BAB III KUALIFIKASI DEBITUR YANG BERITIKAD BAIK DAN
A. Debitur dalam Proses Pengalihan Harta
1. Proses Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit
Dalam proses pengurusan dan pemberesan harta pailit, kurator harus mampu menjalankan asas keadilan. Asas keadilan bagi seorang kurator adalah mampu bersikap adil ketika mencatat seluruh harta pailit baik harta yang tersembunyi maupun nyata, mencari dan memaksimalkan harta pailit, menjaga dan meningkatkan nilai harta pailit, menjual harta pailit pada harga maksimal, membagi hasil penjualan pailit kepada setiap kreditur sesuai dengan stratanya, dan membubarkan debitur yang telah insolvensi. Lebih lagi, tren kurator luar negeri, seorang kurator baru merasa sukses apabila berhasil menyehatkan ekonomi debitur.114
Kurator mempunyai kewajiban untuk melaksanakan tugas pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit sesuai dengan Pasal 69 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU. Menurut Jerry Hoff tujuan kepailitan adalah “untuk membayar hak para kreditur yang seharusnya mereka proleh sesuai dengan tingkat urutan mereka. Oleh karena itu, kurator harus bertindak untuk kepentingan yang terbaik bagi kreditur dan debitur.”115
a. Tahap Pengurusan Harta Pailit
Kurator wajib memastikan semua tindakannya untuk kepentingan harta pailit.
Setelah putusan pernyataan pailit dijatuhkan kepada debitur, maka debitur langsung kehilangan hak untuk melakukan pengurusan dan penguasaan terhadap harta kekayaannya. Kurator yang ditetapkan dalam putusan pernyataan pailit
114Moch Zulkarnain Al Mufti, Tanggungjawab Kurator dalam Penjualan Harta Pailit Dibawah Harga Pasar, Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Tanggal 1 Januari 2016, halaman. 93
115Imran Nating, Op. Cit, halaman. 71
segera bertugas untuk melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit tersebut dibawah pengawasan Hakim Pengawas, meskipun terhadap putusan pernyataan pailit tersebut diajukan upaya hukum baik berupa Kasasi maupun Peninjauan Kembali.116 Pengurusan adalah “menginventarisasi, menjaga dan memelihara agar harta pailit tidak berkurang dalam jumlah, nilai, bahkan bertambah dalam jumlah dan nilai.” 117
1) Mengumumkan Tentang Adanya Kepailitan
Dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) hari setelah putusan pernyataan pailit diterima oleh pihak kurator dan hakim pengawas, maka kurator akan mengumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia dan juga mengumumkan pada paling sedikit 2 (dua) Surat Kabar Harian.118 Hakim Pengawas menetapkan, mengenai ikhtisar putusan pernyataan pailit yang memuat hal-hal sebagai berikut119
a) Nama, alamat dan pekerjaan debitur;
:
b) Nama Hakim Pengawas;
c) Nama, alamat dan pekerjaan Anggota Panitia Kreditur Sementara, apabila telah ditunjuk;
d) Tempat dan waktu penyelenggaraan Rapat Pertama Kreditur.
2) Melakukan Tindakan Penyegelan Terhadap Harta Pailit
Kurator harus bertanggung jawab terhadap keselamatan harta pailit, karena itu Kurator harus segera mengusahakan keselamatan harta pailit, misalnya, segera
116M. Hadi Subhan, Op. Cit, halaman. 134
117Eliyana, Actio Pauliana dan Aspek Pidana dalam Kepailitan Hubungannya dengan Tugas Kurator, Dalam: Emmy Yuhassarie, Op. Cit, halaman. 99
118Dalam penjelasan Pasal 15 ayat (4) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang menyatakan bahwa, yang dimaksud dengan paling sedikit 2 (dua) Surat Kabar Harian, yaitu:
a. Surat Kabar Harian yang beredar secara Nasional; dan
b. Surat Kabar Harian Lokal yang beredar di tempat domisili debitur.
