BAB II PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PADA
C. Perlindungan Hukum Kepada Kreditur Dalam Gugatan
membatalkan perbuatan hukum yang dilakukan oleh debitur. Di dalam Pasal 1341 ayat (2) yang berbunyi “hal-hal yang diperolehnya dengan itikad baik oleh orang-orang pihak ketiga atas barang-barang yang menjadi pokok perbuatan yang batal itu, dilindungi.” Juga ditambahkan tentang asas itikad baik (good faith). Jadi walaupun barang-barang aset-aset yang dimiliki oleh debitur sudah dikuasai oleh pihak ketiga, maka aset-aset tersebut dapat diminta kembali dengan actio
88Parulian Aritonang, Tinjauan Yuridis Terhadap Actio Pauliana Dalam Melindungi Boedel Pailit, Fakultas Hukum, Universitas Indonesia, Tanggal 16 Februari 2014, halaman. 15
89Pasal 41 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU.
pauliana dan untuk pihak ketiga yang terlanjur melakukan transaksi dengan debitur yang akan dinyatakan pailit, akan diberikan pengembalian terhadap harga yang telah dibayarnya oleh kurator.
Faillissementsverordening, Undang-undang Nomor 4 Tahun 1998 dan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 menentukan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh debitur yang dapat merugikan kepentingan para kreditur, yaitu actio pauliana. Kreditur mempunyai hak untuk mengajukan pembatalan kepada Pengadilan terhadap segala perbuatan yang dilakukan oleh debitur sebelum dinyatakan pailit, karena perbuatan tersebut tidak diwajibkan, dan debitur mengetahui bahwa perbuatan tersebut akan merugikan kepentingan kreditur.90
Actio pauliana sebagai lembaga yang melindungi hak kreditur memiliki beberapa persyaratan yang bersifat kumulatif. Pertama, debitur telah melakukan suatu perbuatan hukum. Kedua, perbuatan hukum tersebut tidak wajib dilakukan oleh debitur. Ketiga, perbuatan hukum tersebut telah merugikan kepentingan kreditur. keempat, pada saat melakukan perbuatan hukum tersebut debitur mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum yang dilakukannya akan merugikan kepentingan kreditur;
dan kelima, pada saat perbuatan hukum tersebut dilakukan pihak dengan siapa perbuatan hukum itu dilakukan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi kreditur.91
Seperti yang terdapat didalam syarat-syarat actio pauliana bahwa perbuatan debitur harus merupakan perbuatan hukum. Jadi dalam perbuatan yang dapat dibatalkan dengan actio pauliana harus merupakan suatu kontrak yang sudah terlebih dahulu diperjanjikan, tidak dapat dilakukan actio pauliana karena tindakan tersebut bukanlah suatu perbuatan hukum. Apabila ditelusuri pembayaran utang kepada kreditur, hal itu merupakan kewajiban yang ada dalam
90Pasal 41 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1998 dan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004
91Fred B.G. Tumbuan, “Mencermati Pokok-Pokok Undang-Undang Kepailitan yang Diubah Pepu No. 1/1998,” Newsletter No. 33/IX/Juni/1998, halaman. 3. Kelima persyaratan tersebut terdapat dalam Pasal 41 Undang-/undang Nomor 4 Tahun 1998 dan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2007. (Selanjutnya disebut sebagai Fred B.G. Tumbuan 2)
undang-undang maupun perjanjian. Namun pembayaran utang tersebut masih bisa dibatalkan dengan actio pauliana apabila:
1. Dapat dibuktikan bahwa si penerima pembayaran mengetahui pada saat dibayarnya hutang tersebut oleh debitur, kepada debitur tersebut telah dimintakan pernyataan pailit atas pelaporan untuk itu sudah dimintakan.
