• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Pengalihan Harta Pailit Oleh Debitur

BAB III KUALIFIKASI DEBITUR YANG BERITIKAD BAIK DAN

A. Debitur dalam Proses Pengalihan Harta

3. Proses Pengalihan Harta Pailit Oleh Debitur

Berhasil tidaknya proses pengurusan dan pemberesan harta pailit, sangat ditentukan oleh peranan debitur pailit. Jika debitur kooperatif, proses akan berjalan dengan sukses dan lancar, tetapi akan sebaliknya. Jika debitur pailit dalam hal ini tidak menunjukan itikad baik untuk bekerjasama, proses pengurusan dan pemberesan yang dilaksanakan oleh kurator akan memakan waktu yang cukup lama bahkan tidak berhasil.183

Akibat hukum jika debitur tetap melakukan perbuatan hukum demi melunasi dan membagi rata utang-utang debitur adalah tindakan debitur tersebut dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum. Perbuatan melawan hukum merupakan perbuatan yang bertentangan dengan hak dan kewajiban hukum menurut undang-undang.184

a. Belum ada dana untuk biaya pengurusan dan pemberesan harta pailit

Dalam praktiknya dilapangkan banyak kendala atau hal-hal yang menghambat kreditur dalam hal kepailitan. Sebagaimana dijelaskan dibawah ini, beberapa hal yang menghambat kreditur dalam hal kepailitan, yakni sebagai berikut:

Penyelesaian suatu kepailitan membutuhkan dana yang tidak sedikit, begitu kurator menerima putusan pernyataan pailit dari pengadilan niaga dalam waktu

183Dedi Trihartanto, Perlindungan Hukum Berdasarkan Undang-Undang Kepailitan, Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion, Edisi I, Vol. 4, Tahun 2016, halaman. 6

184Eva Novianty, Perbuatan Melawan Hukum Debitur, Fakultas Hukum UI, 2011, halaman.

23.

relatif pendek harus mempersiapkan dana untuk pengumuman ikhtisar putusan pernyataan pailit dan batas akhir pengajuan tagihan kreditur penyelenggaraan rapat pencocokan piutang.185

b. Debitur tidak kooperatif

Debitur yang telah dinyatakan pailit oleh pengadilan tidak mustahil dapat melakukan perbuatan yang dapat merugikan krediturnya. KUHPidana memiliki pasal khusus, yaitu Pasal 396 KUH Pidana untuk mempidana debitur pailit yang melakukan perbuatan demikian itu.186

1) Jika biaya penghidupannya terlampau boros,

Bunyi lengkap dari Pasal 396 KUH Pidana adalah sebagai berikut:

Pedagang (koopman) yang telah dinyatakan pailit (in staat van faillissement) atau yang telah diizinkan oleh pengadilan untuk menyerahkan harta kekayaannya (gerechtelijk boedelafstand), diancam, karena merugikan kreditur(bank breuk), dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan.

2) Jika ia, dengan maksud untuk mengulur kepailitannya telah meminjam uang dengan syarat-syarat yang memberatkan, sedangka ia mengetahui bahwa hal tersebut tidak akan mencegah terjadinya kepailitan terhadap dirinya,

3) Jika ia tidak dapat memperlihatkan dalam keadaan baik dan lengkap buku-buku dan surat-surat tempat menuliskan catatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Wetboek van Koophandel), dan tulisan lain yang harus disimpannya sebagaimana dimaksud dalam pasal tersebut.

Sesuai dengan ketentuan Pasal 396 KUHPidana tersebut, seorang pembisnis, yang telah dinyatakan pailit oleh pengadilan dilarang melakukan

185Maria Regina Fika Rahmadewi, Penyelesaian Hutang Debitur Terhadap Kreditur Melalui Kepailitan, Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang, 2007, halaman. 89

186Sutan Remy Sjahdeni, Op. Cit, halaman. 601

perbuatan pada butir kesatu, kedua, ketiga dari Pasal 396 KUH Pidana tersebut diatas.187

Debitur pailit yang tidak kooperatif memberikan data asetnya akan mempersulit kurator dalam pembuatan pencatatan harta pailit, dan juga debitur pailit yang tidak hadir dalam rapat pencocokan piutang yang telah ditetapkan penyelenggaraannya akan berakibat ditundanya rapat pencocokan piutang.