119Pasal 15 ayat (4) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
menyimpan surat-surat, uang, barang-barang perhiasan, efek-efek, dan surat berharga lainnya. Bahkan kurator dapat melakukan penyegelan terhadap harta pailit atas persetujuan hakim pengawas.120
Dalam hal ini, pihak kurator dapat meminta untuk dilakukannya penyegelan kepada pihak pengadilan, berdasarkan alasan untuk mengamankan harta pailit, melalui hakim pengawas. Penyegelan dilakukan oleh pihak juru sita ditempat harta pailit tersebut berada dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi yang salah satu diantaranya adalah wakil dari pemerintah daerah setempat.
121
3) Pencatatan dan Pendaftaran Harta Pailit
Kurator harus menjalankan asas keadilan dalam pencatatan harta pailit. Asas keadilan bagi seorang kurator adalah mampu bersikap adil ketika mencatat seluruh harta pailit baik harta yang tersembunyi maupun yang nyata, mencari atau memaksimalkan harta pailit, menjaga atau meningkatkan harta pailit, menjual harta pailit pada harga maksimal, membagi hasil penjualan pailit kepada setiap kreditur sesuai stratanya dan membubarkan debitur yang telah insolven.122
Kurator harus membuat pencatatan harta pailit paling lama 2 (dua) hari setelah menerima surat putusan pengangkatan dirinya sebagai kurator. Pencatatan dapat dilakukan di bawah tangan, sedangkan penilaian dilakukan oleh kurator satu
120M. Hadi Shubhan, Op.Cit, halaman. 136
121Pasal 99 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang. Dan dalam penjelasan Pasal 99 ayat (2) Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, yang dimaksud
‘Wakil dari Pemerintah Daerah Setempat’ adalah Lurah atau Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain.
122Muhammad Zulkarnain Al Mufti, Tanggung Jawab Kurator dalam Penjualan Harta Pailit di Bawah Harga Pasar, Pascasarjana Fakultas Hukum UII, Tanggal 1 Januari 2016, halaman. 2
sama lain dengan persetujuan hakim pengawas. Para anggota panitia sementara dari kreditur berhak menghadiri pembuatan pencatatan tersebut.123
Mengingat bahwa debitur lebih mengetahui tentang seluruh keberadaan harta kekayaannya, maka dalam prakteknya kehadiran debitur akan sangat membantu pelaksanaan pendaftaran harta kekayaan tersebut, untuk itu pihak kurator perlu memanggil debitur pailit untuk memberikan keterangan-keterangan dan melibatkan petunjuk dalam pendaftaran harta tersebut.124
Selain dari itu, informasi tentang harta kekayaan debitur dapat juga diketahui dari pihak Badan Pertanahan Nasional (selanjutnya disebut BPN), dari pihak bank-bank (baik bank pemerintah maupun bank swasta) untuk mengetahui adanya simpanan debitur yang sebelumnya pihak kurator dapat berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait yang dapat menerobos atau melanggar ketentuan tentang rahasia bank seperti Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jaksa Agung dan Ketua Mahkamah Agung.
Informasi pertama yang akan diperoleh tentang harta kekayaan debitur adalah dari putusan/penetapan Pengadilan Niaga akan menyebutkan baik harta kekayaan maupun utang debitur dan siapa-siapa yang menjadi krediturnya.
125
Setelah pencatatan harta pailit, Kurator harus memulai dengan pembuatan suatu pendaftaran yang menyatakan sifat dan jumlah utang piutang dan utang-utang harta pailit, nama-nama dan tempat-tempat tinggal kreditur, beserta jumlah piutang masing-masing. Hasil pencatatan harta pailit tersebut dalam Pasal 102
123Ahmad Yani, Op. Cit, halaman. 80.