2. Adanya persekongkolan antara kreditur dan debitur, sehingga hal tersebut telah menguntungkan kreditur tersebut dari pada kreditur-kreditur yang lain.92
Mengajukan hal batalnya perbuatan yang dilakukan dengan cuma-cuma oleh debitur, kreditur cukup membuktikan bahwa debitur pada waktu melakukan perbuatan itu mengetahui bahwa dengan berbuat demikian para krediturnya tanpa peduli apakah orang yang menerima keuntungan itu juga mengetahuinya atau tidak bahwa perbuatan debitur tersebut merugikan para krediturnya.93 Menurut Kartini Muljadi, tidak perlu diajukan gugatan untuk menyatakan suatu tindakan pauliana batal, tetapi cukup kurator menyatakan (inroepen) bahwa tindakan itu batal, asalkan kurator dapat membuktikan bahwa pada saat debitur melakukan tindakan hukum tersebut, kurator dan pihak dengan siapa debitur melakukan tindakan tersebut mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatannya itu akan merugikan kreditur.94
Pengajuan actio pauliana dalam kepailitan diajukan ke Pengadilan Niaga.
Hal ini sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU yang menyatakan bahwa “putusan atas permohonan pernyataan pailit dan hal-hal lain yang berkaitan dan/atau diatur dalam undang-undang ini diputuskan oleh
92Fred B. G. Tumbuan, Penyelesaian Utang Piutang Melalui Pailit Atau Penundaan Kewajiban Pembayaran PKPU, (Bandung: Alumni, 2000), halaman. 57. (Selanjutnya disebut sebagai Fred B.G. Tumbuan 3)
93Sutan Remi Sjahdeni, Op. Cit, halaman. 363
94Lontoh, Rudy A, Op. Cit, halaman. 302-303
pengadilan yang daerah hukumnya meliputi daerah tempat kedudukan hukum debitur.” Adapun yang dimaksud dengan hal-hal lain, dijelaskan dalam penjelasan pasal tersebut, yaitu hal-hal yang lain adalah antara lain actio pauliana, perlawanan pihak ketiga terhadap penyitaan, atau perkara diamana debitur, kreditur, kurator atau pengurus menjadi salah satu pihak dalam perkara yang berkaitan dengan harta pailit.95
Meskipun actio pauliana secara teoritis dan normatif tersedia dalam kepailitan, akan tetapi dalam prakteknya tidak mudah untuk mengajukan gugatan actio pauliana sampai dikabulkan oleh hakim. Hal ini antara lain disebabkan oleh proses pembuktian actio pauliana tersebut serta perlindungan hukum terhadap pihak ketiga yang bertransaksi dengan debitur tersebut.
96
Kesulitan mengajukan actio pauliana sampai dikabulkan oleh hakim tidak hanya terjadi pada actio pauliana dalam kepailitan saja, actio pauliana yang diluar kepailitan pun sangat jarang sekali sampai dikabulkan. Hal itu sebagaimana diakui oleh Elijana Tansah yang menyatakan bahwa selama 37 tahun menjadi hakim hanya satu kasus actio pauliana diluar kepailitan yang berhasil, yakni kasus di Bandung, itu pun karena kasus tersebut sangat kentara sekali, yakni dijual kepada adiknya sendiri, tidak pernah dibalik nama, dan pajak-nya yang membayar si penjual.97
syarat actio pauliana dalam kepailitan adalah bahwa debitur harus telah melakukan suatu rechtshandeling atau perbuatan hukum sebelum
Kartini Muljadi mengatakan bahwa;
95M. Hadi Subhan, Op. Cit, halaman. 134
96Edward Manik, Cara Mudah Memahami Proses Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, (Bandung: Mandar Maju, 2012), halaman. 113.
