasi HAM

PENJABARAN KONSTITUSI RI DIDALAM MENJAMIN PERLINDUNGAN KEBEBASAN BERAGAMA

B. Perlindungan HAM Melalui Kovenan Internasional

1. Peran Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dalam Memerangi Diskriminasi HAM

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai organisasi internasional yang dibentuk untuk menggantikan keberadaaan organisasi dunia sebelumnya yakni Liga Bangsa Bangsa dimaksudkan menjadi wadah penyelarasan (harmonisasi) kerjasama internasional khususnya pasca Perang Dunia ke II yang telah membawa kehancuran bagi umat manusia. PBB yang kelahirannnya banyak didorong oleh negara-negara Sekutu yang memenangkan perang dunia II ingin menyelesaikan berbagai persoalan pasca perang termasuk komitmen untuk melindungi hak asasi manusia (HAM). Komitmen tersebut dianggap penting sebagai prasyarat yang perlu untuk

mencipatakan orde internasional yang adil dan mantap.137

Masyarakat bangsa-bangsa yang menjadi anggota PBB secara sadar mengakui

walaupun UDHR/DUHAM telah diterima dan gemanya sampai kemana-mana, namun

PBB kemudian memainkan peran yang penting bagi upaya promosi dan perlindungan HAM lewat pembentukan instrument-instrumen hukum internasional.

137

dalam kenyataannya penghormatan dan pelaksanaan HAM di berbagai kawasan dunia belumlah berjalan sebagai mana mestinya. Tantangan besar masih menghadang didepan mata. Diberbagai negara terbukti nilai-nilai HAM masih ditindas sedemikian rupa dan dalam pelaksanaanya masih cenderung diskriminatif dengan didasarkan ada warna kulit,138agama dan jenis kelamin139 suku bangsa140 dan lain-lainnya. Bahkan yang mencolok adalah terjadinya penindasan HAM seperti yang terjadi di Uni Soviet ketika Partai Komunis yang menjadi penguasa di negara itu. Yoseph Stalin telah memerintah dengan tangan besi dan tidak segan-segan untuk melanggar HAM rakyatnya dengan membuang sekitar lima juta lawan-lawan politiknya dan memaksakan kolektivitasi terhadap sejumlah besar petani.141

PBB sebagai organisasi interasional yang universal142

138

Negara Afrika Selatan adalah salah satu negara yang pernah mempraktekkan diskriminasi berdasarkan warna kulit, dimana rejim kulit putih yang berkuasa sangat diskriminatif terhadap mereka yang berkulit hitam. Regim ini lebih dikenal dengan rejim Aparteid. Sebagaimana dikutip oleh Sri

Nuhartanto, Mengurangi Kompleksitas Hak Asasi Manusia (Kajian Multi Perspektif, (Yogyakarta:

PUSHAM UII), 2007 hal 299

yang semakin berkembang dan bertambah anggotanya kemudian mengambil prakarsa dan inisiatif melalui Majelis Umum PBB membuat deklarasi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial yang dicetuskan pada sidang umum Majelis PBB dengan sebuah

139

Di Negara-negara Afrika dan Timur Tengah yang penduduknya didominasi agama tertentu sangat membedakan hak-hak penganut agama lain, termasuk hal itu dikaitkan dengan jenis kelaminnya

dimana kaum perempuan dianggap warga negara kelas dua dibandingkan kaum laki-laki. Ibid.

140

Dinegara-negara yang multi etnis cenderung mengutamakan etnis tertentu yang boleh

memegang kekuasaan pemerintahan, menjadi anggota militer ataupun kedudukan tertentu lainnya. Ibid

141

Scott Davidson, Op.Cit, hal 15-16

142

Soemaryo Suryokusumo, Stud Kasus Hukum Organisasi Internasional, (Bandung: Alumni),

1993, hal 45, menyatakan bahwa Prinsip Universalitas yang dianut PBB termasuk Badan-Badan Khususnya keanggotaanya tidak membedakan besar dan kecilnya negara, walaupun untuk menjadi anggota dari organisasi jenis ini masih memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti ketentuan Pasal 4 Piagam PBB.

Resolusi No 1904 (XVIII) tanggal 20 November 1963. Deklarasi itu untuk mengingatkan masyarakat bangsa-bangsa akan arti penting keduduka martabat dan persamaan manusia dalam segala aspek kehidupan tanpa membedakan apapun, baik itu didasarkan atas ras, warna kulit, dan suku bangsa. Apabila itu terjadi berarti merupakan pelanggaran terhadap piagam PBB. Pelanggaran HAM dan kebebasan yang fundamental yang telah diserukan dalam Deklarasi Universal HAM. Hal itu sekaligus merupakan kejahatan yang dapat dihukum dan sebagai tindakan penghalang bagi terciptanya hubungan baik dan damai antar bangsa dan sebagai faktor yang dapat

menggangu perdamaian dan keamanan antar manusia.143

Guna menindak lanjuti deklarasi itu, pada tanggal 21 Desember 1965 Majelis Umum PBB lewat Resolusi Nomor GA. 2106 A (XX) telah menetapkan sebuah Konvensi Internasional tentang Penghapusan Semua Bentuk Diskriminasi Rasial. Konvensi ini mulai berlaku umum mulai 1969, dimana lebih dari 100 negara telah menjadi pihak dalam konvensi ini. Dalam Preamble Konvensi, secara jelas negara-negara yang merupakan pihak dalam Konvensi menekankan arti penting keberadaan piagam PBB, terutama prinsip-prinsip dasar piagam PBB, Deklarasi Universal HAM. Lebih lanjut dalam konvensi itu diatur secara detail tentang kewajiban negara peserta untuk menjamin hak setiap orang tanpa diskriminasi, dalam bidang-bidang:

hak persamaan kedudukan di hadapan hukum (equaality before the law); hak

memperoleh rasa aman dari tindakan kekerasan yang dilakukan oleh pejabat 143

Lihat Pasal 1 dan Pasal 2 Deklarasi Tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial.