124Sarifani Simanjuntak, Prinsip Transparasi Dalam Pengurusan dan Pemberesan Harta Pailit Oleh Balai Harta Peninggalan Medan, Sekolah Pascasarjana USU, Tanggal 17 Juli 2009, halaman. 78
125Ibid, halaman. 79
Undang-Undang Kepailitan dan PKPU oleh kurator harus diletakkan di Kepaniteraan Pengadilan untuk dapat dilihat dengan cuma-cuma oleh siapa saja yang menghendakinya 126
4) Melanjutkan Usaha Debitur
Jika dipandang perlu, kurator juga berwenang atas persetujuan panitia kreditur sementara atau bila tidak ada panitia kreditur sementara maka diperlukan izin dari hakim pengawas walaupun ada kasasi atau peninjauan kembali dapat melanjutkan usaha (going concern) debitur, jika hal tersebut dipandang akan menguntungkan pada harta pailit.127
Sebelum kurator memutuskan untuk melanjutkan usaha debitur, maka harus mempertimbangkan bahwa dengan dilanjutkannya usaha debitur akan mendatangkan pendapatan yang lebih dari ongkos operasionalnya, serta mempertimbangkan dari manakah modal kerja tersebut akan didapat, apakah harus melakukan utang baru ataukah tidak.
Langkah ini merupakan langkah yang sangat strategis, khususnya jika debitur pailit adalah sebuah perseroan terbatas.
128 Jika pertimbangan tersebut tidak cukup memadai, maka pihak kurator tidak boleh melanjutkan usaha debitur dan sebaliknya harus segera atau secepat mungkin untuk melepaskan atau menjual usaha debitur tersebut dengan nilai tinggi.129
126Ibid, halaman. 81
127Pasal 104 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
128M. Hadi Subhan, Op. Cit, halaman. 137
129Ibid
Mengenai persoalan going concern130 perusahaan tersebut sangat penting, karena mengingat banyaknya prospek usaha debitur yang cukup prospek, akan tetapi sedang menghadapi kendala likuiditas sementara sehingga jika dilakukan untuk dilanjutkan usaha debitur akan sangat menguntungkan harta pailit.131
5) Membuka Surat-Surat dan Telegram Debitur Pailit
Kurator berhak untuk membuka semua surat dan kawat yang dialamatkan kepada debitur pailit. Surat-surat dan kawat yang tidak mengenai harta pailit segera harus diserahkan kepada debitur pailit pribadi. Setelah menerima pemberitahuan dari panitera, maka tata usaha Jawatan pos dan telegrap dan semua kantor pos dan telegrap dari tempat tinggal debitur pailit diwajibkan memberikan kepada kurator semua surat dan kawat yang diperuntukkan bagi debitur pailit hingga dibebaskan oleh kurator atau hakim pengawas dari kewajiban itu.132
Semua pengaduan yang ditujukan mengenai debitur pailit harus dimajukan kepada kurator. Berdasarkan Pasal 24 dan Pasal 69 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU, “sejak diucapkan semua wewenang debitur untuk menguasai dan mengurus harta pailit termasuk memperoleh keterangan mengenai pembukuan,
130Going concern adalah suatu perusahaan dalam hal ini perseroan terbatas diputus pailit lalu akan melanjutkan usaha perusahaan tersebut. direksi berunding terlebih dahulu dengan kurator dan juga atas persetujuan hakim pengawas untuk menentukan berapa lama waktu yang dibutuhkan dan disepakati untuk melanjutkan usaha tersebut. Dalam pengurusan harta pailit dalam rangka going concern, organ-organ Perseroan Terbatas masih mempunyai eksistensi akan tetapi sepanjang tidak berkaitan dengan pengurusan dan perbuatan pemilikan harta atau aset Perseroan Terbatas dan yang berhak dalam pengurusan dan perbuatan pemilikan harta atau aset perseroan terbatas adalah kurator. Dilihat dari: Fanny Adimas Syilendra, Tanggungjawab Pengelolaan Perusahaan Pailit yang Dilanjutkan Kegiatan Usahanya, ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga, Tanggan 13 Februari 2003, halaman. 43.