97Emmy Yuhassarie (eds.), Kewajiban dan Standart Pelaporan dalam Kepailitan dan Perlindungan Kurator dan Harta Pailit, (Jakarta: Pusat Pengkajian Hukum, 2004), halaman. 97-98. (Selanjutnya disebut sebagai Emmy Yuhassarie 2)
pernyataan pailit diucapkan, bahwa pada saat perbuatan hukum dilakukan, debitur mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi kreditur; bahwa pada saat perbuatan dilakukan pihak dengan siapa perbuatan hukum itu dilakukan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan hukum tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi kreditur; dan debitur melakukan perbuatan hukum itu, walaupun tidak ada kewajiban debitur untuk melakukannya (overplicht);98
1. Mengembalikan barang yang ia peroleh dari harta kekayaan si debitur sebelum ia pailit, dikembalikan ke dalam harta; atau
Keempat syarat pembuktian ini sangat sulit terutama berkaitan dengan pembuktian bahwa debitur atau pihak dengan siapa perbuatan hukum itu dilakukan mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa perbuatan tersebut akan merugikan kreditur.
Apabila gugatan actio pauliana dikabulkan, maka pihak terhadap siapa gugatan actio pauliana dikabulkan wajib:
2. Bila harga/nilai barang berkurang, pihak tersebut wajib mengembalikan barang ditambah ganti rugi; atau
3. Apabila barang tidak ada, ia wajib mengganti rugi nilai barang tersebut.99
Debitur yang melakukan hal-hal yang melawan hukum setelah pernyataan pailit yaitu sanksi dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU tidak ada satu ketentuan yang mengatur sanksi kepada debitur pailit, baik sanksi perdata maupun sanksi pidana. Oleh karena itu, dapat dipertanyakan ketentuan hukum mana yang dapat dijadikan landasan untuk menjatuhkan sanksi pada kreditur yang telah melakukan perbuatan itikad tidak baik.100
98Kartini Muljadi, Op. Cit., halaman. 304.
99M.Hadi Subhan, Op. Cit, halaman 178.
100Natalia Zhaciko Mozes, Perbuatan Melawan Hukum yang Dilakukan Oleh Debitur Ditinjau Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Lex et Societatis, Vol. V, No. 2, Tanggal 2 Maret 2017, halaman. 4
Debitur yang melakukan perbuatan yang melawan hukum karena kelalaian dikenakan paksa badan agar mereka tidak dapat melarikan diri. Akan di sanksi paksa badan ini hanya dilakukan dalam waktu 60 hari lamanya sampai batas waktu yang ditentukan untuk melunasi utang si debitur.101 Memorie van Teoliching mengemukakan bahwa perintah penahanan sementara sebagai alat paksaan yang membawa kewajiban bagi debitur yaitu ia dengan sengaja menghindarkan diri atau apabila ia menolak memenuhi kewajiban yang diletakkan padanya untuk kepentingan para kreditur.102
Peraturan MA No. 1 Tahun 2000 tentang Lembaga Badan Paksa Pasal 1 ayat 1, “badan paksa adalah upaya tidak langsung dengan memasukkan seorang debitur yang tidak beritikad baik ke dalam Rumah Tahanan Negara yang diterapkan oleh pengadilan, untuk memaksa yang bersangkutan memenuhi kewajibannya.”
Penahanan terhadap debitur ini dilakukan adanya kerugian bagi kreditur dan perintah penahanan kepada debitur karena tidak melakukan kewajibannya untuk membayar utangnya. Sehingga dikenakan sanksi paksa badan terhadap debitur sesuai yang diatur dalam Peraturan MA No. 1 Tahun 200 tanggal 30 Juni tentang Lembaga Paksa Badan.