pemerintah, atau suatu kelompok perorangan atau lembaga; hak politik; hak memilih dan dipilih dalam Pemilihan Umum; hak memegang jabatan-jabatan pemeritahan dalam setiap tingkatan serta mendapatkan akses dalam pemerintahan.; hak-hak sipil lainnya; kebebasan berpindah tempat tinggal dalam wilayah negara; meninggalkan wilayah negara dan kembali wilayah negara sendiri; hak kewarganegaraan; hak perkawinan; hak mengumpukan harta benda dan mewarisi; kebebasan berpikir; beragama dan berkeyakinan, hak kebebasan berpendapat dan menyatakan pendapat serta berserikat dan berkumpul. Dalam bidang hak ekonomi, sosial dan budaya: hak bekerja dan mendapat upah yang layak, membentuk serikat pekerja, hak perumahan, hak pelayanan kesehatan jaminan sosial dan pelayanan sosial, hak berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa budaya, hak menggunakan fasilitas umum.144

Majelis Umum PBB pada tanggal 25 November 1981, Resolusi Nomor GA. 36/55 telah menetapkan sebuah deklarasi di bidang Agama dan Kepercayaan, tentang Penghapusan Semua Bentuk Keintoleransian dan Diskriminasi Berdasarkan Agama Atau Kepercayaan. Dalam deklarasi itu setiap orang berhak atas kebebasan berpikir,

hati nurani dan agama145. Bahkan tidak seorangpun tidak dijadikan sasaran

pemaksaan yang tidak mengurani kebebasannya untuk mempunyai suatu agama atau kepercayaan yang dipilihnya146

144

Ibid, Pasal 5

. Dengan demikian yang terpenting adalah tidak seorangpun boleh dijadikan sasaran diskriminasi oleh negara, lembaga, kelompok

145

Deklarasi tentang Penghapusan Semua Bentuk Keintoleransian dan Diskriminasi Berdasarkan Agama Atau Kepercayaan, Pasal 1 ayat 1

146

atau individu atas dasar agama atau kepercayaan147. Apabila terjadi diskriminasi diantara insan manusia atas alasan-alasan agama atau kepercayaan merupakan penghinaan terhadap martabat manusia dan pengingkaran terhadap atas azas-azas PBB dan harus dikutuk sebagai pelanggaran HAM dan kebebasan-kebebasan dasar yang dinyatakan dalam DUHAM dan yang dinyatakan secara rinci dalam

Kovenan-Kovenan Internasional di bidang HAM (ICCPR dan ICESCR).148

Berkaitan dengan Agama dan Kepercayaan, Majelis Umum PBB telah mengeluarkan sebuah deklrasi yang berjudul:” Deklarasi Tentang Hak-Hak Orang Yang Termasuk Kelompok Minoritas Bangsa, Agama dan Bahasa”. Deklarasi itu menegaskan bahwa dalam rangka untuk menjungjung tinggi HAM, khususnya hak-hak sipil dan politik, maupun hak-hak-hak-hak ekonomi sosial dan budaya, setiap negara anggota PBB (khususnya) maupun Negara-negara lainnya yang bukan anggota PBB harus melindungi eksistensi dan indentitas bangsa atau etnis budaya, agama, dan bahasa dari kelompok minoritas yang ada didalam wilayah mereka masing-masing dan harus mendorong kondisi-kondisi untuk meningkatkan indentitas tersebut. Pada dasarnya orang-orang yang termasuk kelompok minoritas dapat melaksanakan hak-hak mereka, termasuk hak-hak-hak-hak yang dinyatatakan dalam deklarasi ini baik secara perseorangan maupun dalam masyarakat bersama dengan para anggota lain kelompok mereka, tanpa diskriminasi.149

147

Ibid, Pasal 2 ayat 1.

148

Ibid, Pasal 3.

149

Deklarasi Tentang Hak-Hak Orang Yang Termasuk Kelompok Minoritas Bangsa, Agama dan Bahasa, Pasal 3.

Sesungguhnya diluar hal-hal yang sudah diuraikan diatas, hal-hal yang tekait dengan HAM khususnya dibidang hak sipil dan politik maupun hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, Majelis umum PBB juga banyak menghasilkan deklarasi maupun konvensi yang terkait dengan penjaminan dan penghormatan terhadap hak-hak asasi manusia. Misalnya deklarasi atau konvensi tentang diskriminsi terhadap hak-hak perempuan maupun anak-anak, Konvensi Internasional yang menyangkut tentang perkawinan, kewarganegaraan, dan pengungsi dimana didalamnya diatur agar dalam pelaksanaannya tidak terjadi diskriminasi.

Peran PBB didalam memerangi diskriminasi HAM ini menunjukkan bahwa isu HAM ini merupakan isu universal yang didalam proses perlindungannya perlu juga ada kegerakan universal yang secara bersama-sama memberi keseriusan untuk menjamin pelaksanaan HAM tersebut. Kendatipun demikian setiap apa yang diupayakan PBB didalam proses penengakan HAM setiap negara yang menjadi pesertanya diberi kewenangan untuk merespon bagaimana penegakkan HAM dalam konteks lokal masing-masing negara tersebut.

2. Ratifikasi Kovenan Internasional Tentang Perlindungan Kebebasan