131M. Hadi Subhan, Op. Cit, halaman. 137
132Ahmad Yani, Op.Cit, halaman. 81
catatan, rekening bank dan simpanan debitur dari bank yang bersangkutan beralih kepada kurator.”133
6) Mengalihkan Harta Pailit
Pengalihan harta pailit dapat dilakukan sepanjang itu diperlukan untuk menutupi biaya kepailitan atau apabila penahanannya akan mengakibatkan kerugian kepada harta pailit meskipun ada kasasi dan peninjauan kembali.134
Kurator juga berwenang dalam hal melakukan pinjaman kepada pihak ketiga semata-mata dalam rangka meningkatkan harta pailit, apabila dalam melakukan pinjaman tersebut dibutuhkan jaminan, maka dalam melakukan pinjaman kepada pihak ketiga tersebut kurator memerlukan persetujuan dari hakim pengawas.135
7) Melakukan Penyimpanan
Kurator mempunyai hak dan wajib melakukan penyimpanan terhadap uang perhiasan, efek dan surat berharga milik dari debitur pailit kecuali ditentukan lain oleh hakim pengawas. Uang tunai wajib disimpan di bank.136yang dimaksud dengan ‘disimpan oleh kurator sendiri’ dalam pengertian tidak mengurangi efek atau surat berharga tersebut disimpan oleh custodian, tetapi tanggungjawab tetap atas nama debitur pailit. Misalnya deposito atas nama Kurator, qq debitur pailit.137 8) Mengadakan Perdamaian Kepailitan
133Penjelasan Pasal 105 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
134Sarifani Simanjuntak, Op. Cit, halaman. 81
135Zainal Asikin, Op. Cit, halaman. 77
136Sarifani Simanjuntak, Op. Cit, halaman. 82
137Penjelasan Pasal 108 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, Dalam: Sarifani Simanjuntak, Op.Cit, halaman. 82
Walaupun debitur telah dinyatakan pailit oleh Pengadilan Niaga lewat putusannya, namun bagi si pailit diberikan kesempatan oleh undang-undang untuk mengajukan rencana perdamaian dengan krediturnya.138
Perdamaian dalam proses kepailitan berbeda dengan perdamaian dalam hukum acara biasa. Perdamaian dalam hukum acara perdata tidak terikat formulanya dan bisa dilakukan sendiri oleh para pihak tanpa campur tangan pengadilan, maka perdamaian dalam pekara kepailitan terjadi dalam proses perkara kepailitan melalui hakim pengawas.
Dalam Pasal 109, yang dimaksud dengan ‘perdamaian’ adalah perkara yang sedang berjalan di Pengadilan.
139
Dalam rapat perdamaian yang berhak memutuskan diterima atau tidak diterimanya rencana perdamaian adalah mereka yang mempunyai hak suara dalam rapat, yaitu para kreditur konkuren yang hadir dalam rapat. Rencana perdamaian diterima apabila disetujui dalam rapat kreditur oleh lebih dari ½ (satu perdua) jumlah kreditur konkuren yang hadir dalam rapat yang haknya diakui atau yang untuk sementara diakui, yang mewakili paling sedikit 2/3 (dua pertiga) dari jumlah seluruh piutang konkuren yang diakui atau yang untuk sementara diakui dari kreditur konkuren atau kuasanya yang hadir dalam rapat tersebut.140
Apabila lebih dari ½ (satu perdua) jumlah kreditur yang hadir pada rapat kreditur dan mewakli paling sedikit ½ (satu perdua) dari jumlah piutang kreditr yang mempunyai hak suara menyetujui untuk menerima rencana perdamaian,
138M. Hadi Shubhan, Op. Cit, halaman. 140
139Ibid, halaman 141
140Paulus Effendi Lotulung, Pencocokan Piutang, dalam: Rudhy A, Lontoh (ed), Op.Cit, halaman 390-391.