103
Perintah penahanan sementara ini dilakukan karena debitur tidak beritikad baik membayar utangnya dan untuk kepentingan kreditur agar tidak dirugikan oleh debitur. Paksa badan ini hanya dapat diterapkan pada debitur perorang bukan debitur yang berbentuk badan hukum selain dimaksudkan yaitu tidak kala
101Ibid, halaman. 5
102Imran Nating, Op. Cit., halaman. 55
103Aco Nur, Hukum Kepailitan Perbuatan Melawan Hukum Oleh Debitur, (Jakarta:
PT.Pilar Yuris Ultima, 2015), halaman. 56.
pentingnya adalah terciptanya kepastian hukum sehingga putusan pengadilan betul-betul dapat dijalankan.104
Dikenakan juga sanksi perdata dalam kepailitan untuk menuntut kerugian terhadap debitur yang melakukan kesalahan. Menurut Sudikno Mertokusumo, sanksi perdata ganti rugi karena perbuatan melawan hukum adalah suatu bentuk ganti rugi yang dibebankan kepada orang yang menimbulkan kesalahan kepada pihak yang dirugikannya.105
Perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh debitur setelah pailit diucapkan karena tidak diatur secara khusus dalam Undang-Undang Kepailitan dapat diterapkan ketentuan umum yaitu Pasal 1365 dan Pasal 1366 upaya mengajukan tuntutan ganti rugi melalui gugatan di Pengadilan Negeri sehingga debitur mendapatkan sanksi ganti rugi.106 Sanksi perdata lebih banyak dikenakan hukum perdata dalam pailitnya suatu harta kekayaan ketika debitur tidak mampu membayar atau pailit akan dilelang atau disita semua benda yang dijaminkan debitur kepada kreditur (bank). Ketika benda dijaminkan, tidak boleh debitur dan kreditur ada perjanjian karena jika terjadi perjanjian fidusia itu tidak sah dalam kepailitan.107
Hukum perdata ini tidak bisa berjalan sendiri harus adanya suatu ikatan dengan hukum pidana. Ketika debitur melakukan kelalaian atau tindak kesengajaan maka akan terkena sanksi bukan saja dilihat dari KUH Perdata tapi
104Ibid, halaman. 114
105Sudikno Mertokusumo, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), halaman. 181.
106Hadi Subhan, Op. Cit., halaman. 110.
107Natalia Zhaciko Mozes, Op. Cit., halaman. 69
akan dihubungkan dengan KUH Pidana karena hukum perdata (kepailitan) tidak sanggup menjalankan kewajibannya untuk mengurus kepentingannya.108
Sanksi KUH Pidana yang akan diterapkan bagi debitur yang melakukan perbuatan melawan hukum yaitu debitur bekerjasama dengan pihak ketiga dalam rangka menggelapkan aset-aset yang akan menjadi boedel pailit. Penggelapan dapat dilaksanakan dengan cara membalik nama pemilik aset kepada keluarganya/teman dekat atau orang kepercayaan debitur, supaya aset tersebut tidak menjadi harta pailit.109
Debitur menggelapkan aset-aset dengan cara bekerjasama dengan kurator agar kurator tidak mencatat hartanya, tidak masuk dalam boedel pailit. Debitur akan dikenakan sanksi KUH Pidana tentang pemalsuan surat Pasal 263 ayat (1), sanksi Pasal 263 ayat (1) KUH Pidana tentang pemalsuan surat yang dirumuskan jika seseorang memalsukan surat yang berkaitan dengan hak dan pembebasan utang maka hakim seharusnya memerintahkan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dilakukan terhadap orang itu atau debitur yang berutang bukan saja dalam Pasal 263 KUH Pidana akan tetapi juga sanksi pidana Pasal 402 KUH Pidana.110
Debitur melakukan perbuatan melawan hukum penipuan dan mengurangi hak penagih utang dan tidak diatur di dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU. Sehingga harus digunakan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) sebagai sanksi terhadap debitur, contohnya: jika debitur mengubah dan bekerjasama dengan pihak kreditur lainnya untuk
108Ibid
109Aco Nur, Op.Cit., halaman. 78.
110Ibid
mengurangi utang, debitur akan menerima sanksi sesuai aturan undang-undang.