Kurator membutuhkan data tentang aset debitur untuk membuat pencatatan harta pailit sebagaimana diatur dalam Pasal 100 ayat (1) Undang-Undang Kepailitan dan PKPU yang menyatakan bahwa, “kurator harus membuat pencatatan harta paling lambat 2 (dua) hari setelah menerima putusan pengangkatannya sebagai kurator.”

188

c. Debitur pailit menjual dan menyembunyikan asetnya sebelum dinyatakan pailit Tugas kurator adalah melakukan pengurusan dan atau pemberesan harta pailit, sehingga apabila terdapat aset debitur pailit yang dijual sebelum kepailitan, kuarator harus mengurus kapan penjualannya dan kepada siapa aset tersebut dijual. Penelusuran aset debitur yang dijual/disembunyikan dan proses pembatalannya memerlukan waktu yang lama dan biaya yang banyak, hal ini jelas menjadi hambatan dalam penyelesaian utang debitur terhadap kreditur melalui kepailitan.189

Pasal 397 KUH Pidana mengancamkan pidana terhadap debitur yang secara cutang memindahtangankan harta kekayaannya, baik setelah yang bersangkutan dinyatakan pailit atau yang bersangkutan mengetahui bahwa kepailitan terhadap

187Ibid

188Maria Regina Fika Rahmadewi, Op. Cit, halaman. 90

189Ibid, halaman. 91

dirinya tidak dapat dihindari dan perbuatan itu dapat mengakibatkan kerugian terhadap para kreditur.190

1) Melakukan pengeluaran yang tidak ada, atau tidak membukukan pendapatannya, atau mengalihkan sesuatu barang dari harta kekayaannya;

Bunyi lengkap dari Pasal 397 KUHPidana adalah sebagai berikut:

Pedagang (koopman) yang telah dinyatakan pailit (in staat van faillissement) atau yang telah diizinkan oleh pengadilan untuk menyerahkan harta kekayaan (gerechtelijk boedelafstand), diancam, karena merugikan kreditur (bank breuk) secara curang jika ia, untuk mengurangu hak kreditur secara curang melakukan hal-hal sebagai berikut:

2) Memindahkan (vervreemden) dengan cuma-cuma sesuatu barang atau dengan harga di bawah harga yang seharusnya;

3) Dengan suatu cara yang menguntungkan salah seorang kreditur pada waktu telah dinyatakan pailit atau ketika diketahuinya bahwa kepailitan terhadap dirinya tidak dapat dicegah lagi;

4) Tidak memenuhi kewajiban untuk mengadakan pencatatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat pertama Kitab Undang-undang Hukum Dagang atau untuk menyimpan dan memperlihatkan buku-buku, surat-surat dan tulisan-tulisan sebagaimana dimaksud dalam ayat ketiga pasal tersebut.

Pasal ini erat hubungannya dengan ketentuan actio pauliana sebagaimana diatur dalam Pasal 41 dan Pasal 42 Undang-Undang Kepailitan dan PKPU.

Terhadap perbuatan yang demikian itu, bukan saja barang tersebut dapat dituntut kembali oleh kurator untuk kemudian dimasukkan ke dalam harta pailit asalkan perbuatan itu dilakukan dalam jangka waktu satu tahun sebelum putusan pailit ditetapkan, tetapi terhadap debitur dapat pula dijatuhkan pidana berdasarkan Pasal 397 KUH Pidana tersebut.191

d. Kesepakatan curang antara kreditur dengan debitur pailit Pasal 401 KUHPidana:

190Sutan Remi Sjahdeni, Op. Cit, halaman. 601

191Ibid, halaman. 602

1) Seorang kreditur menyetujui tawaran perdamaian (accoard) di muka pengadilan (gerechtelijk accoard) karena telah terjadi kesepakatan dengan debitur maupun dengan pihak ketiga, dengan meminta keuntungan luar biasa bagi kreditur tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan, apabila perdamaian itu diterima.