maka dalam jangka waktu paling lambat 8 (depalapn) hari setelah pemungutan suara pertama diadakan, diselenggarakan pemungut suara kedua, tanpa diperlukan pemanggilan. Pada pemungutan suara kedua, kreditur tidak terikar pada suara yang dikeluarkan pada pemungutan suara pertama.141
9) Melakukan Pemanggilan Terhadap Kreditur
Pemanggilan terhadap para kreditur ini diperlukan dan bertujuan untuk memasukkan bukti-bukti tagihan utang debitur kepada kurator. Dalam hal tersebut, hakim pengawas akan menentukan batas waktu atau akhir dari pengajuan tagihan, batas akhir verifikasi pajak, hari, tanggal, waktu dan tempat rapat kreditur untuk mengadakan pencocokan piutang (Rapat Verifikasi). Pemanggilan yang dilakukan oleh kurator tersebut dapat dilakukan dengan surat dan mengiklankannya dalam Surat Kabar Harian yang sebagaimana disebutkan dalam Pasal 15 ayat (4) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU.142 Tenggang waktu batas akhir pengajuan tagihan oleh kreditur dengan Rapat Pencocokan Piutang (Rapat Verifikasi) harta ada selisihnya paling sedikit 14 (empat belas) hari.143
10) Mendaftarkan Tagihan Para Kreditur
Setelah para kreditur memasukkan tagihan-tagihannya, maka kurator akan mencocokan dengan catatan yang telah dibuat sebelumnya oleh kurator sendiri yang berasal dari keterangan debitur pailit. Jika terjadi perselisihan dan keberatan terhadap penagihan yang diterima kreditur dari kurator, maka hal tersebut akan
141Ibid
142Pasal 113 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
143Sutan Remy Sjahdeni, Op.Cit, halaman. 346
dirundingkan kembali untuk mendapat hasil yang maksimal.144 Tagihan-tagihan yang telah disetujui akan dimasukkan ke dalam sebuah daftar yang disebut dengan
‘Daftar Piutang Yang Sementara Diakui’, sedangkan tagihan yang dibantah oleh kurator akan dimasukkan ke dalam daftar yang lain atau daftar tersendiri yang disertai dengan alasan-alasannya.145
Dalam daftar tagihan tersebut juga dibubuhkan catatan apakah termasuk kedalam kategori piutang yang diistimewakan atau yang dijamin dengan Gadai, Fidusia, Hak Tanggungan, Hipotek, hak agunan atau kebendaan lainnya atau hak untuk menahan benda bagi tagihan yang bersangkutan dapat dilaksanakan.
146
Daftar tagihan tersebut oleh kurator diletakkan pada papan pengumuman selama 7 (tujuh) hari untuk dapat dilihat oleh yang berkepentingan atas apapun yang menghendakinya.147 Peletakan daftar-daftar tagihan tersebut diberitahukan oleh Kurator kepada semua kreditur yang dikenal dan juga menghadiri rapat pencocokan piutang (Rapat Verifikasi) serta pemberitahuan jika debitur ada memasukkan rencana perdamaian kepada kurator.148
11) Menghadiri Rapat Pencocokan Piutang (Rapat Verifikasi)
Dalam rapat pencocokan piutang ada beberapa hal yang dilakukan, antara lain:149
a) Kurator tetap ditugaskan untuk mengahadiri Rapat Pencocokan Piutang sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh hakim pengawas;
144Ibid
145Munir Fuady, Op. Cit, halaman. 32
146Pasal 118 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
147Sarifani Simanjuntak, Op. Cit, halaman. 85
148Ibid
149 Wawancara pada tanggal 27 Oktober 2017, dengan Jhony Jonggi H. Simanjunak, Hakim Pengadilan Niaga Medan
b) Hakim Pengawas juga hadir didalam Rapat Pencocokan Piutang dan bertindak sebagai pimpinan rapat tersebut;