Pasal-pasal Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yang bersifat umum:
1. Pasal 263 tentang membuat surat palsu;
2. Pasal 264 tentang pemalsuan surat autentik atau surat-surat utang, surat sero, surat kredit, atau surat dagang dan yang memakai surat-surat tersebut;
3. Pasal 266 tetang menyuruh memalsukan keterangan palsu dalam suatu akte autentik ataupun yang memakainya;
4. Pasal 372 tentang perbuatan penggelapan;
5. Pasal 374 tentang penggelapan dalam jabatan;
6. Pasal 265 tentang penggelapan surat-surat wasiat;
7. Pasal 378 tentang penipuan;111
Sanksi pidana bagi debitur yang melakukan perbuatan melawan hukum tindak kesengajaan (pelanggaran) tidak diatur dalam Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan PKPU tentang sanksi kesengajaan bagi debitur sehingga dikenakan yang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHP). Sanksi pidana yang telah diuraikan diatas menjelaskan bahwa perbuatan debitur adanya unsur perbuatan kesengajaan dalam menyelesaikan utang maka debitur dikenakan sanksi pidana.
111 Natalia Zhaciko Mozes, Op. Cit., halaman. 70
BAB III
KUALIFIKASI DEBITUR YANG BERITIKAD BAIK DAN BERITIKAD BURUK DALAM MENGALIHKAN SEBAGIAN HARTA PAILIT
A. Debitur Dalam Proses Pengalihan Harta Pailit
Dijatuhkannya putusan kepailitan, mempunyai pengaruh bagi debitur dan harta kekayaannya.112 Pasal 24 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU menyebutkan bahwa terhitung sejak ditetapkannya putusan pernyataan pailit, debitur demi hukum kehilangan hak menguasai dan mengurus (Persona Standi in Ludicio), artinya debitur pailit tidak mempunyai kewenangan atau tidak bisa berbuat bebas atas harta kekayaan yang dimilikinya. Pengurusan dan penguasaan harta kekayaan debitur dilakukan kepada kurator atau Balai Harta Peninggalan yang bertindak sebagai kurator yang ditunjuk oleh Hakim Pengawas.113
Pernyataan pailit, mengakibatkan debitur demi hukum kehilangan hak untuk menguasai dan mengurus kekayaannya yang dimaksukkan dalam kepailitan, terhitung sejak pernyataan putusan kepailitan. Dengan ditiadakannya hak debitur secara hukum untuk mengurus kekaayannya maka oleh Undang-Undang Kepailitan ditetapkan bahwa terhitung sejak tanggal putusan pernyataan pailit ditetapkan, kurator berwenang melaksanakan tugas pengurusan dan atau pemberesan atas harta pailit, meskipun terhadap putusan tersebut diajukan kasasi atau peninjauan kembali. Kurator tersebut ditunjuk bersamaan dengan hakim pengawas pada saat putusan pernyataan pailit dibacakan.
112Sri Redjeki Slamet, Perlindungan Hukum dan Kedudukan Kreditur Separatis Dalam Hal Terjadi Kepailitan Terhadap Debitur, Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul, 2 Agustus 2016, halaman. 107.
113Ibid
57
1. Proses Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit
Dalam proses pengurusan dan pemberesan harta pailit, kurator harus mampu menjalankan asas keadilan. Asas keadilan bagi seorang kurator adalah mampu bersikap adil ketika mencatat seluruh harta pailit baik harta yang tersembunyi maupun nyata, mencari dan memaksimalkan harta pailit, menjaga dan meningkatkan nilai harta pailit, menjual harta pailit pada harga maksimal, membagi hasil penjualan pailit kepada setiap kreditur sesuai dengan stratanya, dan membubarkan debitur yang telah insolvensi. Lebih lagi, tren kurator luar negeri, seorang kurator baru merasa sukses apabila berhasil menyehatkan ekonomi debitur.114
Kurator mempunyai kewajiban untuk melaksanakan tugas pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit sesuai dengan Pasal 69 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. Menurut Jerry Hoff tujuan kepailitan adalah “untuk membayar hak para kreditur yang seharusnya mereka proleh sesuai dengan tingkat urutan mereka. Oleh karena itu, kurator harus bertindak untuk kepentingan yang terbaik bagi kreditur dan debitur.”115
a. Tahap Pengurusan Harta Pailit
Kurator wajib memastikan semua tindakannya untuk kepentingan harta pailit.