2) Dikenakan pidana yang sama terhadap debitur dalam hal terjadi hal sebagaimana dimaksud di atas, atau apabila debitur adalah perseroan terbatas, maskapai andil bumiputera, perkumpulan, atau yayasan, maka pidana tersebut dikenakan terhadap pengurus atau komisaris yang mengadakan persetujuan tersebut.

Pasal ini melarang perbuatan yang dilakukan oleh seorang kreditur yang dengan bargaining power-nya yang kuat telah menekan debitur dengan perdamaian diluar pengadilan dengan syarat-syarat yang di satu pihak sangat menguntungkan kreditur dan dipihak lain sangat memberatkan debitur.192 Apabila kemudian secara resmi di muka pengadilan perdamaian itu diterima, maka kreditur itu diancam pidana berdasarkan pasal ini. perbuatan bargaining power sudah tentu sangat merugikan para kreditur yang lain.193

Seperti kasus yang terdapat dalam putusan Peninjauan Kembali Nomor:

018PK/Pdt.Sus/2007. Wijiati (Tergugat I) selaku salah satu kreditur pailit membuat perjanjian dengan debitur pailit 1 (satu) tahun sebelum putusan pailit ditetapkan oleh Pengadilan Niaga Semarang. Perjanjian tersebut jelas tampak kesengajaan untuk mempersingkat waktu transaksi jual beli ojek sengketa yang nampak dipaksakan. Harga transaksi jual beli yang dilakukan Wijiati dengan debitur pailit dilakukan dengan tidak wajar dan beritikad tidak baik, hal ini bisa diketahui dari harga tranasaksi yang sangat jauh berbeda dengan harga pasaran Dengan diberlakukannya pasal ini, hukum bermaksud untuk melindungi kreditur yang lain itu.

192Sutan Remy Sjahdeni, Op.Cit., halaman. 606

193Ibid

sehingga sangat merugikan kreditur. Kreditur sebagai pihak yang mempunyai kekuatan dibanding kreditur pailit lainnya menekan debitur pailit untuk melakukan pengalihan dalam bentuk jual beli aset pailit dengan harga yang tidak wajar, sehingga mengurangi harta pailit dan menyebabkan kerugian oleh para kreditur lainnya.

Dilihat dari hukum perdata, perdamaian dengan menggunakan bargaining power batal demi hukum karena perdamaian itu tidak berdasarkan konsensus yang murni yang menurut ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata merupakan salah satu syarat bagi sahnya suatu perjanjian. Dengan berlakunya ketentuan Pasal 401 KUH Pidana tersebut, bukan saja perdamaian itu batal demi hukum, tetapi kreditur juga dapat dipidana.194

Menurut ayat (2) dari pasal ini, ancaman pidana itu bukan saja dapat dijatuhkan terhadap kreditur, tetapi juga terhadap debitur yang bersangkutan.

Apabila debitur itu suatu badan hukum, maka yang dikenai pidana adalah pengurus dari badan hukum itu. Dikarenakan mustahil perdamaian yang terjadi itu memang dikehendaki oleh debitur sendiri, baik untuk kepentingannya sendiri dan/atau memang sengaja untuk menguntungkan kreditur yang bersangkutan secara berlebihan.195

194Ibid

195Ibid

Tentu saja perdamaian yang demikian itu sangat merugikan para kreditur yang lain. Mencegah terjadinya kolusi atau kongkalikong antara debitur dengan kreditur tertenu yang dapat merugikan kreditur lain. Maka patut bila ancaman pidana ditujukan baik terhadap kreditur maupun terhadap debitur.

B. Itikad Baik dan Itikad Buruk Debitur dalam Proses Pengalihan Harta