c) Debitur diharapkan dapat hadir dalam Rapat Pencocokan Piutang karena kehadiran dari debitur sangat penting, dimana hakim pengawas meminta kepada debitur tersebut memberikan penjelasan atau keterangan sebab musabab terjadinya kepailitan dan keberadaan dari harta pailit. Selain itu, debitur juga dipandang lebih mengetahui tentang keberadaan dari piutang-piutang kreditur kepadanya, siapa-siapa yang menjadi kreditur dalam kepailitan dan besarnya tagihan dari masing-masing kreditur;
d) Hakim Pengawas membacakan ‘Debitur Piutang Yang Diakui Sementara’ dan ‘Debitur Tagihan Yang Dibantah’ sedangkan kurator akan memberikan keterangan-keterangan tentang status dari para kreditur, apakah sebagai kreditur separatis, kreditur preferen, dan kreditur konkuren;
e) Daftar terakhir dari tagihan-tagihan tersebut selanjutnya harus disetujui dan disahkan oleh hakim pengawas dan dilakukan dalam Rapat Pencocokan Piutang tersebut.
12) Memberitahukan Hasil Rapat Pencocokan Piutang (Rapat Verifikasi) Kepada Kreditur
Setelah berakhirnya pencocokan piutang, kurator wajib memberikan laporan mengenai harta pailit, dan selanjutnya kurator wajib memberikan keterangan maupun hasil laporan kepada kreditur. Laporan mengenai harta pailit beserta berita acara Rapat Pencocokan Piutang wajib diserahkan di Kepaniteraan dan kantor kurator agar dapat diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan.150 b. Tahap Pemberesan Harta Pailit
Setelah pihak kurator selesai melakukan beberapa tahapan dalam pengurusan harta pailit, maka pihak kurator akan melanjutkan kepada tahapan pemberesan harta pailit sebagaimana yang telah ditetapkan dalam putusan
150 Wawancara pada tanggal 27 Oktober 2017, dengan Jhony Jonggi H. Simanjunak, Hakim Pengadilan Niaga Medan
pernyataan pailit yang merupakan ruang lingkup dari tugas kurator dalam suatu kepailitan.
1) Mengusulkan Melaksanakan Penjualan Harta Pailit
Pihak kurator harus memulai melakukan pemberesan dan penjualan semua harta pailit tanpa perlu memperoleh persetujuan atau bantuan debitur dengan tetap memperhatikan ketentuan Pasal 15 ayat (1), dengan ketentuan apabila151
a) usulan untuk mengurus perusahaan debitur tidak diajukan dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau usul tersebut telah diajukan tetapi ditolak; atau
:
b) pengurusan terhadap perusahaan debitur dihentikan.
Pembiayaan terhadap tindakan-tindakan pengurusan dan pemberesan termasuk jasa untuk kurator diperlukan, dana tersebut hanya dapat diperoleh dari hasil penjualan harta kekayaan pailit dari debitur, baik barang-barang bergerak maupun barang-barang tidak bergerak.
Sesuai ketentuan Pasal 185 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU, semua benda (dengan tetap memperhatikan ketentuan Pasal 183 ayat (1) dan ayat (3) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU) harus dijual dimuka umum (dilelang) sesuai dengan tata cara yang dtentukan dalam peraturan perundang-undangan.152
151Pasal 184 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
152Sutan Remi Sjahdeni, Op. Cit, halaman. 376
Dalam hal penjualan dimuka umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 185 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU telah tercapai, menurut Pasal 185 ayat (2) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU penjualan dibawah tangan dapat dilakukan dengan izin hakim pengawas.