Setelah putusan pernyataan pailit dijatuhkan kepada debitur, maka debitur langsung kehilangan hak untuk melakukan pengurusan dan penguasaan terhadap harta kekayaannya. Kurator yang ditetapkan dalam putusan pernyataan pailit
114Moch Zulkarnain Al Mufti, Tanggungjawab Kurator dalam Penjualan Harta Pailit Dibawah Harga Pasar, Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Tanggal 1 Januari 2016, halaman. 93
115Imran Nating, Op. Cit, halaman. 71
segera bertugas untuk melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit tersebut dibawah pengawasan Hakim Pengawas, meskipun terhadap putusan pernyataan pailit tersebut diajukan upaya hukum baik berupa Kasasi maupun Peninjauan Kembali.116 Pengurusan adalah “menginventarisasi, menjaga dan memelihara agar harta pailit tidak berkurang dalam jumlah, nilai, bahkan bertambah dalam jumlah dan nilai.” 117
1) Mengumumkan Tentang Adanya Kepailitan
Dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari setelah putusan pernyataan pailit diterima oleh pihak kurator dan hakim pengawas, maka kurator akan mengumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia dan juga mengumumkan pada paling sedikit 2 (dua) Surat Kabar Harian.118 Hakim Pengawas menetapkan, mengenai ikhtisar putusan pernyataan pailit yang memuat hal-hal sebagai berikut119
a) Nama, alamat dan pekerjaan debitur;
:
b) Nama Hakim Pengawas;
c) Nama, alamat dan pekerjaan Anggota Panitia Kreditur Sementara, apabila telah ditunjuk;
d) Tempat dan waktu penyelenggaraan Rapat Pertama Kreditur.
2) Melakukan Tindakan Penyegelan Terhadap Harta Pailit
Kurator harus bertanggung jawab terhadap keselamatan harta pailit, karena itu Kurator harus segera mengusahakan keselamatan harta pailit, misalnya, segera
116M. Hadi Subhan, Op. Cit, halaman. 134
117Eliyana, Actio Pauliana dan Aspek Pidana dalam Kepailitan Hubungannya dengan Tugas Kurator, Dalam: Emmy Yuhassarie, Op. Cit, halaman. 99
118Dalam penjelasan Pasal 15 ayat (4) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang menyatakan bahwa, yang dimaksud dengan paling sedikit 2 (dua) Surat Kabar Harian, yaitu:
a. Surat Kabar Harian yang beredar secara Nasional; dan
b. Surat Kabar Harian Lokal yang beredar di tempat domisili debitur.
119Pasal 15 ayat (4) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
menyimpan surat-surat, uang, barang-barang perhiasan, efek-efek, dan surat berharga lainnya. Bahkan kurator dapat melakukan penyegelan terhadap harta pailit atas persetujuan hakim pengawas.120
Dalam hal ini, pihak kurator dapat meminta untuk dilakukannya penyegelan kepada pihak pengadilan, berdasarkan alasan untuk mengamankan harta pailit, melalui hakim pengawas. Penyegelan dilakukan oleh pihak juru sita ditempat harta pailit tersebut berada dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi yang salah satu diantaranya adalah wakil dari pemerintah daerah setempat.