Ketentuan ini sangat penting karena benda-benda tertentu sulit untuk memperoleh harga yang layak atau sulit untuk memperoleh pembeli apabila penjualannya tidak dilakukan dibawah tangan.153
Pelaksanaan penjualan harta pailit tersebut harus memenuhi beberapa hal, antara lain
Menurut Pasal 185 ayat (3) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU, “semua benda yang tidak segera atau sama sekali tidak dapat dibereskan (artinya tidak dapat dijual baik melalui lelang maupun dibawah tangan), maka kurator yang memutuskan tindakan yang harus dilakukan terhadap benda tersebut, namun harus dilakukan dengan izin hakim pengawas.”
154
a) Pihak kurator terlebih dahulu harus mendapat izin dari hakim pengawas;
:
b) Izin dari hakim pengawas tersebut dituangkan dalam suatu penetapan;
c) Izin penetapan diperoleh setelah kurator terlebih dahulu mengajukan permohonan untuk melakukan penjualan harta pailit dan dapat dilakukan secara lelang di depan umum maupun secara dibawah tangan.
Sementara itu, sebelum berlakunya Undang-Undang Kepailitan dan PKPU pada tahun 1998 dan tahun 2004 yang pada waktu itu Balai Harta Peninggalan merupakan satu-satunya Kurator dalam kepailitan, maka Balai Harta Peninggalan melaksanakan penjualan harta kekayaan pailit dengan cara dibawah tangan dengan alasan bahwa penjualan secara lelang akan menyita banyak waktu dan memerlukan dana yang akan dibebankan kepada harta kekayaan pailit.155
153Ibid, halaman. 376
154Wawancara pada tanggal 27 Oktober 2017, dengan Jhony Jonggi H. Simanjunak, Hakim Pengadilan Niaga Medan
155Mukhlis Adlin, Tugas Kurator Dalam Kepailitan, (Medan: Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Graha Kirana, 1998), halaman. 10.
Selain itu, kurator juga berkewajiban dalam membayar piutang kreditur yang mempunyai
hak untuk menahan suatu benda, sehingga benda tersebut harus masuk kembali dan menguntungkan harta pailit.
2) Membuat Daftar Pembagian
Mengenai masalah daftar pembagian, maka kurator wajib menyusun suatu daftar pembagian untuk dimintakan persetujuan kepada hakim pengawas.156 Daftar pembagian harus memuat rincian penerimaan dan pengeluaran termasuk didalamnya upah kurator, nama kurator, jumlah yang dicocokan dari tiap-tiap piutang dan bagian yang wajib diterimakan kepada kreditur.157
Dalam hal daftar pembagian tersebut dapat dilawan oleh kreditur dengan mengajukan surat keberatan dengan disertai alasan kepada Paniteraan Pengadilan dengan menerima tanda bukti penerimaan.
Daftar pembagian tersebut dapat dibuat sekali atau lebih dari sekali dengan memperhatikan kebutuhan.
Daftar pembagian yang telah disetujui oleh hakim pengawas wajib disediakan di Kepaniteraan Pengadilan agar dapat dilihat oleh kreditur selama tenggang waktu yang ditetapkan oleh hakim pengawas pada waktu daftar tersebut disetujui dan diumumkan oleh kurator dalam Surat Kabar Harian sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 15 ayat (4) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU.
158
Dalam sidang tersebut, hakim pengawas memberikan laporan tertulis, sedangkan kurator dan setiap kurator atau kuasanya dapat mendukung atau membantah daftar pembagian tersebut dengan mengemukakan alasannya dan Hakim pengawas akan menetapkan hari memeriksa perlawanan di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum.
156Sutan Remi Sjahdeni, Op. Cit, halaman. 376
157Ibid, halaman. 379
158Ibid, halaman. 381
pengadilan paling lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari wajib memberikan putusan yang disertai dengan pertimbangan hukum yang cukup. Terhadap putusan Pengadilan tersebut dapat diajukan permohonan Kasasi.
Setelah kurator selesai dalam melaksanakan pembayaran kepada
Setelah kurator selesai dalam melaksanakan pembayaran kepada