121
3) Pencatatan dan Pendaftaran Harta Pailit
Kurator harus menjalankan asas keadilan dalam pencatatan harta pailit. Asas keadilan bagi seorang kurator adalah mampu bersikap adil ketika mencatat seluruh harta pailit baik harta yang tersembunyi maupun yang nyata, mencari atau memaksimalkan harta pailit, menjaga atau meningkatkan harta pailit, menjual harta pailit pada harga maksimal, membagi hasil penjualan pailit kepada setiap kreditur sesuai stratanya dan membubarkan debitur yang telah insolven.122
Kurator harus membuat pencatatan harta pailit paling lama 2 (dua) hari setelah menerima surat putusan pengangkatan dirinya sebagai kurator. Pencatatan dapat dilakukan di bawah tangan, sedangkan penilaian dilakukan oleh kurator satu
120M. Hadi Shubhan, Op.Cit, halaman. 136
121Pasal 99 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Dan dalam penjelasan Pasal 99 ayat (2) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, yang dimaksud
‘Wakil dari Pemerintah Daerah Setempat’ adalah Lurah atau Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain.
122Muhammad Zulkarnain Al Mufti, Tanggung Jawab Kurator dalam Penjualan Harta Pailit di Bawah Harga Pasar, Pascasarjana Fakultas Hukum UII, Tanggal 1 Januari 2016, halaman. 2
sama lain dengan persetujuan hakim pengawas. Para anggota panitia sementara dari kreditur berhak menghadiri pembuatan pencatatan tersebut.123
Mengingat bahwa debitur lebih mengetahui tentang seluruh keberadaan harta kekayaannya, maka dalam prakteknya kehadiran debitur akan sangat membantu pelaksanaan pendaftaran harta kekayaan tersebut, untuk itu pihak kurator perlu memanggil debitur pailit untuk memberikan keterangan-keterangan dan melibatkan petunjuk dalam pendaftaran harta tersebut.124
Selain dari itu, informasi tentang harta kekayaan debitur dapat juga diketahui dari pihak Badan Pertanahan Nasional (selanjutnya disebut BPN), dari pihak bank-bank (baik bank pemerintah maupun bank swasta) untuk mengetahui adanya simpanan debitur yang sebelumnya pihak kurator dapat berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait yang dapat menerobos atau melanggar ketentuan tentang rahasia bank seperti Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jaksa Agung dan Ketua Mahkamah Agung.
Informasi pertama yang akan diperoleh tentang harta kekayaan debitur adalah dari putusan/penetapan Pengadilan Niaga akan menyebutkan baik harta kekayaan maupun utang debitur dan siapa-siapa yang menjadi krediturnya.
125
Setelah pencatatan harta pailit, Kurator harus memulai dengan pembuatan suatu pendaftaran yang menyatakan sifat dan jumlah utang piutang dan utang-utang harta pailit, nama-nama dan tempat-tempat tinggal kreditur, beserta jumlah piutang masing-masing. Hasil pencatatan harta pailit tersebut dalam Pasal 102
123Ahmad Yani, Op. Cit, halaman. 80.
124Sarifani Simanjuntak, Prinsip Transparasi Dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Medan, Sekolah Pascasarjana USU, Tanggal 17 Juli 2009, halaman. 78
125Ibid, halaman. 79
Undang-Undang Kepailitan dan PKPU oleh kurator harus diletakkan di Kepaniteraan Pengadilan untuk dapat dilihat dengan cuma-cuma oleh siapa saja yang menghendakinya 126
4) Melanjutkan Usaha Debitur
Jika dipandang perlu, kurator juga berwenang atas persetujuan panitia kreditur sementara atau bila tidak ada panitia kreditur sementara maka diperlukan izin dari hakim pengawas walaupun ada kasasi atau peninjauan kembali dapat
Jika dipandang perlu, kurator juga berwenang atas persetujuan panitia kreditur sementara atau bila tidak ada panitia kreditur sementara maka diperlukan izin dari hakim pengawas walaupun ada kasasi atau peninjauan kembali dapat